KAJIAN DAN ARAHAN PENGELOLAAN LAHAN RAWAN LONGSOR DI DESA GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN DAN ARAHAN PENGELOLAAN LAHAN RAWAN LONGSOR DI DESA GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh

Oleh: DWI CATUR WICAKSONO

H 0206035

PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KAJIAN DAN ARAHAN PENGELOLAAN LAHAN RAWAN LONGSOR DI DESA GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/ Program Studi Ilmu Tanah

Disusun oleh

Oleh: DWI CATUR WICAKSONO

H 0206035

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pemetaan Dan Pengelolaan Lahan Rawan Longsor Di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ” ini dengan sangat baik.

Selama penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian UNS Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS.,

2. Dr. Ir. R. Surdayanto, MS, selaku pembimbing utama atas segala bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis, sifat bijak, santun, dalam segala aspek, beridealisme tinggi, intelektual, dan religius beliau yang tidak dapat penulis lupakan,

3. D. P Ariyanto, SP, Msc, selaku pembimbing pendamping I atas segala ilmu, bimbingan, arahan, kesabaran, keikhlasan, dan keramahan beliau, sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini,

4. Ir. Sutopo, MP., selaku pembimbing akademik atas arahan, bimbingan, dan nasehat beliau, sehingga penulis senantiasa termotivasi dan optimis dalam menyelesaikan skripsi ini,

5. Ibu dan Bapak saya atas segala do’a, perjuangan dan pengorbanan beliau berdua dan semua hal yang tidak bisa dutulis satu persatu untuk anaknya hingga menjadi seperti sekarang ini,

6. My Sweetheart “G”ku”, I can’t say anything except thanks for your love, for your hope, and for all…,

7. Tim “Ngargoyoso hepi poye dan semua yang membantu dilapang” : terima

8. Teman-teman MATAENAM atas kasih sayang, perhatian, kebersamaan, kesetiaan, kekompakan, dan kekeluargaan yang dibangun selama ini. I am learning different think from you all, thanks you so much friends,

9. Untuk Komputernya “JOKER”, “KONTRAKAN HEBOH”, “PP” yang telah melancarkan pengarapan ini.

10. Organisasi yang memeberikan ilmu dan meningkatkan potensi, mental,

tanggung jawab, percaya diri, serta kebersamaan dan kekeluargaan.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu (gak penak sama si A si B). Best wishes for you all.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta,

2012

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skor Tutupan Lahan ...........................................................................

2.2 Skor Curah Hujan ...............................................................................

2.3 Skor Geologi .......................................................................................

2.4 Skor Kedalaman Tanah ......................................................................

2.5 Skor Tekstur Tanah Bawah ................................................................

2.6 Skor Tekstur Tanah Atas ....................................................................

2.7 Skor Kemiringan ................................................................................

2.8 Skor Permeabilitas ..............................................................................

2.9 Bentuk Wlayah dan Kelas Lereng ......................................................

4.1 Data Curah Hujan Tahunan (2001-2010) ...........................................

4.2 Kelas Kemiringan Lereng pada Daerah Penelitian.............................

4.3 Penggunaan Lahan pada Daerah Penelitian........................................

4.4 Deskripsi pada Daerah Penelitian ......................................................

4.5 Kelas Kedalaman Tanah pada Daerah Penelitian ...............................

4.6 Jenis Tanah Kleas pada Daerah Penelitian .........................................

4.7 Kleas Permeabilitas pada Daerah Penelitian ......................................

4.8 Kelas Tekstur Lapaisan Tanah atas pada Daerah Penelitian ..............

4.9 Kelas Tekstur Lapaisan Tanah Bawah pada Daerah Penelitian .........

4.10 Tingkat Rawan Longsor Desa Girimulyo ...........................................

4.11 Penilaian/Skor dan Arahan Pengelolaan Daerah Tingkat Rawan

Longsor Desa Girimulyo ....................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1 Meterial yang Bergerak Relatif Utuh .................................................

2. 2 Meterial yang Bergerak ......................................................................

2. 3 Macam Akar .......................................................................................

16

4. 1 Akses Menuju Daerah Penelitian .......................................................

22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Curah hujan .............................................................................. 48

2 Peta Geologi Desa Girimulyo ........................................................... 51

3 Peta Pengguaan Lahan Desa Girimulyo............................................ 52

4 Peta Kemiringan Desa Girimulyo ..................................................... 53

5 Peta Deskripsi SPL Desa Girimulyo ................................................. 54

5 Legenda Peta Deskripsi SPL Desa Girimulyo .................................. 55

6 Peta Daerah Rawan Longsor Desa Girimulyo ................................. 56

7 Peta Arahan Pengelolaan lahan Rawan Longsor Desa Girimulyo ... 57

7 Legenda Peta Arahan Pengelolaan lahan Rawan Longsor Desa Girimulyo ......................................................................................... 58

8 Peta Kerja Desa Girimulyo .............................................................. 59

9 Gambar Profil SPL Desa Girimulyo ................................................ 60

10 Gambar Analisis Laboratorium ........................................................ 74

RINGKASAN

Dwi Catur Wicaksono. H0206035. Kajian dan Arahan Pengelolaan Lahan

Rawan Longsor Di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar dibawah bimbingan Dr. Ir. R. Surdayanto, MS dan D. P Ariyanto, SP, Msc. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peningkatan jumlah penduduk, penggunaan lahan yang tidak sesuai serta pengelolaaan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi di duga akan mengakibatkan rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. Penelitian di Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Desember 2011 - Januari 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui area rawan longsor dan memetakan daerah rawan longsor, serta memberi arahan pengelolaan daerah rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. Penelitian ini dilakukan melalui survei di lapangan serta ditunjang analisis tanah di laboratorium dan pemetaan GIS dengan Arcview. Untuk mengetahui kelas rawan longsor menggunakan pengharkatan (skoring) dari tiap parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat rawan longsor (skor 18-23) di Desa Girimulyo terletak pada SPL 1, 3, 4, 5,

6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 25, 26 dan 27 dengan total luas 177,23 ha atau 80,43% dan daerah dengan tingkat sangat rawan longsor (skor 24-

29) pada SPL 7, 19, 21, 23 dan 24 dengan luas 30,81 ha atau 13,36% dari total wilayah Desa Girimulyo. Pengelolaan pada daerah dengan kemiringan curam dapat dilakukan pembuatan teras pada lahan tersebut, pengelolaan pada daerah yang memiliki kelas tekstur klei dapat melakukan perbaikan drainase, pengelolaan terhadap daerah denagn kedalaman tanah yang dalam dapat melakukan pemilihan dan penempatan penanaman tanaman, pengelolaan dengan kelas permeabilitas dan kelas agregat yang tinggi dapat melakukan upaya wanatani.

SUMMARY

Dwi Catur Wicaksono. H0206035. Assement and Reccomendation Prone Land Management District in the Village Girimulyo Ngargoyoso Karanganyar District .under the guidance of Dr. Ir. R. Surdayanto, MS and D. Ariyanto P, SP, MSc. Study Program of Soil Science, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University Surakarta. The populations increasing, not suitable landuse, and miss management according by rules are suspected as the cause landslide in Girimulyo, Ngargoyoso District. The soil sample taken from Girimulyo, Ngargoyoso District, Karanganyar regency, Central Java Province in December 2011 - January 2012.this aims to determine and mapping landslides hazard area and to recomanded of landslide managemant areas in the Girimulyo, Ngargoyoso District. This is an explorative research based on surveying and laboratory analysis data. Furthermore, the data are classified based on every parameter. The result shows that landslide hazard areas with high level (score 18-23) in LMU number 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18 , 20, 22, 25, 26 and 27 with total area about 177.23 hectares or 80.43% and the very high level (score 24-29) in LMU number 7, 19, 21, 23 and 24 with an area about 30.81 ha or 13.36% of the total area of Girimulyo area. In high slope area can be made land terracing. In clay texture area can be made drainage improvement. Depth of soil in the area can be planted by selection plant. In high permeability class can be cultivated by agroforestry (“Wanatani”).

LONGSOR DI DESA GIRIMULYO KECAMATAN

NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Dwi Catur Wicaksono, R. Sudaryanto dan Dwi Priyo Ariyanto

Jurusan/program studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, UNS

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk, penggunaan lahan yang tidak sesuai serta pengelolaaan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi diduga akan mengakibatkan rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. Penelitian di Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Desember 2011 - Januari 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui area rawan longsor dan memetakan daerah rawan longsor, serta memberi arahan pengelolaan daerah rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. Penelitian ini dilakukan melalui survei di lapangan serta ditunjang analisis tanah di laboratorium dan pemetaan GIS dengan Arcview. Untuk mengetahui kelas rawan longsor menggunakan pengharkatan (skoring) dari tiap parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat rawan longsor (skor 18-23) di Desa Girimulyo terletak pada SPL 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22,

25, 26 dan 27 dengan total luas 177,23 ha atau 80,43% dan daerah dengan tingkat sangat rawan longsor (skor 24-29) pada SPL 7, 19, 21, 23 dan 24 dengan luas 30,81 ha atau 13,36% dari total wilayah Desa Girimulyo. Pengelolaan pada daerah dengan kemiringan curam dapat dilakukan pembuatan teras pada lahan tersebut, pengelolaan pada daerah yang memiliki kelas tekstur klei dapat melakukan perbaikan drainase, pengelolaan terhadap daerah denagn kedalaman tanah yang dalam dapat melakukan pemilihan dan penempatan penanaman tanaman, pengelolaan dengan kelas permeabilitas dan kelas agregat yang tinggi dapat melakukan upaya wanatani.

Kata kunci : Arahan pengelolaan, Girimulyo,Rawan longsor

MANAGEMENT DISTRICT IN THE VILLAGE GIRIMULYO NGARGOYOSO KARANGANYAR

DISTRICT

Dwi Catur Wicaksono, R. Sudaryanto dan Dwi Priyo Ariyanto Soil Since Departemant Faculty of Agriculture,

Sebelas March University ABSTRACT

The populations increasing, not suitable landuse, and miss management according by rules are suspected as the cause landslide in Girimulyo, Ngargoyoso District. The soil sample taken from Girimulyo, Ngargoyoso District, Karanganyar regency, Central Java Province in December 2011 - January 2012.this aims to determine and mapping landslides hazard area and to recomanded of landslide managemant areas in the Girimulyo, Ngargoyoso District. This is an explorative research based on surveying and laboratory analysis data. Furthermore, the data are classified based on every parameter. The result shows that landslide hazard areas with high level (score 18-23) in LMU number 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,

18 , 20, 22, 25, 26 and 27 with total area about 177.23 hectares or 80.43% and the very high level (score 24-29) in LMU number 7, 19, 21, 23 and 24 with an area about 30.81 ha or 13.36% of the total area of Girimulyo area. In high slope area can be made land terracing. In clay texture area can be made drainage improvement. Depth of soil in the area can be planted by selection plant. In high permeability class can be cultivated by agroforestry (“Wanatani”).

Keywords : Girimulyo, Landslide, Reccomendation

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin meningkat akan meningkatkan pula kebutuhan hidup manusia, hal ini akan menyebabkan daya dukung lahan tidak mampu memenuhi kehidupan di atasnya. Tekanan pada lahan ini akan mengakibatkan kerusakan atau berbagai bencana misalnya bencana banjir, bencana kekeringan, terutama bencana tanah longsor.

Bencana tanah longsor merupakan bencana alam yang sangat mengancam kelangsungan hidup terutama manusia, karena banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar seperti rusaknya lahan pertanian, pemukiman, saluran irigasi, dan prasarana fisik lainnya, selain itu dapat melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi pada daerah bencana dan sekitarnya. Bencana tanah longsor sering terjadi pada daerah perbukitan di Indonesia seperti di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Karanganyar yang berada di lereng gunung lawu.

Bencana tanah longsor yang kerap terjadi di tanah air, yakni seperti di Desa Tancep, Ngawen, Gunung Kidul, DIY, 2 Januari 2011 dan di Dukuh Gebyok, Desa Selo, Kabupaten Boyolali tanggal 20 Maret 2010, selain itu tujuh Kecamatan di Karanganyar tanggal 25 Desember 2007, kemudian di Kecamatan Ngargoyoso tanggal 30 Januari 2009, serta tanggal 19 Februari 2010 kembali lima kecamatan di Karanganyar terulang lagi terkena bencana tanah longsor, dari lima kecamatan yang dilanda bencana tanah longsor wilayah yang terparah terkena bencana tanah longsor adalah Kecamatan Ngargoyoso yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Ngargoyoso, Girimulyo dan Kemuning (Anonim 2007, 2010 1&2, 2011 dan Simomora, 2010).

Berdasarkan penelitian di Kabupaten Purworejo yang diilakukan oleh Berdasarkan penelitian di Kabupaten Purworejo yang diilakukan oleh

Hasil pengamatan di lapangan diketahui wilayah penelitian ini memiliki rata-rata curah hujan cukup tinggi. Penggunaan lahan daerah ini meliputi sawah, permukiman, tegalan, perkebunan dan semak. Sebagian besar wilayah Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso berada di bawah lereng barat Gunung Lawu. Selain itu juga adanya banyaknya bangunan yang ada di daerah tersebut, sehingga dimungkinkan Desa Girimulyo rentan dari bencana tanah longsor.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan dan telah maraknya bencana tanah longsor belakangan ini, maka harus dilakukan penelitian, pemetaan dan pengelolaan daerah rawan longsor Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso hal in karena peta dan rekomendasi pengelolaan daerah rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso sangat diperlukan untuk mengatisipasi, mencegah dan menanggulangi peristiwa bencana tanah longsor serta mengoptimalkan pengelolaan lahan yang tepat dan sesuai dengan kemampuan lahan dan permasalahan yang ada.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkann latar belakang tersebut, diduga daerah ini rawan bencana longsor. Belum adanya peta dan pengelolaan daerah rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso sehingga tidak ada informasi pengelolaan daerah tersebut.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui lahan rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso.

2. Pembuatan peta lahan rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso.

3. Memberi arahan pengelolaan lahan rawan longsor di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menyumbang Ilmu Konservasi Tanah dan Lingkungan untuk Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso.

2. Memberi informasi kepada masyaratakat dan pemerintah dearah tentang daerah rawan bencana untuk Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso dalam bentuk peta.

3. Memberi arahan pengelolaan untuk Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso agar tidak terjadi bencana tanah longsor.

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanah longsor

Longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan atau gerakkan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume yang besar. Longsor terjadi akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air (Arsyad, 2010).

Menurut Arsyad, 2010 suatu daerah akan terjadi longsor jika :

a. Lereng yang cukup curam.

b. Terdapat lapisan di bawah permukaan tanah yang kedap air dan lunak.

c. Terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah tepat di atas lapisan kedap air tadi menjadi jenuh.

Gambar 2.1

Longsor adalah gerakan terdiri dari regangan geser dan perpindahan sepanjang bidang longsoran yang massa berpindah melongsor dari tempat semula dan terpisah dari massa tanah yang mantap. Dalam hal ini, keruntuhan geser tidak selalu terjadi secara serentak pada suatu bidang longsoran, tapi dapat berkembang dari keruntuhan geser setempat. Jenis longsoran dibedakan menurut bentuk bidang longsoran yaitu rotasi (nendatan) dan translasi, dan dapat dibagi lagi : (a) material yang bergerak relatif utuh dan terdiri dari satu atau beberapa blok dan (b) material yang bergerak dan sangat berubah bentuknya atau terdiri dari banyak blok yang berdiri sendiri (Lihat Gambar

2.1 dan Gambar 2.2) (Anonim 2003).

Beberapa faktor penyebab longsoran lereng alam yang sering terjadi adalah:

a. Penambahan beban pada lereng.

b. Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng.

c. Penggalian yang mempertajam lereng.

d. Perubahan posisi muka air secara cepat (rapid drawdown) pada bendungan, sungai dan lain-lain.

e. Kenaikkan tekanan lateral oleh air (air yang mengisi retakan akan mendorong tanah kearah lateral).

f. Penurunan tahanan geser air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut dan lain-lain.

g. Getaran atau gempa bumi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas lereng adalah:

a. Gaya-gaya yang menggerakkan, contoh berat tanah

b. Gaya rembesan dalam lereng

c. Kemiringan

d. Kuat geser pada bidang longsor d. Kuat geser pada bidang longsor

b. Robohan (topples) adalah gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang-bidang yang relatif vertikal. Faktor utama yang menyebabkan robohan adalah air yang mengisi retakan.

c. Sebaran adalah kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya.

d. Aliran (flows) adalah gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser sempit. Beberapa istilah telah dibuat untuk membedakan tipe-tipe aliran, yaitu:

1) Aliran tanah (earth flow) sering terjadi pada tanah-tanah berlempung dan berlanau sehabis hujan lebat. Keruntuhan disebabkan oleh kenaikan berangsur-angsur tekanan air pori dan turunnya kuat geser tanah.

2) Aliran lanau/lumpur (mud flow) dapat terjadi pada daerah dengan kemiringan 5 sampai 150. Aliran lanau sering terjadi pada lempung retak-retak atau lempung pada yang berada di antara lapisan-lapisan pasir halus yang bertekan air pori tinggi.

3) Aliran debris (debris flow) adalah aliran yang terjadi pada material berbutir kasar. Sering terjadi pada daerah kering, tumbuh-tumbuhan sangat jarang, atau di daerah yang permukaannya tidak ada tumbuhannya atau ditebangi. Sering terjadi pada saat hujan lebat atau banjir tiba-tiba dalam bentuk aliran yang panjang dan sempit serta melanda sampai beberapa kilometer.

e. Longsoran (slides) adalah gerakan material pembentuk lereng yang e. Longsoran (slides) adalah gerakan material pembentuk lereng yang

1) Pergelinciran (slips) yang terjadi dalam serpih lempung lunak, umumnya mendekati lingkaran dan massa tanah yang longsor bergerak bersama dalam satu kesatuan di sepanjang bidang gelincir yang relatif tipis .

2) Longsoran rotasional berlipat (multiple rotational slides) dipicu oleh longsoran awal yang bersifat lokal. Longsoran ini berkembang secara bertahap dan menyebar ke belakang di sepanjang permukaan bidang longsor.

3) Longsoran berurutan (successive slipes) adalah deretan dari sejumlah longsoran rotasional dangkal yang terjadi secara berurutan pada lereng lempung retak-retak.

b. Longsoran dengan bidang gelincir datar atau longsoran (translational slide ) merupakan gerakan di sepanjang diskontinuitas atau bidang lemah yang secara pendekatan sejajar dengan permukaan lereng, translasi terjadi di sepanjang lapisan tipis, pasir, lanau, khususnya bila bidang lemah tersebut sejajar dengan lereng yang ada. Lapisan translational dibedakan menjadi empat, yaitu:

1) Longsoran blok translasional (translasional block slide) terjadi pada material keras (batu) disepanjang kekar (joint), bidang dasar (bedding plane) atatu patahan (faults) yang posisinya miring tajam. Longsoran ini sering terjadi dipicu oleh penggalian lereng bagian bawah, dan jika kemiringan lereng melampaui sudut gesek dalam massa batuan di sepanjang bidang longsor.

keatas secara bertahap ketika tanah dibagian belakang scrap di puncak longsoran melunak oleh air hujan.

4) Longsoran sebaran (spreading failures) keruntuhan ini sering terjadi pada lempung berlapis-lapis, di mana tekanan air pori sangat tinggi berkembang pada lapisan tipis pasir atau lanau yang tersisipi di dalam lempung (Hardiyatmo, 2006).

Abdur Rahman, (2008) menyatakan bahwa dalam penelitian pemetaan rawan longsor di Kab. Purworejo daerah rawan lonngsor di Kab. Purworejo terletak pada lereng dengan kemiringan 15% sampai lebih dari 45% dicirikan dengan jenis tanah lempung, curah hujan > 2.500 mm/thn, permebilitas tanah well dengan kedalaman tanah 60-90 m. Adapun foktor penyebabnya yakni, faktor alamiah ( bahan induk, curah hujan, hidrologi) dan faktor non-alamiah (penggunaan lahan, pola tanam, pemotongan tebing, dll).

Kriteria Umum menurut Anonim (2008), penetapan kawasan rawan bencana longsor

1. Kondisi kemiringan lereng : 15 – 70 %

2. Curah hujan rata-rata : > 2.500 mm/tahun

3. Lereng ditutupi oleh tanah setebal : > 2 meter

4. Struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau struktur retakan

5. Berada pada daerah yang dilalui struktur patahan (sesar)

6. Adanya gerakan tanah

7. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk & sifat perakaran).

Faktor pendorong terjadinya longsor, adalah:

1. Curah hujan yang tinggi

2. Lereng yang terjal

6. Getaran yang kuat (karena peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor)

7. Susutnya muka air danau/bendungan

8. Beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan

9. Terjadinya pengikisan tanah/erosi

10. Adanya material timbunan pada tebing

11. Bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani

12. Adanya bidang diskontinuitas

13. Penggundulan hutan

14. Daerah pembuangan sampah Tingkat kerawanan kawasan rawan bencana longsor ditetapkan berdasarkan kajian atau evaluasi terhadap kondisi alam (dalam hal ini kemiringan lereng, lapisan tanah/batuan, struktur geologi, curah hujan, dan geohidrologi lereng), pemanfaatan lereng, kepadatan penduduk dalam suatu kawasan, serta kesiapan penduduk dalam mengantisipasi bencana longsor.

2. Pemetaan

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster (Anonim 2010, 3).

Kata peta pasti sudah sangat familiar dan pasti sering melihat atau bahkan pernah menggunakan peta, tetapi mungkin masih kesulitan untuk mendeskripsikan pengertian dari peta. Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas (Daud, 2010).

relatif, memperlihatkan bentuk. Unsur-unsur: judul peta, legenda / keterangan, tanda arah / orientasi, skala, inset, sumber dan tahun pembuatan peta, simbol dan warna, proyeksi peta (Anonim 2010, 4).

Setelah diketahui definisi, unsur, fungsi, untuk mengetahui dan memperoleh informasi atau mengkaji daerah atau gejala tentang obyek yang tertera dalam peta guna menginterpretasikannya memerlukan suatu ilmu tersendiri yaitu pengindraan jauh. Menurut Lillesand dan kiefer (1979) cit Susanto (1986), ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.

Lindgren (1985) cit Susanto (1986) mengemukakan bahwa pengindraan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Sedangkan menurut Everett dan simonett 1976 cit Susanto (1986), pengindraan jauh merupakan ilmu, antara lain karena karakteristik yang berupa: (1) konsepsi dasarnya dan (2) filosofinya. Di dalam pengindraan jauh terdapat suatu sistem yang terdiri dari sumber tenaga, atmosfer , interaksi antara tenaga dan obyek, sensor, perolehan data dan pengguna data.

Peta digital (digital map) adalah peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information sistem) (Daud 2010). Sistem imformasi geografi (SIG) sebagai sarana untuk menyimpan, menggali, dan memanipulasi data serta menghasilkan produk (Aronof 1993 cit Susanto 1986). Menurut Lillsnad dan Keifer (1994) cit

3. Pengelolaan Daerah Rawan Longsor

Tanah longsor merupakan bagian dari erosi yang berbeda dengan erosi lainnya atau suatu gerakan massa tanah berpindah dari tempat awalnya secara bersama-sama. Pengelolaan daerah rawan longsor tidak jauh berbeda dari pengelolaan erosi, hal ini karena tanah longsor masih bagian dari erosi. Penentuan dari pengelolaan daerah rawan longsor melihat dari kelas kemampuan lahan dari suatu daerah yang terjadi rawan longsor supaya dalam pengelolaannya akan tepat dan sesuai antara metode konservasi yang akan dilakukan baik metode mekanik atau metode vegetatif dengan kemampuan lahannya. Sehingga masyarakat dapat menikmati hasil konservasi yang dilakukan dan tanpa merugikan dari lingkungan sekitar serta masyarakat itu sendiri (Arsyad, 2010 dan Hardiyatmo, 2006).

Parameter untuk mengetahui tingkat bahaya tanah longsor antara lain tutupan lahan, curah hujan, geologi, tekstur, agregat, kemiringan, permeabilitas, kemudian semua parameter dilakukan skoring untuk mendapatkan daerah rawan longsor. penilaian disajikan dalam Tabel 2.1-2.8 di bawah ini:

Tabel 2.1: Skor Tutupan Lahan Tabel 2.2 Skor Curah Hujan Tutupan Lahan

Skor

a. Tegalan, Sawah

b. Semak-belukar

c. Hutan, perkebunan

d. Bangunan

e. Perrairan

sumber: Mubekti dan Al Hasan, 2008

Tabel 2.3: Skor Geologi Tabel 2.4: Skor Kedalaman Tanah

Curah Hujan (mm/thn) Skor

a. <1.000

b. 1.000-1.500

c. 1.500-2.000

d. 2.000-2.500

e. >2.500

5 sumber: Rahman, 2010

Kedalaman Tanah Skor Geologi

Skor

Tabel 2.5: Skor Tekstur Tanah Bawah Tabel 2.6: Skor Tekstur Tanah Atas

Tabel 2.7: skor kemiringan

Tabel 2.8: skor permeabilitas

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2.9.

Tekstur

Skor

a. Halus

b. Agak halus

c. Sedang

d.Agak kasar

e. Kasar

5 sumber: Modifikasi Rintung et.al, 2007

Tekstur

Skor

a. Halus ()

b. Agak halus

c. Sedang

d.Agak kasar

e. Kasar

sumber: Rintung et.al, 2007

b. 8-15

c. 15-25

d. 25-45

e. >45

sumber: Rahman, 2010

Permeabilitas

Skor

a. Sangat lambat

b. Lambat

d. Sedang

e. Sedang cepat

f. Cepat

1 sumber: Modifikasi Hardjowigeno dan Sukmana, 1995

Tabel 2.9 Bentuk wilayah dan kelas lereng No. Relief

2 Berombak/Agak Melamdai

3-8

3 Bergelombang/Melandai

6 Bergunung Curam

40-60

7 Bergunung Sangat Curam

Sumber : Ritung et.al, 2007

Setelah mengetahui suatu daerah yang dinyatakan rawan longsor, maka selanjutnya menetukan metode konservasi yang akan diterapkan guna mencegah, merawat serta menaggulangi daerah yang dinyatakan rawan longsor tersebut terjadi longsor atau terjadi longsoran susulan. Metode konservasi yang dapat digunakan untuk daaerah rawan longsor diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Metode Konservasi Mekanik;

1) Pengelolaan tanah menurut kontur

2) Guludan untuk lereng sampai 8% dan Guludan bersaluran

untuk lereng sampai 12%

3) Teras:

a) Teras berdasar lebar, (lereng 2%-15%)

b) Teras tangga, untuk tanah berlereng 2-30%

4) Rorrak untuk lereng 3-30% dengan kedalaman yang sesuai

dengan kemiringan lerengnya

5) Dam penghambat/ dinding penahan

b. Metode Konservasi Vegetatif:

1) Penanaman dalam strip, (lebar 20-50)

6) Pagar hidup

7) Strip rumput (grass strip)

8) Penanaman rumput akar wangi (Arsyad 2010, Hardiyatmo 2006, Kasdi et.al 2003)

Vegetasi selain untuk konservasi juga dapat mempengaruhi stabilitas lereng. Peran tumbuh-tumbuhan dalam kestabilan lereng bergantung pada tipe tumbuh-tumbuhan dan tipe proses degradasi lereng. Terkait dengan kestabilan massa tanah, akar tumbuh-tumbuhan memperkuat lereng, dan air yang diresap oleh akar akan mengurangi kelembaban tanah, sehingga juga memperkuat lereng. Pembongkaran atau menghilangkan tumbuh-tumbuhan dapat berakibat menambah kecepatan erosi, sehingga membahayakan stabilitas lereng, terutama bila erosi terjadi di kaki lereng. Pada umumnya, tumbuh-tumbuhan mempunyai pengaruh yang baik terhadap kestabilan lereng.

Pemilihan tipe tumbuh-tumbuhan untuk stabilitas lereng sangat penting, misalnya tanaman rumput yang rapat sangat baik untuk menahan erosi. Sebaliknya, akar pohon-pohonan yang dalam dapat memperkuat lereng, terutama untuk mencegah longsoran dangkal. Banyak strategi dan prosedur dapat dipakai untuk memaksimalkan keuntungan, strategi ini dapat dilakukan dengan cara: (1) pemilihan jenis tumbuhan yang cocok untuk lokasi tertentu, (2) pemilihan tujuan stabilitas, (3) penempatan tumbuh-tumbuhan pada lokasi yang benar, (4) manajemen tumbuh-tumbuhan untuk menghindari pengaruh yang tidak merugikan (Hardiyatmo, 2006).

Pemilihan tumbuh-tumbuhan harus sesuai dengan tujuan stabilitas dan harus cocok dengan kondisi tanah dan lokasinya. Tumbuh-tumbuhan kayu- kayuan, umumnya mempunyai akar yang kuat dan dalam dibandingkan dengan tanaman jamu-jamuan dan rumput, berpengaruh besar pada perkuatan Pemilihan tumbuh-tumbuhan harus sesuai dengan tujuan stabilitas dan harus cocok dengan kondisi tanah dan lokasinya. Tumbuh-tumbuhan kayu- kayuan, umumnya mempunyai akar yang kuat dan dalam dibandingkan dengan tanaman jamu-jamuan dan rumput, berpengaruh besar pada perkuatan

Pengaruh tumbuh-tumbuhan kayu yang menguntungkan terhadap stabilitas lereng adalah (1) akar secara mekanis memperkuat tanah, (2) Evapotranspirasi dan tahanan air dari daun-daunan membatasi kenaikan tekanan air pori positif dalam tanah, (3) Batang pohon dapat bekerja sebagai penahan gerakan ke bawah, (4) Berat tumbuh-tumbuhan dalam beberapa hal dapat menambah stabilitas lereng. Tumbuh-tumbuhan kayu mempengaruhi stabilitas lereng dangkal, yaitu menambah kuat geser tanah oleh akar (Hardiyatmo, 2006).

Beberapa istilah digunakan utuk menggambarkan sistem akar tumbuh- tumbuhan:

1. Tap root adalah akar yang arahnya vertikal terletak di bawah akar pohon

2. Sinker root adalah akar yang berasal dari tap root

3. Akar lateral akar yang berpusat di akar sentral, tapi konsentrasinya kearah horizontal.

Morfologi sistem akar dikategorikan:

1. Akar pelat

2. Akar bentuk jagung

3. Tap roots

Gambar 2.1. Macam Akar

Tap root vertica l dan sinker root yang tertanam secara dalam, adalah faktor utama yang mempengaruhi kenaikan stabilitas lereng. Perkuatan oleh akar tanaman paling efektif bila akar menembus tanah permukaan sampai mencapai retakan atau celah batuaan dasar atau akar-akar menembus zona tanah residual sampai mencapai tanah kuat (Hardiyatmo, 2006)

B. Kerangka Berfikir

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, Sedangkan analisis tanahnya dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai selesai.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Alat

a. Peta Rupa Bumi Desa Girimulyo, meliputi :

1) Peta Rupa Bumi Lembar Ngrambe No. 1508-134 tahun 2000

2) Peta Rupa Bumi Lembar Karangpandan No. 1508-123 tahun 2000

b. Peta Geologi Lembar Ponorogo No. 1508-1 tahun 2009

c. Perlengkapan untuk analisis lapang (pisau belati, altimeter, cangkul, rollmeter, klinometer, kompas, cetok, tisu, kaca pembesar, flakon, pH meter, GPS, alat tulis, kamera).

d. Perlengkapan analisis laboratorium

e. Komputer, software untuk analisis data

2. Bahan

a. Sampel tanah Sampel tanah untuk analisis laboratorium meliputi sampel tanah terusik (per lapisan tanah, sampel tanah bongkah) dan sampel tanah tidak terusik (sampel tanah permeabilitas).

b. Data pendukung (curah hujan)

c. Bahan kimia untuk analisis lapang dan untuk analisis laboratorium

C. Rancangan Penelitian

3. Survei dan pengambilan sampel tanah

4. Analisis laboratorium

5. Penggambaran daerah penelitian

D. Teknik Penentuan Sampel

1. Persiapan meliputi pembelajaran tentang daerah penelitian, mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian

2. Menyiapkan peta tematik yang dibutuhkan (penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah/geologi, kontur). Kelas kemiringan lereng diturunkan dari Peta Rupa Bumi Indonesia dengan metode bujur sangkar. Kelas kemiringan lereng dihitung dengan rumus sebagai berikut:

: kemiringan lereng

N : jumlah garis kontur yang terpotong oleh diagonal bujur sangkar ik

: interval kontur

a : panjang sisi bujur sangkar di lapangan (Imam Subarkah, 1978 cit Sudaryanto, 2011)

3. Membuat satuan peta lahan (SPL) Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar dengan mengoverlay peta pengunaan lahan, peta kelas kemiringan, dan peta geologi.

4. Melakukan pengamatan profil tanah dan pengambilan sampel pada SPL yang telah ditentukan berdasarkan peta kerja untuk diambil dan dianalisis sifat fisika dan kimia sampel tanahnya.

5. Melakukan pengamatan semua parameter tanah rawan longsor dilapangana seperti pengamatan kedalaman tanah, tekstur tanah, pengamatan deskripsi lahan dan faktor-faktor lingkungan yang ada

6. Mengambil sampel tanah tak terusik (ring sampel tanah dan sampel tanah per lapisan)

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data survei

a. Penggunaan lahan (observasi langsung)

b. Kedalaman tanah (observasi langsung)

c. deskripsi lahan dan faktor-faktor lingkungan yang ada

2. Data laboratorium

a. Tekstur tanah (observasi langsung dan metode pemipetan)

b. Permebilitas tanah (metode permeameter)

c. Bahan Organik (metode Walkey and Black)

F. Metode Analisis Data

1. Pengkelasan parameter (skoring)

2. Penentuaan daerah rawan longsor dengan metode skoring, berdasarkan modifikasi Mubekti & Fauziah A (2008) serta Abdur Rahman (2010)

3. Arahan pengelolaan daerah rawan longsor pada daerah penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Daerah Penelitian

Secara administrasi daerah penelitian terletak di Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karangayar. Berdasarkan letak geografis dari hasil pengamatan di lapangan, Desa Girimulyo terletak

pada 111 0 06’ 34” - 111 0 08’ 27” dan 7 0 36’ 32” - 7 0 37’ 25” serta berada pada ketinggian sekitar 900 mdpl. Desa Girimulyo memiliki bentuk topografi datar sampai bergunung. Curah hujan didaerah penelitian tergolong tinggi seperti pada Tabel 4.1. Curah hujan yang diamati adalah curah hujan tahunan (2001- 2010), data curah hujan berdasarkan data dari Perkebunan Rumpun Sari Ngargoyoso. Dari data tersebut menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson (1951), wilayah penelitian tergolong dalam tipe iklim B atau ber iklim basah.

Tabel 4.1. Data curah hujan, tahunan (2001-2010)

Sumber : Perkebunan Rumpun Sari Ngargoyoso, 2010

Tahun/ bulan

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009 2010 Total

Januari

570

500

482

592

700

488

314

586

702 495 5429 Februari

334

482

622

714

471

514.5 1.018

441

632 592 5.820,5 Maret

450

547

491

405

419

211.5

476

754,5 406.5 792,5 4.953 April

600

459

110

235

351

394

766

224

327 142 3.608 Mei

68 100

11,8

345

80 639

96 265,5 315,5 436 2.356,8 Juni

156

0 33 56 235

27 238

34 138,5 237 1.154,5 Juli

103

10 0 244

124

2 22 0 36 136 677 Agustus

19 12 11 0 24 0 9 14 2 92 183 September

121

7 60,3

28,5

126

0 0 10 68 480 900,8 Oktober

574

62 142

62,5

132

3 75 317

208,5 407 1.983 Nopember

423

307

316

578,5

315

66 395

505

301 720 3.926,5 Desember

388

429

399

587,5

615,5

748

1.138

220

346 628 5.499 Total

3.806 2.915 2.678,1 3.848 3.592,5 3.093 4.547 3.371 3.483 5.157,5 3.6491,1

Rata-rata

3.649,11

Gambar 4.1. Akses Menuju Daerah Penelitian

Batas administrasi Wilayah Desa Desa Girimulyo : Sebelah Utara

: Desa Kemuning

Sebelah Selatan : Desa Berjo Sebelah Brat

: Desa Nglegok

Sebelah Timur

: Desa Segorogunung

2. Karakteristik Lahan Daerah Penelitian

a. Curah Hujan Rata-rata curah hujan per tahun selama 10 tahun Desa Girimulyo adalah 3649,11mm/tahun, dengan demikian klasifikasi menurut Rahman (2010) masuk ke dalam skor 5.

Curah hujan mempengaruhi kondisi tanah dalam kemampuan ketahanan tanah terhadap air, sehingga dapat mengakibatkan bencana tanah longsor yang juga diikuti faktor lainnya. Dalam penelitian ini

UNS

Karangpandan

Daerah penelitian

TW

40 Km

15 Km

b. Kelas Kemiringan Lerang Hasil analisis kelas kemiringan lereng tercantum dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kelas Kemiringan Lereng Pada Daerah Penelitian

Lereng (%)* Skor*

SPL

Luas ha %

230,56 100 Keterangan: * Rahman (2010) dan analisis GIS

Sumber: Hasil anlisis Lapang dan laboratoium, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, kelas kemiringan lereng 0-8% mendominasi daerah penelitian ini. Hal ini diperkuat dengan pengamatan langsung di lapangan. Kemiringan lereng merupakan salah satu parameter yang dominan dalam tanah longsor, menurut Mubekti dan Alhasanah (2008). Hasil penelitian dari Rahman (2010) menyatakan bahwa tingkat paling tinggi rawan longsor pada kemiringan 25-45% dan >45%. Kemiringan lereng yang curam merupakan paling rentan terhadap tanah longsor, dikarenakan kemiringan lereng dapat meningkatkan gaya penggerak tanah untuk meluncur (Hardiyatmo, 2006).

c. Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Karangpandan no. 1508-123 tahun 2000 dan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Ngrambe no. 1508-134 tahun 2000 serta observasi langsung di lapangan, penggunaan lahan Desa Girimulyo meliputi perkebunan, permukiman, sawah, tegalan, semak dan hutan.

Tabel 4.3. Penggunaan Lahan Pada Daerah Penelitian Penggunaan lahan

Luas ha %

Perkebunan/Hutan

Sumber: hasil analisis GIS Hubungan antara penggunaan lahan dan perubahannya adalah berpengaruh nyata dengan bencana tanah longsor. Menurut Barus, (1999) bahwa longsoran sering terjadi pada tipe penggunaan lahan, yaitu: pertanian lahan kering/tegalan dengan sistem konservasi tidak baik, pertanian lahan kering/tegalan campuran dengan sistem konservasi baik dan tidak baik, perkebunan yang tidak dikelola dengan baik, hutan sekunder dan belukar. Menurut Mustofa, (2007), keberadaan permukiman yang ada di daerah lereng dapat sangat membahayakan apabila gerakkan tanah terus berkembang. Hal ini diperkuat oleh Hardiyatmo, (2006), penambahan beban di permukaan tanah akan meningkatkan bahaya tanah longsor serta pemilihan dan penempatan tanaman harus sesuai dengan kondisi lahannya.

d. Geologi Geologi Desa Girimulyo adalah berasal dari batuan vulkanik, terdiri dari Qvl (Quarter vulkanik lawu) terdiri dari tuf dan breksi gunung api (kuarsa, feldspar,) dan Qlla (Quarter lahar lawu) tersusun dari komponen andesit, basal dan sedikit batu apung yang bercampur dengan pasir gunug api serta banyak ditemukan mata air (Lampiran).

Kondisi geologi Desa Girimulyo baik digunakan menjadi lahan Kondisi geologi Desa Girimulyo baik digunakan menjadi lahan

Menurut Mubekti dan Alhasanah (2008), nilai klasifikasi untuk batuan vulkanik adalah 3. Penelitian ini tidak memasukan parameter geologi untuk pengkelasan daerah rawan longsor, dikarenakan Desa Girimulyo masih berasal dari batuan yang sama, yaitu batuan vulkanik.

e. Deskripsi SPL Daerah Penelitian Berdasarkan pengamatan di lapangan deskripsi daerah penelitian di Desa Girimulyo tersajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Deskripsi SPL:

No.

SPL

Deskripsi Pada Daerah Penelitian

LUAS ∑ SKOR

ha %

1 1 Grup Tanah Haplanthepts, pH tanah 5,25 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Tegalan, Kemiringan 0%, Permeabilitas (0,058) Sangat lambat, Agregat Sangat mantap Sekali, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

2 2 Grup Tanah Plagganthepts, pH tanah ), 5,97 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Pemukiman, Kemiringan 0%, Permeabilitas (2,251) sedang-lambat, Sangat mantap

Sekali Tidak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

3 3 Grup Tanah Haplanthepts, pH tanah 5,61 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan

Permeabilitas (0,122) Sangat Lambat, Agregat Sangat mantap Sekali, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

4 4 Grup Tanah Haplanthepts, pH tanah BO Sangat rendah, Tekstur Halus, Penggunaan lahan Tegalan, Kemiringan 0%, Permeabilitas (0,124) Sangat Lambat, Agregat Sangat mantap Sekali, Kedalaman tanah Dalam l, Geologi Qlla

5 5 Grup Tanah Haplanthepts, pH tanah 6,01 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Pemukiman, Kemiringan 0%, Permeabilitas (1,583) lambat, Agregat Sangat mantap

N0

SPL

Deskripsi Pada Daerah Penelitian

Luas ∑ ha SKOR %

7 7 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,55 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Kasar, Penggunaan lahan Semak, Kemiringan 0%, Permeabilitas (0,654) Lambat, Agregat Agak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

3,98 1,72 19

8 8 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,43 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Semak, Kemiringan 0%, Permeabilitas (3,557) Sedang-Lambat, Agregat Sangat mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

6,35 2,76 19

9 9 Grup Tanah Hapludalf, pH tanah 5,39 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Halus, Penggunaan lahan Perkebunan,

(0,434) Sangat Lambat, Agregat Tidak mantap ,Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

16,95 7,35 20

10 10 Grup Tanah Dystrudepts, pH tanah 4,72 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Pemukiman, Kemiringan

14,14%, Permeabilitas

(0,043) Sangat lambat, Agregat Tidak mantap ,Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

22,52 9,77 19

11 11 Grup Tanah Dystrudepts, pH tanah 5,04 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Perkebunan,

(0,185) Sangat lambat, Agregat Kurang mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

1,16 0,50 19

12 12 Grup Tanah Haplantherpts, pH tanah 5,45 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Pemukiman, Kemiringan 8-15%, Permeabilitas (0,042) Sangat lambat, Agregat Sangat mantap Sekali, Kedalaman tanah Dalam , Geologi Qlla

5,08 2,21 19

13 13 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,23 (masamBO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Perkebunan,

(0,212) Sangat lambat, Agregat Sangat mantap, Kedalaman tanah Dangkal, Geologi Qvl

5,26 2,28 22

14 14 Grup Tanah Haplantherpts, pH tanah 5,86 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Tegalan, Kemiringan 14,14%, Permeabilitas (0,091) Sangat lambat, Agregat Sangat mantap, Kedalaman tanah Dalam , Geologi Qlla

7,81 3,39 22

15 15 Grup Tanah Haplantherpts, pH tanah 5,10 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agaak Halus, Penggunaan lahan Tegalan, Kemiringan 14,14%, Permeabilitas (0,294) Sangat lambat, Agregat Sangat mantap sekali, Kedalaman tanah Dalam , Geologi Qlla

2,2 0,95 23

Lanjutan tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

No.

SPL

Deskripsi Pada Daerah Penelitian

LUAS ∑ ha SKOR %

17 17 Grup Tanah Dystrudepts, pH tanah 5,94 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Agak Halus, Penggunaan lahan Perkebunan, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (0,056) Sangat lambat, Agregat Tidak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qlla

18 18 Grup Tanah Hapludands , pH tanah 6,62 (netral), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Perkebunan, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (0,212) Sangat lambat, Agregat: Mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

19 19 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,96 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan: Perkebunan, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (0,066) Sangat lambat, Agregat Tidak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

20 20 Grup Tanah Hapludalf, pH tanah 5,7 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Semak, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (0,212) Lambat, Agregat: Mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

21 21 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,47 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Perkebunan, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (0,522) Lambat, Agregat Sangat mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

22 22 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 6,06 (agak masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Perkebunan, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (6,341) Sedang, Agregat Agak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

23 23 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,17 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Semak, Kemiringan 28,28%, Permeabilitas (6,312) Sedang, Agregat Sangat mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

24 24 Grup Tanah Hapludands, pH tanah ), 6,61 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Perkebunan, Kemiringan 56,57%, Permeabilitas (6,345) Sedang, Agregat Tidak mantap, Kedalaman tanah Dalam, Geologi Qvl

25 25 Grup Tanah Hapludands, pH tanah 5,23 (masam), BO Sangat rendah, Tekstur Sedang, Penggunaan lahan Semak, Kemiringan 56,57%,, Permeabilitas (0,245) Sangat Lambat, Agregat Sangat mantap,

No.

SPL

Deskripsi Pada Daerah Penelitian

LUAS ∑ ha SKOR %