Indikator indikator Ekonomi Makro dan

Indikator – indikator Perekonomian
Makro dan Pencapaian Indonesia
pada Tahun 2015

Oleh :
Alexander Arif Christian S, S.Ak

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Fakultas Bisnis
Jurusan Akuntansi
Latar Belakang

Indonesia hingga saat ini masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Dalam lima
tahun terakhir yang dimulai sejak tahun 2011 perkembangan ekonomi Indonesia menunjukan arah
yang posisif rata – rata pertumbuhan ekonomi mencapai ±5% per tahun walaupun semenjak
kebijakan The Fed (Bank Central Amerika Serikat) untuk memotong stimulusnya menyebabkan
nilai tukar rupiah melemah dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak
tahun 2014 (menjadi dibawah 7% per tahun). Kondisi perekonomian sebuah negara diukur
berdasarkan indikator – indikator tertentu secara umum indikator yang digunakan yakni ekonomi
makro yaitu pengukuran terhadap rata - rata suku bunga bank di negara tersebut, Produk Domestik
Bruto (PDB), indeks harga konsumen, indikator ketenagakerjaan, penjualan eceran, neraca

pembayaran, kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.
Data tahun 2015 pendapatan per kapita Negara Indonesia berada di urutan 114 di dunia
dengan jumlah Usd. 3.362 per tahun. Sedangkan produk domestik bruto Negara Indonesia di tahun
2015 sebesar Usd. 862 miliar sehingga Indonesia termasuk dalam kelompok negara – negara yang
memiliki PDB tinggi di dunia dan tergabung dalam kelompok G-20 (Indonesia berada di urutan ke
16 dunia). Suku bunga SPN 3 bulan di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 6,2% (cukup
tinggi). Indeks harga konsumen merupakan nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. IHK sering digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang
pensiun, dan kontrak lainnya, besaran indeks harga konsumen Indonesia pada akhir tahun 2015
adalah 122,99 dengan prosentase perubahan per tahun 3,4 menurun jauh dibanding tahun
sebelumnya serta rata – rata tingkat inflasi 5%. Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015
sebanyak 122,4 juta orang sedangkan penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta
orang dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen. Tingkat
kemiskinan 10,3% dari keseluruhan masyarakat Indonesia. Gini rasio yang menunjukan
kesenjangan antara masyarakat yang kayak dengan yang miskin berada di level sedang yakni 0,40.
Indeks pembangunan manusia di Indonesia 69,4 persen artinya sumber daya manusia Indonesia
masih tergolong rendah. Neraca pembayaran yang dimiliki Indonesia di tahun 2015 masih
menunjukan tren yang negative artinya Negara Indonesia melakukan lebih banyak impor dibanding
ekspor hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh jatuhnya harga komoditas ekspor Indonesia seperti

crude palm oil, batu bara dan karet.

Data – data di atas menunjukan bahwa perekonomian

Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang posisif selama lima tahun terakhir
namun masih banyak hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah terutama terkait usaha yang
harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita, produk domestic bruto, meningkatkan
ekspor, meminimalkan kegiatan impor, mengendalikan inflasi serta meningkatkan investasi asing
dan swasta. Berdasarkan penjelasan dan data di atas penulis mencoba untuk menjelaskan lebih

dalam mengenai perekonomian makro dan indikator – indikatornya, mengapa indikator – indikator
perekonomian makro dijadikan tolak ukur perekonomian suatu Negara serta memberikan data tahun
2015 mengenai indikator indikator tersebut.
Rumusan Masalah
1. Mengapa perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator – indikator perekonomian
makro ?
2. Bagaimanakah pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur dari indikator –
indikator tersebut tahun 2015 dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara serta negara
maju di tahun 2015 ?
Tujuan Pembuatan Makalah

1. Mengetahui alasan perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator – indikator
perekonomian makro.
2. Memahami indikator – indikator perekonomian makro.
3. Mengetahui pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur dari indikator –
indikator tersebut dengan negara lain di Asia Tenggara serta negara maju di tahun 2015.

Pembahasan

Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah ekonomi yang menganalisa semua masalah dalam satu system ekonomi.
Analisa ini lebih bersifat umum, ekonomi ini sangat mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan
pasar.
Pembahasan tentang ekonomi makro adalah:
1. Faktor yang menentukan kegiatan sistem ekonomi
2. Pertumbuhan ekonomi yang rendah
3. Inflasi dan penggangguran tinggi
Dalam masalah di Negara pembahasan yang sangat serius adalah pertumbuhan ekonomi, deficit
anggaran Negara, tingginya angka kemiskinan, penggangguran dan insflasi, rendahnya nilai kurs
rupiah serta krisis energy, juga ketimpangan neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Pemerintah harus lebih fokus terhadap masalah ini yang berpengaruh terhadap perkembangan

Negara.
Ini adalah permasalahan ekonomi nasional:
Rendahnya pertumbuhan ekonomi
Kemiskinan dan pengangguran
Inflasi dan rendahnya kurs rupiah
Defisit APBN
Krisis energi
Indikator yang mewakili ekonomi makro:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengumuman suku bunga
Produk Domestik Bruto (PDB)
Indeks Harga Konsumen
Indikator Ketenagakerjaan

Penjualan Eceraan
Neraca Pembayaran
Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah

Indikator Makro Ekonomi. Indikator Makro ekonomi adalah statistik yang menunjukkan status
ekonomi sebuah negara tergantung pada area tertentu dari ekonomi (industri, pasar tenaga kerja,
perdagangan, dll).
Indikator Makro ekonomi diterbitkan secara berkala pada waktu tertentu. Setelah publikasi
indikator ini kita bisa melihat volatilitas pasar. Tingkat volatilitas ditentukan tergantung pada
pentingnya indikator.

1. Pengumuman Suku Bunga
Suku bunga memainkan peran paling penting dalam menggerakkan harga mata uang di pasar
valuta asing. Sebagai lembaga yang menetapkan suku bunga, bank sentral merupakan aktor
yang paling berpengaruh. Suku bunga mendikte arus investasi. Karena mata uang adalah
representasi dari ekonomi suatu negara, perbedaan suku bunga memengaruhi nilai mata uang
relatif dalam hubungannya dengan satu sama lain.
2. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah ukuran terluas dari ekonomi suatu negara, dan hal ini mewakili total nilai pasar dari
semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama tahun tertentu.

3. Indeks Harga Konsumen (IHK) mungkin merupakan indikator inflasi yang paling penting.
Indeks ini mewakili perubahan tingkat harga eceran untuk keranjang konsumen dasar. Inflasi
terikat secara langsung dengan daya beli mata uang dalam negeri dan memengaruhi posisinya di
pasar internasional.
4. Indikator Ketenagakerjaan
Indikator ketenagakerjaan mencerminkan kesehatan ekonomi atau siklus bisnis secara
keseluruhan. Dalam rangka untuk memahami bagaimana ekonomi berfungsi, penting untuk
mengetahui berapa banyak pekerjaan yang diciptakan atau dihancurkan, berapa persen tenaga
kerja yang aktif bekerja, dan berapa banyak orang-orang baru yang mengklaim sebagai
pengangguran.
5. Penjualan Eceran
Indikator penjualan eceran (ritel) dirilis secara bulanan dan penting bagi pedagang valuta asing
karena menunjukkan kekuatan keseluruhan belanja konsumen dan keberhasilan toko eceran.
6. Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran (Balance of Payments) mewakili rasio antara jumlah pembayaran yang
diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, hal ini
menunjukkan total operasi perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan
antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
7. Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah
Stabilisasi ekonomi (misalnya, kesempatan kerja penuh, pengendalian inflasi, dan

keseimbangan pembayaran yang adil) merupakan salah satu tujuan yang berusaha untuk dicapai
pemerintah melalui manipulasi kebijakan fiskal dan moneter.
Angka Ekonomi Makro Indonesia
Bagian ini memberi gambaran terperinci indikator-indikator tertentu ekonomi makro Indonesia
yang merupakan sarana penting untuk mengevaluasi keadaan ekonomi Indonesia sekarang. Terlebih
lagi, analisis statistik-statistik tersebut bisa membantu memprediksi kinerja ekonomi di masa depan.
Update Terakhir: 5 Februari 2016

2009

2010

2011

2012

2013

2014


2015

• Produk Domestik Bruto
(persentase perubahan tahunan)
• Indeks Harga Konsumen
(persentase perubahan tahunan)
• Hutang Pemerintah
(persentase dari PDB)
• Nilai Tukar
(IDR/USD)
• Neraca Transaksi Berjalan
(persent dari PDB)
• Penduduk
(dalam juta)
• Kemiskinan
(persentase dari populasi)
• Pengangguran
(persentase dari tenaga kerja)
• Cadangan Devisa
(dalam miliar USD)


4.6

6.4

6.2

6.0

5.6

5.0

4.8

4.8

5.1

5.4


4.3

8.4

8.4

3.4

28.6

27.4

26.6

27.3

28.7

24.7


27.0

10,389 9,074 8,773 9,419 11,563 11,800 13,400¹
0.7

0.2

-2.8

-3.3

-3.1

-2.1

241

244

247

250

253

255

14.2

13.3

12.5

11.7

11.5

11.0

11.1

7.9

7.1

6.6

6.1

6.3

5.9

6.2

66.1

96.2

99.4

111.9

105.9

110.1 112.8

¹ menunjukkan prognosis
Sumber: Bank Dunia, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan IMF

Ekonomi Mikro dan Makro
Pengertian Ilmu Ekonomi
Menurut Samuelson dan Nordhauns
Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat
pilihan dengan atau tanpa uang dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dalam berbagai
cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa, kemudian mendistribusikannya untuk
keperluan konsumsi untuk masa kini dan masa datang.
Pembagian Ilmu Ekonomi Berdasarkan Ruang Lingkupnya
 Ekonomi Mikro
Suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian.
 Ekonomi Makro

Suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis keseluruhan dalam permasalahan kegiatan
perekonomian. Pembahasan mengenai ekonomi makro lebih luas dan kompleks menyeluruh
bagi kondisi dan situasi perekonomian sebuah negara. Maka hal ini lah yang menjadikan dasar
mengapa perekonomian suatu negara diukur berdasarkan indikator – indikator perekonomian
makro.
Indikator dalam ekonomi mikro
1.
2.
3.
4.
a)
b)
c)

Membahas perilaku individu rumah tangga
Membahas perilaku individu perusahaan
Membahas perilaku suatu pasar (industri)
Menganalisis masalah-masalah:
Proses terjadinya tingkat harga
Bagaimana produsen menentukan tingkat produksi
Faktor-faktor yang menentukan pendapatan setiap faktor produksi.

Permasalahan Ekonomi Mikro
a.
b.
c.
d.
e.

Masalah Harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price).
Meningkatnya permintaan beras
Kenaikan harga BBM
Masalah Monopoli
Masalah distribusi

Indikator dalam ekonomi makro
1. Pendapatan nasional
2. Produksi nasional
3. Konsumsi nasional
4. Tabungan
5. Investasi nasional
6. Inflasi
7. Pertumbuhan ekonomi
8. Perdagangan internasional
9. Masalah pengangguran
10. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Permasalahan Ekonomi Makro
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Masalah kemiskinan dan pemerataan
Krisis nilai tukar
Masalah utang luar negeri
Masalah perbankan dan kredit macet
Masalah inflasi
Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
Pendapatan per kapita

Pendapatan Perkapita (Per Capita Income) adalah besaran pendapatan rata-rata dari penduduk suatu
negara yang mencerminkan besaran Pendapatan Domestik Bruto (biasa disebut PDB) per kapita.
Pendapatan Per kapita suatu negara bisa menjadi patokan untuk melihat tingkat kemakmuran dan
kemajuan pembangunan dari sebuah negara. Dimana semakin besar pendapatan perkapita berarti
makin makmur negara tersebut.
Rumus :
Pendapatan per kapita tahun x

=

Pendapatan National Bruto tahun X
Jumlah penduduk pada tahun X

Pendapatan per Kapita Seluruh Negara di Dunia Tahun
2015
Rank

Country

Per Tahun

US$

Kurs Rp. 13.120
Per Bulan

1

Luxembourg

101,994

IDR 1,338,161,280

IDR 111,513,440

2

Switzerland

80,675

IDR 1,058,456,000

IDR 88,204,667

3

Qatar

76,576

IDR 1,004,677,120

IDR 83,723,093

4

Norway

74,822

IDR 981,664,640

IDR 81,805,387

5

United States

55,805

IDR 732,161,600

IDR 61,013,467

6

Singapore

52,888

IDR 693,890,560

IDR 57,824,213

7

Denmark

52,114

IDR 683,735,680

IDR 56,977,973

8

Ireland

51,351

IDR 673,725,120

IDR 56,143,760

9

Australia

50,962

IDR 668,621,440

IDR 55,718,453

10

Iceland

50,855

IDR 667,217,600

IDR 55,601,467

24

Japan

32,486

IDR 426,216,320

IDR 35,518,027

61

Malaysia

9,557

IDR 125,387,840

IDR 10,448,987

72

China

7,990

IDR 104,828,800

IDR 8,735,733

88

Thailand

5,742

IDR 75,335,040

IDR 6,277,920

115

Indonesia

3,362

IDR 44,109,440

IDR 3,675,787

123

Philippines

2,858

IDR 37,496,960

IDR 3,124,747

128

East Timor

2,244

IDR 29,441,280

IDR 2,453,440

131

Vietnam

2,088

IDR 27,394,560

IDR 2,282,880

132

Papua New Guinea

2,085

IDR 27,355,200

IDR 2,279,600

139

Laos

1,779

IDR 23,340,480

IDR 1,945,040

140

India

1,617

IDR 21,215,040

IDR 1,767,920

149

Myanmar

1,292

IDR 16,951,040

IDR 1,412,587

150

Bangladesh

1,287

IDR 16,885,440

IDR 1,407,120

Artinya pendapatan per kapita penduduk Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia dan
Thailand namun beraa di atas Filipina, Vietnam, Laos, India, Myanmar,Bangladesh.

Produk Domestik Bruto
Pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB adalah hasil output produksi dalam suatu
perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik faktor produksi dan hanya menghitung total
produksi dalam suatu perekonomian saja.
Rumusnya adalah
PDB = C + G + I + ( X - M )
atau
Produk Domestik Bruto = Pengeluaran Rumah Tangga + Pengeluaran Pemerintah + Pengeluaran
investasi + ( Ekspor - Impor )
Data – data tahun 2015 komponen rumus perhitungan PDB 2015
Pengeluaran Rumah Tangga
Sektor pengeluaran rumah tangga masih menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi 2015
dengan persentase 55,92%, disusul komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 33,19%
dan komponen ekspor barang dan jasa 21,09%. “PMTB meningkat sebagai dampak pembangunan
infastruktur yang dijalankan pemerintah,” ungkapnya di Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Tren pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada sektor konsumsi rumah tangga terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya 2012 (54,56%), 2013 (55,82%), dan 2014 (56,07%). Namun, laju
pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2015 hanya 4,96% yang merupakan terendah sejak
2012. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2011 sebesar 4,7%, 2012 sebesar 5,28%, 2013
sebesar 5,28%, dan pada 2014 sebesar 5,14%.

Pengeluaran Pemerintah
APBN-P tahun 2015, alokasinya :
Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp795,5 triliun
Subsidi : Rp212,1 triliun
Pembayaran bunga utang : Rp155,7 triliun
Transfer ke daerah : Rp643,8 triliun
Dana desa : Rp20,8 triliun
Belanja lainnya : Rp156,2 triliun
Data Ekspor Indonesia tahun 2015
(Dalam US$)

Sektor
I. MIGAS
1. Minyak
Mentah
2. Hasil
Minyak
3. Gas
4. Gas
Alam
II. NON
MIGAS
1. Pertanian
2. Industri
3.
Pertambangan
4. Tambang
5. Lainnya
TOTAL

2012

2013

2014

Peran
2015
Th. 2015
(%)
24.253.173.022 15,05%

36.977.261.378

32.633.031.285

30.331.863.792

12.293.410.847

10.204.709.564

9.528.227.064

8.316.679.551

5,16%

4.163.368.221

4.299.127.072

3.623.353.404

2.361.713.411

1,47%

20.520.482.310

18.129.194.649

17.180.283.324

3.234.002.422

2,01%

0

0

0

10.340.777.638

6,42%

153.043.004.652 149.918.763.416 145.960.796.463 136.922.728.667

84,95%

5.569.216.244
116.125.137.766

5.712.976.032
113.029.939.287

3,49%
66,18%

0

0

5.770.578.795
5.629.855.373
117.329.856.169 106.662.885.581
0

19.405.276.123

12,04%

31.329.944.921 31.159.534.218 22.850.041.499
5.192.401.348
3,22%
18.705.721
16.313.879
10.320.000
32.310.242
0,02%
190.020.266.030 182.551.794.701 176.292.660.255 161.175.901.689 100,00%

Data Import Indonesia tahun 2015
(Dalam US$)

Sektor
I. MIGAS
1. Minyak
Mentah
2. Hasil
Minyak
3. Gas
4. Gas
Alam
II. NON

42.564.185.201

45.266.350.700

43.459.900.495

Peran
2015
Th. 2015
(%)
30.715.769.358 20,59%

10.803.249.662

13.585.809.560

13.072.429.222

10.015.952.321

6,71%

28.679.368.375

28.567.587.907

27.362.504.534

18.201.278.884

12,20%

3.081.567.164

3.112.953.233

3.024.966.739

485.586.363

0,33%

0

0

0

2.012.951.790

1,35%

149.125.286.326

141.362.319.180

134.718.916.110

118.471.046.137

79,41%

2012

2013

2014

MIGAS
1. Pertanian
2. Industri
3.
Pertambangan
4. Tambang
5. Lainnya
TOTAL

8.256.129.240
139.734.142.520

8.657.501.046
131.400.677.062

9.346.942.583
123.826.398.210

7.685.056.757
108.906.172.419

5,15%
73,00%

0

0

0

1.469.109.269

0,98%

1.120.562.055
14.452.511
191.689.471.527

1.277.521.075
26.619.997
186.628.669.880

1.515.022.225
30.553.092
178.178.816.605

388.639.246
0,26%
22.068.446
0,01%
149.186.815.495 100,00%

Gross domestic product 2015
(millions of US
Ranking Economy
dollars)
1
United States
17,946,996
2
China
10,866,444
3
Japan
4,123,258
4
Germany
3,355,772
5
United Kingdom
2,848,755
6
France
2,421,682
7
India
2,073,543
8
Italy
1,814,763
9
Brazil
1,774,725
10
Canada
1,550,537
11
Korea, Rep.
1,377,873
12
Australia
1,339,539
Russian
13
1,326,015
Federation
14
Spain
1,199,057
15
Mexico
1,144,331
16
Indonesia
861,934
17
Netherlands
752,547
18
Turkey
718,221
19
Switzerland
664,738
20
Saudi Arabia
646,002
Berdasarkan jumlah produk domestik bruto Indonesia pada tahun 2015 maka Indonesia termasuk
dalam G-20 yakni Negara – negara yang memiliki produk domestik bruto tertinggi di dunia dan
besarnya PDB Indonesia mengalahkan Thailand yang berada di urutan ke - 27, Malaysia yang
berada di urutan ke - 35 dan Singapura di urutan ke -38.
Pengertian Suku Bunga dan Teori Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengertian, Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa
atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%).

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
Konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2002: 121)
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya,
yaitu:
Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah
yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank
kepada nasabahnya. Contoh: jasa.
Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus
dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga
pinjaman merupakan pendapatan yang diterima nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga
bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik
dan demikian sebaliknya.
Teori Tingkat Suku Bunga
a) Teori Klasik
Teori bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini, tinggi
rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal
telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barangbarang dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula
tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal.
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga pada perekonomian akan
mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung
sangat tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan
masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluaran
guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut klasik adalah balas jasa
yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena
menunda konsumsinya.

Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil
keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari
investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut).
Bilamana terjadi kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada dorongan untuk
menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.
Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini tingkat tabungan
yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman tingkat bunga bergerak naik (berpindah
dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna melakukan investasi) berkurang.
Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya (mereka akan bersaing menawarkan
sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau kembali pada tingkat bunga io.
Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor (pengusaha) akan
bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan
untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara
penawaran dengan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu
barang, maka tingkat bungapun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan
permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan
dan investasi.
Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say (pendapat Baptis Say)
bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Dengan berttitik tolak dari Hukum
Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang
mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan, maka
pergerakan naik turunnya tingkat bunga hanya bersifat sementara. Bilamana telah tejadi tarik
menarik penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar
barang) tingkat bunga keseimbangan akan tercipta kembali.
b) Teori Keynes
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity Preference Theory of Interest”.
Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh preference dan suplly of money. Liquidity
preference adalah keinginan memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif
transaksi, berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada pandangan
Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas jasa yang diterima seseorang
karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya (permintaan uang).
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat bunga. Hubungan yang
negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini dapat diterangkan Keynes, dia
mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal
(natural rate). Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada
suatu keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi

mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna
menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya
akan mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik.
Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena masyarakat akan
melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang
kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas. Hal ini akan
menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan makin menurun. Bila tingkat bunga
turun berarti ongkos memegang uang rendah, sehingga permintaan uang kas naik. Permintaan
ini akan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga keseimbangan pada io terjadi bila jumlah kas
yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga
(di atas io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi
(tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan.
Bilamana tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io) masyarakat akan
menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar menjual obligasi yang dipegang. Tindakan
untuk menjual inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai
dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam
menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa besar kebutuhan dana
yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan
suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan meningkatkan suku
bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara
permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan akan turun.
2. Target Laba yang Diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah
satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang
diinginkan besar maka bunga pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk
menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan)
yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan demikian sebaliknya.

4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh mlebihi batasan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan ada batasan
minimal.untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara
sehat.
5. Jangka Waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu sangat menentukan.
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan
besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga
simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin
rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku
bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan
resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang
kurang bonafid factor resiko kredit macet cukup besar.
7. Produk yang Kompetitif
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman. Kompetitif maksudnya
adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga
kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga
pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga.
Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan
nasabah biasa (sekunder).
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka tingkat persaingan dalam
memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing ketat dengan bank
lainnya.

Mekanisme Penetapan Suku Bunga Pinjaman Bank
Saat Anda mengajukan pinjaman di bank, tentu hal yang pertama Anda pertimbangkan adalah
besarnya suku bunga yang ditetapkan bank tersebut.

Masing-masing bank memberikan tingkat suku bunga yang berbeda, ada suku bunga yang tinggi
dan juga ada bank yang memberikan suku bunga rendah. Masing-masing bank memang diberikan
kebebasan dalam penetapan suku bunga pinjaman asalkan tidak terlalu tinggi dan menyalahi aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Bunga adalah salah satu bagian penting dari perbankan untuk mendapatkkan keuntungan, bunga
tersebut merupakan imbalan atau ajsa yang diberikan nasabah atas pinjaman yang diberikan oleh
bank. Dalam perbankan dikenal beberapa suku bunga diantaranya adalah bunga sederhana dan
bunga berbunga.
Bunga sederhana merupakan bunga hasil dari besarnya pokok utang, suku bunga per periode dan
juga lamanya pinjaman dari bank tersebut. Sedangkan bunga berbunga yang diterapkan oleh
beberaa bank sering juga dikenal dengan buang majemuk.
Bunga majemuk merupakan bunga yang berasal dari nilai pokok suatu pinjaman yang akan terus
berubah pada akhir periodik bersamaan dengan penambahan nilai pokok beserta bunganya.
Beberapa perusahan perbankan dan juga perusahan jasa keuangan saat ini menerapkan suku bunga
yang sangat ringan pertahun.
Suku bunga yang sering diterapkan bank biasanya sebesar 11, 25% hingga 13,30 % Pa. Bank juga
sering menetapkan suuku bunga tetap dan suku bunga mengambang.
Suku bunga pinjaman pada tahun 2014 pada beberapa indrusri perbankan ini memang mengalami
peningkatan menjadi sekitar 8, 67%. Untuk suku bunga yang diberikan kepada nasabah dalam hal
deposito, deposan akan mendapatkan bunga dengan kisaran 11% lebih-lebih pada kelompok bank
BUKU 4 dan 3. Di Indonesia suku bunga yang diterapkan pada bank umumnya adalah sekitar
11,25% hingga 13,30% untuk bank umum atau kkonvensional.
Suku bunga yang diterapkan bank untuk kredit mikro berkisar antara 16% hingga 23%. Persaingan
suku bunga yang terdapat pada perusahaan industri perbankan saat ini banyak ditentukan oleh
pemilik dana besar yang bisa menguasai hampir 45% dari sumber dana perbankan yang
bersangkutan.

Perbankan di Indonesia memang sering mendapatkan kucuran dana dari pemilik dana besar yang
menekan perusahaan perbankan untuk memberikan bunga yang tinggi atas dana yang
didepositokannya.
Sudah tidak asing lagi bila di Indonesia meman terjadi persaingan suku bunga, masing-masing bank
memberikan suku bunga yang berbeda, hal ini juga termasuk trik untuk mendapatkan nasabah
sebanyak-banyaknya. Nasabah cenderung akan memilih bank yang memberikan suku bunga rendah
untuk pinjaman sedangkan nasabah akan memilih suku bunga tinggi untuk deposito yang mereka
tanamkan di bank. Bahkan suku bunga saat ini juga dipengaruhi oleh lembaga keuangan yang
memberikan layanan kredit lunak dan bunga rendah kepada masyarakat.
Pemerintah dalam hal penetapan suku bunga harus mendapatkan masukan dari bank-bank yang ada
di Indonesia. Penetapan suku bunga maksimal DP dibuat dengan mempertimbangkan keuntungan
biaya dalam penempatan dana nasabah pada tingkat suku bunga SUN, Jadi, pada tanggal 1 Oktober
2014 penetapan suku bunga perbankan akan diterapkan.
Perbankan di Indonesia dalam rangka menetapkan suku bunga maksimum harus melaksanakan
penuruhan suku bunga kredit yang telah ditetapkan jika suku bunga tersebut tidak sesuai dengan
keputusan pemerintah. Selain itu , bank juga harus melakukan perluasan kredit dengan hati-hati dan
juga untuk mempertimbangkan dana yang dimiliki.
Pemberian suku bunga DPK yang ditetapkan oleh departemen pengawas perbankan baik
perusahaan perbankan Indonesia adalah sebesar 7,75% saja untuk pinjaman hingga 2 milyar rupiah.
Departemen pengawas perbankan pun jug a harus melakukan monitoring terhadap perbankan agar
tingkat suku bunga yang ditetapkan bisa dijalankan dengan baik.
Penentuan suku bunga yang terlalu tinggi bagi perusahaan perbankan memang bukan cara yang
tepat. Di satu sisi hal ini memang menguntungkan pihak bank, namun di sisi lain tentu saja nasabah
yang akan dirugikan. Semakin banyaknya pertumbuhan perusahaan perbankan di Indonesia, hal ini
juga menjadikan suku bunga yang ditetapkan berubah-ubah. Seperti persaingan suku bunga dan ini
adalah fakta perusahaan perbankan di Indonesia.
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan diumumkan

kepada publik. Suku bunga Bank Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan likuiditas di
pasar uang yang akan berpengaruh untuk mencapai sasaran kebijakan moneter. BI rate menjadi
acuan langsung suku bunga SBI, suku bunga Pasar Uang Antar Bank dan juga mempengaruhi suku
bunga perbankan oleh semua bank-bank di Indonesia. Semua produk perbankan yang mempunyai
unsur bunga akan terpengaruh dengan kebijakan ini, baik itu suku bunga deposito maupun suku
bunga kredit. Suku bunga kredit, dari mulai bunga kredit investasi, kredit konsumsi maupun KPR,
hingga semua varian-varian dibawahnya.
Fungsi BI Rate
Ada tiga fungsi utama (setahu saya) dari penetapan BI rate, yaitu antara lain: mengendalikan inflasi,
mengontrol nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan mengontrol kondisi neraca transaksi
berjalan.
1. BI Rate sebagai instrument pengontrol inflasi
Hukum ekonomi mengatakan bahwa harga terbentuk atas penawaran dan permintaan (supply
and demand). Ketika BI menerapkan kebijakan uang ketat (Tight Money Policy) dengan
menaikkan suku bunga, diharapkan dapat menyerap uang yang beredar di masyarakat karena
bunga deposito yang menarik. Karena jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang,
demand atas consumer goods menjadi turun, otomatis harga menjadi turun.
Data inflasi dikeluarkan oleh BPS. Dimana komponen-komponen yang menentukan perhitungan
inflasi dikelompokkan dalam tujuh kelompok pengeluaran yaitu: bahan makanan; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sandang,
kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Melihat komponen-komponen diatas dapat dikatakan bahwa harga yang lebih perlu dikontrol
ketimbang angka inflasi, bahkan dengan mengontrol harga otomatis angka inflasi juga
terkendali (mungkin mengontrol harga lebih susah). Bagi masyarakat yang lebih utama ialah
harga bahan pokok terjangkau sedangkan besarnya angka inflasi tidak menjadi perhatian.
Kebijakan uang ketat dapat mengontrol harga dari sisi penawaran (demand), tapi untuk
kebutuhan pokok seperti bahan makanan, listrik dan gas sepertinya lebih relevan diintervensi
dari sisi supply. Mengontrol dari sisi supply dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
produksi, hal ini malah menjadi bertolak belakang dengan kebijakan meningkatkan suku bunga.
Karena peningkatan kapasitas produksi lazimnya membutuhkan tambahan modal, sementara
bunga yang tinggi membuat produk consumer goods nya menjadi mahal yang artinya justru
meningkatkan angka inflasi. Mengendalikan inflasi dengan menaikkan Suku bunga Bank
Indonesia atau BI rate seharusnya bersifat jangka pendek, untuk jangka panjang menurut saya
justru malah kontra produktif. Tapi kenyataannya selama ini BI rate kita selalu tinggi.

2. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Nilai Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
Dengan menaikkan BI rate, diharapkan aliran modal asing untuk berinvestasi di Indonesia
menjadi lebih meningkat. Karenanya permintaan terhadap rupiah menjadi meningkat otomatis
nilai rupiah juga terapresiasi, karena nilai tukar mata uang juga ditentukan oleh supply and
demand. Tapi hal ini hanya masuk akal kalau BI rate “hanya” berpengaruh terhadap suku bunga
instrument investasi dalam bentuk rupiah.
3. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Kondisi Neraca Transaksi Berjalan
Dengan penetapan tinggi rendahnya suku bunga bank oleh Bank Indonesia maka akan
berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil oleh para pengusaha dan direksi perusahaan
dalam melakukan kegiatan impor. Hal ini disebabkan karena pembayaran yang akan dilakukan
terhadap sebuah kegiatan impor tidaklah kecil selain harga barang maka pembeli harus
menanggung ongkos angkut (freight), bea masuk, serta pajak dan pengeluaran (spending) dalam
jumlah banyak akan berpengaruh terhadap keseimbangan neraca keuangan perusahaan yang
bisa berakibat pada permohonan kredit pada lembaga keuangan.

BI Rate
BI Rate
(Based on decision of board meeting)

17 December 2015

7.50 %

Press Release Link

Suku bunga bank di Indonesia termasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara – negara lain
sehingga berdampak perekonimian khususnya industri riil dimana umumnya membutuhkan
tambahan dana yang biasanya diperoleh dari kredit dan bunga pinjamannya tinggi. Bunga usaha
tinggi akan mempengaruhi biaya produksi (ekonomi biaya tinggi) sehingga harga jual produk jadi
tinggi. Tingginya harga barang mengakibatkan terjadinya inflasi dan salah satu cara untuk
mengatasi inflasi yaitu dengan menaikan suku bunga bank.

Indeks Harga Konsumen

Indeks harga konsumen (bahasa Inggris: consumer price index) adalah nomor indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household).
IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan
untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK
pada masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah
yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga secara
makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price
Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya
sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja
masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu
(sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli
konsumen.
Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/
laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di
Indonesia.
Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah Badan
Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang
dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang
mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks
tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.
Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan menghitung harga sekelompok
barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa
relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks yang dipakai untuk
mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP),
yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen).
Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:
IHK = (Pn/Po)x100 Di mana, Pn = Harga sekarang Po = Harga pada tahun dasar

Contoh: Harga untuk jenis barang tertentu pada tahun 2005 Rp10.000,00 per unit, sedangkan harga
pada tahun dasar Rp8.000,00 per unit maka indeks harga pada tahun 2005 dapat dihitung sebagai
berikut.
IHK = (Rp 10.000 / Rp 8.000) x 100 = 125
Ini berarti pada tahun 2005 telah terjadi kenaikan IHK sebesar 25% dari harga dasar yaitu 125-100
(sebagai tahun dasar). Sedangkan untuk menghitung tingkat inflasi digunakan rumus sebagai
berikut.
Inflasi = {(IHKn - IHKo)/IHKo}x 100%
Dimana, IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu
Contoh: Pada guntingan berita di atas Kepala BPS Choiril Maksum mengemukakan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57. Terjadi
kenaikan indeks dari 127,91 pada September 2005 menjadi 164,45% pada bulan Oktober 2005.
Dikatakan pada berita tersebut terjadi inflasi sebesar 28,57% dari bulan September 2005 sampai
Oktober 2005. Bagaimana kita menghitung angka 28,57%?
Inflasi = {(164,45% - 127,91%)/127,91%}x 100% = 28,57 %
Jadi jelas bahwa angka 28,57 % tersebut dihitung dengan rumus di atas.

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,
2005, 2006, 2007, Jan-Mei 2008 ( 2002=100 ), Juni 2008 - Desember 2013 ( 2007 = 100 ), Januari
2014 - Juni 2016 (2012=100)
2015
2016
Bulan
IHK
Inflasi
IHK
Inflasi
Januari
118,71
-0,24
123,62
0,51
Februari
118,28
-0,36
123,51
-0,09
Maret
118,48
0,17
123,75
0,19
April
118,91
0,36
123,19
-0,45
Mei
119,50
0,50
123,48
0,24
Juni
120,14
0,54
124,29
0,66
Juli
121,26
0,93
Agustus
121,73
0,39
September
121,67
-0,05
Oktober
121,57
-0,08
November
121,82
0,21
Desember
122,99
0,96
Tingkat
3,35
1,06
Inflasi

Ketenagakerjaan
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia :
1. Penduduk sebagai Sumber Daya dalam Pembangunan Ekonomi.
Penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya dikategorikan menjadi dua, yaitu penduduk
usia kerja (15 hingga 65 tahun) dan penduduk di luar usia kerja.
Penduduk usia kerja dikategorikan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (lebih 10
tahun). Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke atas yang selama
seminggu sebelum pencacahan bekerja atau mempunyai pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan
mereka tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Bekerja adalah kegiatan melakukan suatu
pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau
keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu secara berturut-turut dan tidak
terputus. Angkatan kerja yang bekerja dikategorikan bekerja penuh apabila dalam seminggu
memiliki jam kerja selama 35 jam atau lebih.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan peluang bagi penduduk untuk melaksanakan fungsinya sebagai
sumber ekonomi dalam proses produksi untuk mencapai kesejahteraan.
Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan
melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan.
Kesempatan kerja meliputi kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk bekerja sesuai dengan
pendidikan dan keterampilan, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Semakin banyak
orang yang bekerja berarti semakin luas kesempatan kerja. Kesempatan kerja dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu

i

kesempatan kerja permanen, artinya kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja

ii

secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja;
kesempatan kerja temporer, artinya kesempatan kerja yang hanya memungkinkan orang bekerja

dalam waktu relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru.
iii Indikator Ketenagakerjaan
a. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah tingkat beban yang harus ditanggung oleh
setiap penduduk yang produktif.
DR
=
PDUK
PUK
DR
= Dependency Ratio
PDUK
= Penduduk di Luar Usia Kerja
PUK
= Penduduk Usia Kerja
b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja
dan jumlah seluruh penduduk usia kerja.
TPAK
=
AK
PUK
TPAK
= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
AK
= Angkatan Kerja
PUK
= Penduduk Usia Kerja
c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang
sedang mencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.
TPT
=
PT
AK
TPT
= Tingkat Pengangguran Terbuka
PT
= Penganggur Terbuka
AK
= Angkatan Kerja
3. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja merupakan nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB)
dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah tersebut.
4. Pengangguran
Pengangguran ada dua macam, yaitu pengangguran terbuka dan pengganguran terselubung.
 Penganggur terbuka (open unemployment) meliputi seluruh angkatan kerja yang mencari
pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekerja
sebelumnya
 Penganggur terselubung (underemployment) adalah pekerja yang bekerja dengan jam kerja
rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal atau kurang dari 35 jam dalam seminggu),
namun masih mau menerima pekerjaan. BPS mengkategorikan penganggur terselubung
menjadi dua macam, yaitu pekerja yang memiliki jam kerja kurang dari 35 jam per minggu
karena sukarela (kemauan sendiri) dan ada juga yang terpaksa.
5. Jenis Pengangguran
Pengangguran yang ada di suatu negara dapat dikelompokkan menurut faktor penyebab
terjadinya, yaitu
a) Pengangguran Voluntair, yaitu pengangguran yang terjadi secara sukarela karena mencari
pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik;
b) Pengangguran Teknologi, yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya
penggunaan alat-alat mesin, komputerisasi, bahkan robot dalam proses produksi, yang

merupakan produk teknologi, hal ini mengakibatkan penggunaan tenaga kerja menjadi
berkurang;
c) Pengangguran Deflatoir, yaitu pengangguran yang terjadi karena menurunnya kegiatan
perekonomian suatu negara sehingga permintaan masyarakat ikut menurun, hal ini
mengakibatkan perusahaan mengurangi kapasitas produksinya, atau bahkan menghentikan
produksinya, akibatnya terjadi pengurangan pekerja;
d) Pengangguran Struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan pada
struktur ekonomi dari suatu negara, misalnya dari struktur ekonomi pertanian ke struktur
ekonomi industri, hal ini menyebabkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sesuai
dengan tenaga kerja yang tersedia, akibatnya terjadi pengangguran.
Contoh
Akibat perekonomian beralih dari sektor pertanian ke sektor industri maka tenaga kerja yang
tadinya bekerja pada sektor pertanian tidak dapat bekerja.
6. Penyebab Pengangguran
Penyebab terjadinya pengangguran di suatu negara, di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.
b) Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja.
c) Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.
d) Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
e) Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, antara lain perusahaan yang
menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang
kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)

sebagainya.
Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha.
Masih sulitnya arus masuk modal asing.
Iklim investasi yang belum kondusif.
Tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu.
Kemiskinan.
Ketimpangan pendapatan.
Urbanisasi.
Stabilitas politik yang tidak stabil.
Perilaku proteksionis sejumlah negara maju dalam menerima ekspor dari negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia.
p) Keberadaan pasar global.
Dampak penggangguran terhadap pelaksanaan pembangunan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendapatan nasional menurun
Pendapatan per kapita masyarakat rendah
Produktivitas tenaga kerja rendah
Upah yang rendah
Investasi dan pembentukan modal rendah
Sumber utama kemiskinan
Pemborosan sumber daya dan potensi yang ada

8. Dampak sosial lainnya yang ditimbulkan oleh pengangguran sehingga akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembangunan nasional, antara lain:
 Menjadi beban keluarga dan masyarakat
 Penghargaan diri yang rendah
 Kebebasan yang terbatas
 Mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), data ketenagakerjaan di
Indonesia hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta orang, berkurang sebanyak 5,9
juta orang dibanding Februari 2015 dan bertambah sebanyak 510 ribu orang dibanding Agustus
2014.
Penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta orang, berkurang 6,0 juta orang
dibanding keadaan Februari 2015 dan bertambah 190 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2014.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen meningkat dibanding TPT
Februari 2015 (5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94 persen).
Selama setahun terakhir (Agustus 2014–Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi
terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan
sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92
persen).
Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta
orang (70,12 persen), sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak
6,5 juta orang (5,63 persen).
Pada Agustus 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke
bawah sebesar 44,27 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya
sebesar 8,33 persen.
(https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1196 )
Pasar Eceran (Retail)
Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001:70) menyebutkan : Perdagangan eceran adalah semua
kegiatan penjualan yang langsung berhubungan barang atau jasa ke konsumen akhir untuk
pemakaian non-bisnis atau pribadi. Pedagang eceran sangat berperan dalam membantu produsen
dalam penjualan produknya, karena mereka adalah ujung tombak yang langsung berhadapan dengan
konsumen akhir atau pemakai.

Menurut Winardi (1986:148) untuk mengetahui pengecer, dapat diklasifikasi dengan macammacam cara, yakni menurut:
1. Jenis operasi
Kita dapat membedakan empat macam jenis operasi sebagai berikut:
a) Toko yang berdagang eceran (retail store)
b) Penjualan melalui pengiriman pos (mail order selling)
c) Penjualan dari rumah ke rumah (house-to-house-selling)
d) Penjualan dengan bantuan mesin otomatis (automatic vending)
2. Barang-barang yang dijual
3. Toko-toko yang berdaga