9334 Morfologi dan siklus hidup lalat.do

JUDUL RINGKASAN
Yaws (Patek)

; Morfologi Dan siklus hidup lalat sebagai vektok penyakit

NAMA MAHASISWA

: PUTRI AMALGA

NIM

: AK816059

SEMESTER

: IV

KELAS

:B


MATA KULIAH

: PARASITOLOGI III

PROGRAM STUDI

: DIII ANALIS KESEHATAN

DOSEN

: PUTRI KARTIKA SARI M.SI

A. Morfologi
Tubuh lalat rumah Musca domestica dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada
(thoraks) dan perut (abdomen). Lalat rumah memiliki antena yang terdiri atas 3
ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian
atas dan bawah bagian mulut atau proboscis lalat seperti paruh yang menjulur
digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit
lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang
dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan

diserap.

Sayap lalat rumah dengan bahasa latin (Musca domestica L) mempunyai empat
garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga.
Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda
dengan musca jenis lainnya. Lalat rumah (Musca domestica L.) memiliki tiga
pasang kaki yang ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan
disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat
menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di
sampah dan tempat kotor lainnya.
Lalat rumah berukuran medium yaitu panjang 6-9 mm, bewarna abu-abu, dan
mempunyai empat pita yang berupa garis memanjang pada permukaan thoraks.

Memiliki mata majemuk yang besar, pada bentuk jantan kedua mata majemuk agak
berdekatan, tetapi bentuk betina lebih berjauhan.

B. Klasifikasi
Lalat merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo Diptera yang merupakan
ordo terbesar dari serangga dengan keragaman jenis yang tinggi. Istilah “Diptera”
menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada masa

embrional. Pasangan sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan fungsi
menjadi alat keseimbangan yang disebut halter sedang sepasang sayap lainnya
menjadi sayap sejati. Adapun klasifikasi lalat rumah adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species: Musca domesticaL
C. Siklus Hidup
Lalat rumah mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri atas stadium telur,
larva, kepompong, serta stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu
antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia.
Lalat betina umunya sudah menghasilkan telur pada usia 4-8 hari setelah keluar dari
pupa. Telur dikeluarkan lalat betina sekaligus sebanyak 150-200 butir. Selama
hidunya lalat betina bertelur 5-6 kali. Perkembangan lalat rumah (Musca domestica
L.) dari telur hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu 35oC
perkembangan lalat memerlukan waktu 22 hari, jika suhu di bawah35oC maka
perkembangan lalat mencapai 30-40 hari.


a.

Stadium Telur
Lalat betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-20 hari
setelah dewasa. Telur yang dihasilkannya berbentuk oval, berwarna putih,
berukuran sekitar 10 mm dan biasanya mengelompok, sebanyak 75 sampai
150 telur setiap kelompoknya. Jika tersedia panas yang dibutuhkan, maka
dalam tempo 12 jam telur akan menetas dan menghasilkan tempayak (larva).

b.

Larva atau Tempayak
Stadium ini terdiri dari 3 tahap atau tingkatan, yaitu :
Tahap pertama : Telur yang baru menetas, disebut instar I, berukuran
panjang 2 mm, bewarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat
aktif dan
ganasterhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan menjadi instar.
Tahap kedua : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai
beberapa hari, kulit mengelupas dan keluar instar III.

Tahap ketiga : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan
waktu 3 sampai 9 hari. Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan
temperature 30-35oc dan dalam waktu antara 4 sampai 17 hari akan berubah
menjadi kepompong.

c.

Kepompong
Kepompong lalat rumah berbentuk lonjong dan umumnya berwarna merah
tua atau coklat. Umumnya kepompong mencari tempat yang kering atau
dapat menyembunyikan diri ke dalam lubang tanah yang ditemukannya. Jika
suhu yang dibutuhkan sesuai yakni lebih kurang 35o celcius maka sekitar 3
hari, kepompong akan berubah menjadi bentuk dewasa.

d.

Lalat Dewasa
Lalat rumah memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk mengeringkan tubuh
dan sayapnya sebelum terbang meninggalkan tempatnya. Kemudian setelah
beristirahat selama lebih kurang 15 jam, lalat memulai kehidupannya sebagai

layaknya lalat dewasa. Usia lalat dewasa biasanya antara 2 sampai 4 minggu,
tetapi dapat bertahan lebih lama jika udara dingin.

e.

Sistem Pernapasan Lalat Rumah
Sistem pernapasan serangga terdiri atas pipa internal yang bercabang secara
berulang-ulang dan mengirimkan udara secara langsung ke sel-sel tubuh.
Cincin kitin memperkuat pipa terbesar, yang disebut trakea yang membesar
membentuk kantung udara di dekat organ-organ yang memerlukan supial
oksigen yang besar.
Udara memasuki trakea melalui pembukaan yang disebut spirakel
pada permukaan tubuh serangga tersebut dan lewat ke dalam pipa yang lebih
kecil yang disebut trakeola. Trakeola tersebut berakhir pada membran
plasma individu sel. Ujung kecil trakeola tertutup. O2 berdifusi masuk ke
dalam sel tubuh dari trakeola, dan CO2 berdifusi dari sel ke dalam trakeola.

D. Epidemiologi
Dilihat dari anatomi tubuh lalat, kaki dan belalai alat penghisap yang penuh
ditumbuhi rambut halus, memungkinkan kotoran dan kuman-kuman penyebab

penyakit menempel dan ikut berpindah secara mekanik mengikuti keseharian
kehidupan lalat yang selalu hidup dekat dengan manusia dan ikut menikmati
makanan/minuman kita. Lalat meletakkan telur dikelembaban tumpukan sayuran
busuk, sisa-sisa makanan dan bak sampah. Dari 5000 kg sampah yang diteliti,
sekitar 2/3 nya sudah dihinggapi dan berisi telur lalat. Diperkirakan satu bak
sampah menghasilkan 20.000 belatung setiap minggu. Lingkaran hidup lalat dari
telur menjadi kepompong sekitar 1 minggu, dan dari kepompong menjadi lalat
sekitar 3 hari. Berkembangbiaknya lalat termasuk cepat dan menakutkan. Walaupun
lalat tidak termasuk lalat yang menggigit, tetapi lalat dapat menularkan penyakit
karena kebiasaan mereka hinggap pada bahan-bahan yang tercemar kotoran
manusia, kemudian hinggap pada bahan makanan dan minuman, atau pada borok
kulit dan selaput lendir, itulah cara penularan secara mekanik. Diperkirakan 1 ekor
lalat rumah di daerah kumuh membawa 4 juta kuman penyebab penyakit di dalam
tubuhnya.

Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps
(berulang),
nonvenereal treponematosis, lesinya berupa lesi kulit primer dan sekunder yang
sangat
menular dan lesi yang tidak menular adalah lesi tersier (lanjut) yang destruktif. Lesi

awal
yang tipikal (patek induk) yaitu berupa papilloma yang timbul pada wajah dan
ekstremitas
(biasanya pada kaki) muncul dalam beberapa minggu atau bulan, biasanya tidak
nyeri
kecuali jika ada infeksi sekunderPapilloma dan
hyperkeratosis pada telapak tangan dan kaki dapat timbul baik pada stadium awal
atau
lanjut : lesi tersebut menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan biasanya menimbulkan
disabilitas. Lesi akan sembuh spontan tetapi dapat timbul kembali pada tempat lain
selama fase awal dan lanjut.
Stadium akhir memiliki ciri-ciri berupa lesi destruktif pada kulit dan tulang,
terjadi pada

10 – 20% dari penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, biasanya muncul
setelah 5
tahun atau lebih setelah terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Axtell, R.C. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production.

CIBA-GEIGY.USA.

2. Byrd, J.H. and Castner, J.L. 2001. Insects of forensic importance. In Forensic
Entomology : the utility of arthropods in legal investigation. New York: CRC press.
3. Darjono. 2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat dalam Mencegah Penyebaran
Penyakit. Edisi Februari 2006 nomor 74/tahunVII. POKPHAND. Diakses 7 April
2012.
4. David, B.V. and Anathakrishnan, T.N. 2004. General and applied entomology. 2nd
ed. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Companies.
5. Dr. Soedarto, DTMH, PhD.1992. Entomolgi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran
EGC.
6. Kartikasari. 2008. Dampak Vektor Lalat Terhadap Kesehatan. Universitas Sumatera
Utara. jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-2-bab1 Diakses tanggal 7 April 2012.
7. Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan) Diakses 7 April 2012.
8. Sack DA, Sack RB, Nair GB, Siddique AK. 2004. Cholera. Lancet.