PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Struktur Penawaran
Penawaran Obligasi ASF merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia dengan pangsa
INDONESIA Fixed Income Research
ASTRA SEDAYA FINANCE
17 Januari 2005
INDUSTRI PEMBIAYAAN
saldo pembiayaan konsumen mencapai 13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan konsumen non bank per September 2004.
melindungi profitabilitas perusahaan yang berasal dari portofolio pembiayaan saat ini terhadap potensi kenaikan suku bunga.
Sumber : AAA Sekuritas Jenis instrumen Obligasi Jumlah Rp 1 triliun Jangka Waktu 370 hari - 5 tahun Pembayaran bunga Triwulanan Peringkat idAA- Lembaga Pemeringkat PEFINDO Profil Hutang Obligasi per 30 September 2004 Sumber : ASF Obligasi Jumlah Jatuh (Rp miliar) Tempo
ASF II 119,8 2005 ASF III 581,6 2007 ASF IV 1.150,0 2008 ASF V 1.500,0 2008 Pemegang Saham per 30 September 2004 Sumber : ASF PT General Electric Service 47,00% PT Astra International Tbk. 44,28% PT Sedaya Multi Investama 8,72%
Sumber: ASF, diolah AAA Sekuritas
(Rp miliar) 2000 2001 2002 2003 Sep-04 Kas 43,4 69,9 80,5 76,9 63,6 Piutang pembiayaan 1.008,9 1.375,9 1.659,9 3.018,7 4.183,3 Total aktiva 1.223,6 1.635,1 1.893,3 3.299,4 4.582,4 Total hutang 664,7 876,0 981,6 2.281,2 3.284,5 Total ekuitas 437,4 590,9 713,8 874,7 1.003,1 Pendapatan usaha 354,8 571,3 670,1 891,5 1.048,8 Pendapatan pembiayaan 281,9 490,5 578,4 762,5 914,7 Laba usaha 116,4 235,8 292,7 341,9 323,8 Laba bersih 83,6 168,3 207,1 245,8 226,8 Marjin laba usaha (%) 32,8 41,3 43,7 38,3 30,9 Marjin laba bersih (%) 29,6 34,3 35,8 32,2 24,8 Imbal hasil atas aktiva (%) 9,6 11,8 11,7 9,5 9,3 Imbal hasil atas ekuitas (%) 19,7 32,7 31,8 30,9 29,3 Net interest margin (%) 28,7 26,1 26,3 22,2 21,8 Ekuitas/Aktiva (%) 35,7 36,1 37,7 26,5 21,9 Hutang/ekuitas (x) 1,5 1,5 1,4 2,6 3,3
kinerja perekonomian diperkirakan masih tetap ada, meski industri otomotif merupakan industri yang sangat berkembang di Indonesia.
Risiko bisnis akibat ketergantungan pada sektor otomotif yang sangat terkait dengan
Strategi interest maturity gap yang telah diterapkan ASF selama ini diperkirakan mampu
Posisi sebagai market leader di industri pembiayaan otomotif sangat didukung oleh jaringan
utama aktiva ASF. Kemampuan meningkatkan aktiva produktif dengan mempertahankan kualitas aktiva tetap baik tidak terlepas dari praktek manajemen risiko yang handal, yang diadopsi dari sistem manajemen risiko perusahaan dengan rating AAA dari General Elec- tric.
Jimmy Randiatmoko [email protected] (62-21) 515 2640 Jakarta - INDONESIA
mengingat ASF memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyalurkan pembiayaan dan menjaga kualitas aktivanya untuk tetap baik.
Akses ke sumber pendanaan yang luas sangat mendukung ASF meningkatkan kegiatan pembiayaan otomotifnya dan memperoleh cost of fund yang efisien. Leverage yang meningkat diperkirakan tidak akan membebankan neraca perusahaan,
kegiatan pembiayaan selama tahun 2003, baik secara nilai maupun unit kendaraan yang dibiayai.
Kegiatan pembiayaan otomotif ASF selama 9 bulan pertama tahun 2004 telah melampaui
otomotif tertentu telah memberikan keleluasaan bagi ASF dalam menangkap peluang bisnis yang ada. Kegiatan pembiayaan ASF tetap tumbuh meski beberapa merek kendaraan mengalami penurunan dalam penjualan atau pangsa pasar akibat tingginya persaingan di industri otomotif.
Strategi untuk tidak memfokuskan pembiayaan hanya kepada jenis, merek atau produsen
operasional yang luas, strategi pemasaran yang tepat, basis konsumen yang kuat dan penerapan manajemen risiko yang prudent.
Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan NPL yang rendah merupakan karakteristik
IKHTISAR KEUANGAN
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005 Kekuatan Perusahaan Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia
Kemampuan meningkatkan tingkat pertumbuhan pembiayaan konsumen yang lebih tinggi dari industri, mendorong pangsa pembiayaan konsumen ASF terhadap nasional terus tumbuh. Perolehan pangsa pasar yang mencapai sekitar 9,4% di tahun 1999 terus mengalami kenaikan hingga mencapai 13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan konsumen non bank di bulan September 2004. Pada periode yang sama, saldo pembiayaan konsumen ASF tumbuh dengan CAGR 62,7%, sementara industri tumbuh dengan CAGR 51,6%.
Jaringan operasional yang luas dengan basis nasabah yang kuat
Posisi sebagai market leader sangat didukung oleh jaringan pemasaran ASF yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin bersama dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif dimiliki oleh ASF. Belum lagi jaringan pemasaran yang disediakan oleh Astra International melalui showroom-showroom mobilnya yang dapat digunakan oleh ASF untuk menyalurkan pembiayaan otomotif. Dengan luasnya jaringan pemasaran ini, kemampuan ASF dalam melakukan penetrasi pasar semakin baik. Saat ini, ASF sudah melayani lebih dari 600 ribu nasabah.
Kemampuan menghasilkan pembiayaan yang cukup tinggi dengan kualitas yang tetap terjaga
ASF memiliki kemampuan menghasilkan pembiayaan yang cukup tinggi. Selama periode Januari- September 2004, rata-rata nilai pembiayaan baru yang diproduksi ASF per bulan mencapai Rp 718,2 miliar. Jumlah ini meningkat dari tahun 2003 yang mencapai rata-rata Rp 433,0 miliar per bulan. Meski pertumbuhan pembiayaan baru cukup tinggi, ASF tetap memiliki kemampuan menjaga kualitasnya tetap baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah. Rasio keterlambatan saldo piutang lebih dari 30 hari terhadap piutang pembiayaan kotor relatif kecil dan stabil pada kisaran 1% selama tahun 2004.
Akses ke sumber pendanaan yang luas
ASF memiliki akses ke sumber dana yang luas. Hal ini tidak terlepas dari reputasi ASF sebagai perusahaan pembiayaan yang prudent sehingga selalu mendapat kepercayaan dari lembaga perbankan dan non bank untuk memperoleh pendanaan. Pendanaan tersebut antara lain pinjaman bank, skema pembiayaan bersama dan anjak piutang. ASF juga memiliki track record yang baik dalam setiap penerbitan obligasinya dengan selalu melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu tanpa harus direstrukturisasi. Akses ke sumber pendanaan yang luas ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan usaha ASF dan juga untuk memperoleh cost of fund yang efisien.
Permodalan yang memadai
ASF memiliki struktur permodalan yang memadai. Rasio perbandingan antara ekuitas dengan aktiva yang mencapai 21,9% per September 2004 relatif lebih tinggi dibanding industri pembiayaan konsumen yang mencapai 13,1%. Sementara rasio perbandingan antara hutang terhadap ekuitas cenderung meningkat seiring dengan strategi pendanaan ASF yang mengoptimalkan peluang di pasar modal dalam mendukung ekspansi pembiayaannya. Namun peningkatan rasio ini masih jauh di bawah ketentuan Menteri Keuangan yang mengijinkan rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan pembiayaan maksimal sebesar 15 kali. Peningkatan ini diperkirakan tidak akan membebani neraca ASF mengingat perusahaan ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan pembiayaan dan menjaga kualitasnya untuk tetap baik.
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Potensi Risiko Kinerja penjualan otomotif yang sangat terkait dengan kinerja perekonomian Bisnis pembiayaan otomotif memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan industri otomotif.
Jika industri otomotif mengalami perkembangan yang negatif seperti yang terjadi di tahun 1998 ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, maka industri pembiayaan otomotif juga akan mengalami hal yang sama. Sementara jika industri otomotif tumbuh positif, maka industri pembiayaan juga akan berkembang seperti yang terjadi sejak tahun 1999. Dengan melihat kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik saat ini serta sifat industri otomotif yang cepat berkembang, industri pembiayaan otomotif masih memiliki prospek yang cerah. Selain itu, mobil bekas yang juga menjadi objek pembiayaan ASF dapat menjadi penyeimbang jika bisnis mobil baru mengalami perkembangan yang kurang baik.
Tingkat persaingan yang semakin tinggi
Industri pembiayaan merupakan industri yang sangat tinggi tingkat persaingannya, tidak hanya antar perusahaan pembiayaan, tetapi juga dengan lembaga perbankan yang masuk ke bisnis yang menguntungkan ini. Kegiatan pemasaran yang cukup agresif akan menyebabkan tingkat suku bunga pembiayaan sangat kompetitif sehingga dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan pembiayaan. Namun dengan kinerja operasional dan cost of fund yang efisien, diperkirakan tingkat profitabilitas ASF masih tetap tinggi. Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005 Tentang Perusahaan Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia PT Astra Sedaya Finance (ASF) merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia.
Kemampuan meningkatkan tingkat pertumbuhan pembiayaan konsumen yang lebih tinggi dari industri, mendorong pangsa pembiayaan konsumen ASF terhadap nasional terus tumbuh. Perolehan pangsa pasar yang mencapai sekitar 9,4% di tahun 1999 terus mengalami kenaikan hingga mencapai 13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan konsumen non bank di bulan September 2004. Pada periode yang sama, saldo pembiayaan konsumen ASF tumbuh dengan CAGR 62,7%, sementara industri tumbuh dengan CAGR 51,6%.
Objek pembiayaan yang terdiversifikasi
Objek pembiayaan otomotif ASF cukup luas, tidak hanya mobil-mobil yang diproduksi maupun yang didistribusikan oleh PT Astra International Tbk. (sebagai pemegang langsung maupun tidak langsung 53% saham ASF), tetapi juga merek-merek mobil yang diproduksi dan didistribusikan oleh perusahaan selain Astra. Aktifitas pembiayaannya pun tidak terbatas untuk mobil-mobil baru, tetapi juga mobil bekas, baik mobil Astra maupun non Astra. Sejak tahun 2003, ASF juga memasuki bisnis pembiayaan sepeda motor non Honda. Namun hal ini tidak menghadapkan ASF kepada risiko bisnis yang lebih besar mengingat perusahaan ini memiliki sistem manajemen risiko yang handal. Pengalaman selama 23 tahun di bisnis pembiayaan, membuat ASF sangat mengenal pasar pembiayaan di Indonesia.
Selain pembiayaan otomotif, ASF juga melakukan pembiayaan sewa guna usaha untuk alat-alat berat, seperti yang biasa digunakan di industri perkebunan, pertambangan dan konstruksi. Namun kontribusi bisnis yang sempat terhenti kegiatannya pada tahun 1999 akibat krisis ekonomi dan dilanjutkan kembali pada tahun 2002 ini masih relatif kecil terhadap total portofolio pembiayaan ASF. Sampai dengan bulan September 2004, rasio piutang pembiayaan sewa guna usaha terhadap total piutang pembiayaan ASF mencapai 1,9%.
Tabel 1. Perkembangan Kegiatan Usaha ASF Relatif Terhadap Industri (dalam Rp miliar) 1999 2000 2001 2002 2003 Sep-04 CAGR Pembiayaan Konsumen Industri 4.323 8.515 12.361 16.594 22.666 31.199 51,6% ASF 406 1.009 1.376 1.660 2.976 4.105 62,7% Pangsa Pasar 9,4% 11,8% 11,1% 10,0% 13,1% 13,2% Sewa Guna Usaha Industri 10.928 13.731 14.133 12.576 11.594 13.499 4,5% ASF
43 78 n.a. - - -
- Pangsa Pasar 0% 0,4% 0,6%
Sumber : ASF, Bank Indonesia, diolah AAA Sekuritas Memiliki keleluasaan dalam menangkap peluang bisnis di industri otomotif
Dengan tidak memfokuskan pembiayaan hanya kepada jenis, merek atau produsen otomotif tertentu telah memberikan keleluasaan bagi ASF dalam menangkap peluang bisnis yang ada. Ini bisa dilihat pada terus tumbuhnya kegiatan pembiayaan ASF, meski beberapa merek kendaraan mengalami penurunan dalam penjualan atau pangsa pasar akibat tingginya persaingan di industri otomotif.
Industri otomotif nasional terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan selama tahun 2004. Penjualan mobil nasional mencapai 483 ribu unit yang berarti jauh melampaui penjualan sebelum krisis yang mencapai 340 ribu unit. Bahkan angka penjualan ini telah melampaui prediksi penjualan tahun 2004 yang awalnya diperkirakan mencapai hanya 380 ribu unit. Penjualan yang cukup tinggi menempatkan Indonesia di urutan kedua setelah China sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan penjualan mobil terbesar di dunia (Sumber: Bisnis Indonesia, 05/01/05 dan 14/01/05).
Sementara itu, sepeda motor yang telah menunjukkan pertumbuhan penjualan sebesar CAGR 45,5% dalam waktu 5 tahun ini, kembali mengalami peningkatan di tahun 2004 mencapai 3,9 juta unit, meningkat 38,3% dari tahun sebelumnya.
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Gambar 1. Perkembangan Penjualan Otomotif Nasional
Motor (juta unit) Mobil (ribu unit) 483 3,9 354
2,8 318 299 300 2,3
1,6 0,9 94 0,5
3
4
9
2
3
4
9
00 01 001 002
199
20
2 2 200 200 199 200 20 200 200 200 Sumber : Diolah dari data GAIKINDO dan AISI
Berlanjutnya pertumbuhan penjualan otomotif di tahun 2004 ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah:
Perkembangan ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan pertumbuhan yang positif sampai
dengan tahun 2004 ditambah dengan kondisi keamanan yang tetap stabil, telah memberikan keyakinan para pelaku usaha terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.
Munculnya varian-varian mobil baru dengan harga di bawah Rp 100 juta. Tingkat suku bunga pasar yang relatif rendah menambah daya beli masyarakat. Adanya dukungan dari industri perbankan dan lembaga pembiayaan konsumen yang memberikan pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor dengan bunga menarik.
Kegiatan usaha yang tetap fokus pada pembiayaan otomotif telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi ASF dari tumbuh pesatnya penjualan mobil dan sepeda motor secara kredit di Indonesia. Meski strategi untuk tetap fokus pada pembiayaan otomotif telah memberikan keuntungan yang signifikan, namun keterkaitan yang sangat erat dengan industri otomotif masih memberikan risiko akibat konsentrasi. Risiko ini terkait dengan kinerja industri otomotif yang cenderung fluktuatif, terpengaruh oleh kinerja ekonomi secara keseluruhan. Meski risiko yang berkaitan dengan kinerja perekonomian berada di luar kendali perusahaan, namun ASF tetap berusaha meminimalisir risiko tersebut dengan melakukan diversifikasi terutama berkaitan dengan objek pembiayaan dan wilayah kegiatan usaha.
Jaringan pemasaran yang luas
Selain karena kondisi pasar otomotif yang membaik, terus meningkatnya kegiatan usaha ASF juga didukung oleh jaringan pemasaran yang luas. Sampai dengan bulan September 2004, jaringan pemasaran ASF telah mencapai 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin bersama dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif yang tersebar di seluruh Indonesia. Dealer-dealer tersebut memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kegiatan pembiayaan ASF. Untuk itu, ASF terus berusaha memperkuat hubungan kerja samanya dengan memberikan kemudahan- kemudahan pemrosesan aplikasi pembiayaan, produk-produk pembiayaan yang inovatif serta program reward yang menarik bagi para dealer. Kemampuan ASF dalam menetapkan strategi pemasaran dan menjalin hubungan yang sangat baik dengan para dealer telah mendorong pertumbuhan pembiayaan ASF yang lebih cepat dan pangsa pasar yang terus meningkat. Strategi pemasaran yang tepat dan jaringan operasi yang luas ini mampu memperkuat basis nasabah ASF hingga mencapai lebih dari 600.000 nasabah.
Akses ke sumber pandanaan yang luas
Dukungan sumber dana yang kuat juga menjadi keunggulan ASF sebagai lembaga pembiayaan terkemuka di Indonesia. Akses yang luas ke dana perbankan, lembaga keuangan dan pasar modal mendukung ASF untuk mampu mengelola sumber pendanaannya dengan baik guna memperoleh
cost of fund yang efisien. Sumber pendanaan yang kuat sangat dibutuhkan menunjang kegiatan Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
usaha ASF, mengingat sebagai lembaga keuangan non bank, ASF tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat secara langsung. Akses yang luas ke sumber pendanaan ini juga dibutuhkan untuk mengendalikan risiko suku bunga dan melindungi interest margin-nya. Strategi pendanaan ASF adalah menyelaraskan gap antara profil pendanaan dengan profil pembiayaannya. Sumber dana jangka pendek digunakan untuk mendanai pembiayaan jangka pendek, sedangkan dana jangka panjang digunakan untuk mendanai pembiayaan jangka panjang. Selain itu, pembiayaan yang membebankan suku bunga tetap kepada nasabah dibiayai oleh sumber dana yang memiliki suku bunga yang tetap juga. Praktek assets
liabilities management yang baik dibutuhkan untuk mengurangi dampak risiko dari perubahan arah pergerakan suku bunga pasar terhadap profitabilitas perusahaan.
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Fokus 9M04 Kinerja operasional dan keuangan ASF selama 9 bulan pertama tahun 2004 dinilai sangat baik. Omzet pembiayaan ASF sampai dengan bulan September berhasil melampaui total omzet selama tahun 2003. Pendapatan bunga dan laba ASF juga mengalami peningkatan, meski tingkat persaingan di industri pembiayaan otomotif masih cukup tinggi. Posisi pasar yang kuat dengan brand image yang baik serta strategi pemasaran yang tepat dengan kemampuan mengelola sumber pendanaan yang efisien merupakan kunci sukses meningkatnya kinerja perusahaan di tahun ini. Kinerja Operasional Omzet 9 bulan pertama 2004 sudah melampaui omzet selama tahun 2003
Nilai pembiayaan baru selama 9 bulan pertama tahun 2004 berhasil melampaui nilai pembiayaan baru selama tahun 2003. Sampai dengan bulan September, total omzet ASF mencapai Rp 6,5 triliun dengan rata-rata nilai pembiayaan baru per bulan mencapai Rp 718,2 miliar. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,2 triliun dengan rata-rata pembiayaan baru per bulan mencapai Rp 433,0 miliar.
Gambar 2. Pertumbuhan Nilai Pembiayaan Yang Disalurkan
Rp triliun6,5 7,0 6,0 5,2 5,0 4,0
3,8 3,4 4,0 3,0 2,0 1,0
- 2000 2001 2002 2003 Sep-04
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Tumbuhnya nilai pembiayaan baru ini dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. Selama tahun 2004 sampai dengan bulan September, jumlah mobil baru yang dibiayai ASF mencapai 42.859 unit. Jumlah ini meningkat 36,3% dari tahun 2003 yang mencapai 31.450 unit. Sementara itu, porsi pembiayaan mobil baru ASF terhadap penjualan mobil baru nasional juga mengalami peningkatan dari 8,9% di tahun 2003 menjadi 12,3% selama 9 bulan pertama tahun 2004.
Selain pembiayaan mobil baru, pembiayaan mobil bekas juga terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama 9 bulan pertama 2004, jumlah mobil bekas yang dibiayai ASF sudah melampaui volume pembiayaan selama tahun 2003. Terus meningkatnya jumlah unit mobil bekas yang dibiayai ini sejalan dengan strategi ASF menuju ke pembiayaan yang lebih terdiversifikasi. Selain untuk meminimalisir risiko akibat konsentrasi, tujuan dari strategi ini adalah untuk menangkap peluang pasar yang ada dan yield pembiayaan yang lebih tinggi. Untuk ke depannya, diharapkan pembiayaan mobil bekas akan mengambil porsi yang cukup signifikan terhadap total portofolio pembiayaan ASF, baik secara nilai maupun unit yang dibiayai.
Tabel 2. Kinerja Penjualan Otomotif Nasional dan Volume Pembiayaan ASF 2000 2001 2002 2003 Sep-04 Volume pembiayaan otomotif ASF Mobil baru (unit) 30.320 33.615 29.688 31.450 42.859 Mobil bekas (unit) 15.096 15.420 14.560 24.222 24.287 Motor (unit)
10.796 29.806 - - - Volume penjualan mobil nasional Astra (unit) 150.575 138.192 135.773 147.074 154.514 Non Astra (unit) 148.090 161.437 182.021 207.260 194.222 Total (unit) 298.665 299.629 317.794 354.334 348.736
Sumber : ASF, GAIKINDO Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005 Kinerja Keuangan Laba sebelum pajak naik 37,2%
Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembiayaan tersebut, aktiva pembiayaan ASF tercatat mengalami peningkatan sebesar 38,6% dari tahun 2003. Aktiva produktif yang 98,1% merupakan piutang pembiayaan konsumen ini tumbuh dari Rp 3,0 triliun di tahun 2003 menjadi Rp 4,2 triliun per September 2004. Ini berarti aktiva produktif ASF sudah mengalami pertumbuhan sebesar CAGR 46,1% sejak tahun 2000. Dengan terus tumbuhnya aktiva pembiayaan, kinerja pendapatan ASF juga terus mengalami kenaikan. Selama 9 bulan pertama tahun 2004, laba sebelum pajak tumbuh 39,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 82,0%. Bottom line ASF juga mengalami peningkatan sebesar 36,3% di periode yang sama.
(dalam Rp miliar)
2Q04
3Q04 QoQ (%)
9M03
9M04 YoY (%) Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Pendapatan bunga 331,2 346,3 4,6 509,2 914,7 79,6 Beban bunga (111,5) (102,4) (8,1) (160,8) (280,5) 74,5 Pendapatan bunga bersih 219,7 243,8 11,0 348,4 634,1 82,0 Pendapatan non bunga 37,8 54,1 43,2 89,6 134,1 49,7 Pendapatan operasi 257,5 298,0 15,7 438,0 768,3 75,4 Beban operasional (75,9) (102,3) 34,7 (136,0) (238,8) 75,6 Laba usaha sebelum beban penyisihan 181,6 195,6 7,8 302,0 529,5 75,3 Beban penyisihan (75,9) (73,2) (3,5) (69,3) (205,6) 196,6 Laba sebelum pajak 105,7 122,4 15,8 232,7 323,8 39,2 Beban pajak (32,5) (35,9) 10,5 (66,3) (97,0) 46,4 Laba bersih 73,2 86,5 18,2 166,4 226,8 36,3
Tabel 3. Ikhtisar Laba Rugi Kinerja profitabilitas yang relatif stabil
Kinerja ASF dari sisi profitabilitas dinilai cukup stabil. Rasio laba usaha sebelum beban penyisihan terhadap total pendapatan berada pada kisaran 50%. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan ASF mengendalikan beban operasionalnya di mana rasio beban operasi terhadap pendapatan bertahan pada kisaran 22%. Selain itu, struktur profitabilitas ASF saat ini juga dinilai masih memberikan perlindungan yang cukup bagi ekuitas perusahaan terhadap potensi kerugian akibat tak tertagihnya piutang pembiayaan. Hal ini ditunjukkan oleh rasio laba usaha sebelum beban penyisihan terhadap beban penyisihan yang mencapai 2,6 kali di bulan September 2004.
9M03 FY03
3M04
6M04
9M04 Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Laba usaha sebelum beban penyisihan/ total pendapatan (%) 50,4 51,2 54,5 51,0 50,5 Laba sebelum pajak/total pendapatan (%) 38,9 38,3 34,3 31,1 30,9 Laba bersih/total pendapatan (%) 27,8 27,6 24,0 21,6 21,6 Laba bersih/rata-rata aktiva (%) 9,3 9,5 7,4 7,5 7,7 Laba bersih/rata-rata ekuitas (%) 29,3 30,9 29,5 32,6 32,2 Beban operasional/pendapatan bersih (%) 22,7 21,6 21,7 20,9 22,8 Laba usaha sebelum beban penyisihan/ beban penyisihan (x) 4,4 4,0 2,7 2,5 2,6
Tabel 4. Analisa Profitabilitas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Profil Keuangan Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah merupakan karakteristik utama dari aktiva ASF. Meningkatnya delinquency rate menjelang akhir tahun lebih disebabkan oleh faktor musiman daripada karakteristik nasabah yang memburuk. Meningkatnya komponen hutang di dalam struktur permodalan masih dapat dikelola dengan baik dan diperkirakan tidak akan membebankan neraca ASF mengingat perusahaan ini memiliki kemampuan menyalurkan pembiayaan yang sangat tinggi dan manajemen risiko yang prudent. Kualitas Aktiva Kualitas yang baik merupakan karakteristik aktiva ASF
Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah merupakan karakteristik utama dari aktiva ASF. Meski aktiva produktif mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir, namun ASF tetap mampu menjaga kualitas aktivanya dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan praktek manajemen risiko yang handal, yang diadopsi dari sistem manajemen risiko perusahaan dengan rating AAA dari General Electric. Penerapan provisi yang konservatif dan proses underwriting pembiayaan dan koleksi yang cermat menyebabkan risiko kerugian akibat tak tertagihnya piutang dapat diminimalisir.
Provisi konservatif untuk memberikan perlindungan bagi ekuitas
Meski secara historis deliquency rate ASF cukup rendah, namun manajemen tetap konservatif dalam mengelola portofolio pembiayaannya. Hal ini bisa dilihat pada rasio saldo penyisihan piutang ragu-ragu yang dibentuk terhadap pokok piutang pembiayaan yang dikelola ASF (termasuk piutang
joint financing yang risikonya ditanggung ASF) selalu dijaga sebesar 3%. Saldo penyisihan ini
mampu meng-cover saldo piutang pembiayaan kotor yang terlambat lebih dari 60 hari sebanyak lebih dari 8 kali per September 2004. Sementara kerugian aktual yang diwakili oleh net write off hanya mencapai rata-rata 0,7% terhadap pokok piutang selama 5 tahun terakhir. Praktek penyisihan piutang ragu-ragu yang konservatif ini diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi permodalan ASF dari risiko kerugian akibat tak tertagihnya piutang.
Tabel 5. Indikator Kualitas Aktiva 2000 2001 2002 2003 Sep-04 Piutang pembiayaan - kotor (Rp miliar) 3.378,7 5.061,7 5.630,7 7.197,6 10.411,5 Piutang pembiayaan - bersih (Rp miliar) 1.008,9 1.375,9 1.660,0 3.018,7 4.183,3 Pokok piutang pembiayaan (Rp miliar) 1.078,4 1.473,2 1.770,1 3.162,8 4.417,9 Penyisihan piutang pembiayaan yang diragukan Saldo awal (Rp miliar) 15,0 69,5 97,4 110,1 144,1 Penyisihan tahun berjalan (Rp miliar) 56,4 33,4 28,2 108,1 191,6 Penghapusan (Rp miliar) (1,8) (5,6) (15,5) (74,1) (101,1) Saldo akhir (Rp miliar) 69,5 97,4 110,1 144,1 234,6 Rasio-rasio Saldo penyisihan/piutang kotor (%) 2,1 1,9 2,0 2,0 2,3 Saldo penyisihan/pokok piutang (%) 6,4 6,6 6,2 4,6 5,3 Penyisihan tahun berjalan/penghapusan (x) 30,6 6,0 1,8 1,5 1,9 Penghapusan/pokok piutang (%) 0,2 0,4 0,9 2,3 2,3 Saldo penyisihan/keterlambatan > 30 hari (x) 86,2 41,4 19,7 1,6 21,4
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas Permodalan Permodalan yang memadai dengan leverage yang terkendali
Kondisi permodalan ASF dinilai cukup memadai. Rasio perbandingan antara ekuitas dengan aktiva yang mencapai 21,9% per September 2004 relatif lebih tinggi dibanding industri pembiayaan konsumen yang mencapai 13,1%. Sementara rasio perbandingan antara hutang terhadap ekuitas cenderung meningkat seiring dengan strategi pendanaan ASF dalam mengoptimalkan peluang yang ada di pasar modal dalam mendukung ekspansi pembiayaannya. Namun peningkatan rasio ini masih jauh di bawah ketentuan Menteri Keuangan yang mengijinkan rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan pembiayaan maksimal sebesar 15 kali. Peningkatan ini diperkirakan tidak akan membebani neraca ASF mengingat perusahaan ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan pembiayaan dan menjaga kualitasnya untuk tetap baik. Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Ke depan diperkirakan ASF akan tetap menjalankan strategi pendanaan melalui pasar modal, lembaga perbankan, dan lembaga non bank, selain menggunakan modalnya sendiri. Ke depannya belum ada rencana dari para pemegang saham untuk melakukan penambahan modal. Nampaknya ASF saat ini lebih mengutamakan pembentukan ekuitas secara internal dengan mengandalkan kemampuannya menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Dengan rasio imbal hasil atas ekuitas mencapai rata-rata 31,9% dalam 4 tahun terakhir, total ekuitas ASF tumbuh dengan CAGR 21,2% dalam periode yang sama.
Tabel 6. Ringkasan Neraca 2000 2001 2002 2003 Sep-04 Aktiva produktif 1.052,2 1.445,7 1.740,4 3.095,7 4.246,9 Penyertaan 38,7 43,3 43,0 58,5 56,7 Aktiva tetap 10,8 9,0 10,5 16,1 21,7 Aktiva lain-lain 121,9 137,1 99,4 129,2 257,1 Total aktiva 1.223,6 1.635,1 1.893,3 3.299,4 4.582,4 Hutang + anjak piutang 664,7 876,0 981,6 2.281,2 3.284,5 Kewajiban lain-lain 121,5 168,2 197,9 143,5 294,8 Ekuitas 437,4 590,9 713,8 874,7 1.003,1 Total kewajiban dan ekuitas 1.223,6 1.635,1 1.893,3 3.299,4 4.582,4 Rasio Kecukupan Modal Ekuitas/aktiva (%) 35,7 36,1 37,7 26,5 21,9 Hutang/aktiva (%) 54,3 53,6 51,8 69,1 71,7 Hutang/ekuitas (x) 1,5 1,5 1,4 2,6 3,3 Rasio proteksi permodalan (%) 3,1 8,0 11,4 4,0 3,4
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas Likuiditas Likuiditas yang sangat baik didukung oleh akses yang luas ke sumber dana
Sebagai lembaga keuangan non bank yang tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat secara langsung, ASF dinilai memiliki kondisi likuiditas yang sangat baik. Berkat reputasinya sebagai lembaga pembiayaan terkemuka di Indonesia dengan pengalaman selama 23 tahun, ASF telah mendapat kepercayaan dari institusi perbankan dan non bank, baik lokal maupun asing, untuk memperoleh pendanaan baik berupa pinjaman langsung maupun dalam skema pembiayaan bersama (joint financing). Tidak kurang dari Rp 8,3 triliun komitmen telah diberikan oleh sektor perbankan dan institusi keuangan dalam bentuk joint financing sampai dengan bulan September 2004.
Selain itu, ASF juga memperoleh fasilitas pinjaman bank yang digunakan untuk membiayai modal kerja perusahaan termasuk di dalamnya membiayai kegiatan pembiayaan, dimana jumlahnya mencapai Rp 1,2 triliun. Sampai dengan bulan September 2004, fasilitas tersebut baru dimanfaatkan sebesar 79,3%.
Memiliki track record yang baik dalam setiap penerbitan obligasi Selain memperoleh dana dari bank, ASF juga memiliki akses pendanaan yang kuat ke pasar modal.
Didukung dengan kemampuan melunasi pokok hutang dan beban bunga tepat waktu bahkan di saat krisis tahun 1998, ASF memiliki reputasi sebagai perusahaan pembiayaan yang prudent. Sampai dengan bulan September 2004, posisi hutang obligasi ASF yang belum jatuh tempo mencapai Rp 1,85 triliun yang terdiri dari obligasi ASF II berjumlah Rp 119,8 miliar (jatuh tempo Mei 2005), ASF
III berjumlah Rp 581,6 miliar (jatuh temponya bervariasi yaitu Mei 2005 dan Mei 2007), obligasi IV berjumlah Rp 1,15 triliun (jatuh tempo antara bulan Maret 2005 dan Maret 2008), dan obligasi V berjumlah Rp 1,5 triliun (jatuh tempo pada Oktober 2008). Selain kedua sumber pendanaan yang disebut di atas, ASF masih memiliki alternatif pendanaan lainnya yaitu penjualan aset. Fasilitas penjualan aset (anjak piutang) ini diberikan oleh GE Services dengan nilai komitmen mencapai Rp 1 triliun. Sampai dengan September 2004, fasilitas ini baru dimanfaatkan sekitar 53%.
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance Tabel 7. Sumber Pendanaan Perbankan dan Lembaga Keuangan per September 2004 Nama Bank/Lembaga Keuangan Pinjaman Bank Joint Financing Anjak Piutang
475 - - Bank Bumiputera BCA 350 - - 2.000 - - BNI
800 - - Bank Permata Citibank 150 - - DBS
- 100 -
- GE Finance Indonesia 5.000 1.000
90 - - JP Morgan
- NISP 150 - Mizuho
30 - -
- HSBC 193
- Stanchart 100
Total 1.163 8.275 1.000 Sumber : ASF Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005 Prospek Usaha
Meski pada tahun 2004, kegiatan pembiayaan ASF telah mencatat nilai pembiayaan tertinggi dalam sejarah berdirinya perusahaan ini, namun prospek bisnis pembiayaan ASF dan prospek industri ke depan diperkirakan masih cukup bagus. Permintaan terhadap pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor diperkirakan masih tinggi. Beberapa faktor pendukung pertumbuhan ini adalah:
Proyeksi perkembangan ekonomi tahun 2005 yang tetap baik, terutama dari sisi makro yang
didukung oleh situasi global yang solid, stabilitas ekonomi makro yang terjaga serta membaiknya kondisi sosial ekonomi dalam negeri. Diperkirakan pada tahun 2005, ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5 – 5,5%. Dengan terus tumbuhnya pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan daya beli termasuk terhadap kendaraan bermotor.
Suku bunga pinjaman diperkirakan tetap rendah, meski ada potensi mengalami sedikit kenaikan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal.
Dampak kenaikan harga BBM yang kemungkinan besar terjadi di tahun 2005 terhadap inflasi diperkirakan masih dapat dikompensasi oleh relatif terjaganya nilai tukar rupiah, kembali stabilnya harga minyak dunia dan kondisi sosial politik dalam negeri yang kondusif. Hal ini menyebabkan inflasi di tahun 2005 masih relatif terkendali. Kebijakan suku bunga rendah diperkirakan masih akan dipertahankan oleh Bank Indonesia, selain masih lemahnya stimulus fiskal, juga diharapkan dapat segera memulihkan fungsi intermediasi perbankan. Spread suku bunga simpanan dan pinjaman masih cukup lebar, di mana dengan tingkat persaingan perbankan yang cukup ketat, suku bunga pinjaman diperkirakan tidak akan naik terlalu tinggi. Selain dapat meningkatkan daya beli masyarakat, rendahnya suku bunga pinjaman ini juga berdampak pada kinerja profitabilitas perusahaan pembiayaan mengingat dana perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Andaikata kenaikan suku bunga terjadi, dengan menerapkan strategi interest maturity gap, diperkirakan profitabilitas ASF yang berasal dari portofolio pembiayaan saat ini tidak terganggu.
Dari sisi penawaran, meningkatnya penjualan otomotif di masa depan juga dipengaruhi oleh beberapa hal.
Terus diproduksinya jenis mobil dengan harga dibawah Rp 100 juta. Di tahun 2004, jenis mobil dengan harga jual yang cukup terjangkau ini mendominasi penjualan otomotif secara nasional. Hadirnya pemain-pemain baru di industri otomotif seperti China, Malaysia, Italia dan India diperkirakan akan menambah tekanan pada persaingan yang sudah cukup tinggi di Indonesia.
Hal ini tentu berdampak pada strategi harga masing-masing produsen yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dengan prediksi tingkat permintaan dan penawaran kendaraan bermotor yang cukup bagus ini, diperkirakan angka penjualan mobil nasional di tahun 2005 dapat mencapai 500.000 unit. Bahkan beberapa pengamat telah menunjukkan optimisme bahwa penjualan mobil tahun 2005 bisa menembus angka 520.000 unit (Sumber: Bisnis Indonesia, 14/01/2005).
17 Januari 2005
9 Ju l-
2 Ja n
2 Ju l-
1 Ja n
1 Ju l-
9 Ja n
9
8 Ja n
3 Ja n
9
8 Ju l-
4 Ju l-
20% 30% 40% 50% 60%
4 Gambar 4. Spread Suku Bunga Pinjaman dan Simpanan Perbankan Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia - Bank Indonesia, diolah AAA Sekuritas
Astra Sedaya Finance Gambar 3. Pertumbuhan Base Lending Rate
3 Ju l-
- 9
- 9
- 0 Ju l- Ja n
- 0
- 0
- 0
- 0
Ja n
3 Sep
(% ) SBI 1 Bln (LHS) Deposito 1 Bln (LHS) Tabungan (LHS) Kredit Modal Kerja (LHS) Kredit Konsumsi (RHS)
0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 18,0 21,0
4 (% )
4 Nop
4 Sep
4 Ju l-
4 Me i-
4 Ma r-
3 Ja n-
3 Nop
3 Ju l-
Sumber : Bloomberg, diolah AAA Sekuritas 0% 10%
3 Me i-
3 Ma r-
2 Ja n-
2 Nop
2 Sep
2 Ju l-
3 Me i-
2 Ma r-
12,0 15,0 18,0
0,0 3,0 6,0 9,0
- 0
- 0
- 0
- 0
- 0
- 0
Ja n-
17 Januari 2005 PT Astra Sedaya Finance Proyeksi Laporan Neraca (dalam Rp miliar) 2003 2004E 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P Kas 76,9 79,2 351,2 2.304,9 2.651,5 3.100,6 3.542,9 Piutang pembiayaan bersih 2.976,1 5.088,9 5.897,2 7.045,9 8.021,2 9.223,8 10.530,3 Piutang lain-lain 94,7 94,7 94,7 94,7 94,7 94,7 94,7 Aktiva pajak tangguhan 41,6 41,6 41,6 41,6 41,6 41,6 41,6 Beban dibayar di muka 35,1 35,1 35,1 35,1 35,1 35,1 35,1 Aktiva tetap 16,1 19,7 19,2 22,8 22,3 25,9 25,4 Aktiva lain-lain 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 Investasi 58,5 58,5 58,5 58,5 58,5 58,5 58,5 Total aktiva 3.299,4 5.418,0 6.497,8 9.603,8 10.925,3 12.580,6 14.328,8 Pinjaman 1.911,0 3.665,9 4.366,8 7.081,3 8.053,3 9.284,3 10.583,5 Hutang lain-lain 431,5 431,5 431,5 431,5 431,5 431,5 431,5 Beban yang harus dibayar 54,4 54,4 54,4 54,4 54,4 54,4 54,4 Hutang pajak 27,8 27,8 27,8 27,8 27,8 27,8 27,8 Total kewajiban 2.424,7 4.179,6 4.880,5 7.595,0 8.567,0 9.798,0 11.097,2 Ekuitas 874,7 1.238,5 1.617,3 2.008,9 2.358,2 2.782,6 3.231,6 Total kewajiban dan ekuitas 3.299,4 5.418,0 6.497,8 9.603,8 10.925,3 12.580,6 14.328,8
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas PT Astra Sedaya Finance Proyeksi Laporan Laba Rugi (dalam Rp miliar) 2003 2004E 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P Pendapatan Pendapatan dari pembiayaan 759,3 1.254,7 1.491,3 1.740,1 1.924,4 2.222,7 2.472,7 Pendapatan bunga 10,5 2,3 6,5 39,8 74,3 86,3 99,7 Pendapatan lain-lain 121,8 138,0 149,1 156,6 154,0 177,8 197,8 Total pendapatan 891,5 1.395,0 1.646,9 1.936,6 2.152,7 2.486,7 2.770,1 Beban usaha Beban keuangan 242,7 362,5 522,1 744,1 983,7 1.126,9 1.291,4 Beban operasional 192,8 295,8 341,8 411,3 461,2 522,1 587,6 Beban penyisihan piutang ragu-ragu 114,2 177,1 200,2 178,7 170,3 184,8 200,4 Total beban usaha 549,7 835,3 1.064,1 1.334,2 1.615,2 1.833,8 2.079,4 Laba sebelum pajak 341,9 559,7 582,9 602,4 537,5 653,0 690,7 Beban pajak (96,0) (195,9) (204,0) (210,8) (188,1) (228,5) (241,8) Laba bersih 245,8 363,8 378,9 391,5 349,4 424,4 449,0
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas PT Astra Sedaya Finance Rasio Proyeksi Keuangan 2003 2004E 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P Asumsi Pertumbuhan pembiayaan baru 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% Rata-rata cost of fund
13,0% 13,0% 13,0% 13,0% 13,0% Income tax 35,0% 35,0% 35,0% 35,0% 35,0%
Rasio keuangan Marjin laba usaha (%) 38,3 40,1 35,4 31,1 25,0 26,3 24,9 Marjin laba bersih (%) 27,6 26,1 23,0 20,2 16,2 17,1 16,2 Imbal hasil atas aktiva (%) 9,6 8,3 6,4 4,9 3,4 3,6 3,3 Imbal hasil atas ekuitas (%) 19,7 34,4 26,5 21,6 16,0 16,5 14,9 Imbal hasil atas rata-rata piutang (%) 11,8 9,0 6,9 6,1 4,6 4,9 4,5 Beban operasional/rata-rata aktiva (%) 7,4 6,8 5,7 5,1 4,5 4,4 4,4 Beban operasional/pendapatan bersih (%) 21,6 21,2 20,8 21,2 21,4 21,0 21,2 Interest coverage (x) 2,4 2,5 2,1 1,8 1,5 1,6 1,5 Rata-rata assets yield (%) 32,6 31,1 27,1 26,9 25,5 25,8 25,0 Rata-rata beban pendanaan (%) 16,8 13,0 13,0 13,0 13,0 13,0 13,0 Net Interest Margin (%) 22,2 22,1 17,6 15,4 12,5 12,7 12,0 Ekuitas/aktiva (%) 26,5 22,9 24,9 20,9 21,6 22,1 22,6
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
(Member of Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange)
:+62-21-5152640 General
:+62-21-5153747 Fixed Income Dealing
: +62-21-5155415 Investment Banking
26/F Artha Graha Building
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190, Indonesia
Facsimile:+62-21-5152644
E-mail: [email protected]
Disclaimer : The information contained herein has been compiled from sources that we believe to be reliable.No warranty (express or implied) is made to the
accuracy or completeness of the information.All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date, without regards to its fairness,
and are subject to change without notice.This document has been prepared for general information only, without regards to the specific objectives, financial situation
and needs of any particular person who may receive it. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereof
by any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees.This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any
securities.This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or
related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon
or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. Available only to person having professional experience in matters relating
to investments.© PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2005.