Kewajiban Berdakwah Power Point

  Agenda

  Keniscayaan

Berdakwah &

Urgensinya Karya: Dr. Taufiq Al-Wa’iy

  

Disiapkan Sebagai Penunjang Materi Taklim Rutin Pekanan

di CIBITUNG

Muqaddimah

  • Ketika manusia berada di atas muka bumi ini, langsung disertai pertolongan Allah swt dalam bentuk rizki dan hidayah.
  • Tentang rizki Allah swt tunjukkan pada stok rizki yang ada di bumi yang telah disiapkan bagi umat manusia.
  • Rizki ini tersedia sesuai dengan apa yang manusia sukai dan cari agar merasa senang dan menikmati kehidupan dunia
  • • Hal ini untuk semakin menyempurnakan nikmat dan kebahagiaan,

    mengharmoniskan orang-orang beriman dengan alam semesta yang tegak di atas prinsip kebenaran, yang berjalan dengan sistem yang sangat detail, pengendalian yang bijak, taat dan penuh hidayah (petunjuk).
  • Maka da’wah adalah keniscayaan manusia sebagaimana keniscayaan makan dan minum dalam hidup ini, karena da’wah adalah sisi kedua manusia yang memasok konsumsi ruh dan

KETERBATASAN AKAL MANUSIA MENANGKAP KEBENARAN 1. kenyataan manusia yang memiliki akal dan nafsu

  Akalnya terbatas dalam menangkap banyak kebenaran, dan nafsunya yang menggebu sering melewati batas kebenaran dan memaksa akal

mengikuti keinginannya (QS. Yusuf: 53, QS. Asy

Syams: 7-10

  

2. Maka harus ada aturan dan petunjuk dari Pencipta

manusia, Yang Maha Mengetahui apa yang memperbaiki manusia, agar menjadi penuntun

akal dan rambu-rambu jalan, agar tidak tersesat

dan sengsara, atau terpeleset dan melampaui

Contoh keterbatasan akal manusia:

  1. sepanjang sejarah beberapa pemikir berusaha menemukan perkembangan makhluk dan siapa

Penciptanya? Maka hasil pencariannya itu sampai pada

penyembahan baru, bintang atau hewan. Menyembahnya selain Allah, padahal semua itu adalah yang ditundukkan untuk manusia

  

2. ada sebagian lain yang mencoba membuat tatanan sosial.

  

Ada yang membuat madzhab yang membuat celaka dan

terpecah belahnya masyarakat. Peraturan yang menghalalkan khamar, judi, hubungan seks menyimpang, mebuat para gadis melakukan perbuatan keji dan kemunkaran, menanggalkan kehormatan. Akal yang

melenceng dari jalan kebenaran dan kebaikan, melukai

fitrah manusia untuk memuaskan sisi hewani dan

KEBUTUHAN PERSONIL BAGI NILAI KEBAIKAN

  1. Kebaikan tidak akan dapat bergerak sendirian. Ia

hanyalah pemahaman yang dipraktekkan, dibawa,

dan diserukan kepada makhluk Allah. Maka untuk

menjadikan kebaikan sebagai nilai dominan harus

dibawa oleh para da’i, para penyuluh, prajurit dan

komunitas besar (QS. Al Mujadilah: 22, Al An’am: 90, Al Ahzab: 23, Ali Imran: 146, Al Anfal: 64, Yusuf: 108)

  2. Maka harus ada para penyeru kebaikan yang membawa da’wah ini ke seluruh penjuru dunia

  

3. Maka da’wah adalah standar hidup setiap orang dan

setiap jama’ah, pilar tegaknya umat, salah satu keharusan yang ada dalam umat.

PERBEDAAN SELERA DAN KECENDERUNGAN

  1. Ada seseorang yang menganggap baik sesuatu yang dianggap buruk orang lain 2. sesuatu yang dalam satu momentum memiliki dua sisi yang saling bertentangan (QS. 2: 219  Khamr)

3. menjelaskan sisi maslahatnya seirng tidak riil bagi kebanyakan orang.

  

Bahkan kemungkinan ada sesuatu yang bermanfaat bagi seseorang

tetapi berbahaya bagi orang lain 4. mendominasi, pandangan menjadi sempit, akal sangat relatif, pilihan berbeda-beda, dan banyak hal yang tidak jelas sisi manfaatnya

  

5. Maka manusia membutuhkan hidayah (bimbingan), para pembimbing,

aturan yang mengatur akal, menerangi mata hati sehingga umat manusia selamat dari kehancuran dan kesesatan

  

“Al Quran Ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf: 203)

PENETAPAN KEYAKINAN TENTANG BALASAN AMAL

  1. Ketika meyakini adanya kebangkitan setelah mati, perhitungan amal

yang pernah dilakukan shalih atau salah, maka harus diketahui jalan

yang selamat, petunjuk kebenaran yang membimbing kepada yang hak dan jalan yang lurus

  2. Dan Allah Yang Maha Hakim (bijak) telah menerangi jalan manusia ini, membuka matanya kepada yang benar, agar tidak ada lagi alasan dan udzur (QS. An Nisa: 165). 3. keadilan dan standar Allah swt yang tidak akan memperhitngkan seseorang atau umat kecuali setelah pernah datang kepadanya

hidayah (QS. Al Isra: 15) (QS. Al Qashash: 59) (QS. Asy Syu’ara: 208-

209)

  4. Maka ada kewajiban menyampaikan peringatan dan petunjuk Allah sehingga amal perbuatan itu diperhitungkan 5. da’wah menjadi keniscayaan manusia dalam hidupnya, dunia akhirat; agar tampak hikmah penciptaan manusia di muka bumi, agar

Kesimpulan

  1. da’wah menjadi keniscayaan manusia dalam hidupnya, dunia akhirat; agar tampak hikmah penciptaan manusia di muka bumi, agar kehidupan menjadi lurus tampak keadilan Ilahiyah di dunia dan akhirat

  2. meski masa kenabian telah berlalu,manusia masih saja membutuhkan orang yang mau mengajarinya apa yang ia tidak ketahui, menunjukinya jika tersesat, mengingatkannya jika lupa, menegurnya jika berbelok, mencegahnya jika melampau batas

  3. tidak henti-hentinya zaman ini melahirkan para penyesat, pembangkang, penyimpang dan penipu yang mengharuskan adanya orang-orang yang meluruskan penyimpangannya, menjelakan kekaburannya, menolak keburukannya

  4. tidak henti-hentinya ahli kebatilan berusaha memperdaya kebenaran dan para penyerunya. Berusaha untuk memperlemah rengkuhannya, menggoyang ajarannya dan mencitra burukkan peradabannya. Dari itulah menjadi keharusan harus ada para jundi yang terlatih untuk melawan tantangan ini, melawan tsaqafah bathil yang disusupkan, sehingga hidup

  Kewajiban Berdakwah

  

Muqaddimah

  1. Setiap umat yang ingin hancur dan roboh pilar-pilarnya, hilang pengaruhnya, hilang eksistensinya pasti berawal dari diamnya para

  da’inya, lirih suaranya, rancu risalahnya, kehilangan tujuan utamanya, hancur peninggalannya .

  2. Dan umat manapun yang ingin naik dan tinggi maka harus memahami

  kebenaran da’wahnya, kesucian tujuan utamanya, keagungan

risalahnya, para da’inya memiliki titik tolak di muka bumi untuk

membangun pilar dan da’wahnya, memiliki suara bergaung, dan

syi’ar (slogan) yang bergema, para da’I yang vokal, mulut yang

lancara bicara, pena yang lancar menulis, informasi yang merata,

propaganda yang menguasai telinga, pemikiran yang menguasi

akal fikiran, pengetahuan yang mengendalikan akal dan pemahaman.

  

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

  

Ta’rif Al Wajib

  manusia dengan perintah keharusan, dengan indikasi bahwa perintah itu menunjukkan keharusan pelaksanaannya, seperti dalam bentuk kata perintah, atau ancaman hukuman bagi yang meninggalkannya, atau indikasi lainnya

  2. Wajib menurut para ulama ushul (fiqh) adalah segala yang ditetapkan dengan dalil a) qath’iyyutstsubut (pasti ketetapannya)

  b) qath’iyyudilalah (pasti petunjuknya) atau qath’iyyuddilalah

  c) zhanniyyutstsubut ( ketetapannya bersifat asusmsi) atau zhanniyuddilalah (petunjukkan bersifat asumsi) dan qath’iyyutstsubut.

Dalil Kewajiban Da’wah

  1. Allah mengambil janji untuk bertabligh (menyampaikan)

  2. Perintah tegas bertabligh

  

3. Keharusan untuk memisahkan antara yang

hak dan yang bathil.

  4. Tabligh adalah tanda iman seseorang

  5. Jihad dan Melindungi diri dari kehancuran

  6. Kehinaan bagi orang yang meninggalkan amar ma’ruf

  7. Kutukan bagi yang meninggalkan amar

  Allah mengambil janji untuk

bertabligh (menyampaikan)

  • (QS. Ibrahim: 4)
  • (QS. An Nahl: 44)
  • Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang

  yang Telah diberi Kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu

menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji it

ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya

dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang

mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang Telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi

  Perintah tegas

bertabligh

  1. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusi (QS. Al Maidah: 67)

  2. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmadan pelajaran yang baik (QS. An Nahl: 125)

  

3. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu

dalam mengerjakannya. (QS. Thaha: 132)

  Al Hijr: 94) 5. (QS. Al Maidah: 63) 6. (QS. Yusuf: 108) 7. ” ناَميِ للا فَعلضَأ َكِلَذَو , ِهِبللَقِبَف لعِطَتلسَي لمَل لنِإَف , ِهِناَسِلِبَف لعِطَتلسَي لمَل لنِإَف ِهِدَيِب ُهلِريَغُيللَف اًَِكلنُم لمُكلنِم ىَأَر لنَم “

  

“Barangsiapa yang melihat kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangannya,

jika tidak mampu maka dengan mulutnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya.

  Keharusan untuk memisahkan

antara yang hak dan yang bathil

  1. Ada keharusan untuk mengetahui yang hak dan yang batil, dan agar jelas mana jalan orang beriman yang disinari dengan cahaya kebenaran, memancarkan fajar hidayah menyingkap selaput penutup mata: (QS. Al Anfal: 42)

  2. Harus ada para rasul, harus ada para da’i, mata hati harus dibuka, suara amanah harus dikumandangkan. Dari itulah ada risalah para rasul:(QS.

  Ibrahim: 4) & (QS. An Nahl: 44)

  3. Jiwa manusia yang melawan dan kabur setelah mendengar hidayah adalah jiwa yang menyukai dan terbiasa dengan kehinaan, telah dikendalikan syetan kemunkaran, menolak cara hidup manusia untuk mengambil cara hidup hewan (QS. Muhammad: 25)

  4. Dan harus ada bukti untuk mematahkan alasan orang-orang yang berkelit, agar tidak berkata di hadapan Allah seperti yang dikatakan Al Qur’an: (QS.

  Thaha: 134)  Maka harus ada da’wah, harus ada para da’i, harus ada al bayan

  Tabligh adalah tanda iman

seseorang

  1. Umat Islam adalah umat risalah, umat da’wah, maka tidak ada

manfaatnya tanpa menunaikan risalahnya, tidak ada kebaikan yang

dapat diharapkan tanpa da’wah

  2. Umat ini menghabiskan hidupnya untuk risalah itu, mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membebaskan manusia dari kegelapan (QS. Ali Imran: 110)

  3. Tidak termasuk umatku, orang yang tidak dapat menyayangi yang

lebih muda dan menghormati yang lebih tua, memerintahkan yang

ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. HR Ahmad, At Tirmidzi dan

Ibnu Hibban.

  4. Dari Ibnu Umar ra dari Nabi Muhammad saw bersabda:

دمحأ دنسم مُهلنِم َِرُُُُّ لدَقَف ٌمِلاَظ َتلنَأ َككنِإ ُهَل َلُُقَُ لنَأ َمِلاَظللا ُباَهَُ ىِتكمُأ لمُتليَأَر اَذِإ

  • – ( 206 ص / 14 ج )

  

Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang yang berbuat

zhalim dengan kata: “Hai zhalim, maka sungguh telah

  

Jihad dan Melindungi diri dari

kehancuran

  At Taubah: 73, QS. Al furqan: 52 Perangilah orang-orang

  2. مكتنسلأو مكسفنأو مكلاُمأب نيكِشملا اودهاج “

musyrik dengan harta, jiwa dan lesanmu”. HR Ahmad dan

Abu Daud 3. ِئاَج ٍناَطللُس َدلنِع َّح ُةَمِلَك

  ٍٍ Kalimatul haq (perkataan yang benar) di hadapan penguasa yang zhalim”.HR Ibnu Majah dengan sanad shahih

  4. Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muththalib, dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim, menyuruhnya (kebaikan) lalu dibunuh. HR At Tirmidzi dan Hakim dengan sanad sahih

  Kehinaan bagi orang yang

meninggalkan amar ma’ruf

  1. Melakukan perbuatan munkar adalah kehinaan dan lemah kepribadian, jauh dari istiqamah, merendahkan diri sendiri, membuat manusia bertentangan dengan fitrahnya sendiri, membunuh kehormatannya

  “ Janganlah salah seorang di antaramu menghina diri sendiri! Dia mengetahui bahwa Allah memiliki ucapan

atas dirinya kemudian ia tidak mengatakannya, lalu

Allah bertanya kepadanya di hari kiamat: Apa yang

menghalangimu untuk berkata karena Aku begini- begini? Ia menjawab: “Takut manusia”. Allah berfirman: “Hanya kepada-Ku lah kamu berhak takut”. HR Ibnu Majah

  Kutukan bagi yang

meninggalkan amar ma’ruf

  1. Perbuatan ma’siyat, dosa dan pelanggaran kadang terjadi di suatu masyarakat, kadang menjadi kebiasaan orang-orang jahat, perusak dan menyimpang

  2. Masyarakat shalih akan menjadi benteng kuat di hadapan kerusakan, penyimpangan, kejahatan dengan memberikan hukuman, peringatan, dan penolakan

  3. “Ketika Bani Israil jatuh ke dalam perbuatan ma’siyat, para ulama’nya mencegahnya lalu mereka tidak berhenti, mereka mempersilahkan para ulama itu duduk di majlisnya, dijamu makan dan minum, maka Allah menimpakan permusuhan antara mereka, dan Allah mengkutuk mereka lewat lesan Daud dan Isa bin Maryam ..(yang demikian itu karena mereka berbuat ma’siyat dan mereka melamaui batas) Rasulullah ketika itu tidur- tiduran kemudian duduk dan bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sehingga kamu meluruskannya di atas kebenaran dengan sungguh-sungguh lurus

  4. Kutukan itu tidak hanya terbatas kepada para pelaku dosa saja (QS. Al