PSIKOLOGI MEDIA MASSA PSIKOLOGI KOMUNIK

“PSIKOLOGI MEDIA MASSA”
MATA KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Disusun Oleh :
Brigita Tyas Ratih K

210110150058

Fari Hashifah

210110150061

Vazzareyno Galih

210110150068

Lauditta Nurseptia

210110150067

Noor Dina Camelia


210110150080

Ilmu Komunikasi B
Kelompok 7

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam setengah abad terakhir ini, media massa sangat berkembang pesat
di Indonesia. Banyak media baru yang bermunculan. Pesatnya perkembangan
komunikasi dan teknologi ini membuat perubahan secara cepat dimana-mana.
Hal ini dapat mempengaruhi prilaku manusia seiring denganperkembangan
media massa. Dalam jurnalnya, Fischoff (2005) menjelaskan bahwa

perkembangan awal dari media masa berasal dari riset yang ia lakukan selama
90 tahun yang lalu dengan seorang prikolog.
Media massa dalam penyajiannya sangat memicu perubahan dan
membawa pengaruh kepada masyarakat. Media masa menunjukan bagaimana
seseorang melihat pribadinya dan cara ia berinteraksi dengan lingkungannya,
takkala membawa efek negatif dan positif. Media masa sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang (gaya hidup). Arus informasi yang terus
menerpa kehidupan kita akan menimulkan pengaruh terhadap perkembangan
jiwa, terutama anak-anak dan remaja.

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Sebagai informasi bahwa media massa membawa efek dan pengaruh
terhadap kondisi psikologi manusia.
1.2.2 Memahami teori-teori yang bersangkutan dengan media massa, sebagai
referensi bagi pada pembaca makala ini.

1.3 Rumsan Masalah
1.3.1 Efek Kehadiran komunikasi massa, efek kognitif, efek afektif, dan efek
behavioral komunikasi massa.
1.3.2 Teori-teori mengenai komunikasi massa.


BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI MEDIA MASSA

A. Efek Kehadiran Komunikasi Massa
Teori McLuhan, disebut teori teori perpanjangan alat indera (sense
extension theory), menyatakan bahwa media massa adalah perluasan dari alat

indera manusia; telepon adalah perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah
perpanjangan dari mata. Ia bependapat bahwa yang memengaruhi kita bukan
apa yang disampaikan media, tetapi jenis media komunikasi apa yang kita
gunakan (interpersonal, media cetak, atau televisi). Menurut Steven H. Chaffe
ada lima hal tentang efek :
1. Efek ekonomis, bahwa kehadiran media massa mengerakkan berbagai
usaha. Seperti: produksi, distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa.
2. Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi
sosial akibat kehadiran media massa
3. Efek pada penjadwalan kegiatan, penjadwalan kembali kegiatan seharihari.
4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, orang menyalurkan

perasaannya dengan mengunakan media massa.
5. Efek pada perasaan orang terhadap media, bagaimana orang menggunakan
media massa untuk memuasakan kebutuhan psikologis.

B. Efek Kognitif Komunikasi Massa
Dalam kognitif komunikasi massa, kita banyak mengulas tentang citra.
Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas.
Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Komunikasi tidak secara, langsung
menimbulkan perilaku tertentu, ujar Roberts (1977), “tetapi cenderung

memengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan;dan
citra inilah yang memengaruhi cara kita berperilaku.” Kita akan menelaah efek
kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.


Pembentukan dan Perubahan Citra

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa
bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi dapat
membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut

McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita dari media
massa kita memperoleh alat indera kita. dengan media massa kita
memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang kita alami
secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya.
Karena itu media massa dapat menjadi jendela kecil untuk menyaksikan
berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita.
Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan
realitas yang ditampilkan media masa. Misalnya saja, televisi yang sering
menampilkan

adegan

kekerasan

menjadikan

penonton

cenderung


memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.
Dalam hal ini jelas citra dunia dan lingkungan sosial dipengaruhi oleh apa
yang dilihatnya di televisi ataupun media massa lain.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi karena pada masyarakat
modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media
massa. Dari media kita dapat menentukan mana isu yang penting dan
mana yang tidak. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa
yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting.



Agenda Setting

Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media
massa menyaring berita, artikel atau tulisan yang akan disiarkannya.
Secara selektif, penyunting redaksi atau wartawan mementukan mana yang
pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian
atau isu diberi bobot tertentu dalam penyajian (ruang suat kabar, waktu
pada televisi atau radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada
surat kabar dan frekuensi pemuatan). Bagaimana media massa menyajikan

peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media.
Karena khalayak memperoleh banyak informasi melalui media massa,
maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public
agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada
anggota-anggota masyarakat tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang
mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai
masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (community salience).


Efek Prososial Kognitif

Bila media massa seperti televisi, radio, atau surat kabar
menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna. Tetapi apakah
khalayak memperoleh manfaat? Disini akan dibahas bagaimana media
massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Inilah
yang disebut efek prososial. Contohnya, bila televisi menyebabkan kita
mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, berarti televisi
menimbulkan efek prososial. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat
miskin di pedesaan, dan hati anda terdorong untuk menolong mereka,
media massa menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar

membuka

dompet

bencana

alam

dan

menghimbau

menyumbang, maka terjadi efek prososial kognitif.

anda

untuk

C. Efek Afektif Komunikasi Massa



Pembentukan dan perubahan sikap

Menurut Joseph Klepper (1960), berdasarkan penelitian yang
komprehensif mengenai media massa, dalam hubungannya dengan
pembentukan dan perubahan sikap,

pengaruh media massa dapat

disimpulkan pada lima prinsip umum :
1. Pengaruh komunikasi massa, faktor-faktornya seperti predisposisi
personal, proses selektif, keanggotaan kelompok
2. Faktor-faktor diatas berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang
ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai agent of change.
3. Komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi (perubahan
seluruh sikap).
4. Komunikasi massa efektif dalam bidang dimana pendapat orang lemah
(misalnya pada iklan komersial).Komunikasi massa afektif dalam
menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada

predisposisi yang harus diperteguh.
Perubahan sikap secara berarti tidak ditemukan oleh peneliti sebabnya
1) alat ukur yang digunakan oleh peneliti gagal mendeteksi perubahan
tersebut;.
2) terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima
konsepsi yang sudah ada sebelumnya;
3) ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang
saling menghapus, artinya orang menerima bukan saja media massa
yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga menentang hal
tersebut;

4) media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tetapi hanya
memperkokoh kecenderungan yang sudah ada sehingga setiap pihak,
dengan kampanye berusaha menghindari pindah ke pihak lain;
5) umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap politik yang
didasarkan pada keyakinan yang dipegang teguh, bukan pada sikap
yang berlandaskan kegiatan yang dangkal;
6) diduga, mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang
lebih terpelajar;
7) diduga, media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi

melewati dulu pemuka-pemuka pendapat;
8) media massa tidak mengubah pendapat,

tetapi memengaruhi

penonjolan suatu isu di atas isu yang lain.


Rangsangan Emosional

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional
pesan pada media massa :
a) Suasana emosional (mood) : dalam mempersepsi sesuatu, suasana
mental sangat berpengaruh.
b) Skema kognitif : naskah pada pikiran kita yang menjelaskan alur
peristiwa yang dapat juga terbentuk karena induksi verbal atau
petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretatif.
c) Suasana terpaan : kondisi sekitar akan memengaruhi dalam emosi pada
saat memberikan respons.
d) Predisposisi individual : mengacu pada karakter individu yang khas,
semua orang berbeda-beda.
e) Tingkat identifikasi khalayak terhadap tokoh dalam media massa :
sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan di
media massa


Rangsangan Seksual

Merupakan rangsangan yang muncul akibat adegan-adegan erotis di
media massa, yang kita kenal dengan pornografi. Beberapa ahli
menggunakan istilah SEM (Sexually Explicit Materials) atau erotika.
Erotika merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai moral, mendorong
orang gila seks, dan merangsang gairah seksual. Stimuli erotis, yaitu
stimuli yang membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli
internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh
organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues)
yang bersifat visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan (kinesthetic),
dan intelektual.
Menurut tokoh Baron dan Byrne, erotika telah diungkapkan sejak
masa kemanusiaan yang paling dini. Di dunia modern sekarang, erotika
menjadi komoditi yang laku. Minat orang pada erotika timbul karena
beberapa motif, antara lain rasa ingin tahu dan aphrodisiac. Seks sendiri
dikenal pertama kali dari media erotika.

D. Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima atau efek
prososial behavioral (dan pada perilaku agresif). Selanjutnya, akan diulas
teori-teori yang menjelaskan efek komunikasi massa pada peristiwa-peristiwa
sosial.


Efek Prososial Behavioral

Salah satu perilaku prososial memiliki keterampilan yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain. Teori psikologi yang menjelaskan efek
prososial media massa adalah teori belajar sosial menurut Bandura.
Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi
dari peniruan atau peneladanan (modeling). Artinya, kita mampu memiliki

keterampilan tertentu bila terdapat jalinan positif yang kita amati dan
karakteristik kita.


Agresi Sebagai Efek Komunikasi Massa

Agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak
atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan seperti itu (Baron dan
Byrne, 1979:405). Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang
cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk
perilakunya. Kita dapat menduga penyajian cerita atau adegan kekerasan
dalam media massa akan menyebabkan orang melakukan kekerasan pula,
dengan kata lain mendorong orang menjadi agresif.


Teori-teori Efek Sosial Komunikasi Massa
Menurut Gerbner, televisi berfungsi untuk menanamkan ideologi
dan dapat dianalisis (cultivation analysis). Semakin sering seseorang
menonton televisi maka akan semakin mirip persepsinya tentang realitas
sosial dengan apa yang disajikan di televisi. Selain iru Gerbner juga
mengembangkan konsep mainstreaming (mengikuti arus) dan resonance
(apa yang disaksikan di televisi cocok dengan apa yang terjadi di
lingkungan)
David P. Phillips memiliki sebuah teori yaitu teori imitasi dan
sugesti. Teori ini mengungkapkan bahwa apa yang disajikan pada media
televisi akan membuat penonton mengimitasi berita tersebut pada
kehidupan nyata. Apabila ada berita tentang bunuh diri maka hal itu akan
mendorong masyarakat untuk bunuh diri pula. Phillips menyebutkan
bahwa proses imitasi tersebut sebagai penularan cultural (culture
contagion) dengan enam karakteristik didalamnya.
a) Periode inkubasi
Suatu peristiwa di imitasi setelah tiga atu empat hari berikutnya

b) Imunisasi
Orang tidak akan terpengaruh untuk mengimitasi hal yang diberitakan
bila telah diberikan berita terkait secara kecil-kecilan.
c) Penularan khusus dan umum
Kisah yang diberitakan dapat menular secara umum dan khusus.
d) Kerentanan untuk ditulari
Orang yang memiliki sakit secara psikologis (sering gagal, rendah diri,
kehilangan pegangan hidup) akan mudah mengimitasi kisah yang
diberitakan.
e) Media infeksi
Berita lebih cepat menular jika diberitakan pada surat kabar
dibandingkan televisi.
f) Karantina
Mengurangi publisitas berita yang negatif atau dapat mencantumkan
pada halaman ke 3 atau 4 pada surat kabar karena hal itu mengurangi
imitasi berita pada kehidupan nyata.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Media massa merupakan perluasan dari alat indera manusia; telepon
adalah perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah perpanjangan dari mata.
Media massa memberikan pengaruh atau efek berupa efek Kognitif yang
berkaitan dengan pembentukan dan perubahan citra, agenda setting, dan efek
prososial kognitif. Selanjutnya ada efek afektif yang membahas pembentukan dan
perubahan sikap, rangsangan emosional, dan rangsangan seksual. Lalu efek
behavioral yang didalamnya berkaitan dengan efek prososial behavioral dan agresi
sebagai efek komunikasi massa. Terakhir, menurut Phillips, manusia dapat
mengimitasi berita yang disiarkan melalui media massa. Media massa telah
banyak mengubah perilaku kita lebih dari apa yang kita sadari dan telah menjadi
agama resmi masyarakat industri.

DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
Morissan.2010.Psikologi Komunikasi.Bogor:Ghalia Indonesia
Ardianto,

dkk.2009.Komunikasi

Massa

Revisi.Bandung:Simbiosa Rekatama Media

Suatu

Pengantar

Edisi

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA KONSEP KELISTRIKAN BERBASIS VIDEO LIVE

8 69 67

EFEKTIVITAS MEDIA PENYAMPAIAN PESAN PADA KEGIATAN LITERASI MEDIA (Studi pada SMA Negeri 2 Bandar Lampung)

15 96 159

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN GRAFIS KELAS VII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 51 68