2. Anatomi dan fungsi alat pencernaan. - Sistem Pencernaan Ruminansia

SISTEM PENCERNAAN

  1. Pengertian sistem pencernaan

  Sistem pencernaan merupakan suatu sistrem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan, pencernaan dan absorbsi zat makanan mulai dari mulut sampai ke anus. Sistem pencernaan bertanggung jawab pula terhadap pengeluaran bahan- bahan pakan yang tidak dapat dicerna.

  2. Anatomi dan fungsi alat pencernaan.

  Sistem pencernaan dibagi atas saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ-organ yang diperlukan didalam proses pencernaan bahan pakan. Saluran pencernaan meliputi: rongga mulut, faring, esofagus, lambung , usus halus, sekum dan usus besar.

  2.1. Rongga Mulut (termasuk faring)

  Didalam rongga mulut terdapat 3 alat pelengkap pencernaan yakni : gigi, lidah dan saliva. Berbeda dengan hewan lain, ternak ruminansia pada maxilla tidak terdapat gigi seri dan gigi taring, sehingga pada proses pengambilan pakan sangat tergantung pada kedua bibir, lidah dan gigi mandibula. Didalam rongga mulut terdapat gigi-gigi molar yang berguna untuk memecah pakan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga memudahkan penelanan.

  Saliva mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi rumen. Ternak ruminansia mensekresikan saliva dalam jumlah banyak dan kontinu yaitu sekitar 75-125 liter perhari pada sapi dan 5-15 liter perhari pada domba yang mempunyai fungsi : a.

  Sebagai larutan penyangga, karena saliva mengandung komponen buffer yaitu bikarbonat dan fosfat, sehingga pH didalam rumen tetap yaitu mendekati netral, pH saliva sekitar 8,4- 8,5.

  b.

  Menstabilkan jumlah cairan dan konsentrasi ion didalam rumen.

  c.

  Sebagai pelicin pakan untuk membentuk bolus sehingga memudahkan penelanan (sebagai lubrikan ) d.

  Supplai nutrien karena 70 persen N saliva terdiri dari urea.

  e.

  Memperkecil kemungkinan terjadinya bloat. ruminansia tidak mengandung enzim amilase, tetapi mengandung pregastic esterase yang berfungsi merombak trigliserida menjadi asam butirat. Saliva ruminansia isotonis dengan darah. Saliva dihasilkan oleh 6 kelenjar saliva yaitu : kelenjar parotidea, kelenjar aubmaxillaris, kelenjar sublingulis, kelenjar molar inferior, kelenjar bukalis dan kelenjar libialis. Sedangkan sekresi saliva dipengaruhi oleh faktor-faktor neural, fisik, kemikal dan hormonal.

  2.2. Esofagus

  Esofagus merupakan organ yang menghubungkan faring dengan lambung (rumen). Bolus pakan yang dibentuk didalam rongga mulut dapat berjalan melalui esofagus kerena adanya gerakan anti peristaltik dari asofagus.

2.3. Lambung

  Lambung ruminansia terdiri dari 4 bagian yakni rumen, omasum, dan abomasum dan sebagian besar terletak di sebelah kiri. Rumen, retikulum dan omasum disebut juga perut depan (fore stomach), sedangkan abomasum dikenal dengan lambung sejati. Lambung depan mempunyai fungsi sangat penting yaitu sebagai tempat terjadinya fermentasi oleh mikroba absorbsi dan sintesis protein protein mikroba. Abomasum disebut lambung sejati karena baik anatomis maupun fisiologinya sama dengan lambung hewan omnivora atau carnivora.

2.3.1. Rumen.

  Rumen terletak disebelah kiri rongga mulut, memanjang dari tulang rusuk ke 7 dan 8 sampai dengan tulang pinggang yaitu menempati lebih kurang tiga per empat bagian sebelah kiri rumen menempel pada diafragma dan dinding kiri rongga perut serta limpa, sedangkan bagian sebelah kanan berhubungan dengan omasum, obamasum, usus, hati, pankreas, ren sebelah kiri, aorta dan vena posterior. Permukaan sebelah atas rumen mengikuti lengkungan diafragma dan otot sublumbal serta berhubungan dengan peritonium. Gambar 1. dan Gambar 2. memperlihatkan penampang lambung ruminansia. Gambar 1. P Penampang lambung rum minansia dil ihat dari sisi i kanan (Get tty. 1975 ) Permukaan interior papila rume en berbagai bentuk yang g berbeda- beda dalam bentuk dan ukuran dari pendek dan menunj juk panjang dan berdaun n-daun.

  Kegu unaan kanto ong tersebut t adalah pa ada gerakan- -gerakan ru umen sewak ktu terjadi pros es fermentas si. Sedangka an pillar me rupakan jari ingan otot y yang berfung gsi untuk kontr raksi (molitit tas rumen), s selain jaring gan otot, pem mbuluh darah h juga pentin ng untuk molit titas rumen. Gambar 2. Retikulo-rumen bagian interior, dimana A : esofagus ; B: retikulum;

  C: reticular groov; D : retikulo-ruminal fold; E: kantong karnial;

  Bagian dalam rumen tidak halus, tetapi dilapisi oleh tonjolan- tonjolan kecil yang disebut papillae yang menyerupai papilla lidah dan berfungsi untuk memperluas permukaan rumen dan absorpsi. Jumlah dan ukuran papilla tidak sama, tetapi berbeda –bada tergantung lokasinya dan lama ingesta tinggal di dalam rumen. Papilla pada bagian dorsal rumen lebih pendek dibanding bagian ventral rumen karena ingesta yang sukar dicerna akan tinggal dibagian ventral lebih lama.

  F: kantong korsal; G: karnial pillar; H : longitudinal pillar; I : kaudal pillar; J: dorsal coronary pillar; K: kantong buntu dorsal; L : ventral coronary ; M : kantong buntu ventral dan ; kantong ventral (Swenson, 1977 ). Rumen dibagi menjadi 5 kantong yaitu :

  • Kantong kranial
  • Kantong ventral
  • Kantong dorsal
  • Kantong buntu kaudo dorsal
  • Kantong buntu kaudo ventral
Lingkungan didalam rumen dapat dibagi menjadi 4 zona yakni : a.

  2 , CH 4 (merupakan

  Zona gas : berisi gas-gas hasil fermentasi yaitu CO komponen gas utama ), H

  2 , H

2 S, N 2 , dan O 2 .

  b.

  Zona apung (pad zona ): merupakan daerah dimana banyak dijumpai ingesta baru serta ingesta yang mudah dicerna atau merupakan daerah serat kasar.

  c.

  Zona cairan ( intermediate zona ): merupakan daerah yang paling penting karena papilla didaerah ini panjang sehingga merupakan tempat absorpsi yang utama.

  d.

  Zona endapan (high density zona ) : merupakan tempat berkumpulnya benda- benda asing misalnya paku, batu yang ikut termakan dan pakan yang tidak dapat dicerna.

  Gambar 3. Pembagian zona di dalam rumen (Church .1975). Rumen mempunyai fungsi yang penting antara lain : a.

  Menyimpan bahan makanan kemudian difermentasi.

  b.

  Merupakan tempat fermentasi c. Tempat absorpsi hasil akhir fermentasi d.

  Tempat pengadukan ( mixing ) dari ingesta.

2.3.2. Retikulum

  Secara fisik retikulum tidak terpisah dari rumen, tetap secara anatomi berbeda. Retikulum merupakan jalan antara rumen dan omasum, dimana pada retikulum terdapat lipatan- lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan yang langsung dari oesophagus menuju omasum. Pembentukan lipatan esofagus tersebut distimulir oleh efek liquid dari pakan efek suklin ( penyedot ) puting susu dan dipengaruhi oleh ion-ion tertentu.

  Bagian dalam retikulum terdiri dari papilla-papilla yang terbentuk seperti rumah tawon yang dikenal dengan Honey com.

  Retikuler epitel dilemparkan ke dalam lipatan bahwa bentuk sel-sel poligonal bahwa give it a, madu-disisir retikuler penampilan. Sejumlah kecil studi papillae lantai interior sel.

  Fungsi retikulum: a.

  Memudahkan pakan dicerna ke rumen maupun ke omasum, yang dicerna ke rumen yaitu hijauan atau konsentrat yang padat, sedangkan yang ke omasum adalah ingesta yang telah dicerna dan bersifat cair.

  b.

  Membantu proses ruminansia c. Mengatur arus ingesta dari retikulo-rumen ke-omasum melalui reticulo

  omasal orifice d.

  Merupakan tempat fermentasi e. Merupakan tempat absorbsi hasil akhir fermentasi yaitu VFA, amonia dan air.

  f.

  Tempat berkumpulnya benda-benda asing.

  2.3.3. Omasum

  Omasum terletak disebelah kanan garis median atau disebelah rusuk ke 7-11, berbentuk elips dan dihubungkan dengan retikulum oleh saluran sempit dan pendek yang disebut orificium reticulo omasal. Pada bagian dalam omasum terdapat lipatan-lipatan daun-daun limanae yaitu merupakan lipatan longitudinal dari bagian yang sering di sebut perut buku. Pada laminae terdapat papilla-papilla yang berfungsi untuk absorbsi.

  Bagian dalam omasum yang dilemparkan ke dalam lipatan longitudinal yang luas atau daun mengingatkan pada halaman dalam sebuah buku (istilah untuk omasum adalah buku-buku). Lipatan omasal, yang dalam kehidupan yang dikemas dengan halus ingesta tanah, telah diperkirakan mewakili sekitar sepertiga dari luas permukaan total forestomachs.

  Fungsi Omasum : a. mengatur arus ingesta ke abomasum melalui omasal abomasal orifice.

  b.

  Tempat memperkecil ukuran partikel ingesta (berfungsi sebagai grinder) c. Tempat menyaring ingesta yang kasar d.

  Tempat fermentasi dan absorbsi.

  2.3.4. Abomasum

  Abomasum merupakan bagian lambung yang memanjang, terletak didasar rongga perut. Abomasum di sejajarkan dengan perut sejati karena disinilah disekresikan cairan lambung oleh-sel-sel abomasum. Abomasum terdiri dari 3 daerah yaitu :

  • kardila : yang berhubungan dengan omasum, mensekresikan cairan lambung yang mengandung mukus
fundika : merupakan bagian yang terbesar , terdiri atas 3 sel yaitu :

  • body cheif cells : mensekresikan enzim pesinogen dan rannin
  • neck chief cells : mensekresikan cairan lambung yang mengandung
  • mukus parietal cells : mensekresikan HCI
  • Pylorus : merupakan bagian terkecil yang berhubungan dengan
  • duodenum, dan mensekresikan mukus.

  Fungsi abomasum a.

  Mengatur arus ingesta dari abomasum menuju ke duodenum yang dibantu oleh adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan dalam dari abomasum yang disebut fold (ridges).

  b.

  Merupakan tempat permulaan dari proses pencernaan secara enzimatik. Setelah makanan masuk abomasum, maka proses digesti dan absorbsi terjadi pada ternak ruminansia.

2.4. Usus Halus

  Pada dasarnya anatomi dan fisiologi alat pencernaan bagian bawah yaitu usus halus, sekum dan usus besar sama dengan ternak non ruminansia. Namun ada hal-hal penting untuk diketahui dalam mempelajari gizi ternak ruminansia. berhubungan dengan abomasum, bagian tengah di sebut jejenum dan ileum yang berhubungan dengan usus besar (intestinum krasum = kolon). Kedalam usus halus termasuk 4 sekresi yaitu cairan duodenum, empedu, cairan pankrease dan cairan usus. Kelenjar-kelenjar duodenum menghasilkan sekresi yang bersifat alkali yang masuk duodenum melalui saluran diantara villi. Fungsi cairan ini adalah sebagai pelicin dan melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam yang masuk dari abomasum. Empedu dihasilkan hati dan masuk usus melalui saluran empedu yang di sebut ductus choleduchus. Empedu mengandung garam-garam kalium dan natrium dari asam-asam empedu dan zat warna empedu. Fungsi garam-garam empedu adalah mengemulsikan lemak dan mengaktifkan lipase pankreas yang membantu menghidrolisis lemak. Pankreas terletak pada lengkungan duodenum, mensekresikan cairan yang masuk duodenum melalui duktus pankreatikus. Epitel usus halus akan mengeluarkan hormon apabila zat asam dari abomasum masuk duodenum. Hormon tersebut akan masuk ke dalam kedalam peredaran darah, dan mengeluarkan sekresi sekretin yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan cairan ion bikarbonat yang berfungsi menetralisasi asam lambung. Selanjutnya mukosa usus akan mensekresikan hormon pankreozimin, yang akan merangsang pankreas mensekresikan enzim tripsinogen, Kimotripsinogen dan nuklease mukosa usus juga mensekresikan enzim enterokinase yang berfungsi mengaktifkan tripsinogen menjadi gugus tripain yang dapat mencegah ikatan peptida yang mempunyai gugus karboksil dari lisin dan arginin tripsin kemudian mengaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin yang berfungsi memecah ikatan peptida yang mempunyai gugus karboksil dari asam-asam amino aromatik. Tripsin juga mengaktifkan prokarboksipeptidase menjadi karboksipeptidase yang memisahkan asam amino terminal yang mengandung gugus karboksil bebas.

  Alfa-amilase akan memecah pati menjadi dekstrin dan maltose, maltase, laktase dan sukrase dalam usus menghidrolisis disakarida menjadi gula-gula sederhana yaitu glukose, galaktose dan fruktose.

  Lipase pankreas dengan bantuan garam-garam empedu menghidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.

   Sekum dan Kolon

  Sekum merupkan tabung berstruktur sederhana. Kondisi di dalam sekum dan kolon secara umum tidak berbeda dengan kondisi di dalam rumen , yaitu merupakan tempat fermentasi oleh mikroba. Meskipun demikian VFA yang dihasilkan di dalam sekum dan kolon lebih rendah di banding VFA yang dihasilkan rumen. Konsentrasi

  VFA di dalam sekum dan kolon masing-masing sebesar 7 mM dan 60 mM, sedangkan konsentrasi VFA di dalam rumen berkisar antara 100-150 mM. Sekum juga merupakan tempat absorbsi VFA dan air.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Lambung.

  Pertumbuhan dan perkembangan lambung ruminansia di bedakan menjadi 2 periode yaitu : pertumbuhan lambung fetus dan pertumbuhan setelah lahir.

  3.1. Pertumbuhan lambung fetus.

  Pertumbuhan lambung fetus merupakan pertumbuhan lambung pada fetus selama masih di dalam kandungan sampai lahir. Pada sapi penonjolan lambung mulai nyata pada embrio pada umur 28 hari. Kemudian pada umur 36 hari mulai terjadi perubahan epitel yang mengarah perkembangan masing-masing bagian lambung. Bagian-bagian lambung terlihat nyata pada umur 56 hari . retikulum mulai tumbuh pada fetus umur 72 sampai 100 hari. Omasum fetus relatif besar, tetapi pertumbuhan selanjutnya tidak secepat rumen, retikulum dan abomasum. Sedangkan abomasum berkembang lebih besar di banding rumen mulai fetus umur 5 bulan sampai lahir.

  3.2. Pertumbuhan setelah lahir.

  Pada waktu lahir bagian lambung yang paling besar adalah abomasum, di ikuti retikulo rumen dan omasum. Proses pencernaannya mendekati hewan manogastrik. Selanjutnya rumen berkembang pesat sehingga kapasitas nya mencapai 4-6 kali kapasitas abomasum. Dengan demikian hewan berubah dari manogastrik pada saat lahir menjadi ruminansia pada saat dewasa.

  Gambar 4. Diagram yang menggambarkan sistem pencernaan pedet (Williamson and Payne , 1980)

  Pada pedet yang masih menyusu induknya, rumen dan retikulum relatif belum berkembang, dan susu disalurkan oleh lipatan jaringan seperti slang di sebut

  

oesophageal atau reticular grove (hijauan dan konsentrat) retikulo-rumen membesar

  mencapai 85% lambung depan, sedangkan abomasum hanya 8% saja. Setelah dewasa retikulo rumen lebih dahulu untuk di fermentasikan. Tetapi refleks penutupan celah itu untuk membentuk suatu slang dapat dirangsang sampai dewasa, terutama jika pedet di biarkan menyusu sendiri pada puting induknya.

  Lambung ruminansia dalam perkembangannya mengalami 3 fase yaitu : a. fase non ruminansia yaitu umur 0-3 minggu b. fase transisi yaitu umur 3-6 minggu c. fase ruminansia yaitu seteah umur 6 minggu.

  Penelitian yang di lakukan oleh Benzie dan Phillipson (1057) terhadap perkembangan lambung kambing memperlihatkan bahwa pada saat lahir , abomasum terletak tepat dibelakang diafragma dan berbentuk seperti kantong, sedangkan absis memanjangnya adalah pada dorsofentral. Bagian yang paling besar adalah abomasum, sedangkan rumen dan retikulum sangat kecil. Setelah berumur 3 minggu abomasum tetap pada posisi di belakang diafragma tetapi rumen dan retikulum mulai membesar dan berpindah kebelakang sedikit menjahui diafragma terutama abomasum. Pada umur 4 minggu rumen dan retikulum berkembang cepat, sedangkan hampir separuh rongga perut sebelah kiri sampai kedasar rongga perut, dan mulai menempati rongga perut pada umur 12 minggu. Perkembangan rumen di pengaruhi faktor-faktor : a. pakan kasar :merupakan stimuli fisik bagi perkembangan kapasitas rumen .

  b.

  VFA : merupakan stimuli fisik bagi perkembangan papilla rumen.

  c.

  Umur ternak. Tabel 1. memperlihatkan perbandingan volume lambung ruminansia pada berbagai umur.

4. Kondisi dalam Rumen.

  Kondisi dalam rumen atau sifat-sifat isi rumen sangat berfariasi dan di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pakan, saliva, mikroba, digesta, dan absorbsi serta faktor fisiologis yang lain. Sifat-sifat isi rumen yang paling penting adalah: a.

  Bahan kering isi rumen Bahan kering isi rumen berkisar antara 10-15 %. Kadar air isi rumen kira-kira sama dengan darah yang beredar di dalam air tubuh. Besarnya bahan kering isi rumen dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah air minum dan lokasi bagian rumen. Bagian dorsal dan cranial dari rumen mempunyai bahan kering lebih besar di banding bagian ventral rumen yaitu sekitar 12,7% di banding 4,5%.

  b. Temperatur Temperatur rumen sedikit konstan diatas temperatur tubuh yaitu sekitar 38-39°C. Bila fermentasi berjalan aktif, temperatur bisa naik mencapai 41°C. Pada temperatur tersebut protozoa akan mati.

  c. Keasaman Umumnya pH rumen berkisar antara 6,7-7,0. makin banyak asam-asam hasil fermentasi makin cepat terjadinya absorbsi. Keasaman rumen diatur oleh adanya natrium bikarbonat dan fosfat pada waktu adanya fermentasi yang cepat . Keasaman di dalam rumen di pengaruhi oleh jenis pakan, produk fermentasi dan saliva. Bila pakan banyak mengandung konsentrat maka pH akan turun, sedangkan pakan hijauan

  Tabel 1 : persentase perbandingan volume lambung ruminansia (Church, 1976). Spesies

  Umur 0 1 2 3 4 6 8

  • bulan -------------------------- SAPI Rumen-retikulum 38 52 60 64 67 64 64 Omasum 13 12 13 14 18 22 25 Abomasum 49 36 27 22 15 14 11
    • minggu------------------------ DOMBA Retikulum 8 8 8 10 11 11 10 Rumen 24 23 29 46 44 60 64 Omasum 8 6 5 6 5 5 5 Abomasum 60 63 60 40 32 29 18

  d. Berat Jenis

  Berat jenis isi rumen berkisar antara 1,022-1,055 atau-rata 1,038. Berat jenis isi rumen di pengaruhi oleh jenis pakan dan ukuran partikel pakan. Makin besar ukuran partikel pakan , akan menurunkan berat jenis.

  e. Kemampuan Menahan pH (Buffering Capacity).

  Buffering capacity yang baik adalah 6,0-7,8. Buffering capacity di

  pengaruhi oleh jenis pakan , konsumsi air dan interval pengambilan sampel setelah makan.

  f. Tekanan Osmose.

  Tekanan osmose rumen sama dengan tekanan osmose darah, yaitu sekitar 350-400 m osmol/kg. Dinding rumen mempunyai sifat permiabel terhadap zat lain.

  g. Redoks potensial. Redoks potensial isi rumen adalah sekitar 0, 350 mV.

  h. Oksigen Kondisi didalam rumen adalah anaerob, yang memungkinkan bertumbuhnya bakteri yang anaerob. Sebenarnya tidak seluruhnya anaerob, tetapi masih ada sedikit oksigen yaitu dibagian kantong atas rumen, yang kemungkinan adalah akibat penelanan makanan. i.

  Komposisi gas.

  CO2 = 65,35 % CH4 = 26,76 % N2 = 7,00 % O2 = 0,56 % H2 = 0,18 % H2S = 0,01 %

  Sifat-sifat isi rumen tersebut sangat penting untuk membantu kelestarian fermentasi didalam rumen.

5. Molititas lambung

  Gerakan-gerakan penting yang erat hubungannya dengan gerakan lambung adalah :

  5.1. Prehensi.

  Prehensi merupakan gerakan pengambilan pakan dari luar masuk ke mulut untuk dikunyah. Alat-alat yang penting untuk prehensi yaitu : bibir, lidah dan gigi.

  5.2. Mastikasi.

  Mastikasi yaitu proses pengunyahan pakan secara makanis menjadi bagian- bagian yang lebih kecil, sebagai kelanjutan dari prehensi. Pada mastikasi yang berperan adalah gigi. Walaupun ruminansia telah dilengkapi dengan gigi untuk mengunyah pakan, tetapi biasanya mereka tidak melakukan pengunyahan sewaktu makan. Bahan-bahan pakan tersebut hanya dicampur dengan saliva. Frekuensi mastikal rata-rata 94 kali permenit.

  5.3. Ensalivasi.

  Yaitu pencampuran pakan dengan saliva untuk kemudian ditelan dalam bentuk bolus.

  5.4. Deglutisi.

  Bolus-bolus yang terbentuk akan ditelan dan masuk kedalam rumen bagian interior. Bolus-bolus rumput kering akan terapung, sedangkan bolus konsentrat ditempelkan diujung lidah, kemudian dibawa keatas sampai kelangit-langit mulut selanjutnya dibawa kebelakang, akibatnya epiglotis membuka dan dengan dorongan lidah bolus masuk kedalam faring. Setelah masuk ke faring, terjadi stimulasi pada faring, akibatnya trakhea akan menutup dan dengan dorongan basa lidah, bolus masuk esofagus. Dorongan basa lidah juga diperkuat oleh meskulus faring. Akhirnya bolus secara peristalik akan masuk ke dalam rumen lewat kardia.

  5.5. Eruktasi.

  Eruktasi merupakan gerakan pengeluaran gas CO dan CH hasil fermentasi

  2

  4

  dari rumen lewat esofagus. Gas tersebut dikeluarkan dari rumen sewaktu rumen distensi, sehingga tekanan didalam rumen turun, akibatnya gas akan keluar dari bagian dorsal ke depan.

  5.6. Ruminasi.

  Ruminasi merupakan gerakan yang komplek, berurutan dan terkoordinir, yang meliputi gerakan-gerakan : a. Regurgitasi :

  Merupakan pengeluaran kembali pakan yang sudah sedikit dicerna dari rumen ke rongga mulut yang diatur oleh susunan syaraf. Syaraf yang berperan dalam gerakan regurgitasi adalah muskulus spinter dan muskulus faringeal. Regurgitasi dimulai dari kontraksi retikulum yang diikuti rumen bagian bawah, akibatnya ingesta akan dibawa keatas, yang kemudian akan disusul oleh pengembangan rongga dada. Akibatnya tekanan didalam rongga dada berkurang, kemudian dengan adanya stimulasi bolus yang bergerak, kardia akan terbuka dan ingesta didorong masuk esofagus. Adanya gerakan antiperistaltik ingesta yang masih kasar akan terdorong masuk ke mulut. Setelah ingesta sampasi di mulut maka akan dimastikasi kembali.

  b. Remastikasi : adalah pengunyahan kembali ingesta. Gerakannya biasanya lebih lama dibanding mastikasi dan diatur oleh syaraf vagus. Frekuensi remastikasi

  c. Reensalivasi : Pada proses reensalivasi, saliva yang dikeluarkan lebih banyak dari ensalivasi.

  d. Redeglutasi : adalah penelanan kembali pakan langsung ke retikulum.

  Molititas lambung.

  Molititas lambung atau kontraksi rumen ada 2 macam yaitu : kontraksi tipe A dimulai oleh kontraksi retikulum disusul oleh kontraksi katong, ventro kranialis, bagian dorsal dan bagian ventral. Kontraksi retikulum dan bagian ventrocranial mendorong digesta ke caudo dorsal, sedangkan kontraksi bagian dorsal akan mendorong ke ventral (bawah), kontraksi bagian ventral akan mendorong ingesta ke dorsal (atas). Dengan adanya kontraksi ini ingesta didalam rumen akan tercampur. Tujuan kontraksi tipe A :

  Mengaduk ingesta,

  • Inokulasi oleh mikroba,
  • Passage,
  • Penyerapan oleh mukosa rumen.
  • Kontraksi tipe A frekuensinya lebih kurang 1,4 kali permenit pada waktu makan : 1,1 kali permenit pada ruminansia dan 0,9 kali permenit pada hewan yang dipuasakan.

  Kontraksi tipe B terjadi sporadis dan arahnya berlawanan dengan kontraksi tipe A. Pada kontraksi tipe B, retikulum tidak ikut berkontraksi. Kontraksi tipe B dimulai dari caudo ventral, diikuti caudo dorsal, akibatnya bagian yang banyak mengandung gas tertekan, kemudian diikuti kontraksi bagian ventral. Akibatnya rumen membesar (distensi), sehingga gas dalam rumen akan berada dibawah cardia, sehingga bebes dari ingesta. Karena gas ditekan turun, akibatnya gas keluar. Jadi tujuan dari kontraksi tipe B adalah untuk eruktasi atatu mengeluarkan gas hasil permentasi. Frekuensi tipe B rata-rata 1 kali permenit. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rumen adalah : pH abomasum, jika pH abomasum kurang dari 2, kontraksi rumen akan bertambah frekuensinya.

  b.

  Kadar glukosa darah : hipoglikemia akan merangsang kontraksi.

  c.

  Distensi sekitar retikulo ruminal fold dan ventro cranialsac. Distensi antara 4-20 mmHg merangsang kontraksi. Sedanangkan diluar selang tersebut akan menghambat.

  

PENGAYAAN MATERI

Proses Pencernaan pada Sapi Pedet.

  Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar.

  Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik.

  Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oeshopageal groove”. Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin menghilang. Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair. Zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada saat pedet adalah : protein air susu casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya, gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia mampu memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai. Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian, setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin yang dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir. Dalam kondisi normal, perkembangan alat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan kering. Semakin besar pedet maka ia akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian makanan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami stress/cekaman. Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umumnya pada umur 8 minggu, namun pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum dapat mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secara maksimal. Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya (yaitu berapa lama dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan kering). Setelah disapih, pedet akan mampu memanfaatkan protein pakan dan setelah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.