TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA RANAH KELUARGA MUDA DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR (Suatu Kajian Pragmatik)

SURAKARTA 2012

aerah

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

commit to user

Optimis, karena hidup terus mangalir dan kehidupan terus berputar. Sesekali lihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung. (Anomin) Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada kapada Dia-lah tempat meminta dan memohon. (Anonim) Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan. (TGKH. Muh Zainudin Abdul Masjid)

commit to user

vi

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Bapak, Ibu, Kakak, Kawanku semua, serta Almamaterku.

commit to user

vii

Puji Syukur ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Tindak Tutur Direktif Pada Ranah Keluarga Muda Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Segala hambatan dalam penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, petunjuk serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan izin penulisan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa sekaligus Pembimbing II yang telah memberi bimbingan, saran, nasihat, semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., selaku Pembimbing I yang terus memberikan semangat dan masukan kepada penulis dan atas ketelitian dan ketulusannya telah memberi masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

commit to user

viii

tahap penyusunan skripsi. 6. Bapak Ibu Dosen beserta staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya. 7. Kepada pegawai perpustakaan UNS dan FSSR, terima kasih atas pelayanannya selama penulis membutuhkan referensi. 8. Bapak, Ibu, kakak dan kawanku semua yang telah membantu doa serta

memberikan fasilitas di dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2008 terima kasih atas bantuan, dukungan dan semangatnya, semoga sukses. 10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini,

semoga mendapat karunia dari Tuhan. Semoga amal baik semua pihak mendapatkan imbalan dari Allah, SWT. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini walaupun telah diusahakan semaksimal mungkin, namun masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

commit to user

xiii

A. Daftar Singkatan

MT

: Mitra Turut

MT 1

: Mitra Tutur Pertama

MT 2

: Mitra Tutur Kedua

: Penutur

PLKB

: Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana

s. w. t

: Subhanahu wa ta’ala

TI

: Tindak Ilokusi

TP

: Tindak Perlokusi

TTD

: Tindak Tutur Direktif

B. Tanda yang dipergunakan dalam penelitian ini.

. : Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.

, : Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya.

: : Tanda titik dua dapat digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Selain itu tanda titik dua juga bisa digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

: Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

commit to user

xiv

ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.

() : Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. ’....’ : Untuk mengapit terjemahan

”....” : Untuk mengapit judul /

: Garis miring menyatakan atau

: Tanda hubung maksudnya bergabung dengan

commit to user

xv

1. Lampiran 1 : Data Tindak Tututr Direktif Pada Ranah Keluarga

Muda Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar 2. Lampiran 2 : Data informan 3. Lampiran 3 : Surat pengantar dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa 4. Lampiran 4 : Surat keterangan dari Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar

commit to user

xvi

2012. Devi Ariskasari. Tindak Tutur Direktif pada Ranah Keluarga Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (2) bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kacamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (3) faktor- faktor apasajakah yang melatarbelakangi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk: (1) mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (2) mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (3) mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab ketiga tujuan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal dari informan yang terpilih yaitu berupa tuturan yang mengandung tindak tutur direktif pada ranah ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan jenis data lisan sebagai data utama. Populasi penelitian mencakup keseluruhan wujud tuturan bahasa Jawa dalam ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar yang terdapat dalam sumber data. Sampel data dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang mengandung TTD pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar yang dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik rekam yang selanjutnya dilanjutkan dengan teknik catat. Analisis data menggunakan metode distribusional dan metode padan.

Setelah dilakukan analisis dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut: (1) Bentuk tindak tutur direktif dalam ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar ini ditemukan delapan belas macam yaitu tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, permisi, meminta restu, melerai, memaksa, menantang, menyarankan, menyumpah, memperingatkan, mengharap, mengajak, memarahi, menagih janji, mempersilakan, mengusir, melarang. (2) Dalam penelitian ini ditemukan delapan belas fungsi yang digunakan dalam ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar yaitu tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, permisi, meminta restu, melerai, memaksa, menantang, menyarankan, menyumpah, memperingatkan, mengharap, mengajak, memarahi, menagih janji, mempersilakan, mengusir, melarang. (3) Faktor yang menentukan TTD dalam penelitian ini adalah (a) penutur dan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (e) tuturan sebagai produk tindak verbal.

commit to user

xvii

2012. Devi Ariskasari. Tindak Tutur Direktif pada Ranah Keluarga Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Panalitèn punika ngrêmbag pêrkawis (1) kados pundi wujud tindak tutur direktif salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (2) kados pundi pigunanipun tindak tutur dirèktif salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (3) punapa kemawon ingkang hanjalari wontênipun tindak tutur dirèktif salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

Ancasipun panalitèn ingkang kêpingin ginayuh : (1) gêgambaran wujud tidak tutur direktif, (2) gêgambaran pigunanipun tindak tutur dirèktif, (3) gêgambaran ingkang dadosakên tindak tutur dirèktif. Pendekatan pragmatik dipunginakaken kangge atur wangsulan tigang pandangon kasêbat.

Panalitèn punika asifat deskriptif kualitatif. Ingkang minangka bakuning panalitèn punika saking informan ingkang pinilih inggih punika arupi tutur basa

ingkang ngandhut tindak tutur direktif wontên ing salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Panalitèn punika migunakaken jinis dhata lisan minangka dhata bakunipun. Populasi panalitèn mangertosi sedaya wujud tutur basa Jawi ing salêbêting kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel ing panalitèn punika awujud saperangan dhata ingkang ngandhut TTD wontên ing kulaarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Cara anggenipun mêndhêt tuladha kanthi perposive sampling. Cara pangêmpaling dhata salêbêting panalitèn menika migunakaken cara simak kalihan cara ngrêkam dipunlajêngakên kanthi cara cathet. Analisis dhata kanthi ngginakaken metode distribusional kalihan metode padan.

Sêsampunipun nglampahakên panalitèn sagêd kapêndhêt tigang bab: (1) wujud tindak tutur salêbêting kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar pinanggih wolulas jinis inggih menika tindak tutur dhawuh, paring pangandikan, nêdha idin, nêdha lilah, nêdha rêstu, misah, mêksa, panantang, paring pramayogi, nyumpah, ngemutakên, ngajêng-ajêng, ajak- ajak, ndukani, nagih janji, nyumanggakakên, ngusir, ngawisi. (2) Wontên ing panalitèn punika pinganggih wolulas piguna ingkang dipunginaakên wontên salêbêting kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar inggih mênika tindak tutur dhawuh, paring pangandikan, nêdha idin, nêdha lilah, nêdha rêstu, misah, mêksa, panantang, paring pramayogi, nyumpah, ngemutakên, ngajêng-ajêng, ajak-ajak, ndukani, nagih janji, nyumanggakakên, ngusir, ngawisi. (3) faktor ingkang nêntokakên tindak tutur dipunsêbabakên (a) penutur kaliyan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) pikajêng tuturan, (d) tuturan minangka wujud tindakan utawi aktivitas, (e) tuturan minangka ginêman tindak verbal.

commit to user

xviii

Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University.

Problems discussed in this research are (1) how does the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency, (2) how the function of directive speech acts in the realm of young families in Kacamatan Tasikmadu Karanganyar Regency, (3) what factors are some behind the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar District.

The goal to be achieved is to: (1) describe the form of a directive in the realm of the armies of young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency, (2) describe the follow-up function in the realm of the armies of the directive a young family in district Tasikmadu Karanganyar Regency, (3) father describes factors underlying to follow the directive in the realm of the armies of young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency. Pragmatic approach is used to answer the third purpose.

This type of research is a qualitative descriptive. The data source of this research comes from informants who was selected that a speech containing a follow on the realm the realm directive said young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency. This study uses data types as primary data oral. Population research includes the overall form of speech is Javanese language in the realm of young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency contained in the data source. Sample data in this study were part of speech that contain TTD in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency to represent the population. Sampling technique is done by purposive sampling. Method of data collection in this research using methods refer to the record by using the techniques henceforth proceed with the technique noted. Analysis of data by using the distribusional method and the method match.

After this analysis we can conclude the following three things: (1) form the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency is found eighteen kinds of speech act tell, advise, ask for permission, permission, ask for the blessing, broke it up, forcing, challenge, suggest, swear, cautions, hopes, invite, scolding, bill promises, invited, expel, ban. (2) The function of speech can be known after the speech was used in the context of the use of speech in the event said. Found eighteen functions used in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency is found eighteen kinds of speech act tell, advise, ask for permission, permission, ask for the blessing, broke it up, forcing, challenge, suggest, swear, warned, expect, invite, scold, bill promises, invited, expel, ban. (3) Factors that determine a type of speech act is influenced by (a) speaker and said partners, (b) the context of speech, (c) the purpose of speech, (d) the speech as a form of action or activity, (e) the speech as a product of the follow-verbal.

data dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang 2 Dra. Sri Mulyati, M.Hum. 3 Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. mengandung TTD pada ranah keluarga muda di Kecamatan

Devi Ariskasari 1

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar yang dapat mewakili populasi.

ABSTRAK

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

2012. Devi Ariskasari. Tindak Tutur Direktif pada Ranah

metode simak dengan menggunakan teknik rekam yang

Keluarga Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

selanjutnya dilanjutkan dengan teknik catat. Analisis data

Karanganyar. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

menggunakan metode distribusional dan metode padan.

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Setelah dilakukan analisis dapat disimpulkan tiga hal sebagai Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1)

berikut: (1) Bentuk tindak tutur direktif dalam ranah keluarga bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif pada ranah keluarga

muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar ini muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (2)

ditemukan delapan belas macam yaitu tindak tutur menyuruh, bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga

menasihati, meminta izin, permisi, meminta restu, melerai, muda di Kacamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (3)

menyarankan, menyumpah, faktor-faktor apasajakah yang melatarbelakangi tindak tutur

memaksa,

menantang,

memperingatkan, mengharap, mengajak, memarahi, menagih janji, direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu

mempersilakan, mengusir, melarang. (2) Dalam penelitian ini Kabupaten Karanganyar.

ditemukan delapan belas fungsi yang digunakan dalam ranah Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk: (1) mendeskripsikan

keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar bentuk tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di

yaitu tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, permisi, Kecamatan

meminta restu, melerai, memaksa, menantang, menyarankan, mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga menyumpah, memperingatkan, mengharap, mengajak, memarahi, muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (3) menagih janji, mempersilakan, mengusir, melarang. (3) Faktor

mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi tindak tutur yang menentukan TTD dalam penelitian ini adalah (a) penutur dan direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tuturan Kabupaten Karanganyar. Pendekatan pragmatik digunakan untuk sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (e) tuturan sebagai produk menjawab ketiga tujuan tersebut. tindak verbal.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal dari informan yang terpilih yaitu berupa tuturan yang mengandung tindak tutur direktif pada ranah ranah

1 Mahasiswa, Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0108023

Dosen Pembimbing I

Dosen pembimbing II Dosen pembimbing II

Devi Ariskasari 1

cara simak kalihan cara ngrêkam dipunlajêngakên kanthi cara

SARI PATHI

cathet. Analisis dhata kanthi ngginakaken metode distribusional kalihan metode padan.

2012. Devi Ariskasari. Tindak Tutur Direktif pada Ranah

Sêsampunipun nglampahakên panalitèn sagêd kapêndhêt tigang

Keluarga Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

bab: (1) wujud tindak tutur salêbêting kulawarga mudha wontên

Karanganyar. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar pinanggih

dan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta

wolulas jinis inggih menika tindak tutur dhawuh, paring

Hadiningrat.

pangandikan, nêdha idin, nêdha lilah, nêdha rêstu, misah, mêksa, Panalitèn punika ngrêmbag pêrkawis (1) kados pundi wujud tindak

panantang, paring pramayogi, nyumpah, ngemutakên, ngajêng- tutur direktif salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan

ajêng, ajak-ajak, ndukani, nagih janji, nyumanggakakên, ngusir, Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, (2) kados pundi pigunanipun

ngawisi. (2) Wontên ing panalitèn punika pinganggih wolulas tindak tutur dirèktif salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing

piguna ingkang dipunginaakên wontên salêbêting kulawarga Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (3) punapa

mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar kemawon ingkang hanjalari wontênipun tindak tutur dirèktif

inggih mênika tindak tutur dhawuh, paring pangandikan, nêdha salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu

idin, nêdha lilah, nêdha rêstu, misah, mêksa, panantang, paring Kabupaten Karanganyar.

pramayogi, nyumpah, ngemutakên, ngajêng-ajêng, ajak-ajak, Ancasipun panalitèn ingkang kêpingin ginayuh : (1) gêgambaran

ndukani, nagih janji, nyumanggakakên, ngusir, ngawisi. (3) faktor wujud tidak tutur direktif, (2) gêgambaran pigunanipun tindak tutur

ingkang nêntokakên tindak tutur dipunsêbabakên (a) penutur dirèktif, (3) gêgambaran ingkang dadosakên tindak tutur dirèktif. kaliyan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) pikajêng tuturan, (d) Pendekatan pragmatik dipunginakaken kangge atur wangsulan tuturan minangka wujud tindakan utawi aktivitas, (e) tuturan

tigang pandangon kasêbat.

minangka ginêman tindak verbal.

Panalitèn punika asifat deskriptif kualitatif. Ingkang minangka bakuning panalitèn punika saking informan ingkang pinilih inggih

punika arupi tutur basa ingkang ngandhut tindak tutur direktif

wontên ing salêbêtipun kulawarga mudha wontên ing Kecamatan Tasikmadu

Kabupaten

Karanganyar. Panalitèn

punika

migunakaken jinis dhata lisan minangka dhata bakunipun. Populasi

1 Mahasiswa, Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0108023

Dosen Pembimbing I

Dosen pembimbing II

1 Mahasiswa, Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0108023 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen pembimbing II

Devi Ariskasari 1

Dra. Sri Mulyati, M.Hum. 2 Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. 3

ABSTRACT

2012. Devi Ariskasari. Tindak Tutur Direktif pada Ranah Keluarga Muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University.

Problems discussed in this research are (1) how does the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency, (2) how the function of directive speech acts in the realm of young families in Kacamatan Tasikmadu Karanganyar Regency, (3) what factors are some behind the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar District. The goal to be achieved is to: (1) describe the form of a directive in the realm of the armies of young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency, (2) describe the follow-up function in the realm of the armies of the directive a young family in district Tasikmadu Karanganyar Regency, (3) father describes factors underlying to follow the directive in the realm of the armies of young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency. Pragmatic approach is used to answer the third purpose.

This type of research is a qualitative descriptive. The data source of this research comes from informants who was selected that a speech containing a follow on the realm the realm directive said young families in district Tasikmadu Karanganyar Regency. This study uses data types as primary data oral. Population

represent the population. Sampling technique is done by purposive sampling. Method of data collection in this research using methods refer to the record by using the techniques henceforth proceed with the technique noted. Analysis of data by using the distribusional method and the method match. After this analysis we can conclude the following three things: (1) form the directive speech act in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency is found eighteen kinds of speech act tell, advise, ask for permission, permission, ask for the blessing, broke it up, forcing, challenge, suggest, swear, cautions, hopes, invite, scolding, bill promises, invited, expel, ban. (2) The function of speech can be known after the speech was used in the context of the use of speech in the event said. Found eighteen functions used in the realm of young families in the District Tasikmadu Karanganyar Regency is found eighteen kinds of speech act tell, advise, ask for permission, permission, ask for the blessing, broke it up, forcing, challenge, suggest, swear, warned, expect, invite, scold, bill promises, invited, expel, ban. (3) Factors that determine a type of speech act is influenced by (a) speaker and said partners, (b) the context of speech, (c) the purpose of speech, (d) the speech as a form of action or activity, (e) the speech as a product of the follow-verbal.

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana, 2001:21). Dalam kehidupan sehari hari masyarakat Jawa saat berkomunikasi dengan anggota masyarakat sedaerahnya (Jawa) cenderung menggunakan bahasa daerahnya daripada bahasa Indonesia, karena bahasa daerah (Jawa) dipandang lebih menjelmakan rasa kekeluargaan, keakraban dan rasa persatuan di antara mereka.

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang dipakai oleh sebagian besar orang Jawa, khususnya mereka yang tinggal di pulau Jawa di gunakan sebagai bahasa pengantar baik secara lisan maupun tertulis. Keluarga Jawa dalam pergaulan hidup maupun komunikasi sehari-hari cenderung berbahasa Jawa. Kehidupan dan cara berfikirnya pun tercermin melalui bahasa Jawa. Adapun kedudukan bahasa Jawa dalam masyarakat Jawa adalah sebagai bahasa pertama (bahasa ibu), yang menjadi alat untuk melahirkan pikiran dan perasaan. Keluarga Jawa masih memuliakan (konsep adi luhung), membanggakan dan mempertahankan bahasa Jawa, dan umumnya menggunakan bahasa Jawa karena memiliki nilai-nilai yang dapat membangun budi pekerti luhur.

Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, penutur dan mitra tutur saling menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan

commit to user

Setiap peserta tutur bertanggungjawab terhadap tindakan penyimpangan kaidah kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Terlebih lagi bahwa dalam bertutur, setiap peserta tutur banyak dipengaruhi konteks yang menjadi latar belakang tuturan tersebut, karena konteks akan sangat menentukan bentuk tuturan. Di dalam suatu tuturan ada maksud dan faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Secara pragmatik, masyarakat Jawa khususnya pada ranah keluarga muda dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang di dalamnya terdapat tindak tutur yang perlu pemahaman secara komperhensif.

Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi- situasi ujar (Leech, 1993: 8). Pragmatik mengkaji mengenai tuturan yang dikehendaki penutur (selanjutnya disingkat P) dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka penggunaan bahasa di dalam suatu kominikasi. Berhubungan dengan fungsi tuturan, pragmatik harus mempertimbangkan hubungan kompleks bentuk gramatikal yang diucapkan dengan faktor situasi tuturan yang memberikan kontribusi pada fungsi tersebut (Leech, 1993: 279).

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar sesuatu maksud dari pembicara diketahui pendengar. Seperti dalam aktivtas sosial yang lain, kegiatan bertutur baru dapat terwujud apabila manusia terlibat didalamnya. Begitu juga tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

commit to user

Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.

Data 1.

P : “ Ndhuk Tang, jupukna cithakan roti nèng omahe mbak Endang!”

„Tang ambilkan cetakan roti di rumah Kak Endang!‟ MT : “ Nggih..cithakan sing kothak pa sing bundêr Buk?” „Iya.. cetakan yang kotak apa yang bulat Bu?‟ P : “Sing bundêr we ndhuk.”

„Yang bulat saja nak.‟

Pada contoh di atas Tri (P) melakukan tindak tutur direktif menyuruh. Kata jupukna pada tuturan P merupakan penanda lingual menyuruh, karena adanya akhiran –na. Kehadirannya sangatlah penting, sebab bila dalam kata jupukna tidak

ada akhiran –na maka akan bermakna lain. Fungsi akhiran –na pada kata jupukna

merupakan penanda adanya tindak tutur direktif menyuruh, yang dilakukan oleh P kepada MT agar mau mengambilkan cetakan roti di rumahnya Endang. Faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif tersebut adalah penutur dan mitra tutur yaitu Tri sebagai penutur dan Lintang sebagai mitra tutur, konteks tuturan yaitu tuturan yang disampaikan oleh Tri kepada Lintang dengan cara yang halus tidak membentak, tujuan tuturannya adalah menyuruh supaya Lintang mau mengambilkan cetakan roti di rumahnya Endang. Contoh lain tindak tutur direktif yang terdapat dalam ranah keluarga muda adalah sebagai berikut.

Data 12.

Rehan : “Pak..bapak aku mangkat lho.”

„Pak..bapak saya berangkat.‟ Ari : “Nggih.”

„Ya.‟

commit to user

izin. Pak..bapak aku mangkat lho pada tututan P merupakan penanda lingual meminta izin. Fungsi kalimat Pak..bapak aku mangkat lho merupakan penanda adanya tindak tutur direktif meminta izin, yang dilakukan oleh P kepada MT dengan maksud meminta izin kepada MT kalau P ingin berangkat ke sekolah. Faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif tersebut adalah penutur dan mitra tutur yaitu Rehan sebagai penutur dan Ari sebagai mitra tuturnya, konteks pertuturan tersebut Rehan meminta izin kepada Ari sebagai bapaknya kalau dia ingin berangkat ke sekolah.

Beberapa skripsi yang pernah meneliti tentang tindak tutur :

1. “Tindak Tutur Direktif Dalam Ketoprak Dengan Lakon Sinamuring Kasetya n dan Surya Sakembaran (Suatu Pendekatan Pragmatik)” (skripsi) oleh Fery Ayuni Dyah Kusumawati tahun 2002. Skripsi ini membahas tentang bentuk, fungsi, maksud dari tindak tutur direktif, dan derajat kesopansantunan.

2. “Tindak Tutur Dagelan Basiyo (Suatu Kajian Pragmatik)” (skripsi) oleh Harsono tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang fungsi bahasa Jawa dalam dagelan, type humor, dan proses terjadinya interpretasi pragmatik.

3. “Tindak Tututr Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh dalang Ki Mantep Soedharsono” oleh Kenfitria Diah Wijayanti tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bentuk, fungsi, makna dan faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif.

commit to user

Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajain Pragmatik)”. Skripsi ini oleh Ageng Nugraheni tahun 2010. Skipsi ini membahas tentang fungsi tindak tutur, Faktor yang melatarbelakangi, dan kesantunan tindak tutur direktif.

5. “Tindak Tutur Direktif dalam Pemetasan Ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa Karya Ki Hartanta (Suatu Pendekatan Pragmatik)”. Skripsi oleh

Ariffar Rini Astuti tahun 2011. Skripsi ini membahas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, dan faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif. Beberapa penelitian tersebut sangatlah bermanfaat dalam penelitian ini.

Referensi mengenai penelitian tersebut berguna sebagai acuan untuk menambah wawasan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tentang tindak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar belum pernah diteliti. Peneliti memilih tindak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar sebagai objek penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, penduduk di Kecamatan Tasikmadu masih menggunakan bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi, yaitu bahasa Jawa Surakarta. Bahasa sebagai sarana penyampaian informasi juga memiliki maksud ujaran yang tersirat dalam tuturan. Untuk mengetahui maksud ujaran diperlukan suatu kajian pragmatik. Oleh karena itu, peneliti mengkaji tindak tutur direktif bahasa Jawa yang digunakan pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar dengan suatu kajian pragmatik.

commit to user

penduduk yang beraneka ragam latar belakang sosial budaya, sehingga pemakaian tindak tutur direktif bahasa Jawa dalam ranah keluarga pun akan berbeda-beda sesuai dengan situasi dan status sosialnya. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui seperti apakah fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karangnayar.

Ketiga, dalam penyampaian tuturannya penutur dipengaruhi beberapa faktor yang melatarbelakangi sehingga terjadi ragam bahasa dalam pengujaran kalimatnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor apa sajakah yang melatarbelakangi tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Keempat, berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar belum pernah diteliti. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

B. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan untuk mengarahkan agar penelitain ini tidak lepas dari sasarannya permasalahan dibatasi pada interaksi intern personal anggota keluarga yang ada di Kecamatan Tasikmadu, yang meliputi orang tua denga anak, suami denga istri, menantu dengan mertua, kakak dengan adik, ipar dengan ipar, sepupu dengan sepupu, pakdhe/budhe atau pak lik/ bu lik dengan keponakan, kakek-nenek denga cucu.

commit to user

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda

di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di

Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar?

3. Apa sajakah faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar?

D. Tujuan Penulisan

Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dalam pada keluarga

muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif pada ranah keluarga

muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif pada ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

commit to user

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis Manfaat teoritis adalah manfaat yang berkenaan dengan pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu bahasa atau lebih dikenal dengan linguistik. Penelitain ini diharapkan dapat manambah perbendaharaan teori pragmatik khususnya tindak tutur direktif bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat

Tasikmadu tentang penggunaan bahasa Jawa yang digunakan dalam ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karangnayar. Selain itu dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, serta bisa dimanfaatkan oleh guru bahasa dalam materi pengajaran di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

commit to user

interpretasi pragmatik, tindak tutur dan tindak tutur direktif, aspek-aspek situasi tutur, prinsip kerja sama, kesantunan berbahasa, keluarga muda, monografi kecamatan Tasikmadu, kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian, meliputi sifat penelitian, lokasi penelitian,

sumber data dan data penelitian, alat penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mengenai bentuk tindak

tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif dan faktor yang melatarbelakangi adanya tinadak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006:3). Batasan pengertian ilmu pragmatik juga dikemukakan oleh para ahli lain. Pragmatik menurut Leech (1993:8) adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation).

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi ( Parker,1986;11 dalam I Dewa Putu Wijana 1996:2).

Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. (Levinson 1983, dalam Muhammad Rohmadi, 2004:4)

Dari beberapa batasan mengenai pragmatik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari maksud dibalik tuturan.

commit to user

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu; tafsiran.

Menurut Soeseno (1993:7), dalam Muhammad Rohmadi (2001:57), ada dua prinsip pokok untuk dapat menginterpretasikan sebuah teks atau tuturan dengan baik. Kedua prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prinsip interpretasi lokal yaitu mengharuskan pendengaran untuk melihat konteks yang terdekat.

2. Prinsip interpretasi analogi yaitu mengharuskan pembaca/ pendengar menginterpretasikan suatu teks atau tuturan berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

Untuk menginterpretasikan interaksi antara penulis/pembicara dengan pembaca atau pendengar harus diperhatikan fenomena-fenomena pragmatiknya. Fenomena pragmatik sering juga disebut piranti pragmatik, yaitu unsur-unsur pragmatik yang dapat menjembatani pemahaman segala sesuatu yang sedang dibicarakan oleh penulis dan pembaca (Kartomihardjo, 1989:5 ;Siswo:1995). Fenomena-fenomena pragmatik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Referensi Ialah segala sesuatu yang diacu oleh penulis. Hal yang diacu oleh penulis itu bisa berupa apa saja, seperti binatang, benda, orang. Hal yang terpenting dalam pragmatik adalah titik temu terhadap sesuatu yang diacu dalam suatu pembicaraan, agar tidak terjadi salah tafsir atau pengertian.

commit to user

Pembaca atau pendengar belum tentu paham atau mengerti terhadap ujaran yang diucapkan oleh penulis, sehingga pembaca atau pendengar hanya dapat membuat suatu interpretasi melalui kesimpulan-kesimpulan dari ujaran penulis. Segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki pembaca dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi ujaran penulis.

3. Praanggapan Menurut Kartomihardjo (1992), praanggapan merupakan pengetahuan bersama (common ground) antara penulis dan pembaca yang tidak perlu di utarakan. Penulislah yang memahami apa yang dipraanggapkan oleh penulis. Leech (1993:54) beranggapan bahwa pragmatik mencakup kegiatan

pemecahan masalah, baik dari sudut pandang penutur maupun dari sudit pandang petutur. Bagi petutur masalahnya adalah perencanaan : „ seandainya saya ingin

mengubah atau mempertahankan keadaan mental si petutur, apakah yang harus saya ucapkan agar saya berhasil?. Bagi petutur masalahnya ialah masalah interpretasi „ Seandainya penutur mengucapkan tuturan, apakah alasan penutur yang paling masuk akal mengucapkan tuturan?‟. Prosedur interpretasi mungkin merupakan prosedur „meta pemecahan masalah‟, karena masalah yang harus dipecahkan oleh petutur ialah „masalah komunikasi apakah yang petutur pecahkan ketika penutur mengucapkan tuturan‟.

commit to user

1. Tindak Tutur

Tindak tutur (Speech Act) atau penuturan adalah pengujaran kalimat untuk mengatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar, atau seluruh komponen linguistis dan nonlinguistis yang meliputi suatu perbutan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik dan konteks amanat itu (Harimurti Kridalaksana, 2001:171).

Tindak tutur merupakan hal penting dalam kajian pragmatik. Menurut Rustono (1991:31) tindak tutur atau tindak ujar merupakan entitas yang bersifat sentral dalam kajian pragmatik.

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa tindak tutur merupakan suatu tindakan berbahasa yang menekankan pada fungsi bahasa dan pemakaiannya dalam komunikasi. Sebuah tuturan tidak hanya dipahami juga makna kata-kata yang dikehendaki oleh penuturnya. Tindak tutur merupakan rangkaian dari percakapan yang terjadi dalam peristiwa tutur. Dalam tindak tutur sangat diperhitungkan suatu tuturan itu dapat mengekspresikan sikap penutur sehingga mitra tutur mampu menangkap pesan yang tersirat di dalamnya.

Serle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of language (1996:23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yaitu, tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi (lihat Leech,1993:316 dalam Wijana 1996: 17-19). Ketiga tindakan itu secara lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.

commit to user

sesuatu yang dikatakan dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Jadi apabila seorang penutur

Jawa mengujarkan “aku luwe” „saya lapar‟ dalam tindak lokusi kita akan mengartikan “aku” „saya‟ sebagai „pronomina persona tunggal‟ (yaitu si P)

dan “luwe” „lapar‟ mengacu ke „perut yang kosong dan perlu diisi makanan‟, tanpa bermaksud meminta makanan.

2) Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif

yang eksplisit. Jadi, “aku luwe” „saya lapar‟ yang diujarkan oleh P dengan maksud „minta makanan‟ adalah sebuah tindak ilokusi.

3) Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Dapat dikatakan juga bahwa tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain itu (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:53). Jadi, jika mitra tutur melakukan tindakan mengambilkan makanan untuk P sebagai akibat dari tindak tutur itu maka dapat dikatakan terjadi tindak perlokusi. Menurut Searle (1975 dalam Leech, 1993:164-166) jenis jenis tindak tutur

dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu tindak tutur direktif, asertif, deklaratif, komisif, dan ekspresif.

commit to user

Tindak tutur direktif yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu atau mendorong mitra tutur melakukan sesuatu. Dengan kata lain tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur (Yule,2006:93). Yang termasuk tindak tutur direktif adalah :

1) Tindak Tutur Menyuruh Tindak tutur menyuruh merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu tuturan, agar mitra tutur melakukan perintah yang diucapkan penutur.

Contoh tindak tutur direktif menyuruh. P : “Le, tukokna plastik ès batu kaya iki ya!”

„Nak, belikan plastik es batu seperti ini ya‟ MT : ” Tên pundi?” „Dimana?‟ P : ”Nggone mbak Tri lak ènèng.” „Di tempat kak Tri pasti ada‟ MT : ”Nggih.” „Ya‟

2) Tindak Tutur Menasihati Tindak tutur menasehati adalah tindakan penutur dalam mengujarkan suatu tuturan dengan memberikan sesuatu hal yang baik yaitu berupa nasehat kepada mitra tutur.

Contoh tindak tutur direktif menasehati. P : “Bapak apa kira–kira aku mbesuk bisa nggayuh cita-citaku ya

pak?” „ Bapak apa kira-kira saya besuk bisa mencapai cita-cita saya?‟ MT : “ Bapak yakin mêsthi bisa nduk,iku tergantung niatmu.” „Bapak yakin pasti bisa Nak, itu tergantung niatmu‟ P : “Oo..ngatên nggih Pak?”

„Oo..begitu ya Pak?‟

commit to user

„Iya Nak‟

3) Tindak Tutur Meminta Izin Tindak tutur meminta izin adalah tindakan penutur dalam mengujarkan suatu tuturan dengan tujuan agar permohonan penutur dapat dikabulkan oleh mitra tutur.

Contoh tindak tutur direktif meminta izin. P : “Buk kula pamit, mangkat têng kampus riyin.”

„Bu saya pamit, berangkat ke kampus dulu‟ MT : “ Iya, ati-ati ya.”

„Iya, hati-hati ya‟

4) Tindak Tutur Permisi Tindak tutur permisi adalah tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu

tuturan kepada mitra tutur sebelum memasuki suatu ruangan. Contoh tindak tutur direktif permisi. P : “Kula nuwun..assalamu‟alaikum.”

„Permisi..assalamualaikum‟ MT : “Mangga lik, wa‟alaikumsalam..pinarak mlêbêt.” „Wa‟alaikumsalam silahkan masuk‟ P : “Ndhuk, lha iki padha nèngdi kok omahe sêpi ki?” „Nak, ini pada kemana kenapa rumahnya sepi?‟ MT : “Niki buke kaliyan pake nêmbe nêngga mbak Fitri tên rumah

sakit. ” „Ini ibu dan bapak baru nunggu kak Fitri di ramah sakit‟

5) Tindak Tutur Meminta Restu Tindak tutur meminta restu merupakan tindakan penutur dalam

mengujarkan suatu tuturan dengan tujuan ingin mendapatkan restu dari mitra tutur sebelum penutur melakukan suatu hal.

Contoh tindak tutur direktif meminta restu.

commit to user

Gudang Garam mugi-m ugi mbenjang angsal beasiswane.” „Pak minta doa restu ya, ini saya mengajukan beasiswa Gudang Garam semoga besuk dapat beasiswanya‟

MT : “ Iya ndhuk, tak dongakne muga-muga entuk ya.” „Iya nak,saya doakan semoga dapat ya‟

6) Tindak Tutur Mengingatkan Tindak tutur mengingatkan adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu tuturan dengan tujuan memberi tahu kepada mitra tutur agar mempertimbangkan sesuatu hal yang akan dilakukannya.

Contoh tindak tutur direktif mengingatkan. P : “Oalah Le..le..dadi bocah ki mbok ya sing manut,sekolah ki ya sing

tênanan aja gur dolan wae, elinga wong tuwamu ki sing golèk ragat sekolah rêkasa. ” „Jadi anak itu yang nurut, sekolah itu ya yang serius jangan main terus, ingatlah susahnya orang tu amu yang mencari biaya sekolah‟

MT : “ iya..iya Mbok.”

„iya..iya Bu‟

7) Tindak Tutur Melerai Tindak tutur melerai adalah tindakan penutur dalam mengujarkan suatu

tuturan untuk menghentikan pertengkaran baik mulut maupun pertengkaran fisik.

Contoh tindak tutur direktif melerai. P : “ Uwis ta uwis ora sah padu ora sah royokan, Rehan rene tak

wènèhi roti dhewe. ” „Sudah sudah tidak usah bertengkar tidak usah rebutan, Rehan sini saya kasih roti sendiri. ‟

MT : “ lha Abi ki lho mbah dijaluki cêthil .”

„ Abi ini Nek dimintai pelit „

8) Tindak Tutur Memaksa

commit to user

sesuatu tuturan menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan maksud mitra tutur harus melakukan sesuai dengan kehendak penutur.

Contoh tindak tutur direktif memaksa. P :”Buk, ndang njaluk dhuwite!”

„Bu, cepat minta uangnya!‟ MT :”Arêp nggo apa ta?” „Mau buat apa?‟ P :”Nggo jajan.” „Buat jajan‟ MT :”Bocah kok jajan wae.” „Anak kecil jajan terus‟

9) Tindak Tutur Menantang Tindak tutur memantang merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu hal yang memancing emosi mitra tutur sehingga menimbulkan pertengkaran.

Contoh tindak tutur direktif menantang. P : ” Lup kowe apa wani bêngi-bêngi lewat kuburan dhewe?”

„ Lup kamu apa berani malam-malam lewat kuburan sendiri?‟ MT : “ Wani len Mbak, ngapa ra wani.”

„ Berani saja Kak, kenapa tidak berani‟

10) Tindak Tutur Manyarankan Tindak tutur menyarankan adalah tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu dengan tujuan memberitahukan kepada mitra tutur agar mempertimbangkan apa yang sudah menjadi keputusannya.

Contoh tindak tutur direktif menyarankan. P : “ Mbak suk mbèn aku apike njupuk judhul skripsi apa ya?”

„Kak besuk sebaiknya aku ambil judul skripsi apa ya?‟ MT : “ Tak saranke ya,kowe mending njupuk judhul skripsimu ki tingkat

tutur nèng SD wae.”

commit to user

tingkat tutur di SD saja‟

11) Tindak Tutur Memohon Tindak tutur memohon merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan

sesuatu karena menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur tersebut mengabulkannya.

Contoh tindak tutur direktif memohon. P

: ”Mbak aku njaluk tulung bangêt ya, suk direwangi.” „Kak aku minta tolong sekali ya, besuk dibantu.‟

MT : ”Ya Dik suk tak ewangi.”

„Ya Dik besuk saya bantu.‟

12) Tindak Tutur Menyumpah Adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk

melakukan perbutan bersumpah di hadapan mitra tutur. Contoh tindak tutur direktif menyumpah. P

: ”Gèn yèn wani karo wong tuwa bèn kuwalat, dadi kaya jambu mete.” „Biar kalau berani sama orang tua biar kuwalat, jadi seperti jambu mete.‟

MT : ”Wis bèn.”

„Biarin.‟

13) Tindak Tutur Memperingatkan Adalah tindak dengan pertuturan yang dilakukan penutur, untuk

memberitahu bahwa apa yang akan dilakukan mitra tutur tersebut tidak baik.

Contoh tindak tutur direktif memperingatkan. P

: ”Yèn numpak pit ki mbok ya rasah bantêr bantêr!” „Kalau mengendarai sepeda itu jangan kencang-kencang!‟

MT : ”Nggih.”

„Ya.‟

commit to user