contoh makalah teori pembangunan FAKULTA

contoh makalah teori pembangunan

TEORI PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :
NAMA
: NUR ASNIH SAMAD
NIM
: 1363042003
PRODI
: PENDIDIKAN SOSILOGI (A)

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia_Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Teori-teori Pembangunan”.

Makalah ini berisikan tentang subtansi teori yang ditulis dan kaitannya dengan fenomena

pembangunan di Indonesia serta kritikan terhadap teori yang dibahas, dan diharapkan makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal-hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyususnan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin
Makassar, September 2014
Penyusun

DAFTAR ISI

A.
B.
A.
B.
A.
B.


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Teori Pembangunan
Pengaruh Teori Pembangunan Terhadap Pembangunan di Indonesia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori-teori pembangunan adalah teori yang usianya masih cukup mudah. Teori ini muncul
sebagai imbas berbagai masalah pembangunan yang dihadapi negara Dunia Ketiga yang dikenal
dengan kelompok negara berkembang atau terbelakang. Faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya kemiskinan di negara Dunia Ketiga salah satunya adalah negara Dunia Ketiga dalam

proses pembangunannya banyak melakukan kontak dengan negara maju (negara Barat).
Akibatnya banyak ilmuwan sosial yang berpendapat mengenai mengapa negara Dunia Ketiga
tidak mampu menandingi kekuatan Barat, misalnya kemajuan ekonomi, teknologi, dan ilmu
pengetahuan. Sehingga muncullah teori-teori mengenai pembangunan diantaranya teori

mainstream, teori dependensia, dan teori sistem dunia. Akan tetapi, dimakalah ini saya akan
menjelaskan mengenai teori-toeri mainstream dan teori dependensia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui isi dari teori pembangunan?
2. Bagaimana pengaruh teori pembangunan terhadap pembangunan di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI PEMBANGUNAN
1. Teori Pembangunan Mainstream (Modernisasi)
 Sejarah Teori Pembangunan Mainstream
Teori mainstream merupakan teori modernisasi. Teori modernisasi lahir pada abad ke-20,
sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat, sebagai reaksi atas terjadinya pertentangan dua
ideologi yang berkembang pada saat itu, dan merupakan renspon kaum intelektual terhadap
Perang Dunia yang begi penganut evolusi dianggap sebagai jalan aptimis menuju perubahan.

Modernisasi menjadi penemuan teori yang penting dari pernjalanan kapitalisme yang penjang
dibawah kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir dalam suasana ketika dunia memasuki
“perang dingin” antara Negara-negara komunis dibawah pimpinan Negara Sosialis Uni Sovyet
Rusia (USSR). Perang dingin merupakan bentuk peperangan ideology dan teori antara
kapitalisme dan sosialisme. Sementara itu gerakan sosialisme Rusia mulai mengembangkan
pengaruhnya bukan hanya di Eropa Timur, melainkan juga di negara-negara yang baru merdeka.
Sehingga teori modernisasi terlibat dalam peperangan ideology di dalam perang dingin.
Teori modernisasi dan pembagunan yang pada dasarnya merupakan sebuah gagasan
tentang perubahan sosial dalam perjalannya telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan ini
adalah akibat dari dukungan dana dan politik yang luar biasa besarnya dari pemerintah dan
organisasi maupun perusahaan swasta di Amerika Serikat serta Negara-negara liberal lainnya.
Sehingga menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu gerakan ilmuwan yang antar
disiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan kajian terhadap perubahan sosial di Dunia Ketiga
sangat berpengaruh.
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersipat revolusioner (perubahan cepat
dari tradisi ke modern). Selain itu modernisasi juga berwatak kompleks (melalui banyak cara dan
disiplin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi semua manusia,
melalui proses yang bertahap untuk munuju suatu homogenisasi (convergency) dan bersipat
progesif. Teori modernisasi digunakan dikalangan interdisipin, sehingga lahirlah aliran
modernisasi dalam sosilogi, fsikologi, pendidikan, ekonomi, antopologi, dan bahkan agama.

 Pngertian Teori Pembangunan Mainstream
Teori mainstream adalah teori modernisasi dan teori pembangunan pertumbuhan model
Rostow dan para pengikutnya. Teori mainstream atau teori modernisasi adalah teori-teori yang
menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat di
dalam negera yang bersangkutan. Teori modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara

pandang (visi) yang menjadi modus utama analisisnya kepada faktor manusia dalam suatu
masyarakat.
Teori modernisasi berlatar belakang penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan
teknologi untuk dijadikan acuan bagi kemajuan masyarakat di Negara berkembang. Teori
modernisasi melihat tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat yang harus dieleminir oleh
pola pikir rasional. Kematangan masyarakat menuju masyarakat industri, memiliki bentuk
transisi yang cukup panjang dan lama dalam bentuk orientasi sekarang (present oriented). Arief
budiman pernah menyatakan bahwa teori modernisasi berkembang di banyak Negara
berkembang dengan tidak mempertimbangkan akar budaya lokal sebagai potensi pembangunan,
oleh karena itu bersifat a-historis.
Menurut teori modernisasi, ukuran masyarakat modern atau masyarakat yang berbudaya
maju adalah pada nilai-nilai dan sikap hidup serta sistem ekonomi yang menghidupinya.
Sedangkan yang membedakan manusi modern dengan manusia tradisional adalah pada orientasi
masa depannya (future oriented). Teori-teori modernisasi bertolak dari landasan material yang

kuat, suatu bentuk eksploitasi manusia dan alam lingkungan yang berorientasi pada kejerahan
material.
Teori modernisasi merupakan teori pembangunan yang intinya adalah usaha
pembangunan institusional (perekayasaan struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi
baru) dan pembangunan mentalitas manusia (perekayasaan kultural).
 Kritik Terhadap Teori Mainstream
Semua strategi pembangunan ekonomi setelah perang dunia selalu dikritik karena
ternyata semua pendekatan pembangunan dalam kenyataannya telah gagal memenuhi janji
mereka mensejahterakan rakyat di Dunia ketiga: yang terjadi sebaliknya, pembangunan telah
membawa dampak negative, di antaranya, pembangunan telah melanggengkan pengangguran,
menumbuhkan ketidak merataan, dan menaikkan kemiskinan absolut. Manfaat pembangunan
setelah perang tidak mampu menjangkau orang miskin didunia, dan hal itu dianggap tidak adil
karena orang miskin yang menghadapi masalah hidup-mati itu justru tidak terjangkau.
Sebagai respons, telah muncul alternative dalam mencapai pembangunan ekonomi di
Dunia Ketiga, yang dinamaka “pertumbuhan dan pemerataan”. Konsep itu belum dikembangkan
secara penuh. Seluruh pendekatan “pertumbuhan dan pemerataan” mempunyai aspek umum,
yakni semuanya berkembang dari kepercayaan bahwa modelpembangunan tradisional yng
mempercayakan pada pertumbuhan GNP tidak akan memberi keuntungan kepada kaum miskin
di Negara berkembang, dan juga tidak memberi keuntungan segera kepada mereka. Mereka
sependapat bahwa dalam waktu dekat revolusi sosial tidak terjadi di sebagaian besar Negara

miskin, tetapi mereka mencari cara untuk mencapai tingkat keadilan seperti revolusi sosial.
Taiwan, Korea, Hong Kong, Israel, Jepang, Singapore dan Sri Langka sebagai negara yang
berhasil.
Pendekatan pertumbuhan dan pemerataan mendapat berbagai kritikan, baik dari yang
mempertahankan pendekatan model tradisional maupun dari penganut pendekatan revolusioner.
Pertama, kritik dari dalam atau kritik tradisional. Ada tiga komponen utama yang
mempertahankan pendekatan tradisional. Pertama mereka menentang karena menganggap data
yang menyerang model tradisional kurang valid. Tidak ada satu data pun yang dapat dipercaya
yang menunjukkan secara absolute semakin memburuknya kehidupan orang miskin. Komponen
kedua adalah penganut pendekatan tradisional yang berpendapat bahwa mencoba membangun
pedesaan dan menahan agar orang desa tetap hidup di desa adalah suatu tindakan reaksioner.
Ketiga dan yang terpenting adalah bahwa pendekatan pembangunan tradisional bisa jalan, tetapi

hanya karena terlalu cepat diadili. Masalah pembangunan di Eropa Barat dulu identic dengan
masalah yang dihadapi Brazil yang dikritik saat ini, tingginya pengangguran, karena memang
tidak hanya orang terserap akibat mekanisasi dan memburuknya distribusi pendapatan yang
bersifat sementara. Akan tetapi, dalam jangka panjang, industrilisasi akan membawa keuntungan
bagi seluru rakyat melalui kerja dan naiknya penghasilan.
 Asumsi Teori Mainstream
Berdasarkan teori evolusi, maka teori mainstream atau teori modernisasi memiliki

beberapa asumsi teoretis dan metodologis. Beberapa asumsi tersebut adalah:
a) Modernisasi dianggap sebagai proses bertahap.
b) Modernisasi merupakan proses homogenisasi, maksudnya adalah melalaui modernisasi akan
terbentuk berbagai masyarakat dengan karakter serta struktur serupa.
c) Modernisasi kadang kala terwujud dalam bentuk lahirnya sebagai proses Eropanisasi atau
Amerikanisasi atau yang lebih dikenal dengan westernisasi, modernisasi sama dengan Barat.
Akhir-akhir ini, negara Timur sudah mengadopsi berbagai sistem atau ideology yang dianut
negara Barat, misalnya ideology, kapitalisme serta paham politik demokrasi. Negara Barat sudah
menjadi kiblat bagi negara-negara di wilayah Timur karena negara Barat menjadi simbol
kemajuan, simbol keberhasilan, simbol kesejahteraan ekonomi, dan simbol kestabilan politiknya.
d) Modernisasi merupakan proses yang tidak bergerak mundur. Proses modernisasi tidak bisa
dihentikan. Jika Negara Dunia ketiga sudah melakukan kontak dengan negara maju (dalam hal
ini adalah negara Barat), maka negara Dunia Ketiaga tidak akan mampu untuk menolak
melakukan upaya modernisasi.
e) Modernisasi merupakan perubahan yang progresif. Modernisasi dalam jangka panjang, bukan
hanya diposisikan sebagai proses yang pasti terjadi, namun modernisasi dipandang sebagai
sesuatu yang dibutuhkan.
f) Modernisasi memerlukan waktu yang panjang. Modernisasi adalah sebuah proses perubahan
yang bersifat evolusioner, bukan revolusioner. Untuk diperlukan waktu yang sangat panjang
untuk dapat menikmati hasil serta mengetahui dampak modernisasi ini.

g) Modernisasi merupakan proses sistemik. Modernisasi melibatkan perubahan pada hamper segala
aspek tingkah laku sosial, termasuk didalamnya adalah proses industrialisasi, urbanisasi,
diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi, dan sebagainya.
h) Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Untuk mencapai status modern, struktur dan
nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai
modern.
i)
Modernisasi melibatkan proses-proses yang terus menerus (imanen), hal ini dikarenakan
modernisasi melibatkan perubahan sosial yang terus-menerus dalam sistem sosial. Sekali terjadi
perubahan pada satu aspek yang lain.
2. Teori Dependensi
 Sejarah Teori Dependensi
Secara historis, teori dependensi lahir atas ketidak mampuan teori modernisasi
membangkitkan ekonomi Negara terbelakang, terutama Negara di bagian Amerika Latin. Secara
teoriti, teori modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara
Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di Negara tersebut. Karena faktor internal itulah
kemudian Negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan. Teori ini muncul di Amerila Latin, menjadi kekuatan reaktif dari suatu

kegagalan teori modernisasi dalam pembangunan yang sedang dijalankan. Tradisi berfikir kritis

ini timbul akibat fenomena yang terjadi dalam varians ekonomi, yaitu pada awal tahun 1960-an.
Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori dependensi. Teori ini berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara-negra Dunia Ketiga bukan
disebabkan oleh faktor internal di Negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh faktro
eksternal dari luar Negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan ketrbelkangan
dunia ketiga adalah adnaya campur tangan dan dominasi Negara maju pada laju pembangunan
Negara dunia ketiga. Dengan campur tangan tersebut maka pembangunan di Nedara Dunia
Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi,
namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di
Negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan
Negara maju kepada Negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ini berhasil, maka ketergantungan
ini harus diputus dan dibiarkan Negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara
mandiri.
Lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas kerisis teori
Marxis Ortodoks di Amerika Latin. Menurut pndangan Marxis Ortodoks, Amerika Latin harus
mempunyai tahapan revolusi industry “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis proletar.
Namun demikan Refolusi Republik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan refolusi kuba pada akhir
tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa Negara Dunia Ketiga tidak harus
mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembangunan RRC dan
kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa Negara-negara Amerik

Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis.
 Pengertian Teori Dependensiasi
Secara garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan-keputusan
utama yang memengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang seperti keputusan mengenai
harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau institusi di luar
negeri yang bersangkutan.
Menurut Servaes(1986), teori-teori Dependensi dan keterbelakangan lahir sebagai hasil
“revolusi intelektual” secara umum pada pertengahan tahun 60-an sebagai tantangan para ilmuan
Amerika Latin terhadap pandangan Barat mengenai pembangunan. Meskipun paradigma
Dipendensi dapat dikatakan asli Amerika Latin, namun “bapak pendiri” perpektif ini adalah
Baran, yang bersama Magdoff dan Sweezy merupakan juru bicara kelompok North American
Monthly Review.
Baran merupakan orang pertama dalam mengemukakan bahwa pembangunan dan
keterbelakangan harus dilihat sebagai suatu proses yang: (a) saling berhubungan dan
berkesinambungan (interrelated and continuous procces), dan (b) merupakan dua aspek dari satu
proses yang sama, daripada suatu keadaan eksistensi yang orisinil.
Teori-teori yang mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah digambarkan dalam
studi-studi yang dilakukan Celso Furtado, Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Fernando
Henrique Cardoso. Pada umumnya mereka itu membahas secara serius masalah colonial yang
secara historis membekas pada pertumbuhan di Negara-negara Amerika Latin, Afrika dan Asia.
Menurut mereka, kecuali dengan suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi hubungan
tersebut. Dengan kata lain bahwa keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan kosekuensi
masa penjajahan yang telah dialami oleh Negara-negara baru.
Baran dan Hobsbauw (1961) menegaskan bahwa untuk menanggulangi masalah
keterbelakangan, harus dipahami lebih dulu mengapa Negara-negara tersebut menjadi

terbelakang? Dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi dan model-model pembangunan yang
dipengaruhinya tampak seakan-akan Negara-negara yang disebut terbelakang itu muncul begitu
saja entah dari mana.
Dalam teori semacam itu, Negara-negara yang belum berkembang itu digambarkan
seolah-olah tidak punya riwayat sejarah, dan mereka begitu saja dikelompokkan bersama di
bawah satu label masyarakat tradisional.
Padahal sekarang ini, bahkan suatu pengenalan yang sederhana mengenai sejarah
menunjukkan bahwa keterbelakangan bukan sesuatu yang orisinal atau tradisional, dan tidak pula
bahwa masa lalu atau masa kini dari Negara terbelakang mengingatkan pada aspek mana pun
dari Negara-negara yang kini telah maju.hubungan ketergantungan tersebut bukan semata-mata
dibidang ekonomi saja. Para penulis seperti Freire(1968) dan Rayan (1971)menunjukkan bahwa
disebarluaskannya ideology-ideologi, sistem-sistem keyakinan, konlomerasi nilai-nilai, dan lainlain dari Negara maju di Negara-negara satelit merupakan suatu cara untuk melegitimasikan
struktur-struktur kekuasaan yang ada sekarang, berikut keadaan ketergantungan tadi.
 Kritik Terhadap Teori Dependensi
Setelah menghadapi sekian banyak tudingan dari teorisi Dependensi, banyak juga para
analisis pembangunan yang berpegangan pada teori awal tadi yang merasa bahwa hal-hal yang
dikemukakan dalam teori Dependensi itu sesuatu yang dilebih-lebihkan. Adapun yang menuduh
kaum pendista telah mendistorsikan sejarah dalam kupasan mereka, terutama yang menyangkut
hubungan antara Negara-negara maju dengan Negara-negara terbelakang. Namun, nyatanya teori
Dependensi dan keterbelakangan tersebut memang mendapat pengaruh yang besar di tengah
Negara-negara sedang berkembang.
Menurut Servaes (1986), hal-hal yang dikritik pada teori Dependensi dan
keterbelakangan itu pada pokoknya adalah:
a) Bahwa pandangan kaum dependensia tentang kontradiksi yang fundamental di dunia antara
pusat dan periferi ternyata tidak berhasil memperhitungkan struktur-struktur kelas yang bersifat
internal dan kelas produksi di periferi yang menghambat terbentuknya tenaga produktif.
b) Bahwa teori dependensi cenderung untuk berfokus kepada masalah pusat dan modal
internasional karena kedua hal itu “dipersalahkan” sebagai penyebab kemiskinan dan
keterbelakangan, ketimbang masalah pembentukan kelas-kelas lokal.
c) Teori dependensi telah gagal dalam memperbedakan kapitalis dengan feodalis; atau bentukbentuk pengadilan produser masa prakapitalis lainnya dan apropriasi surpul.
d) Teori dependensi mengabaikan produktifitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam
pembangunan ekonomi nasional, dan meletakkan tenaga penggerak (motor force) dari
pembangunan kapitalis dan masalah keterbelakangan pada transfer surpul ekonomi pusat ke
periferi.
e) Teori dependensi juga diilai menggalakan suatu ideology berorientasi ke Dunia Ketiga yang
meruntuhkan potensi solidaritas kelas internasional dengan menyatukan semuanya sebagai
“musuh”, yakni baik elit maupun massa yang berada di bangsa-bangsa pusat.
f) Teori dependensi dinilai statis karena ia tidak mampu menjelaskan dan memperhitungkan
perubahan-perubahan ekonomi di Negara-negara terbelakang menurut waktunya.
Asumsi Teori Dependensi
Ada beberapa asumsi teori yang dikembangkan teori dependensi. Asumsi teoretis
tersebut, yaitu pertama, keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum,
berlaku bagi seluruh negara Dunia Ketiga teori dependensi berusaha menggambarkan watak-

watak umum keadaan ketergantungan di Dunia Ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari
Abad ke-16 sampai sekarang.
Kedua, ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar” sebab
terpeting yang menghambat pembangunan karena tidak terletak pada persoalan kekurangan
modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar
jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah colonial dan pembagian
kerja internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap kemerdekaan pembangunan
negara Dunia Ketiga.
Ketiga, permasalah ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang
terjadi akibat mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Ini diperburuk
lagi karena negara Dunia Ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.
Keempat, situaisi ketergantungan merupakan bagian yang terpisahkan dari proses
polarisasi regional ekonomi global. Disatu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari Dunia
Ketiga menyebabkan keterbelakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan di
negara maju.
Kelima, keadaan ketergantungan dilihtnya sebagai suatu hal yng mutlak bertolak
belakang dengan pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran
mustahil terlaksana sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi di negara pinggiran ketika
misalnya sedang terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori dependensi
berkeyakinan bahwa pebangunan yang otonom dan berkelanjutan hamper dapat dikatakan tidak
mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju.
Teori dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik
tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran neo-marxisme
yang kemudian menopang keberadaan teori dependensi ini.
B. Pengaruh Teori Pembangunan Terhadap Pembangunan di Indonesia
Pembangunan Indonesia, atau pembangunan masyarakat dan manusia Indonesia sampai
kejatuhan pemerintahan Soeharto 1998, garis besarnya ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) setiap lima tahun dalam apa yang disebut Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). GBHN ini kemudian diperinci kedalam rencana pembangunan lima tahun
(REPELITA). Peleksanaan dari rencana ini terwujud dalam kebijakan, program, dan proyekproyek Departemen. Semua kebijakan dan implementasinya ini harus didasarkan kepada
pancasila dan UUD 1945.
Bagi Indonesia pengaruh teori pembangunan dunia merupakan suatu alasan yang strategis
dan memaksa bagi pemerintah untuk memilih dan melaksanakan salah satu diantaranya.
Nampaknya dari pengalaman sejarah nasional, Indonesia pernah mengalami dan mempraktekkan
tiga teori pembangunan yang pada dasarnya berpijak pada teori perubahan sosial dalam ilmuilmu sosial. Mulai dari teori kapitalisme Klasik di zaman penjajahan, kemudian teori Sosialis di
zaman pemerintahan Orde Lama, dan sampai pada pelaksanaan teori dependensia
(ketergantungan). Pada masing-masing zaman yang menerapkan teori pembangunan tersebut
menunjukkan, bahwa perkembangan teori pembangunan dunia sangat mempengaruhi penerapan
pola dan strategi kebijakan pembangunan nasional Indonesia. Khususnya pada zaman
pemerintahan Orde Baru sampai sekarang ini, banyak pengalaman pemerintah yang memberikan
gambaran tentang betapa tergantungnya bangsa dan negara ini terhadap sistem dunia.
Di dalam khasanah ilmu-ilmu sosial di Indonesia sendiri,ampai 1980-an, dikuasai oleh teori
modernisasi.selama lebih dari tiga decade itu, teori modernisasi yakni teori yang mengatakan

bahwa kemiskinan suatu negara berpangkal terhadap persoalan internal negara bersangkutan,
sehingga solusinya adalah memodernkan negara tersebut menjadi pilihan utama untuk
menjalankan dan menyelenggarakan pembangunan negara. Sebagaian besar kaum berdidik yang
berperan dalam wacana pembangunan Indonesia adalah para lulusan barat yang berkiblat pada
paradigma modernisasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Pembangunan adalah serangkaian teori yang digunakan sebagai acuan untuk
membangun sebuah masyarakat. Ide tentang pentingnya perhatian terhadap teori pembangunan
pada awalnya muncul ketika adanya keinginan dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi
masyarakat dunia ketiga yang baru merdeka yang menurut negara maju masih miskin dan
terbelakang. Ada tiga Teori Pembangunan antara lain; Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan
(Dependensi), dan Teori Sistem Dunia (World System Theory).
Teori mainstream merupakan teori modernisasi yang lahir pada abad ke-20, sekitar tahun
1950-an di Amerika Serikat. Teori mainstream atau teori modernisasi adalah teori-teori yang
menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat di
dalam negara yang bersangkutan. Sedangkan, teori dependensi secara gasir besar adalah suatu
keadaan dimana keputusan-keputusan utama yang mempengaruhi kenajuan ekonomi di negara
berkembang seperti keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter,
dibuat oleh individu atau institusi di luar negara yang bersangkutan.teori ini muncul di Amerika
Latin.
B. Kritik
Sistem ekonomi di Indonesia pada masa sebelum orde baru menunjukkan pembangunan
dalam segala bidang, namun dalam kenyataannya perekonomian Indonesia malah semakin parah
karena KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Ditinjau pada masa sekarang Indonesia sistem
pembangunan di Indonesia tidak bisa terlepas dari ketergantungan dari negara lain. Seperti bahan
bakar minyak bumi yang mana Indonesia masih belum bisa mengelolah minyak bumi sendiri.
Sehingga Indonesia masih perlu bantuan negara lain untuk mengelolah bahan bakar minyak. Bisa
dicontohkan lagi impor tempe.

DAFTAR PUSTAKA
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Marzali, Amir. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.
Fakih, Mansour. 2003. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan.
Yogyakarta: UUP STIM YKPM
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosil. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Zulkarimen, Nusation. 2007. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapanya
Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Jurnal Internasional. Ema Khotima. Pembagunan Dalam Perspektif Ekofeminisme (Analisis
Kritis Paradigma Teori Pembangunan dan Urgensi Pembangunan Perspektif Deokratis Kulturis
dalam upaya Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia). Volume No. 3 Juli-September
2006: 333-354
Jurnal Internasional. Rahayu S. Globalisasi Teori Pembabgunan dan Pengaruhnya Terhadap
Strategi Pembangunan. Vol.2, No.5, Juli-Desember 2008
Diposkan oleh nooer asnhie di 09.20
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:
1.
Ase Satria27 April 2016 06.59
Sangat bermanfaat mba, singkat padat dan jelas. Silahkan juga kunjungi
1. Definisi Pembangunan Masyarakat Menurut Para Ahli Lengkap Dengan Sumber
Rujukan
2. Definisi Pembangunan Fisik Dan Non Fisik Menurut Para Ahli Lengkap Dengan
Sumber Data
3. Kumpulan materi pelajaran, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi
perkuliahan (www.materibelajar.id)
Balas