BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI DESA GURUBENUA 2.1. Letak dan Luas Desa Gurubenua - Strategi Adaptasi Petani Jeruk dalam Pememenuhan Kebutuhan Hidup Pasca Serangan Hama Lalat Buah (Studi di Desa Gurubenua, Kecamatan. Munthe, Kabupaten. Karo)

  

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI DESA GURUBENUA

2.1. Letak dan Luas Desa Gurubenua Desa Gurubenua berada di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Propinsi Sumatra Utara.

  Dari 22 desa yang terdapat di Kecamatan Munte, Desa Gurubenua memiliki luas daerah sekitar 1000 Hektar atau berkisar 1 Km2, walaupun tidak begitu luas tetapi mayoritas penduduk desa memiliki lahan sendiri untuk dikelola.

  Jarak Desa dengan kota Kecamatan 23 km, sedangkan jarak Desa kengan ibukota Kabupaten berjarak 12 Km dan jarak Desa dengan ibukota Propinsi berjarak sekitar 89 Km.

  Dengan batas-batas wilayah yakni :

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lausimomo, Desa Kutagearat - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kutambelin, Desa Kacinambun, Desa Singa - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kaban tua, dan
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barungkersap Susunan pemukiman Desa Gurubenua terpusat dan melingkar, yang dimana pemukiman penduduk dikelilingi oleh perladangan masiarakat. Tata ruang Desa Gurubenua lumayan rapi yang dimana rumah-rumah penduduk dibangun berbaris rapi dan berbentuk gang yang dimana jalan di gang tersebut sebagian dapat dilalui oleh kendaraan roda empat sebagian lagi kendaraan roda dua. Bentuk jalanya sebagian sudah menjadi jalan permanen yang dimana jalan tersebut sudah diaspal, dan jalan setapak juga bagus tidak berlobang-lobang.

2.2. Sejarah Singkat Desa Gurubenua

  Desa Gurubenua merupakan salah satu desa dari 22 desa yang ada di Kecamatan Munte Kabupaten Karo. Desa ini merupakan desa yang memiliki mayoritas suku bangsa Karo yang berasal dari Tanah Karo. Simantek kuta Desa Gurubenua adalah marga Ginting suka, yang

  

  dimana kalimbubunya bermarga Sinuraya. Desa Gurubenua juga dihuni oleh sangkap geluh Marga Ginting suka dengan seninanya. Begitujuga dengan sangkep geluh yang lainnya yang terdiri dari anak beru yaitu marga Sembiring Milala.

  Kehidupan sosial didesa Guarubenua cukup mengesankan, karena pada dasarnya kondisi geografis yang cukup dekat dari Ibukota Kabupaten yaitu Kabanjahe. Namun, dari sektor pendidikan daerah ini cukup baik dari segi infrastruktur maupun secara structural walaupun hanya terdapat satu sekolah dasar negeri yang ada di desa ini. Hal ini tampak pada tingkat pendidikan mayoritas penduduknya yang masih tinggi. Menurut data menunjukkan bahwa rat- rata penduduk Gurubenua masih memiliki tingkat pendidikan sampai

  Desa Gurubenua dibagi dua Kesain (wilayah) yaitu Kesain Milala dan Kesain Kenjulu adanya pembagian wilayah ini didasari karena letak geografis dan bentuk masuarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

  Sejak tahun 1975 sistem pemerintahannya di pimpin oleh seorang kepala desa, untuk menjadi kepala desa memiliki perjuangan yang sangat besar,dimana setiap calon kepala desa harus mendapat simpati dari masiarakat, dari tingkah laku dan sumbangsinya terhadap Desa Gurubenua, karena system pemilihan kepala desa dilakukan dengan cara memungutan suata. 11 Selama periodenya telah lima kali melakukan pergantian kepala desa yang diantaranya adalah:

  

Sangkep geluh yaitu saudara baik dari hubungan darah dan perkawinan, anak beru kalimbubu, senina dan teman

meriah merupakan sangkap geluh di dalam adat Karo.

  1. Torong Ginting (1975-1982) pada masa ini kepala desa memimpin selama 7 tahun 2.

  Gambo Ginting (1982-1987) pada masa ini juga masih 7 tahun namun karena meninggalnya kepala desa tersebut digantikan sementara oleh sekertaris desa

  3. Mulihi Sinulingga (1987-1989) ini adalah kepala desa pengganti yang di angkat olek masiarakat.

  4. Karlim Prangin-angin (1989-2003) pasa masa ini kepala desa memiliki masa jabatan selama 5 tahun karena sudah keluarnua peraturan daerah yang menyatakan massa kepemimpinan kepala desa dalam 1 priode adalah 5 tahun.

  5. Kincar Sinuraya (2003- Sekarang) kepala desa tersebud sudah 3 priode menjabat sebagai kepala desa di Desa Gurubenua.

  Adapun susunan pemerintahan Desa Gurubenua pada tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut: Kepala Desa : Kincar Sinuraya Sekertaris Desa : Lsrid Sinursys Bendahara Desa : Sinar Ginting Kepala urusan Pemerintahan : Sue Ginting Kepala urusan Pembangunan : Bejeng Ginting Kepala urusan Umum : Helpian Sinuraya

2.3 Kelembagaan Desa Gurubenua

  Kelembagaan di Desa Gurubenua dapat dibagi menjadi dua yaitu kelembabaan formal dan kelembagaan non formal. Lembaga formal meliputi lembaga pemerintahan Desa, BPD

  (Badan Perwakilan Desa), koprasi, Kelompok Tani, Karang Taruna, Puskesmas. Lembaga non formal seperti kelembagaan yang berlandaskan agama dan klan marga. Lembaga formal dan non formal dapat kita lihat dalam tanel berikut:

Tabel 2.1 Lembaga formal dan non formal yang ada di Desa Gurubenua

  DESA GURUBENUA Lembaga formal Lembaga non formal Tiga prioritas utama 1.

  1.

  1. Pemerintahan Desa Nudika Katolik Klompok tani 2.

  2.

  2. BPD Persadan Ginting suka PKK dan anak berunya

  3.

  3. Koptasi BPD 3.

  Arisan Gereja GBKP 4. Kelompok tani 4.

  Persadan muda mudi 5. PKK

  Medan sekitar 6. Karang taruna 7.

  Puskesmas

2.4. Komposisi Penduduk

  Jumlah penduduk Desa Gurubenua Kecamatan Munte Kabupaten Karo pada pada february 2014 adalah 1992 jiwa. Terdiri dari laki-laki 1006 orang dan perempuan berjumlah 986 orang. Jumlah kepala keluarga (KK) 473 KK. Seluruh penduduk di Desa Gurubenua ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk peribumi.

  Penduduk Desa Gurubenua sebagian besar menganut agama Keristen protestan 58% (GBKP 38%, GSRI 9%, GPDS 11% ) Katolik 26% dan beragama Islam 16%. Mayoritas penduduk adalah suku Karo 1492 jiwa, Jawa 201 jiwa, Batak Toba 227 jiwa, Batak simalungun

  72 jiwa. Alasan kelompok pendatang ke Desa Gurubenua bermacam-macam, sebagian karena menikah dengan warga desa, sedangkan sebagian datang sebagai pekerja atau disebut aron.

2.5 Sistem Kekerabatan Masyarakat Desa Gurubenua

  Sistem kekerabatan adalah bentuk awal dari organisasi manusia sebelum berkembang menjadi organisasi sosial, politik dan internasional. Kekerabatan didasarkan ikatan perkawinan, dari perkawinan akan lahir anak, cucu, lalu berkembang menjadi organisasi manusia dan didasarkan kepada pertalian darah. Sistem kekerabatan dan pertalian darah ini akan berkembang menjadi suku (clan) dan suku bangsa yang kemudian membentuk organisasi didasarkan kepada persamaan kebudayaan (Paz, 1997:7). Sistem kekerabatan pada masyarakat Desa Gurubenua bersifat patrilineal yang mengambil garis keturunan dari ayah. Sistem kekerabatan tersebut masih berlaku bagi mereka sampai sekarang ini. Sistem kekerabatan ini sudah berlangsung sejak lama, yang menyebabkan masyarakat di Desa Gurubenua menjadi keluarga yang luas yang tidak hanya terdiri dari satu suku bangsa saja. Dalam sistem perkawinan, mereka juga tidak mewajibkan keturunan-keturunannya harus menikah dengan satu suku bangsa saja yang mayoritas dari mereka bersuku bangsa Karo tetapi mereka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya yang telah dewasa untuk memilih dan menentukan pasangannya sendiri. Bagi mereka semua suku itu sama, asalkan mereka itu seiman dan saling suka. Sementara itu, kebanyakan dari masyarakat yang tinggal di Desa Gurubenua umumnya adalah beragama Keristen.

  Sistem kekerabatan yang terjalin pada masyarakat Desa Gurubenua adalah berdasarkan sistem kekeluargaan. Oleh karena itu, setiap mengambil keputusan baik dalam hal apapun keluarga mempunyai peranan yang sangat penting, khususnya dalam hal perkawinan anak-anak mereka. Perkawinan bagi masyarakat Desa Gurubenua merupakan suatu ikatan yang sangat sakral dan dalam proses pelaksanaannya harus sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat Karo. Kebanyakan dari masyarakat Desa Gurubenua menikah dengan perempuan atau laki-laki di luar wilayahnya, misalnya kaum laki-laki dari Desa Gurubenua yang kebanyakan mendapatkan jodohnya diluar dari Desa Gurubenua. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di Desa Gurubenua masih mempunyai hubungan persaudaraan satu sama lainnya meskipun terdiri dari beberapa daerah yang berbeda.

  Dalam sistem perekonomiannya, mereka menyangkut-pautkan hubungan kekerabatan dengan sistem mata pencaharian. Misalnya saja, dalam pemilikan kebun ataupun lahan pertanian, setiap orang dalam keluarganya terutama kaum laki-laki mendapatkan warisan dari orang tuanya, begitu juga seterusnya dengan keturunan-keturunanya dalam memiliki lahan/kebun yang nantinya akan mereka kelola sendiri, namun setiap anggota keluarga dapat menambah usaha yang ingin dikelolanya dari hasil jerih payahnya sendiri baik itu dalam bentuk lahan, sektor usaha maupun yang lainnya. Dengan demikian, pemilikan lahan/kebun di Desa Gurubenua merupakan kepemilikan yang bersifat kekeluargaan dan berorientasi pada hubungan kekerabatan.

  Sementara itu, mata pencaharian utama penduduk Desa Gurubenua adalah bertani. Para petani di Desa Gurubenua juga masih memiliki hubungan persaudaraan yang erat, tetapi dalam hal ekonomi mereka tidak pernah memandang hubungan tersebut. Misalnya dalam hal kepemilikan lahan dan peralatan pertanian, jika ada petani yang tidak memiliki lahan mereka harus bekerja sebagai pekerja upahan. Petani yang tidak memiliki lahan dapat bekerja pada

  

  petani yang memiliki lahan yang luas sebagai aron ntuk aron yang bekerja di ladang akan 12 mendapatkan gaji Rp.60.000 perharinya dimulai jam kerja pada pukul 08-30 sampai dengan

  Aron adalah buruh tani yang bekerja di ladang pukul 17-30. Demi untuk kelangsungan hidup keluarga aron tersebut, biasanya mereka harus menyanggupi sistem pembagian upah seperti itu, meskipun hubungan antara aron kepada tauke terkadang masih ada hubungan saudara sekalipun. Walaupun demikian, mereka tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa dirugikan oleh para tauke yang juga dianggap sebagai pemilik ladang, karena bagi mereka pekerjaan adalah pekerjaan, yang tidak boleh dikaitkan dengan sistem kekerabatan. Hal inilah yang membuat sistem kekerabatan yang terjalin selama ini tidak pernah terjadi konflik, jika pun terjadi konflik selalu dapat menyelesaikannya dengan jalan kekeluargaan atau musyawarah.

2.6 Hubungan Sosial Masyarakat Desa Gurubenua

  Manusia sebagai makhluk sosial harus dapat mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menyesuaikan diri serta berhadapan dengan lingkungan hidupnya. Untuk itu ia harus berhubungan dengan individu lain, baik didalam keluarga maupun dengan kelompoknya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan individu atau antara individu dengan kelompok yang menyangkut hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dan juga mempunyai kesadaran untuk menimbulkan sikap tolong menolong sesama manusia. Dengan demikian hubungan sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih yang melibatkan sikap, nilai maupun harapan di dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.

  Hubungan sosial pada masyarakat Desa Gurubenua terjadi berdasarkan sistem kekerabatan dan sistem kekeluargaan. Sistem kekerabatan yang terjalin selama ini membuat hubungan sosial mereka bertambah erat dan sangat mengutamakan nilai-nilai yang terdapat didalamnya, seperti nilai gotong royong dan rasa tolong menolong yang sangat tinggi meski pun, tidak semua masyarakat di Desa Gurubenua bersuku bangsa Karo. Sebagai petani yang mayoritas menanam jeruk, diantara mereka tidak pernah terjadi konflik dan sangat senang menjalani hidupnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Hubungan sosial yang terjalin diantara mereka didasarkan pada hubungan kerja sama dalam meningkatkan dan mengembangkan desa. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kepala desa yang memberikan kontribusi dalam membantu pengembangan desa dan juga tahu bagaimana kondisi dari masyarakatnya. Tingginya partisipasi kepala desa terhadap lingkungan desa ini menuntut masyarakat yang tinggal di Desa Gurubenua untuk saling membantu guna mengembangkan dan merawat desa agar dapat bertahan hidup dimasa yang akan datang.

  Adanya interaksi sosial yang terjalin pada masyarakat Desa Gurubenua membuat hubungan mereka menjadi sangat erat, meskipun kehidupan yang dijalani penuh dengan kesulitan khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga. Seperti yang diketahui kehidupan petani sangat diidentikkan dengan kesederhanaan. Namun, walaupun demikian mereka tidak pernah berputus asa untuk terus dapat bertahan hidup, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa Gurubenua, demi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

  Dengan adanya usaha mereka untuk terus dapat bertahan hidup membuat hubungan sosial yang terjalin semakin kuat. Mereka sadar hubungan yang terjalin selama ini memberikan manfaat yang cukup besar bagi kelangsungan hidup keluarga para petani jeruk. Manfaat tersebut dapat berupa hubungan yang bersifat timbal-balik, yang kesemuanya itu hanya mereka dapatkan melalui hubungan sosial. Oleh karena itu, dalam menjalin suatu hubungan bermasyarakat di Desa Gurubenua, tidak pernah memandang status maupun derajatnya. Hubungan sosial yang terjalin pada masyarakat Desa Gurubenua juga termasuk pada hubungan antara keluarga yaitu hubungan antara suami dengan isteri, hubungan antara orang tua dengan anak dan hubungan antara anak dengan anak. Hubungan sosial yang terjalin antara suami dan isteri termasuk dalam hubungan yang bersifat ekonomis, mulai dari adanya sistem pembagian kerja dan mengurus anak khususnya dalam pendidikan. Adanya hubungan antara suami dan isteri dalam pembagian kerja melibatkan hubungan kerja sama sehingga membuat adanya hubungan yang harmonis dan saling pengertian antara mereka.

  Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak juga menimbulkan hubungan saling keterbukaan di antara mereka khususnya dalam pendidikan, dimana keluarga petani yang ada di Desa Gurubenua mewajipkan anaknya untuk mengenyam dunia pendidikan yang tinggi, karena kelak anak-anak dari para petani tersebut diharapkan kelak mendapatkan pekerjaan yang lebih layak tidak seperti pekerjaan orang tuanya yaitu sebagai petani. Oleh karena itu, sang orang tua tetap berusaha agar kehidupan keluarganya dapat lebih baik dengan jalan mencari kehidupan yang lebih layak lagi yaitu bekerja keras.

2.7. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Gurubenua

  Mata pencaharian merupakan suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh kebanyakan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk yang dilakukan oleh orang sebagai mata pencahariannya. Lingkungan dimana tempat mereka tinggal juga memberikan pengaruh yang cukup besar mengenai karakteristik mata pencaharian yang dijalankan, seperti pada daerah pedesaan dimana umumnya mereka hidup dengan mengandalkan hasil agraris seperti bertani dan juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya seperti petani yang memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Gurubenua umumnya adalah petani, adapun jenis tanaman yang ditanam oleh petani di Desa Gurubenua adalah bercocok tanam padi, hortikultura, perkebunan jeruk, tanaman jagung, kopi. Dalam menanam padi terdapat padi sawah dan padi ladang yang memiliki luas berkisar 35 Ha, untuk jenis tananman sayuran, cabe, tomat, terong, dan kol yang memiliki luas lahan berkisar 130 Ha merupakan jenis sayuran yang mayoritas ditanam oleh petani di Desa Gurubenua, sedangkan untuk buah-buahan, jeruk yang menjadi produksi pertanian terbesar Desa Gurubenua yang mencapai luas lebih dari 450 Ha yang dapat menghasilkan rata-rata 36 ton/Ha. Binatang ternak yang paling banyak dipelihara di Desa Gurubenua adalah kerbau, sapi, ayam, kambing, itik. Selain itu, di Desa Gurubenua juga memiliki ikan air tawar seperti ikan mas, gurame, nila, dan lele.

2.7.1. Pertanian Jeruk Sebagai Mata Pencaharian

  Bercocok tanam mengelola lahan/tanah atau yang biasa disebut dengan bertani merupakan mata pencaharian utama yang dilakoni oleh penduduk Desa Gurubenua. Kegiatan bertani dilakukan dengan peralatan-peralatan yang masih tradisional dan dengan luas lahan perorangan yang tidak begitu luas yang rata-rata hanya mencapai 1-2 Ha. Dengan luas tanah yang sedemikian para petani dapat menanam pohon jeruk 450-700 pokok, dengan jarak tanam 4x5 m. Untuk luas 1 ha biasanya mereka dapat memanen buah jeruk berkisar 20 ton sekali panen (untuk kebun jeruk dengan perawatan yang baik), dalam durasi waktu panen 3 kali dalam 1 tahun untuk panen besarnya. Terkadang adapula di antara petani yang melakukan 5-7 kali proses pemanenan buah jeruk dalam setahun. Hal tersebut dilakukan karena keperluan konsumsi rumah tangga yang mendesak. Akan tetapi, tidak semua kebun jeruk dapat menghasilkan jumlah produksi jeruk perhektarnya sampai 20 ton, semuanya tergantung pada tingkat perawatan dan pengelolaan dari kebun jeruk itu sendiri. Sementara itu, hasil yang didapatkan dari perkebunan jeruk akan di jual dengan harga yang berbeda tergantung kualitas buah jeruk dan sewaktu-waktu harga bisa saja berubah sesuai dengan keadaan pasar. Harga buah jeruk pada tahun 2013-2014 mencapai Rp. 5 000-Rp.9 000 per kg tergantung kondisi pasar. Apabila dikalkulasikan dengan luas tanah 1 Ha dan produksi panennya sekitar 20 ton, maka para petani akan menerima pendapatan minimal sebesar Rp.100.000.000,dan maksilam Rp. 180.000.000 per sekali panen.

  Namun, kebanyakan para petani jeruk di Desa Gurubenua melakukan proses panen produksi sebanyak 7 kali dalam setahun. Meskipun mereka memiliki luas tanah 1 Ha, tetapi produksi panennya tidak akan mencapai 20 ton per hektarnya. Hal ini di karenakan biasanya hanya 3 kali panen besar dan 4 kali itu hanya panen kecilnya.

  Pekerjaan sebagai petani tidak hanya dilakukan oleh kepala keluarga ataupun yang disebut sebagai suami (ayah), tetapi anak-anak mereka juga ikut berperan dan membantu orang tuanya dalam bercocok tanam meskipun pengetahuan yang mereka miliki masih sangat terbatas. Begitu juga dengan isteri mereka ikut membantu suaminya mengurus kebun jeruk mereka dan juga mengurus kebutuhan rumah tangga.

  Bertani juga merupakan salah satu mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah daratan yang hidupnya hanya tergantung kepada alam. Hal tersebut juga terjadi dikarena sulitnya bagi mereka mengentaskan kemiskinan yang dihadapi ditambah lagi dengan serangan hama lalat buah. Kegiatan pertanian tersebut berlangsung sebagai kegiatan rutinitas masyarakat petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

  Mayoritas Desa Gurubenua sendiri sudah berpuluh-puluh tahun hidup dari hasil pertanian. Di mulai dari tahun 70han, sektor pertanian berkontribusi utama dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Adapun jenis pertanian yang mendominasi sistem mata pencaharian mereka adalah tanaman jeruk. Menurut data dari Desa Gurubenua disebutkan bahwa luas tanaman perkebunan rakyat di Desa Gurubenua pada tahun 2013 paling di dominasi oleh perkebunan jeruk dengan luas 713 Ha dengan produksi panen mencapai 57,040 ton /tahun.

  Pekerjaan bertani jeruk ini dilakukan oleh masyarakat Desa Gurubenua dan hidupnya hanya tergantung kepada hasil kebunnya, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, serangan hama, penyakit jeruk, pupuk, pestisida serta sistem pengetahuan yang mereka miliki tentang bagaimana cara mereka merawat kebunnya. Sistem pengelolaan yang mereka lakukan dengan peralatan tersebut di atas merupakan sistem pengelolaan yang masih bersifat sederhana/

   tradisional .

  Bahwa ekonomi subsisten meliputi tiga unit : 1.

  Aktivitas ekonomi adalah sebagai pekebun (farmer) 2. Tanah sebagai basis ekonomi 3. Pekerja berasal dari keluarga yang tidak dibayar

  Meskipun dalam kenyataannya sistem perkebunan tergantung pada ekonomi pasar, akan tetapi ketiga karakteristik masyarakat subsisten diatas masih tampak dalam kehidupan masyarakat Desa Gurubenua khususnya bagi mereka yang bekerja sebagai petani jeruk.

2.7.1.1. Sistem Pengelolaan Kebun Jeruk di Desa Gurubenua

  Sistem pengelolaan tanaman merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah atau memanipulasi lingkungan hidup tanaman menjadi suatu keadaan yang dapat memacu pertumbuhan dan produksi agar lebih optimal dan berkesinambungan, termasuk teknik-teknik dalam memberikan perlakuan yang tepat terhadap tanaman itu sendiri. Masyarakat petani di Desa Gurubenua memiliki sistem pengelolaan terhadap lingkungan sumber daya alam yang 13 mereka miliki. Mereka mengelola ataupun memanfaatkan sumber daya yang tersedia menjadi

  Menurut Ellis (1988) dalam bukunya Peasant Economics, Farm Households And Agrarian Development 16 suatu kegiatan yang dapat memberikan penghidupan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan. Dalam hal ini, bercocok tanam merupakan kegiatan yang telah menjadi sistem mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka bekerja keras mengelola tanah dengan sistem pengetahuan yang telah ada yang mereka dapatkan dengan proses belajar.

  Para petani di Desa Gurubnua pada umunya mengelola tanah untuk bercocok tanam dengan jenis tanaman yaitu jeruk sebagai tanaman utamanya. Menanam jeruk diyakini akan memberikan penghasilan yang cukup bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomis keluarga. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh para petani jeruk di Desa Gurubenua dalam mengelola kebunan jeruknya yaitu, penyedian lahan, pembibitan, penanaman bibit jeruk, perawatan tanaman, panen, serta peralatan-peralatan yang digunakan..

  Tanaman jeruk yang ditanam di areal kebun secara umum dikategorikan dalam dua kelompok umur, yaitu kategori tanaman belum menghasilkan dan kategori tanaman menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan adalah kelompok umur dimana tanaman baru ditanam hingga dipanen untuk pertama kali. Sedangkan tanaman menghasilkan meliputi kelompok umur dimana tanaman mulai dipanen untuk pertama kali hingga secara ekonomis tidak mampu berproduksi lagi. Jadi, perawatan tanaman belum menghasilkan pada jeruk dimulai sejak bibit mulai ditanam hingga tanaman berumur kurang lebih 42 bulan. Namun, untuk sampai pada tahap tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, para petani terdahulu melakukan pembibitan dan sistem perawatannya.

  Dalam pemilihan bibit, biasanya masyarakat petani jeruk di Desa Gurubenua menggunakan dua teknik, yang pertama membeli bibit yang sudah siap tanam dari pembibit, dan yang kedua membuat kecambah sendiri dan menempel sendiri bibit yang ingin disiapkan.

Gambar 3.1 foto bibit jeruk yang siap untuk di tanam

  Di dalam perawatan jeruk tidak lepas dari peroses pemupukan. Berikut ini adalah tata cara perawatan jeruk dalam hal pemupukan yang dilakukan oleh petani jeruk di Desa Gurubenua : a. Dosis tersebut untuk 450 batang atau luas lahan 1 Ha.

  b. Pupuk diberikan dengan cara ditabur mengelilingi batang.

  c. Apabila pupuk kompos seperti kotoran sapi dia ditumpuk di satu tempat seperti di sebelah kiri atau kanan jeruk bergantian setiap pemberian pupuk kompos.

  Kebanyakan pada tanaman jeruk usia 1-3,5 tahun petani memakai system pertanian tumpang sari seperti dari lorong antara jeruk satu dengan yang lain ditanami tanaman cabai, sayuran, dan juga padi agar pupuk yang diberi kepada cabai atau sayuran dapat dikonsumsi oleh jeruk juga. Pada tanaman jeruk usia 3,5 tahun jeruk mulai berbuah, pada masa berbuah ini jenis pupuk yang digunakan oleh para petani jeruk di Desa Gurubenua tidak lagi mengharapkan sepenuhnya dari pukuk yang diberi kepada tanaman musiman tersebut, melainkan petani sudah member jenis pupukyang khusus untuk jeruk saja seperti NPK, UREA, dan TSP dan pupuk lainnya untuk buah dan batang. Sistem pemupukan yang mereka lakukan seperti diatas biasanya mengacu pada aturan pakai atau dosis yang tertera pada kemasan pupuk tersebut, meskipun terkadang sering juga mereka memiliki alternatif sendiri dalam memberikan dosis pupuknya. Keadaan seperti ini biasanya dilakukan tergantung keadaan tanaman apakah itu sebelum panen ataupun sesudah panen, dan biasanya pemupukan dilakukan 3 kali per tahun untuk pupuk kimia dan 1 kali setahun untuk pupuk kompos.

  Begitu juga dengan peroses pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan rata-rata setiap 10 hari sekali. Denagn cara penyemprotan pestisida, pestisida yang digunakan tergantung kebutuhan tanaman dan dosis yang digunakan petani juga berdasarkan dosis yang sudah di tentukan oleh pemilik toko pupuk dimana petani membeli pestisida atau para ahli yang ada di Kabupaten Karo.

  Dalam penanaman pohon jeruk proses penyiangan tergantung pada kondisi lahan dan kondisi buah yang ada di batang. Apabila areal perkebunan terdapat jenis rumput yang tebal, maka petani akan melakukan proses pembabatan dan pemeliharaan tanaman yang cukup menghabiskan banyak tenaga. Hal yang terpenting dalam penyiangan ini adalah penyiangan pada sekitar piringan pohon jeruk agar selalu bersih dari rumput-rumput yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman jeruk. Proses penyiangan yang biasanya dilakukan oleh para petani rakyat di Desa Gurubenua menggunakan peralatan lumayan moderen seperti mesin babat, parang, dan cangkul.

  2.7.1.2. Panen dan Sistem Pemasaran jeruk

  Dalam budi daya pertanian, panen merupakan kegiatan puncak yang ditunggu-tunggu karena dari panen itulah petani memperoleh keuntungan. Pada pertanian jeruk, panen merupakan tahap akhir dari penggelolaan pertanian, tahap ini biasanya para pembeli darang kelahan jeruk untuk melihat kondisi jeruk dan menyesuaikan harga dengan petani. Harga yang di dapat biasanya tergantung harga pasaran dan pembeli memberi harga dan pemilik lahan menyesuaikannya dengan keinginannya sendiri. Dari hasil kesepakatan antara dua belah pihak muncul harga yang disepakati dan terjadilah transaksi.

  2.7.1.3. Jam Kerja.

  Para petani di Desa Gurubenua biasanya pergi ke ladang dari pukul 09.00 WIB, sekitar pukul 12.00 WIB biasanya mereka pergunakan untuk beristirahat, adapun sebahagian dari mereka yang pulang ke rumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga dan makan bersama. Setelah beristirahat, sekitar pukul 14.00 WIB, mereka kembali ke kebun untuk melanjutkan pekerjaan yang dilaksanakanya tadi, dan pada pukul 17.30 WIB mereka kembali lagi ke rumah untuk berkumpul dan melakukan aktivitas lainnya bersama-sama keluarganya.

  Terkadang, jam kerja para petani jeruk di Desa Gurubenua juga tidak menentu, ada sebahagian diantara mereka yang bekerja mulai pukul 10.00 WIB atau bahkan ada yang mulai bekerja di kebunnya pada sore hari yakni pada pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan karena dalam perawatan kebun jeruk tidak memerlukan rutinitas kerja yang seperti biasanya dilakukan oleh petani-petani lainnya. Biasanya, hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan petani jeruk mencakup:

  1. Penyemprotan,

  2. Pemupukan,

  3. Pembersihan piringan jeruk, dan 4. Pemangkasan.

  Sistem perawatan yang demikian, berdasarkan keterangan dari beberapa informan hanya dalam peruses pemompaan yang membutuhkan pengawasan ataupun jam kerja yang bersifat rutinitas.

2.8 Kebutuhan Keluarga Petani Jeruk.

  Kebutuhan ekonomi masyarakat di Desa Gurubenua mengarah pada kebutuhan yang bersifat primer (makan, minum, pakaian serta perumahan) dan juga kebutuhan yang bersifat sekunder (alat-alat rumah tangga dan perabot). Selain kebutuhan ekonomi tersebut masyarakat Desa Gurubenua juga memiliki kebutuhan lain yang lebih penting yaitu kebutuhan petani jeruk dalam pemompaan dan membeli pupuk.

  Dalam satu hektar rata-rata terdapat 450 pohon jeruk dan menurut keterangan mereka, banyaknya pupuk yang terhabiskan mencapai 500 kg - 1ton itu tergantung kebutuhan pangan jeruk terkadang lebih dari 1 ton pupuk yang di butuhkan. Petani menyebutkan biaya yang dibutuhkan dalam sekali pemupukan Rp 7.000.000-Rp 10.000.000 tergantung kebutuhan pupuk dan harga pasar pupuk yang ada di toko pupuk. Begitu juga dengan penyemprotan jeruk yang rutin dilakukan 10 hari sekali yang dimana biaya pestisida ditambah dengan upah pemompa berkisar Rp 800.000-Rp 1.000.000 per sekali pemompaan, dalam 1 tahun para petani biasa member pupuk kompos seperti kotoran sapi ke batang jeruk yang biasanya dalam 1 batang di beri 1 beko (sorong) pupuk kompos, biasanya dalam dalam 1 mobil kooldisel terdapat 80 beko, jadi dalam 1 hektar jeruk biasanya di butuhkan sampai 6 mobil kooldisel yang harga 1 mobil kooldisel Rp. 1.100.000 diantar sampai ke lokasi lahan, jadi dalam setahun petani harus mengeluarkan dana sebesar Rp. 7.000.000 sudah termasuk ongkos pekerja yang membagikan kompos ke batang jeruk.

  Kebutuhan dalam keluarga juga harus diperhitungkan mulai dari biaya pendidikan anak, listrik, peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampo dan odol), serta kebutuhan dalam membeli peralatan rumah tangga. Kebutuhan esensial lainnya antara lain seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi, perawatan pribadi dan rekreasi merupakan kebutuhan yang juga mesti dipenuhi. Besarnya proporsi pendapatan yang dipergunakan untuk memenuhi masing- masing kebutuhan pokok tersebut tergantung pada tingkat pendapatan suatu masyarakat. Pada masyarakat yang sudah maju, menurut Singarimbun (dalam Mulyanto, 1985:82), “jumlahnya kurang dari 50 persen”.

  Untuk memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan itu pada saat terjadinya serangan wabah hama lalat buah mengubah secara drastic prekonomian petani jeruk yang ada di Desa Gurubenua dimana tadinya para petani jeruk serba berkecukupan menjadi turun sangat drastic. Akibat serangan hama lalat buah tersebut mau tidak mau para istri petani jeruk yang ada di Desa Gurubenua pun ikut turut bekerja dalam membantu meringankan beban ekonomi keluarga, karena mereka sadar dengan hanya mengandalkan hasil kebun jeruk mereka tidak akan mampu untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomis keluarga.

  Oleh karena itu, petani jeruk di Desa Gurubenua berusaha untuk menyeimbangkan pendapatan yang dihasilkan dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk keperluan mereka sehari-hari. Jika mereka tidak pandai dalam mengatur keuangan, maka kebutuhan ekonomi mereka tidak akan terpenuhi. Hal tersebut lah yang membuat petani jeruk tidak pernah berputus asa dalam menjalani profesi mereka sebagai petani jeruk, karena walaupun dikatakan serba berkekurangan tetapi mereka masih mampu untuk bertahan hidup.

  Ada yang membedakan antara kebutuhan primer dengan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling utama untuk dapat mempertahankan hidup seperti makan, minum, pakaian dan perumahan, sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan guna melengkapi kebutuhan primer, seperti alat-alat dan perabot. Mengingat hal-hal tersebut diatas, maka perlu strategi yang lebih di arahkan pada tujuan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi harus mampu memenuhi 5 (lima) sasaran utama, yaitu: 1.

  Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang oleh masyarakat yang bersangkutan.

2. Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai pelayanan umum, seperti pendidikan, kesehatan, air minum, dan pemukiman yang sehat.

  3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif, termasuk menciptakan sendiri, yang memungkinkan adanya balas jasa yang seimbang untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.

  4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha selanjutnya, terutama dalam sektor subsistensi.

5. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan.

  Munculnya basic human needs dengan 5 (lima) sasaran tersebut disebabkan karena

  growth-oriented approach yang telah dianggap memberi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi

  dibeberapa negara belum dapat memberi pembagian hasil yang merata diantara golongan penduduk yang ada di berbagai daerah. Hal ini juga tidak terlepas dari berbagai kebudayaan yang memiliki perbedaan masing-masing dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

  Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayaan yang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup masyarakat dan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan pola tingkah laku sosial yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan

   kebutuhan manusia.

  Dari ilustrasi sederhana dapat dilihat bagaimana kebutuhan hidup manusia itu menyatu dengan nilai-nilai masyarakat pendukung kebudayaan itu. Selain pengaruh lingkungan hidup baik yang berwujud lingkungan alam, sosial dan lingkungan buatan, menyatu kuat dalam keputusan-keputusan yang diambil manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Dari 14 perspektif yang lebih luas, dalam kebutuhan hidupnya manusia itu dapat pula dilihat dari dimensi

  Kebudayaan sebagai suatu proses atau bersifat dinamis yang dikemukakan oleh beberapa ahli antropologi seperti Harris, Vayda dan Julian Steward, lht. Fedyani dalam bukunya antropologi kontemporer

  . yang menyangkut kebutuhanmanusia sebagai individual, social dan moral, dan ketiga dimensi itu selalu kait mengait dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara sederhana Malinowski (dalam Sairin, 2002:2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup.

  Manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan biologis, sosial dan psikologis. Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman yang merupakan salah satu dari kebutuhan biologis, manusia terikat dengan gagasan makanan yang dapat dikonsumsi dan makanan mana pula yang diharamkan untuk di makan.

2.9 Hubungan Petani Jeruk dengan Sesama Petani

  Setiap individu yang berada dalam suatu lingkungan kelompok atau masyarakat pasti memerlukan individu lainnya untuk dapat bertahan hidup. Karena individu tersebut merupakan makhluk sosial yang saling tergantung satu sama lainnya. Hubungan yang terjadi antara sesama petani jeruk juga terjalin sangat baik. Petani jeruk di Desa Gurubenua memegang prinsip saling menghargai, saling menghormati, menjunjung rasa solidaritas diantara sesama petani. Hubungan yang harmonis tersebut bukan hanya terjalin dalam lingkungan tempat mereka bekerja, akan tetapi diluar lingkungan kerja juga harus dijaga karena hamper semua petani yang ada di Desa Gurubenua memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat.

  Oleh sebab itu, didalam lingkungan sosial mereka telah terbentuk sebuah hubungan kekerabatan yang bersifat kekeluargaan. Dimana petani yang satu dengan petani yang lain bisa saling bertukar pikiran mengenai pekerjaan mereka, ataupun masalah hidup mereka. Dengan begini keakraban diantara sesama petani jeruk bisa terjalin dengan dekat.

  Begitu juga dengan pergaulan mereka dengan para tetangga dilingkungan sekitar tempat mereka tinggal juga terjalin dengan baik dan normal tanpa ada masalah. Menurut para informan, bahwa tetangga disekitar tempat tinggal mereka sangat ramah, kekeluargaan, saling menghargai dan saling menghormati. Sebagian besar para petani jeruk di Desa Gurubenua berusaha untuk selalu mengikuti segala bentuk kegiatan yang ada didaerah tempat tinggal mereka. Seperti kegiatan perpulungan untuk penganut agama keristiani, perwiritan atau pengajian bagi penganut agama muslim, arisan, acara pernikahan, acara orang kemalangan, gotong royong, dan pesta tahunan. Hal tersebut terungkap dari pernyataan dengan para informan sebagai berikut :

  “kerina anak kuta sisampat-sampaten guna kemajun kuta, si ku nen anak kuta kerina

  aktif baik I acara gereja si agama keristen, I acara mesjit si eragama islam, bage pe adi

lit gotong royong si I laksanaken kepala desa kerina si sampat-sampaten, biasana

acara gotong-royong ilakoken nandangi kerja tahun ”( Artinya : semua masiarakat desa

  saling tolong menolong demi kemajuan desa, yang saya lihat masiarakat desa semua aktif baik diacara gereja bagi yang beragama keristiani, diacara mesjit yang beragama islam, begitu juga apabila ada gotong-royong yang dilaksanakan kepala desa semua saling tolong-menolong, biasa acara gotong-royong dilakukan menjelang pesta tahunan. (Wawancara dengan informan Bpk Bejeng Ginting, 2014).

2.10 Sarana dan Prasarana

  Sarana dan prasarana merupakan suatu aspet yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Gurubenua terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain:

  Sarana Kesehatan Di Desa Gurubenua, tersedia puskesmas, Adapun jumlah tenaga medis yang bertugas di Desa Gurubenua yaitu 1 orang Bidan yang bernama Rosida Br Ginting. Sarana kesehatan tersebut yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat Gurubenua untuk mengobati segala macam penyakit mereka. Sarana kesehatan tersebut juga selalu dikunjungi oleh masyarakat Gurubenua jika mereka mengalami keluhan-keluhan penyakit seperti demam, batuk, flu, serta melahirkan. Jika tenaga kesehatan tersebut tidak mampu menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit yang letaknya di pusat kota Kabanjahe yang berjarak dari desa gurubenua ± 12 km.

  Sarana Pendidikan merupakan sarana yang paling penting untuk menunjang kemakmuran dan kecerdasan bangsa. Sarana pendidikan di Desa Gurubenua di dukung oleh tersedianya sekolah SD, tenaga guru, dan murid. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) berjumlah 1, dengan jumlah tenaga pengajar atau guru 10 orang dan jumlah muridnya 180 orang. Rata-rata anak-anak setelah menyelesaikan pendidikan dasar mereka melanjut ketingkat SMP di Ibukota Kabupaten yaitu Kabanjahe, dan ada juga ke Desa Singa. Begitu juga dengan para murid yang melanjud ke tingkat SMA sederajat mereka kebanyakan melanjut ketingkat SMA sederajat di Kota Kabanjahe.

  Sarana Ibadah yaitu kehidupan sosial masyarakat yang penuh dengan suasana religi yang sangat kental, tersirat pada berdiri kokoh beberapa tempat peribadatan seperti Masjid dan bangunan Gereja yang selalu ramai dikunjungi masing-masing pemeluk agama penduduk Desa Gurubenua. Disamping itu, tempat peribadatan tersebut juga dijadikan tempat untuk memperingati hari-hari besar yang telah menjadi tradisi.

  Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama di Desa Gurubenua cukup memadai dengan jumlah Gereja 4 unit yaitu Gereja Katolik 1 unit, Gereja GBKP 1 unit, Gereja GPDI 1 unit, Gereja GKPS 1 unit dan Masjid 1 unit. Dengan sarana ibadah tersebut masyarakat Desa Gurubenua menjalankan kegiatan rohani masing-masing pemeluk agama dengan rukun sesuai dengan agama dan kepercayaan masiarakat masing-masing.

  Sarana Transportasi, Jumlah angkutan umum yang ada di Desa Gurubenua ada 3 unit yaitu 2 unit Sinabung yang bernomor 30 dan 40, sedangkan satunya bermerek Selamat jalan yang bernomor 64 masing-masing angkutan umum ini saling berganti jadwal untuk mengangkut penumpang dari desa kekota dan dari kota kedesa.

  Jadwal angkutan yang tersedia yaitu pada pukul 06-30, untuk anak sekolah dan pukul 07- 00 untuk penumpang biasa, jadwal selanjutnya pukul 10-00, 13-00 dan 17-00 yang memiliki tarif Rp 5 000 dan Rp 3 000 untuk barang, ditambah dengan becak motor yang berjumlah 13 unit yang lalu-lalang dijalan desa yang bertarif Rp10.000 untuk orang dan Rp 5 000 untuk barang khusus untuk becak motor dapat diantar sampai kebun. Panjang jalan di Desa Gurubenua sepanjang 27 Km yang terdiri dari 7 Km jalan beraspal, 12 Km jalan diperkeras, 5 Km jalan tanah dan 3 jalan setapak.

  Sarana Perdagangan yang mereka miliki berupa kedai/toko kelontong untuk membaeli keperluan sehari-hari masiarakat yang berjumlah 7 unit usaha yang merupakan milik peribadi, kedai kopi untuk masiarakat minum dan bersosialisasi dengan yang lain pada pagi hingga malam hari yang berjumlah 8 unit itu juga merupakan milik pribadi. Untuk pasar tradisional masiarakat harus pergi ke kota Kabanjahe yang buka setiap harinya, dan ada pasat tradisional yang dibuat setiap minggu yaitu hari senin yang berjarak hanya 10 km dari desa.

  Sarana Umum, di suatu wilayah tidak lengkap rasanya bila di dalamnya tidak terdapat sarana umum yang menunjang kebutukan masiarakat terlebih wilayah itu adalah tempat bermukimnya masiarakat. Begitu juga dengan Desa Gurubenua, yang dimana memiliki sarana umum yang lumayan lengkap seperti:

1. Jambur (balai desa), 1 unit

2. Tapin (kamarmandi umum), 1 unit 3.

  Lapangan bola voli, 2 unit 4. Lapangan bola kaki, 1 unit.

2.11 Pesta Tahunan ( Kerja Tahun)

  Setiap lembaga Desa ini keberadaannya sangat dibutuhkan karena keseluruhan kelembagaan ini bertujuan memajukan Desa Gurubenua baik segi social dan ekonomi. Sehingga berbagai kegiatan telah dilakukan salah satunya pesta tahunan (kerja tahun). Acara ini merupakan acara rakyat yang dilakukan satu tahun sekali. Biasanya yang menyelenggarakan acara ini adalak panitia dari karang taruna Desa Gurubenua serta didukung oleh setiap organisasi baik non formal dan formal, dukungan baik tenaga dan dana. Sehingga acara tahunan seperti

  

kerja tahun ini biasa berlangsung setiap tahun. Kerja tahun ini merupakan salah satu ritual yang

  wajib dilakukan setiap tahunnya. Acara ini dibuat bertujuan agar setiap masiarakat menjadi lebih harmonis dan keluarga yang ada diluar Desa Gurubenua ingat dengan kampung halaman dan ingat kembali setidaknya sewaktu kerja tahun.

  Sekarang ini landasan mengapa dilakukan acara kerja tahun hanya menjadi ajang anak muda menari-nari dan mencari jodoh. Bagi orang tua kerja tahun berguna sebagai mbura ate

  

tedeh yang artinya bertemu dengan sanak saudara sehingga terobati rasa rindu. Karena pada saat

kerja tahun ini biasanya keluarga berkumpul. Acara kerja tahun ini biasanya dilakukan setiap

  satu tahun sekali dan biasanya minggu pertama bulan Janwari.