Perbedaan Retensi dan Jaminan Pemelihara

Perbedaan Retensi dan Jaminan Pemeliharaan

(254 Views) October 16, 2014 2:40 pm | Published by Samsul Ramli | No comment
Harian Metro Banjarmasin, Kamis,
16 oktober 2014 menyadarkan
saya bahwa pemahaman tentang
Retensi dan Jaminan
Pemeliharaan dalam kaitan
pengadaan barang/jasa perlu
dikupas lebih mendalam. Insiden
seperti ini mestinya tidak perlu
terjadi jika kita memperdalam
pemahaman tentang Perpres
54/2010 sebagaimana diubah
melalui Perpres 70/2012 tentang
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Selama ini yang dibaca dan dipahami hanyalah bahwa retensi dan jaminan
pemeliharaan itu sama saja yaitu tentang menjamin dilaksanakannya kewajiban
penyedia dalam masa pemeliharaan.
Hal ini seperti tertuang dalam


Pasal 71 bahwa:

1. Penyedia Barang/Jasa memberikan Jaminan Pemeliharaan kepada PPK
setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus),
untuk:
1. Pekerjaan Konstruksi;
2. Pengadaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
2. Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai
Kontrak.
3. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai.
4. Penyedia Pekerjaan Konstruksi memilih untuk memberikan Jaminan
Pemeliharaan atau memberikan retensi.
5. Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
Retensi adalah Jaminan Pemeliharaan karena retensi dapat menggantikan jaminan
pemeliharaan. Lalu apa yang dimaksud oleh pasal 71 ayat 4 bahwa penyedia dapat
memilih retensi atau jaminan pemeliharaan?

Jika dihadapkan antara retensi dan jaminan pemeliharaan ada baiknya kita telaah
uraian Pasal 1 ayat 35, bahwa Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan,
adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional),
yang
dikeluarkan
oleh
Bank
Umum/Perusahaan
Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa

kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia
Barang/Jasa.
Dengan demikian jaminan pemeliharaan yang dimaksud pada ayat 4 dan 5
adalah surat jaminan pemeliharaan sebagaimana dimaksud melalui pasal 1 ayat
35.
Sedangkan Retensi adalah pengejawantahan dari hak retensi sebagaimana diatur
dalamKUHPerdata Pasal 1812 yaitu hak dari penerima kuasa (Penyedia) untuk
menahan sesuatu yang menjadi milik pemberi kuasa (PPK) karena pemberi
kuasa (PPK) belum membayar kepada penerima kuasa (Penyedia) hak yang

timbul dari pemberian kuasa (pekerjaan).
Maka dari itu kemudian Perpres 54/2010 sebagaimana diubah dengan Perpres
70/2012 dalam pasal 89 ayat 5 menjelaskan bahwa PPK menahan sebagian
pembayaran
prestasi
pekerjaan sebagaiuang
retensi untuk
Jaminan
Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa
pemeliharaan.
Kemudian dijelaskan dengan sangat tegas pada bagian penjelasan 89 ayat 5
bahwa Retensipembayaran dilakukan apabila masa pemeliharaan berakhir pada
tahun anggaran yang sama.
Hal ini selaras dengan pemahaman UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
pasal 11 bahwa kewajiban anggaran mengikat pada satu tahun anggaran yaitu
mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Pembayaran terhadap
hak penyedia barang/jasa yang telah menyelesaikan pekerjaan dan telah diterima
paling lambat 31 Desember. Untuk itu karena retensi sifatnya adalah sisa
pembayaran ditahan harus segera cair saat batas pencairan SPM-LS atau paling
lambat 31 Desember.

Jika kondisinya demikian bagaimana dengan masa pemeliharaan yang melebihi
tahun anggaran? Sementara aturan membolehkan masa pemeliharaan melebihi
tahun anggaran. Untuk mengatasi hal ini maka pembayaran pada penyedia
diserahkan 100% termasuk didalamnya kewajiban jaminan pemeliharaan dengan
syarat penyedia mengganti retensi dengan surat jaminan pemeliharaan sebesar
nilai retensi yaitu 5% dari nilai kontrak.
Mekanisme ini sudah dituangkan dalam Perka LKPP 14/2012 Bab III Tata Cara
Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi pada bagian Serah Terima Pekerjaan :

5) Dalam hal masa pemeliharaan tidak melewati akhir tahun
anggaran, maka pembayaran dilakukan sebesar 95%
(sembilan puluh lima perseratus) dari nilai Kontrak,
sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi
selama masa pemeliharaan atau pembayaran dilakukan
sebesar 100% (seratus perseratus) dari nilai Kontrak dan
Penyedia harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar
5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak.
6) Dalam hal masa pemeliharaan melewati akhir tahun
anggaran, maka pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus
perseratus) dari nilai Kontrak dan Penyedia harus

menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai Kontrak.
Saya pikir sudah cukup uraian ini untuk dapat menjawab dimana letak kegagalan
paham para pihak terhadap perbedaan retensi dengan jaminan pemeliharaan.
Jaminan pemeliharaan adalah kewajiban penyedia jasa terhadap mutu jasa yang
diserahkan selama masa pemeliharaan.
Dalam menjalankan kewajiban jaminan pemeliharaan, penyedia barang/jasa dapat
memilih
memberikan
jaminan
pemeliharaan
berupa surat
jaminan atau retensi pembayaran.
Dalam memilih antara retensi dan surat jaminan diikat ketentuan bahwa retensi
hanya
dapat
diberikan
untuk masa
pemeliharaan
yang

berakhir
pada tahun anggaran yang sama. Jika masa pemeliharaan melewati tahun
anggaran maka tidak ada pilihan kecuali menyerahkan surat jaminan.
Jadi perbedaan antara retensi dan surat jaminan pemeliharaan adalah :
1. Jika masa pemeliharaan pada tahun anggaran yang sama maka dapat
memilih retensi atau surat jaminan pemeliharaan.
2. Jika masa pemeliharaan berpotensi atau pasti melewati tahun anggaran
maka pilihannya adalah surat jaminan pemeliharaan.
Semoga kedepan tidak ada lagi persoalan gagal cair retensi karena melewati tahun
anggaran.