Peran Kendala dan Tantangan LPSK

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

OPINI Kompasiana | 26 April 2013 | 09:08
Peran, Kendala, dan Tantangan LPSK
Oleh : Duloh Suherman
Pendahuluan
Pasca Tahun 1998 hingga sekarang, proses transisi
menuju demokrasi dan penegakan HAM di Indonesia belum
terlihat tanda-tanda yang meyakinkan ( convincing – signs ).
Belum terwujudnya stabilitas politik yang krusial bagi
pemulihan dan kehidupan ekonomi rakyat pada umumnya
serta krisis kepercayaan rakyat pada pemimpin dan elite politik
serta penegakan HAM bukan hanya disebabkan kontroversi
dan reperkusi politik, tetapi juga karena elite politik dan
banyak kalangan masyarakat belum siap dengan apa yang
disebut dengan civilized democracy / Demokrasi Keadaban.[1]
Kemerosotan keadaban itu bisa dilihat dengan tak
berdayanya law and order dikalangan masyarakat luas dengan
masih terpuruknya wibawa aparat hukum dan keamanan, yang
pada gilirannya hukum hanya seperangkat aturan permainan

bagi para mafia hukum yang menimbulkan banyak anekdot
real di negeri ini; kasus penjara berkelas seperti hotel
berbintang , kasus cicak dan buaya , Century Bank, adu - jotos
Anggota Dewan terhormat, Jual - beli suara Pemilu dan Pilkada
dibeberapa tempat,, Penodaan agama, tergusurnya para
koruptor , yang mengakibatkan sang komandan KPK
tersandung kasus pembunuhan sang Direktur suaminya Rani
Juliani, terlepas melanggar KUHP atau mungkin karena
konspirasi politik, yang jelas semakin menambah pahitnya
kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa ini.[2]
Kasus terorisme, hingga demo anarkis para mahasiswa
, serta tawuran warga dan pelajar di beberpa wilayah sangat
Page 1 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

dilematis ,belum lagi persoalan “Gayus” pemuda milyader
asisten sutradara markus, Video Ariel yang menyentakan
tempramen bangsa , belum tretrkait dengan bencana di mana

mana; tsunami Aceh, mentawai ., merapi, bromo serta banyak
lagi yang tak tersebut karena keterbatasan penulisan naskah
ini. Panggung realita kehidupan ini diracik sedemikian rupa
oleh Tuhan Yang Maha Esa yang memang telah diatur oleh Nya
untuk ‘ suatu pelajaran ‘ dan diharapkan dapat ‘ menemukan
kembali wujud dan bentuk aslinya atau jati diri bangsa ini yang
memiliki karakter khas bangsa ini.
Dari proses pendewasaan ini, Indonesia patut
berbangga dan bersyukur kepada Allah,/ Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan inspirasi dan keberanian pada
para pemimpin bangsa ini, terutama pada wakil rakyat(
Anggota DPR-RI , yang telah bersusah payah merumuskan
undang – undang terkait perlindungan saksi dan korban.
Pengakuan atas eksistensi Saksi dan Korban dalam Proses
Peradilan Pidana di Indonesia, perlahan-lahan mulai diakui.
Pengakuan tersebut tercermin dari lahirnya berbagai
Peraturan Per-undang-undangan yang mengakui hak-hak Saksi
dan Korban.Lahirnya berbagai peraturan Per-undangundangan ini dapat dilihat sebagai tonggak perubahan
paradigma atau cara pandang terhadap keberadaan saksi dan
korban.[3]

Peran LPSK
Peningkatan jumlah permohonan yang masuk ke LPSK
menunjukkan masyarakat sudah mengetahui keberadaan
LPSK. Jumlah ini pun meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu
yang hanya mencapai 340 permohonan, jumlah permohonan
yang masuk lebih banyak kasus pidana umum sebanyak 233
Page 2 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

permohonan, seperti pembunuhan, pelecehan seksual,
penipuan dan lainnya. Pelanggaran HAM 123 permohonan,
kasus korupsi 26 permohonan, KDRT 10 permohonan,
narkotika lima permohonan dan kasus traficking sebanyak 15
permohonan. Hingga akhir tahun 2012 jumlah permohonan
yang masuk ke LPSK mencapai 500 lebih permohonan, jumlah
permohonan yang masuk untuk bantuan restitusi (ganti rugi)
korban tindak kejahatan masih minim. Jumlah permohonan
untuk bantuan restitusi hanya 26 permohonan. Jumlah

permohonan yang masuk lebih cenderung pada perlindungan
fisik dan perlindungan hukum saja, sementara bantuan medis,
psikologi dan restitusi masih terhitung sedikit.[4]
Dari data diatas, ini berarti peran LPSK semakin sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, persoalan yang timbul adalah
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pemohon dan
instansi serta lembaga yang terkait dalam pemberian
perlindungan dan bantuan LPSK tersebut adalah mengenai
jangkauan LPSK yang saat ini masih tersentralisasi di ibu kota,
bagaimana dengan kecepatan dalam penanganan terhadap
saksi dan korban yang diberikan LPSK jika berada di luar
jakarta, serta pertanyaan-pertanyaan terkait pembentukan
LPSK di daerah. Sejak mulai berdiri tahun 2008 hingga saat ini
keberadaannya, LPSK tidak dapat memungkiri bahwa
permohonan yang masuk ke LPSK tidak hanya datang dari
jakarta saja melainkan dari daerah juga hal ini dapat kita lihat
pada data Unit Penerimaan Permohonan pada tahun 2010 dari
154 permohonan ke LPSK 111 diantaranya berasal dari luar
jakarta dan hanya 43 permohonan saja yang berasal dari
propinsi DKI Jakarta. hal ini telah membuktikan antusiasme

dari masyarakat daerah tentang keberadaan LPSK di daerah.
Page 3 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

Maka peran LPSK kedepannya adalah bagaimana membentuk
perwakilan dalam pendelegasian hirarkis independent di
dareah. Hal ini , dimaksud agar LPSK mampu berperan aktif
dalam mem-follow-up dalam menangani permohonan dari
sejumlah kasus yang masuk ke LPSK, terutama terkait kasus
permohonan Restitusi
Perwakilan LPSK Daerah
Pemahaman yang kurang terhadap hak-hak saksi dan
korban oleh masyarakat di daerah maupun aparat penegak
hukum itu sendiri menjadi sebuah permasalahan tersendiri
bagi LPSK ketika memberikan perlindungan dan bantuan
kepada saksi dan korban di daerah, hal ini dikarenakan
keterbatasan informasi yang diperoleh di daerah dibandingkan
dengan masyarakat dan aparat penegak hukum yang berada di

Jakarta ataupun pulau jawa, sosialisasi yang dilakukan LPSK di
daerah menjadi bagian penting dalam hal ini. Untuk hal
penanganan korban di daerah saat ini LPSK lebih berfokus
pada pemulihan terhadap diri korban, pemberian bantuan
terhadap korban tindak pidana pun menjadi sangat penting
untuk menunjukan peran dan kepedulian Negara atas hak-hak
korban sebagai orang yang dinilai paling dirugikan dalam
kerangka proses peradilan pidana.
Pada dasarnya perlindungan dan bantuan bagi saksi
dan korban di Indonesia yang diberikan Negara melalui LPSK
sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 ini difokuskan pada tindak pidana/kasus-kasus tertentu
seperti penjelasan Pasal 5 ayat (2) yang dimaksud dengan
“kasus-kasus tertentu”, antara lain tindak pidana korupsi,
tindak pidana narkotika/psikotropika, tindak pidana terorisme
dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan
Page 4 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014


korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan
jiwanya, tetapi pada kenyataanya perlindugan dan bantuan
bagi saksi dan korban saat ini bukan hanya diperlukan untuk
tindak pidana atau kasus-kasus tertentu seperti dimaksud
penjelasan Pasal 5 ayat (2) tersebut melainkan tindak pidana
umum lainnya yang bersentuhan dengan konflik sosial di
Indonesia terutama masyarakat di wilayah luar Jakarta dan
luar pulau jawa yang sedikit lebih sensitif dengan
permasalahan hukum yang dialami terlebih bila berada dalam
posisi sebagai korban. Keberadaan LPSK sebagai lembaga yang
memberikan penaganan terhadap hak-hak saksi dan korban
diharapkan dapat menjadi bagian yang penting dan tak
terpisahkan dari sistem peradilan pidana di indonesia.[5]
Sebagai contoh kasus, Paska diumumkannya Kopassus
sebagai pelaku penyerangan Lembaga Pemasyarakatan
Cebongan, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
sudah dapat dipastikan harus bekerja sangat serius, fokus dan
ini akan semakin bisa dtangani jika existensi LPSK daerah dapat
berkoordinasi secara linieritas dengan instansi terkait secara

lokal terlebih dahulu, dan baru dapat ditingkatkan kedalaman
kasusnya untuk di set up di pusat.
Kendala dan Tantangan LPSK
Kendala yang terpenting adalah terkait dengan
kemampuan LPSK menangani dan menindaklanjuti
permohonan sejumlah kasus yang masih terabaikan atau
‘hutang’. Artinya LPSK harus dapat menginventarisir secara
detail sejumlah kasus dan meng-clusternya, untuk dapat
diklasifikasi, mana kasus yang sudah running well
penanganannya, tapi belum putus dalam rapat pleno LPSK.
Kemudian LPSK juga harus mampu secara teliti aturan
Page 5 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

permainan waktu jatuh tempo kasus yang harus segera
ditangani, maka kendala dan tantangan terpenting adalah ,
sebagai berikut :
1. Keutuhan dan Integritas serta Professionalitas TIM LPSK

dalam menjalankan tugas.
Kata kunci ini sangat penting , bagi Lembaga Negara
sejenis, termasuk LPSK. Volume kerja yang begitu tinggi,
kemudian berbagai karakter dan latar belakang anggota LPSK
dan SDM ( Sumber Daya Manusia ) pendukung di dalam LPSK,
sering terjadi gesekan, sehingga kurang solid, hal ini akan
menghasilkan kultur kerja yang kurang baik.
2. Integritas dan Kwalitas SDM pendukung
Kwalitas SDM pendukung sangat penting, terutama
yang terkait dengan fron liner office pengaduan dan bank data
pengaduan yang harus selalu di up-grade dan di referes.agar
bisa selalu up-date progress report kasus dimaksud.Hal ini juga
sangat berpengaruh dan berdampak sistemik, contoh, seperti
kasus bocornya ‘sprindik’ anas di KPK, yang dibocorkan oleh
sekretaris pribadinya, dan ini bersinggungan juga dengan point
3, yakni Review SOP Layanan Prima
3. Up-grading & Reviewing SOP Layanan Prima
Hal ini dimaksudkan agar seluruh aktivitas kerja dan
kinerja dapat berjalan dan selalu meningkat jika prosedur
dalam sitem layanan dimaksud dapat dijalankan dengan baik.

4. Synergize
Sinergis, ini sebenarnya masih berhubungan dengan
point – point sebelumnya, intinya adalah bahwa yang
terpenting satu sama liannya tidak diperkenankan “jalan
sendiri-sendiri” (Combine the strengths of people through

Page 6 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

positive teamwork, so as to achieve goals no one person could
have done alone).
5. Good will dari seluruh aparat penegak hukum
Point 5 ini , menjadi sangat penting, karena
keberhasilan tugas LPSK adalah Keberhasilan “Demokrasi &
Penegakkan Hukum,” masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Keberhasilan ini dapat diukur dari upaya
pemberian restitusi terhadap korban. Data penanganan LPSK
terhadap pengajuan restitusi menunjukan respon pengadilan

yang cukup beragam, yakni jumlah Permohonan Restitusi Yang
diterima LPSK sebanyak 26 orang, Jumlah Permohonan
Restitusi Yang Sudah Diajukan Ke Pengadilan sebanyak 26
orang, Jumlah Permohonan Yang Sudah Diputus ditingkat
pengadilan 21 orang dengan amar putusan mengabulkan
permohonan restitusi 1 korban sebesar Rp. 11.600.000 (sudah
diputus di Mahkamah Agung), amar putusan Pengadilan
Negeri Menggala Lampung yang mengabulkan permohonan
restitusi 1 orang korban sebesar Rp. 14.700.000, Pengadilan
Negeri Jakarta Timur mengabulkan permohonan restitusi 7
orang korban traffiking sebesar Rp.300.000.000, Pengadilan
Negeri Bukittinggi menolak permohonan restitusi 1 Orang
korban pembunuhan, Pengadilan Negeri Jakarta Utara
Menolak permohonan restitusi 10 Orang korban
penganiayaan, Pengadilan Negeri Magetan menerima
permohonan restitusi 1 orang korban pembunuhan.
6. Meminimalisir serangan balik
LPSK mencatat modus serangan balik yang dialamatkan
saksi pun beragam sepanjang tahun 2012, mulai dari laporan
balik tindak pidana pencemaran nama baik, pemalsuan

Page 7 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

keterangan sampai pada jebak kepemilikan narkoba dan lain
sebagainya.
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban yang menyatakan bahwa
instansi terkait sesuai dengan kewenangannya wajib
melaksanakan keputusan LPSK sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang tersebut, selama ini justru kerap
diabaikan, dan bahkan upaya penerapan pidana dalam
Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban dalam
ketentuan Pasal 37 sampai dengan Pasal 43 nyaris tak pernah
digunakan.[6].
Dari data diatas, jelas bahwa untuk meminimalisir
serangan dimaksud adalah adanya kerjasama dan koordinasi
dari seluruh instansi terkait, juga kesadaran dan keberanian
dari para saksi dan korban. Untuk itu, maka ponit berikut ini
sangat penting, yakni sosialisasi dan pendidikan kesadaran
hukum bagi masyarakat yang tematiknya adalah perlindungan
atas saksi dan korban.
7. Sosialisasi dan Pendidikan atas kesadaran hukum bagi
masyarakat
Sosialisasi dan pendidikan sangat penting bagi
masyarakat, yang memberikan akses trasnfer ilmu dan
wawasan kesadaran hukum atas saksi dan korban, agar
mereka berani dalam memberikan kesaksian . Jika hampir
semua masyarakat memiliki sikap yang berani dan sadar
bahwa mereka harus berani dalam memberikan kesaksian atas
kasus – kasus yang dialami dan atau disaksikan , maka dapat
dipastikan “wibawa Hukum’ dan “wibawa Pemerintah” dapat
diwujudkan secara bersama-sama untuk kemungkinan
sepanjang masa.
Page 8 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

Tantangan LPSK ke depan ?
Dari sejumlah kasus yang masih menjadi dark numbers,
hukum telah menjadi sejumlah aturan rekayasa, yang hanya
mampu dipermainkan dan dimainkan oleh orang – orang yang
mampu mempermainkannya. Hukum pun kini ‘bak sarang laba
– laba , hanya binatang kecil lah yang dapat dijerat, sementara
binatang besar dan buas dengan mudahnya merobek – robek
sarng laba – laba tersebut. Andai saja setiap individu
masyarakat Indonesia , terutama para penegak hukumnya
mampu untuk ‘ menahan selera’ atas penawaran – penawaran
yang menggiurkan , maka Indonesia tak mungkin kehilangan
bentuk seperti ini.
Keadaan seperti ini, bisa dipastikan karena tidak
adanya keberanian dari para saksi dan korban untuk memberi
kesaksian atas apa yang telah disaksikan atau dialaminya.
Seperti kesaksiaan untuk mengungkap kasus mutilasi hak-hak
rakyat. Mutilasi adalah sebuah trend di tengah masyarakat
modern, pelakunya sering disebut ‘Psikopat’ , pembunuh
berdarah dingin. Sadis, kejam , brutal , ngeri dan sangat seram.
Tanpa dosa mereka mampu melakukan hal yang sangat keji
tersebut dengan sikap dan prilaku yang ‘nyantai’. Pelaku
mutilasi biasanya mampu memotong hingga bagian terkecil
dari potongan tubuh si korban, dengan sebillah pisau atau alat
pemotong lainnya. Tetapi ada satu persoaalan masyarakat
yang juga sangat ‘trendy’ saat ini , yakni mutilasi hak- hak
rakyat, hingga bagian yang sangat terkecil. Pelakunya tentunya
sama ‘ si Pembunuh berdarah dingin’. Mereka memutilasi hakhak rakyat tidak dengan sebilah pisau atau alat pemotong
lainnya, tetapi mereka ( oknum ) memutilasi rakyat dengan
‘keangkuhan’ kursi dan kekuasaannya.
Page 9 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

Perlindungan atas saksi Mutilasi wibawa Hukum
Mutilasi kini telah merambah ranah hukum. Wibawa
dan kepastian hukum telah dengan mudahnya dimutilasi.
Gayus salah seorang sang pelaku mutilasi berdarah dingin
dengan sikap dan gayanya yang khas dengan mudahnya
memutilasi wibawa dan kepastian hukum, alat pemotongnya
adalah ; Rupiah , Dolar dan Celengan.
Perlindungan atas saksi Mutilasi Jaringan ekonomi , pajak
dan century
Sampai saat ini pelaku mutilasi ‘ mayat’ yang bernama
century belum, terungkap, padahal masyarakat luas sangat
antusias ingin mengetahui siapa pelaku mutilasi mayat yang
bernama century tersebut. Yang sangat menghebohkan publik
adalah adanya indikasi serangkaian aksi yang sistemik dari
mutilasi mayat century tersebut, yakni jaringan ekonomi ,
mafia pajak dan century, walaupun hal tersebut adalah suatu
dugaan yang tidak sangat beralasan , tetapi realitanya adalah
bahwa public sedang disuguhkan suatu tayangan telenovela
yang sepertinya ada keterkaitan antara mafia pajak dan
century.
LPSK ; Kejujuran dan keberanian minoritas kreatif
Dalam kata pengantar bukunya Soegeng Sarjadi :
Kepemimpinan dan Etika, ( PT Bhineka Profesindo, 2009, h. iv )
., mengutip Toynbee, peradaban bermula ketika manusia
mampu menjawab tantangan lingkungan fisik yang keras dan
berhasil menjawab tantangan lingkungan social. Selain kondisi
lingkungan , Toynbee juga mengajukan factor adanya
minoritas kreatif ialah sekolompok manusia atau bahkan
individu yang memilki self – determining factor ( Kemampuan
untuk memilih apa yang hendak dilakukan secara tepat dengan
Page 10 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

semangat yang kuat ).Tantangan lingkungan yang ditangani
oleh minoritas kreatif itulah yang membuat sejarah tetrcipta.
Minoritas kreatif memilki peran yang sangat penting di dalam
perkembangan sebuah peradaban. Maka LPSK adalah bagian
dari minoritas kreatif.
Simpulan
Peran LPSK sangat penting bagi penegakkan hukum dan
terwujudnya demokrasi yang berkeadaban di Indonesia. Hali
ini terlihat dari animoo masyarakat yang mengadukan
persoalannya terkait perlindungan saksi dan korban, juga
terlihat pada masih banyaknya persoalan – persoalan hukum
yang begitu banyak belum terselesaikan akibat pehaman
masyarakat akan pentingnya sebuah kesaksian dalam
penyelesaian sebuah kasus hukum.
Secara inventarisasi sederhana dari penulis terkait
kendala dan tantangan LPSK kedepan adalah sebagai berikut :
1. Keutuhan dan Integritas serta Professionalitas TIM LPSK
dalam menjalankan tugas.
2. Integritas dan Kwalitas SDM pendukung
3. Up-grading & Reviewing SOP Layanan Prima
4. Synergize
5. Good will dari seluruh aparat penegak hukum
6. Meminimalisir serangan balik
7. Sosialisasi dan Pendidikan atas kesadaran hukum bagi
masyarakat
8. Perlindungan atas saksi Mutilasi wibawa Hukum
9. Perlindungan atas saksi Mutilasi Jaringan ekonomi , pajak
dan century

Page 11 of 12

Dimuat kembali pada Jurnal Hukum Elektronik FH-UWIN
Februari 2014

[1] Duloh Suherman, Indonesia Hilang Bentuk ,
Info’Ulumuddin, ( Jakarta: 1999)
[2] Ibid
[3] Abdul Haris Semendawai.Kuliah umum Victimologi
FH UI, 4 Okt 2010
[4]———————————-, Antara, Jakarta : Kamis
(13/9 2011 )
[5] Lawrully’s Blog Powered by WordPress.comTop of
Form
Bottom of Form
[6]PERS RELEASE LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN
KORBAN NOMOR: 57/PR/LPSK/XI/2012 “Minimalisir Serangan
Balik Saksi, LPSK Gelar Rapat Koordinasi Aparat Penegak
Hukum”

Page 12 of 12