IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

Oleh: LISTARI DAMAYANTI K7408232 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Juli 2012

commit to user

commit to user

DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI

Oleh: LISTARI DAMAYANTI NIM K7408232

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

commit to user

commit to user

commit to user

Listari Damayanti. IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (2) mengetahui adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (3) mengetahui adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (4) mengetahui upaya yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri dalam mengatasi faktor -faktor yang menghambat pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian studi kasus. Strategi yang digunakan adalah tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen dan arsip, serta tempat dan peristiwa. Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara non probabilitas (pemilihan nonrandom) dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan trianggulasi data/sumber dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) implementasi SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri dapat berjalan sesuai dengan standar yang dipersyaratkan oleh SMM ISO 9001:2008 walaupun masih terdapat beberapa hambatan. (2) faktor-faktor pendukung pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri yaitu: kesadaran dan komitmen diberikan secara totalitas oleh manajemen puncak serta warga sekolah SMK Negeri 1 Wonogiri, dana yang tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan SMM ISO 9001:2008, sarana dan prasarana yang tersedia mendukung terselenggaranya KBM dengan baik, serta adanya dukungan dari stakeholders baik stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. (3) faktor- faktor penghambat pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri yaitu: kurangnya pemahaman personel terhadap SMM ISO 9001:2008, koordinasi antara lini kerja belum terkontrol dengan baik, serta proses perekaman kegiatan yang belum dilaksanakan sesuai sistem. (4) usaha-usaha yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri untuk mengatasi faktor penghambat tersebut yaitu: melakukan pemahaman secara terus menerus yaitu dengan mengadakan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah tentang SMM ISO 9001:2008, membangun komunikasi dan koordinasi yang terarah antar lini kerja, dan menyusun sistem pengendalian rekaman yang dibakukan.

Kata kunci: implementasi, sistem manajemen mutu ISO 9001:2008

commit to user

Listari Damayanti. THE IMPLEMENTATION OF ISO 9001:2008 QUALITY MANAGEMENT SYSTEM IN SMK Negeri 1 Wonogiri. Essay, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, June 2012.

The purpose of this study are: (1) to know the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management Systems in SMK Negeri 1 Wonogiri, (2) to know the support implementation of ISO 9001:2008 Quality Management Systems in SMK Negeri 1 Wonogiri, (3) to know the presence of inhibiting factors in the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management System in SMK Negeri 1 Wonogiri, (4) to know the efforts which are made by SMK Negeri 1 Wonogiri in overcoming the factors that hinder the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management System.

The study used descriptive research method with qualitative approach. Type of research which used the case study. Data sources that used were informants, documents and archives, as well as places and events. In this study, the determination of non-probability sample is done (nonrandom selection) by the method of purposive sampling. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. The validity of the data used triangulation of data / sources and triangulation methods. While the data analysis technique used is the interactive analysis techniques.

Based on the results of the data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) the Implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri can run properly and in accordance with the standards required by ISO 9001:2008 QMS. (2) The factors supporting the implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri include: awareness and commitment provided by top management as well as the totality of citizens of the school SMK Negeri 1 Wonogiri, available funds sufficient to meet the needs of the implementation of ISO 9001 QMS: 2008, facilities and infrastructure are available to support the implementation of good teaching, as well as the support from stakeholders both internal stakeholders and external stakeholders. (3) Factors factors the implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri include: lack of understanding of QMS ISO 9001:2008 personnel, coordination of work between the lines has not been well controlled, and the process of recording activity that has not been implemented according to the system. (4) Efforts that are made SMK Negeri 1 Wonogiri to overcome the inhibiting factors are: conduct on going understanding that by socialite to all citizens of the school of ISO 9001:2008 QMS, build communication and coordination between the directional line of work, and develop a standardized system of recording control.

Keywords: implementation, ISO 9001:2008 quality management system

commit to user

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah: 6)

 Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari

kegagalan. (Colin Powell)

 Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah Hidup adalah cinta, maka nikmatilah (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)

 Karena orang lain bisa melakukannya, kitapun juga harus bisa.

(Peneliti)

commit to user

Teriring sujud syukurku kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana

ini kepada :

 Yang kuhormati, kusayangi, dan kubanggakan yang telah memberikan segalanya untukku. Doamu yang tiada terputus dan pengorbananmu tak

bisa terbalaskan. Terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini.

(Bapak dan Ibu)

 Sahabat-sahabatku seperjuangan Sos’one ’08. Semua terasa cepat

denganmu kawan. (Dijhe, Ryana, Pyul, dll........)

 Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu baik kepadaku, memotivasiku, dan

memberiku semangat. (Nana, Dinda, Iin, Arum, dll.....Thank’s all)  Seseorang yang telah memberi warna dalam hidupku.

 Teman-teman B1 dan PAP A tercinta.  Teman-teman Kos CD.

commit to user

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya tidak lupa peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui permohonan ijin menyusun skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi.

5. Drs. Ign. Wagimin, M.Si, selaku Pembimbing I yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Tutik Susilowati, S. Sos, M. Si, selaku Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

8. Drs. Suwandi, selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Wonogiri yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff di SMK Negeri 1 Wonogiri yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

commit to user

menjadikan motivasi terbesar saya dalam menjadi yang terbaik.

11. Sahabat-sahabat dari kecil hingga dewasa saat ini, yang selalu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, motivasi yang begitu luar biasa.

12. Rekan-rekan PAP 2008 yang selalu memberikan motivasi untuk menjadi yang terbaik di antara kalian semua.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Peneliti harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2012

Peneliti

commit to user

Halaman

Tabel 4.1........................................................................................................ 77 Tabel 4.2......................................................................................................... 81 Tabel 4.3......................................................................................................... 93 Tabel 4.4......................................................................................................... 123

commit to user

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 45 Gambar 3.1 Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Interaktif 57 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian..................................................................... 58

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi memiliki tiga ciri utama, yaitu: kebebasan, keterbukaan, dan integrasi global. Kebebasan merupakan ciri di mana suatu negara bebas memasukkan barang/jasa ke negara lain tanpa hambatan. Keterbukaan ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih dan memudahkan mendapat informasi yang dibutuhkan. Dan terakhir, integrasi global membawa perubahan dunia yang tidak lagi terbendung. Derasnya arus informasi berimplikasi terhadap perubahan di segala bidang. Hubungan antarnegara satu dengan lainnya tidak ada batas yang merintangi komunikasi, bahasa, budaya, sosial yang dulunya jadi permasalahan, seakan kabur melebur menjadi entitas masyarakat yang berkode etik satu, yaitu kode etik internasional.

Salah satu permasalahan era globalisasi saat ini adalah persoalan sekolah sebagai bagian dari lingkungan pendidikan yang belum mampu merespon kebutuhan dan persoalan sosial. Sekolah di Indonesia belum bisa berkembang dan bersaing sebaik sekolah luar negeri. Banyak sekolah di Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang rendah dan fasilitas pembelajaran yang minim. Pada lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Banyak lulusan SMU, SMK, dan perguruan tinggi tidak kompeten. Peserta didik yang tidak siap jadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif, akhirnya hanya jadi beban masyarakat.

Sekolah adalah salah satu tempat untuk menciptakan manusia yang intelektual tanpa melihat latar belakang budaya, ekonomi, status sosial pada siswa yang ada di dalamnya. Sehingga sekolah mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataan di Indonesia, telah terjadi pengelompokan sekolah, dengan kriteria sekolah favorit dan sekolah unggulan. Jika terjadi terus pengelompokkan sekolah, hal tersebut akan menciptakan diskriminasi siswa. Memang keunggulan menjadi indikator kemampuan bagi

commit to user

kelulusan mereka. Munculnya sekolah elit, unggulan dan sekolah favorit pada dasarnya secara subtansial sekolah-sekolah tersebut identik dengan biaya yang mahal. Sehingga sebagian besar orang tua tidak mampu membiayai anaknya untuk sekolah di sekolah tersebut. Namun sekolah-sekolah itu ternyata memang dapat diandalkan untuk memenuhi harapan masyarakat. Sesuatu yang sangat disayangkan. Beberapa sekolah yang disebut sekolah favorit, elit dan sekolah unggulan umumnya adalah sekolah swasta yang dikelola dengan manajemen yang baik. Sekolah negeri yang notabenenya sekolah pemerintah rata-rata tidak masuk dalam sekolah tersebut. Padahal sekolah negeri mendapat subsidi dari pemerintah termasuk segi penggajian guru dan karyawan.

Masyarakat membutuhkan kualitas pekerja berpendidikan tinggi dan tenaga kerja yang siap memasuki lapangan kerja dengan kualifikasi kemampuan tinggi. Kebutuhan masyarakat itu telah mendorong para pendidik untuk mengembangkan institusi kependidikan yang semakin hari semakin kompleks. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru menyangkut pembaharuan sistem pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan telah mendorong berbagai pihak untuk melakukan berbagai usaha. Fokus utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber daya manusia, maupun sarana dan prasarananya.

Pemerintah saat ini tengah menerapkan suatu pendekatan terbaru yaitu Manajemen Berbasis Sekolah atau yang sering kita dengar dengan sebutan MBS. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu strategi wajib yang ditetapkan oleh Indonesia sebagai standar dalam mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal

51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standard pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. MBS yang diterapkan saat ini diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi juga pada proses pelaksanaan pendidikan,

commit to user

di Indonesia. Memasuki era otonomi yang baru, setiap sekolah baik swasta maupun negeri diharapkan untuk bisa madiri dan mampu untuk menggali potensi yang ada di dalam sekolahnya. Suatu tantangan yang semestinya mendapat respon dari pihak penyelenggara sekolah negeri, agar di era otonomi mereka harus dapat mengoptimalkan kinerja mereka tanpa ketergantungan pada pemerintah. Pihak sekolah harus benar-benar menata kembali lembaga persekolahan dengan manajemen modern dan profesional. Sekolah negeri harus benar-benar inovatif memberdayakan potensi sekolah di tengah masyarakat menampilkan produktivitas yang tinggi, sehingga ketergantungan tersebut bisa dikurangi. Sekolah perlu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat bertahan dalam masa sulit seperti ini yang meliputi: tenaga pengajar (guru), anak yang diajar (siswa) dan personil lainnya sebagai sarana dan prasarana belajar mengajar. Dalam proses tersebut, sesuatu yang tidak dapat dilupakan adalah bagaimana membuat siswa menjadi berkualitas. Salah satu cara yang dilakukan sekolah agar lulusannya berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi adalah dengan meningkatkan manajemen sekolahnya.

Manajemen Berbasis Sekolah berorientasi pada kebebasan dalam pengambilan keputusan partisipasif dan dukungan sumber daya yang baik. Oleh karena itu MBS mendorong sekolah untuk menerapkan suatu sistem manajemen mutu bertaraf internasional. Sekolah menginginkan kualitas pendidikan berstandar internasional dan lulusan yang mampu berkompetisi di era globalisasi. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 bahwa “….dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang berdaya saing ditingkat global, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan perhatian khusus pada satuan pendidikan tertentu yang berkategori mandiri dan berorientasi untuk bertaraf internasional”.

Bagi sekolah yang ingin melakukan perbaikan dalam hal sistem manajemennya, salah satu manajemen mutu yang dapat dipergunakan adalah sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 (pelayanan terhadap pelanggan). Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 memiliki dampak yang sangat positif bagi proses pencapaian tujuan sekolah di era globalisasi saat ini.

commit to user

profesional yang dalam pelaksanaannya didukung oleh tim akademis lainnya. Penerapan ISO 9001:2008 berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat memuaskan pelanggan pendidikan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu sekolah maupun mutu pendidikan secara nasional di Indonesia.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Berkaitan denga pengertian tersebut, Soedomo Hadi berpendapat, “Sekolah menengah kejuruan, yaitu jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan ketrampilan peserta didik untuk melaksankan jenis pekerjaan tertentu” (2003: 143). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia memiliki tujuan membentuk manusia Indonesia yang berkualitas baik secara intelektual, spiritual, emosional dan juga fisik. Secara khusus, tujuan sistem pendidikan di SMK adalah memberikan bekal kompetensi keahlian kepada siswa untuk bekerja dalam bidang yang spesifik. Sekolah Menengah Kejuruan juga berfungsi untuk mendidik siswa menjadi mandiri, produktif, mampu berkompetisi, memiliki sikap profesional dan sikap wirausaha dalam keahlian yang diperlajarinya.

Saat ini banyak SMK tak terkecuali SMK Negeri 1 Wonogiri mulai mengadopsi sistem manajemen mutu berstandar internasional yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam pengelolaan manajemen sekolah dengan harapan bahwa manajemen dapat terlaksana dengan baik dan mengarah pada peningkatan mutu sekolah. Sistem manajemen mutu dapat memberikan manfaat yang besar dalam institusi pendidikan tersebut. Adapun manfaat yang diperoleh antara lain: (1) memperbaiki mutu dari semua proses yang telah dilakukan, mempermudah kegiatan pekerjaan dalam organisasi; (2) memberikan pelatihan secara sistemik kepada seluruh staff organisasi melalui prosedur-proedur dan instruksi kerja yang terdefinisi dengan baik; (3) meningkatkan kesadaran kualitas

commit to user

meningkatkan reputasi. Berdasarkan hasil survey pendahuluan di SMK Negeri 1 Wonogiri diketahui bahwa pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 belum efektif. Pada dasarnya sekolah yang sudah mendapatkan sertifikat SMM ISO 9001:2008 harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan yang berkualitas sehingga dapat memberikan kepuasan kepada stakeholders. Tetapi SMK Negeri 1 Wonogiri belum sepenuhnya mewujudkan harapan dari stakeholders tersebut. Hal ini dapat dirasakan oleh beberapa stakeholders terutama adalah siswa dan orang tua yang merupakan pelanggan utama dari SMK Negeri 1 Wonogiri.

Pelayanan yang kurang optimal tersebut antara lain sering terjadi jam pelajaran kosong, guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, guru kurang memanfaatkan sarana pembelajaran berbasis ICT, sehingga menyebabkan proses pembelajaran kurang berjalan dengan lancar. SMK Negeri 1 Wonogiri dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada stakeholders apabila SMM ISO 9001:2008 dilaksanakan sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan- permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di bidang pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan yaitu tentang

”IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI

SMK NEGERI 1 WONOGIRI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri?

commit to user

mengatasi faktor – faktor yang menghambat pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri.

2. Untuk mengetahui adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri.

3. Untuk mengetahui adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri.

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri dalam mengatasi faktor–faktor yang menghambat pelaksanaan sistem Manajemen Mutu di SMK Negeri 1 Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan implementasinya di dunia pendidikan serta mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan mutu sekolah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian di masa yang akan datang, serta diharapkan memberikan kemanfaatan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah – sekolah lain untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu

commit to user

Wonogiri.

b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan serta peneliti yang lain mengenai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dan diharapkan dapat menambah referensi dalam penelitian sejenis.

c. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan sekolah selanjutnya.

commit to user

KAJIAN PUSTAKA

Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam kajian pustaka. Kajian pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep- konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai berikut:

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan

1. Kajian Tentang Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui bahwa dengan pendidikan akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menyelenggarakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggungjawab kepada anak didik” (Soedomo Hadi, 2003: 18). Pengertian pendidikan itu memerlukan bantuan dan pengarahan yang dapat dipertanggungjawabkan dari seseorang. Sedangan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak, dan maksud pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada

commit to user

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sebesar-besarnya (Hasbullah, 2005: 4).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal (1), tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya manusia yang berilmu.

Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan nilai- nilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan bangsanya. Seperti halnya Bangsa Indonesia yang memiliki tujuan pendidikan yaitu agar bangsa Indonesi cerdas, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, berbudi luhur, beriman dan taqwa, serta berkepribadian yang baik yang nantinya akan membawa bangsa Indonesia mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Tujuan pendidikan nasional juga terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada setiap sistem pendidikan pasti terdapat unsur-unsur untuk mencapai tujuan pendidikan yang menyeluruh. Suwarno mengatakan komponen pendidikan saling berkaitan, apabila salah satu komponen tidak ada maka proses pembelajaran tidak akan dapat dilaksanakan (2009). Suwarno (2009: 33) menyebutkan komponen-komponen pendidikan yaitu:

commit to user

b. Peserta didik

c. Pendidik

d. Alat

e. Lingkungan/milieu

2. Kajian Tentang Pendidikan Berbasis Mutu

a. Pengertian Mutu

Dalam memilih dan menentukan suatu produk hal utama yang menjadi pertanyaan yaitu mengenai mutunya, apakah mutunya bagus atau jelek. Konsumen membutuhkan produk atau layanan yang bermutu tinggi dan tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau dan sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh. Organisasi yang ingin tetap eksis di era persaingan pasar global harus mencapai level mutu yang tinggi. Penting bagi para manajemen maupun pegawai organisasi untuk memahami bagaimana mutu menjadi bagian dari gambaran yang besar dalam memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Mengenai definisi mutu Syukri (2011) berpendapat, “ mutu adalah konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan disepakati oleh para pakar, maupun oleh para praktisi, karena maknanya sangat tergantung pada konteks yang dibicarakan, sehingga memiliki beragam interpretasi dan tidak dapat didefinisikan secara tunggal”.

Sedangkan menurut Garvin (dalam Nasution, 2001: 16) mutu didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah kualitas barang dan jasa atau suatu kesesuaian antara barang atau jasa yang dihasilkan dengan standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

commit to user

Pada era globalisasi sekarang ini dunia pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Sekolah harus mampu belajar untuk bisa berjalan dengan sumber daya yang kurang memadai. Selain itu, dunia pendidikan juga harus selalu memperhatikan mutu dari pendidikan tersebut. Soedomo Hadi (2003) mengungkapkan bahwa permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia salah satu diantaranya adalah masalah yang menyangkut kualitas pendidikan, pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari lulusan suatu satuan pendidikan.

Mutu pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan karena dua alasan. Pertama, strategi pembangunan Indonesia selama ini lebih bersifat Input Oriented . Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi seperti penyediaan buku dan alat belajar, pelatihan guru dan tenaga kependidikan, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi ini tidak berfungsi sepenuhnya di dunia pendidikan, melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan atau manajemen pendidikan selama ini bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat pusat tidak terjadi atau tidak berjalan sebagai mana mestinya di tingkat mikro. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terfikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Sekolah yang bermutu mempunyai beberapa karakteristik, sehingga dengan karakteristiknya tersebut menjadikan sekolah-sekolah tersebut berbeda dengan sekolah lainnya. Arcaro (2005: 38) mengemukakan lima karakteristik dari sekolah bermutu sebagai berikut :

commit to user

a) Customer internal yaitu orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan dewan sekolah yang berada di dalam sistem pendidikan.

b) Customer eksternal yaitu masyarakat, perusahaan, keluarga, militer dan perguruan tinggi yang berada di luar organisasi, namun memanfaatkan output proses pendidikan.

2) Keterlibatan Total Setiap orang harus berpartisipasi dalam transformasi mutu. Mutu bukan hanya tanggung jawab dewan sekolah atau pengawas. Mutu merupakan tanggung jawab semua pihak. Perbaikan mutu ini bisa diawali dengan mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru yang lebih bermanfaat.

3) Pengukuran Pengukuran hasil belajar di sekolah merupakan hal yang sering gagal di sekolah. Sekolah hanya memperhatikan hasil belajar sebagai mutu dari sekolah. Apabila hasil ujian siswa bertambah baik berarti mutu pendidikan baik. Sedangkan pada kenyataannya hasil ujian tidak bisa dijadikan suatu pedoman untuk mengukur baik buruknya suatu mutu pendidikan.

4) Komitmen Para pengawas dan dewan sekolah harus memiliki komitmen pada mutu. Apabila mereka tidak memiliki komitmen atau mempuyai komitmen yang rendah, maka dapat dipastikan proses transformasi mutu tidak akan dimulai karena kalaupun dijalankan pasti gagal.

5) Perbaikan Berkelanjutan Para professional pendidikan harus secara konsisten menemukan cara untuk menangani masalah yang muncul, mereka harus memperbaiki proses yang dikembangkannya dan membuat perbaikan yang diperlukan. Perbaikan sekolah harus dilakukan secara terus menerus supaya dapat meminimalisasi kesalahan sehingga ouput yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

commit to user

Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih ke sekolah-sekolah dan meningkatkan keterlibatan langsung dari komunitas sekolah (kepala sekolah, guru, mahasiswa, staf, orang tua dan masyarakat) dalam mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah di bawah kebijakan Departemen Pendidikan Nasional. Konsep MBS dipilih didasarkan pada paradigma desentralisasi

pendidikan

yang diterapkan

untuk memecahkan ketidakefektifan dari paradigma pendidikan sentralistik yang sebelumnya diterapkan di Indonesia.

Manajemen pendidikan sentralistik tidak mendidik manajemen sekolah untuk kreatif mengembangkan organisasi sekolah, mengembangkan partisipasi masyarakat. MBS membuat komunitas sekolah yang peserta aktif terlibat dalam membuat keputusan dalam kaitannya dengan program-program sekolah termasuk kurikulum dan strategi pembelajarannya.

E. Mulyasa (2004: 24) mendefinisikan “MBS sebagai paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Disini dijelaskan bahwa otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap kepada kebutuhan setempat. Sedangkan pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partispasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Fattah (dalam E. Mulyasa, 2004: 24) mengemukakan bahwa kewenangan yang bertumpu pada

commit to user

tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut ini:

a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru;

b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal;

c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru dan iklim sekolah;

d. Adanya perhatian

bersama untuk

mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala- gejala yang muncul di masyarakat. Sedangkan E. Mulyasa (2004: 25) merumuskan tiga tujuan MBS, antara lain:

a. Peningkatan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.

b. Peningkatan mutu melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah.

c. Pemerataan pendidikan melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

4. Kajian Tentang Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

a. Pengertian Sistem Manajemen Mutu

Suatu organisasi tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya sebuah sistem yang menjalankan semua aktifitasnya, karena pada suatu sistem terdapat beberapa unsur yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) “Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas”. Sistem

commit to user

komponen atau unsur-unsur saling berkaitan satu sama lain dan keadaan saling bergantung satu sama lain, dilaksanakn secara terorganisisr dan struktural dalam mengelola dan meningkatkan mutu dari suatu lembaga tersebut dengan mengacu pada sebuah standar internasional ISO 9001:2008.

Menurut Dharma yang dikutip oleh Syukri (2011) pengertian sistem manajemen mutu dijelaskan sebagai berikut, “SMM merupakan sekumpulan prosedur yang terdokumentasi disertai standar untuk manajemen sistem yang bertujuan untuk memastikan kesesuaian dari suatu proses dan produk yang berupa barang ataupun jasa terhadap persyaratan tertentu”. Sistem manajemen mutu dalam penelitian ini merupakan sekumpulan prosedur yang sudah terdokumentasi dan sudah terstandar dalam manajemennya, bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu dalam peningkatan mutu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan pada sistem manajemen mutu di bidang pendidikan, dimana sistem manajemen mutu pendidikan dilakukan dengan cara mengarahkan sumber daya pendidikan. Hal tersebut agar semua orang yang terlibat di dalamnya melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan, sehingga menghasilkan jasa/produk yang sesuai atau melebihi kebutuhan pelanggan.

b. Pengertian ISO ( International Organization for Standardization)

The International Organization for Standardization atau yang sering kita dengar dengan sebutan ISO adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO juga dapat disimpulkan sebagai koordinasi standar kerja internasional, publikasi standar internasional, dan promosi pemakaian standar internasional. ISO adalah organisasi bukan pemerintah yang didirikan pada 23 Februari 1947 dan pada saat ini ISO

commit to user

yang berkedudukan di Jenewa, Swiss. Banyak yang beranggapan bahwa ISO adalah singkatan dari kata The International Organization for Standardization. ISO bukanlah singkatan yang seperti yang selalu disebutkan oleh banyak orang. ISO adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “sama”, seperti istilah “Isoterm” yang berarti “suhu yang sama”, “Isometric yang berarti “dimensi yang sama”, dan “Isobar” yang berarti “tekanan yang sama”. Kata ini digunakan oleh International Organization for Standardization sebagai nama dari organisasinya dengan tujuan untuk mempermudah dalam penggunaan dan agar mudah diikuti.

ISO TC 176 untuk manajemen mutu dan jaminan mutu sendiri dibentuk tahun 1979 untuk mengembangkan suatu standar sistem manajemen mutu, yang kemudian dipublikasikan tahun 1987 sebagai standar seri ISO 9000. Pengalaman dalam menerapkan Standar ISO 9000 Series, umpan balik dan masukan baru dari anggota badan menghasilkan tinjauan yang terus menerus terhadap Standar ISO 9000 Series, dan publikasi dari pedoman baru dalam penerapan pembangunan Standar ISO 9000 Series. Produk-produk ISO yang terkenal antara lain :

1) ISO 9000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu.

2) ISO 14000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Lingkungan.

3) ISO TS 17025 yang memuat tentang standar Pengujian dan Kalibrasi di Laboratorium.

4) ISO TS 16949 yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu di industri otomotif. Dari semua produk ISO di atas, ISO 9000 merupakan salah satu jalan merebut pelanggan, terutama bila ingin merebut pelanggan yang mensyaratkan penjaminan kualitas (quality assurance). Penjamin kualitas merupakan seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang

commit to user

keyakinan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan kualitas. Seri ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem Manajemen Mutu formal yang berlaku secara internasional adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.

c. Family ISO 9000 Series

Nasution (2001) mengemukakan bahwa Seri ISO 9000 series dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe dasar standar, yaitu:

1) Seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas,

yaitu ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003.

2) Seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman manajemen kualitas (quality management guidelines), yaitu ISO 9004 beserta bagian-bagiannya.

Gaspersz dalam M. N. Nasution (2001) menjabarkan beberapa seri ISO 9000 tersebut sebagai berikut:

1) ISO 9000-1, Manajemen Kualitas dan Standar Jaminan Kualitas-

Penunjuk untuk Pemilihan dan Penggunaan.

2) ISO 9000-2, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001, ISO 9002, dan ISO

9003.

3) ISO 9000-3, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001 pada Pengembangan, Penawaran dan Pemeliharaan Perangkat Lunak (Software).

4) ISO 9000-4, Petunjuk pada Keberlangsungan Manajemen Program.

5) ISO 9001, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam Desain/Pengembangan Produksi, Instalasi dan Pelayanan.

6) ISO 9002, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam

Produksi dan Instalasi.

7) ISO 9003, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam

Inspeksi dan Pengujian Akhir.

8) ISO 9004-1, Manajemen Kualitas dan Elemen-elemen Sistem

Kualitas – Suatu Petunjuk.

9) ISO 9004-2, Manajemen Kualitas dan elemen-elemen Sistem

Kualitas - Petunjuk untuk Jasa.

10) ISO 9004 – 3, Petunjuk untuk Material yang Diproses.

11) ISO 9004 – 4, Petunjuk untuk perbaikan Kualitas.

12) ISO 9004 – 5, Petunjuk untuk Rencana – Rencana Kualitas.

commit to user

14) ISO 9004 – 7, Petunjuk untuk Manejemen Konfigurasi.

Dari penjabaran Gaspersz tentang seri ISO 9000 di atas, maka bisa diketahui bahwa ISO 9001 termasuk bagian dari seri ISO 9000. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 adalah Sistem Manajemen Mutu untuk jaminan kualitas dalam hal desain/perancangan, pengembangan produk, produksi perakitan dan pelayanan. Seri ISO 9001 digunakan oleh perusahaan-perusahaan atau instansi yang ingin memberikan jaminan ke pelanggan bahwa persyaratan tertentu yang diminta customer telah dipenuhi semuanya mulai dari desain sampai pelayanan. Seri ini merupakan seri terlengkap dan paling dituntut untuk diaplikasikan terutama dalam sifat kontraktual. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditentukan terpenuhi.

d. Prinsip-Prinsip ISO 9001:2008

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 disusun berlandaskan pada delapan prinsip kualitas. Menurut Syukri (2011) delapan prinsip sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 yaitu:

1) Fokus pada pelanggan Pada dasarnya suatu organisasi tergantung pada pelanggan, oleh karena itu manajemen organisasi harus memahamikebutuhan pelanggan untuk masa sekarang dan yang akan datang, memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan dan berusaha untuk melampaui harapan pelanggan.

2) Kepemimpinan Suatu organisasi sangat tergantung pada pimpinannya, oleh karena itu para pemimpin harus menyatukan arah dan tujuan dari organisasinya. Mereka harus memelihara dan menciptakan suatu lingkungan internal, dimana semua orang bisa terlibat penuh dalam pencapaian sasaran- sasaran organisasi.

commit to user

Keterlibatan karyawan secara optimal akan menjadi keuntunag bagi perusahaan karena segala hal yang dilakukan berdasar pada pemahaman mengenai kebutuhan perusahaan.

4) Pendekatan proses Seluruh proses yang terkait dengan aktivitas dan sumber daya perusahaan harus dikontrol karena akan berpengaruh kepada hasil akhir yang menjadi image perusahaan. Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi dalam organisasi.

5) Pendekatan sistem kepada manajemen Sebuah organisasi harus memliki sebuah sistem yang jelas dan pasti. Pengelolaan proses-proses yang saling berkaitan sebagai sebuah sistem akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian sasaran-sasaran organisasi.

6) Perbaikan berkelanjutan Suatu organisasi yang melakukan perbaikan berkelanjutan dan terus menerus terhadap kinerjanya akan mampu bertahan dan berkembang dalam kompetensi pasar global yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

7) Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan harus didasarkan pada analisis yang akurat, relevan, dan data yang tepat. Informasi yang memadai juga sangat diperlukan untuk membantu melakukan analisis dalam pengambilan keputusan. Budaya ini perlu ditanamkan di perusahaan dalam rangka mencapai mutu yang baik.

8) Hubungan dengan pemasok Suatu organisasi dan pemasoknya mempunyai suatu ketergantungan satu sama lain dan dengan membangun hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain akan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menghasiilkan suatu nilai.

commit to user

9001:2008 menggunakan Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sedangkan pengertian dari PDCA adalah:

1) Plan Menetapkan sasaran-sasaran dan proses-proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil-hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi. Selain itu, perencanaan (plan) mengacu pada aktivitas identifikasi peluang perbaikan atau identifikasi terhadap cara- cara mencapai peningkatan dan perbaikan.

2) Do Melaksanakan proses-proses serta mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.

3) Check Memonitor dan mengukur proses-proses dan produk, kemudian membandingkannya dengan kebijakan-kebijakan, sasaran-sasaran dan persyaratan produk yang telah ditetapkan sebelumnya, melakukan analisa data dan melaporkan hasil-hasilnya. Selain itu, mengacu pada verifikasi apakah penerapannya sesuai dengan rencana peningkatan dan perbaikan yang diinginkan.

4) Act Melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja proses secara kontinyu.

Sistem Manajemen Mutu harus diawali dari adanya suatu perencanaan strategis yang mantap dan sesuai. Perencanaan strategis ini dalam model proses ISO 9001:2008 berhubungan dengan elemen Plan (P). Selanjutnya, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan, dilakukan perubahan-perubahan sistem mengikuti rencana strategis itu. Dalam hal ini dibutuhkan manajemen perubahan agar perubahan- perubahan yang terjadi mampu dikelola secara efektif dan efisien. Elemen manajemen perubahan dalam dinamika perbaikan manajemen mutu berhubungan dengan elemen Do (D). Selanjutnya, dilakukan pengecekan

commit to user

ini berhubungan dengan elemen Check (C). Setelah itu, melalui perubahan-perubahan berupa perbaikan kualitas secara terus menerus akan tercipta suatu budaya perusahaan yang peduli dan menempatkan kualitas sebagai tujuan utama dari perusahaan. Pada akhirnya menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi berikutnya dalam hal ini sesuai dengan elemen act (A). Standar ISO 9001:2008 merupakan landasan dasar yang dapat digunakan untuk terus mempertahankan konsistensi dari mutu yang telah dicapai untuk kemudian dikembangkan dan ditingkatkan terus menerus.

e. Persyaratan-Persyaratan Standar ISO 9001:2008