Gambaran Umum Profesi Bisnis dan

Gambaran Umum Profesi Bisnis
1.1 Hakikat Bisnis
Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja di tengah-tengah masyarakat atau
merupakan sebuah komunitas yang berada di tengah-tengah komunitas lainnya. Bisnis
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, mulai dari jaman prasejarah, abad
pertengahan, era merkantilisme, fisiokrat, klasik, sampai jaman modern yang sangat
komplek. Kompleksitas bisnis berkaitan langsung dengan kompleksitas masyarakat.
Menurut Bertens (2000:13) bisnis sebagai kegiatan social pada hakikatnya dapat
dipandang dari 3 (tiga) sudut yang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi, moral dan
hukum.
 Sudut Pandang Ekonomi
Bisnis adalah salah satu kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan ini
adalah tukar-menukar, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, dan
interaksi manusia lainnya dengan maksud memperoleh untung. Bisnis
berlangsung sebagai komunikasi social yang menguntungkan para pihak yang
terlibat. Bisnis selalu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan perusahaan
dapat disebut organisasi yang berdiri untuk memperoleh keuntungan. Dengan cara
cukup jelas, bisnis sering dilukiskan sebagai “to provide products or service for a
profit”
Keuntungan atau profit hanya muncul dalam kegiatan ekonomi yang memakai
sistem keuangan. Dalam bisnis modern untung diekspresikan dengan uang. Pada

pertukaran barang dengan barang (barter) tidak diperoleh profit, walaupun para
pihak memperoleh manfaat. Bisnis merupakan perdagangan yang bertujuan
khusus memperoleh keuntungan financial. Profit yang dihasilakan dalam kegiatan
bisnis bukan diperoleh secara kebetulan, tetapi melalui upaya-upaya khusus.
Dipandang dari sudut ekonomis good business atau bisnis yang baik adalah bisnis


yang banyak membawa untung.
Sudut Pandang Moral
Dengan tetap mengakui peran sentral dari sudut pandang ekonomis dalam bisnis,
perlu ditambahkan sudut pandang lain yaitu moral. Mengejar keuntungan adalah
hal wajar asalkan tidak merugikan/mengorbankan pihak lain. Kepentingan dan
hak orang lain harus diperhatikan demi kepentingan bisnis itu sendiri. Perilaku etis
penting dalam bisnis untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan posisi
financial bisnis itu sendiri. Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik bukan saja
bisnis yang menguntungkan, melainkan bisnis yang baik secara moral. Perilaku

yang baik dalam bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma



moral.
Sudut Pandang Hukum
Hukum merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Peraturan hukum merupakan kristalisasi atau
pengendapan dari keyakinan moral. Dalam praktek hukum, banyak masalah
timbul dari kegiatan bisnis. Jika perilaku bisnis itu legal, maka dari sudut moral
juga dipandang baik. Bisnis harus menaati peraturan yang berlaku. Bisnis yang
baik berarti bisnis yang patuh pada hukum. Namun, sikap bisnis belum terjamin
etis, bila hanya dibatasi pada hukum saja.
Dari sudut pandang hukum, indikatornya juga cukup jelas, yaitu bahwa bisnis
yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar hukum. Indikator yang digunakan
untuk menentukan baik buruknya bisnis dari sudut pandang moral Menurut
bertens (2000:28) terdapat tiga tolok ukur yang dapat digunakan, yaitu :
1. Hati Nurani
Suatu perbuatan dikatakan baik jika dilakukan sesuai dengan hati nurani.
Tindakan yang bertentangan dengan hati nurani dapat menghancurkan
integritas pribadi. Hati nurani merupakan norma moral yang penting tetapi
sifatnya subjektif, sehingga tidak terbuka bagi orang lain. Oleh karena itu,
penilaian tidak dapat hanya dilakukan dari sudut hati nurani saja,
melainkan harus dilakukan bersamaan dengan norma-nomra lain.

2. Kaidah Emas
Cara yang lebih objektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral
adalah Kaidah Emas yang berbunyi: “Hendaknya memperlakukan orang
lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan.” Atau bila dirumuskan
secara negatif akan menjadi: “janganlah lakukan terhadap orang lain apa
yang anda sendiri tidak ingin lakukan orang lain terhadap anda.” Misalnya,
kalau tidak ingin ditipu, janganlah menipu orang lain.
3. Penilaian Masyarakat
Cara lain yang paling ampuh digunakan untuk menilai perilaku moral
adalah dengan menyerahkan kepada masyarakat umum untuk dinilai. Cara
ini juga disebut audit sosial. Audit sosial menuntut adanya keterbukaan
dan transparasi. Perilaku yang kurang etis biasanya sengaja
disembunyikan. Tingkah laku yang baik secara moral, tidak akan takut

dengan transparasi.
1.2 Karakteristik Profesi Bisnis

Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah hidup dengan
menggunakan keahlian dan keterampilan dengan melibatkan komitmen pribadi dalam
melakukan pekerjaan tersebut. Bisnis modern mensyaratkan untuk melakukan dan

menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang yang profesional. Bisnis merupakan
kegiatan menjual citra kepada masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan mereka
secara prima, baik, dan jujur melalui penawaran barang dan jasa yang bermutu dan harga
yang wajar.
Profesionalisme akhirnya menjadi keharusan dalam bisnis. Hanya saja sikap profesional
dalam bisnis terbatas pada kemampuan teknis menyangkut keahlian dan keterampilan
yang terkait dengan bisnis: manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan
seterusnya. Orang-orang yang professional selalu berarti orang-orang yang mempunyai
komitmen pribadi yang tinggi, yang serius dalam pekerjaan, yang bertanggungjawab
terhadap pekerjaannya agar tidak merugikan orang lain.
Menurut keraf (dalam Rindjin, 2004:63) suatu profesi yang diperlukan dan dihargai
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan khusus yang ia
peroleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang membentuk
profesinya, yang membedakannya dengan orang lainnya. Barang atau jasa yang
bermutu dan dengan harga yang kompetitif hanya dapat dihasilkan oleh
profesionalisme.
2. Terdapat kaidah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada peraturan yang
menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan yang biasa disebut kode
etik ini sekaligus menunjukan tanggungjawab professional dalam melakukan

pekerjaan, seperti kode etik dokter, wartawan, pengacara, akuntan, dan
sebagainya. Untuk menjaga kemurnian dan ketepatan pelaksanaan kode etik ini,
dibentuklah organisasi profesi. Organisasi profesi ini berkewajiban menjaga nama
baik organisasi, melakukan seleksi anggota baru dan bila perlu memberikan
sanksi kepada anggota yang melanggar kode etik profesi.
3. Seseorang perlu memiliki izin khusus atau lisensi untuk bias menjalankan suatu
profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari orang-orang
yang tidak professional. Tergantung dari jenis profesi, setelah seseorang
memenuhi persyaratan yang ditentukan dan telah melalui pengujian dan
pemeriksaan yang seksama sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ia akan diberi
lisensi oleh pemerintah atau organisasi profesi.

4. Memberikan pelayanan pada masyarakat. Keuntungan harus dibayar sebagai
akibat logis dari pelayanan kepada masyarakat, bahkan keikutsertaan dalam
menyejahterakan masyarakat, adalah citra perusahaan yang baik.
1.3 Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholders ke Pendekatan Stakeholder
Shareholders atau stockholders paradigma merupakan sebuah paradigma dimana Chief
Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak
manajemen sebagai pemegang mandat (agency) berusaha memperoleh keuntungan
sebesar – besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang

saham (principal). Seakan – akan pemegang saham merupakan pihak yang paling
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan
evalusi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi
manajemen hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini mendorong
manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian
mengakibatkan adanya pihak – pihak lain yang dirugikan.
Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya
manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu diperhitungkan
secara seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran
bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain stockholders, wajib juga diperhatikan
kepentingan pihak – pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak
berkepentingan (stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi
atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis.
Perusahaan berdiri ditengah – tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu – satunya
alasan mengapa bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan – hubungan yang terjalin
kedalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran
bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak
yang terkaityang berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan
dihargai. Pendekatan ini bermuara pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan

manapun dalam kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan
etis demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis.
Adapun lingkungan yang berada di sekitar perusahaan adalah pemegang saham,
kelompok pendukung,media massa, kelompok sosial, pemerintah asing, pemerintah
setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan kreditur.
Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok primer
Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders), kreditur,
pegawai, pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang paling
penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok
primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok
primer tersebut. Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak
boleh merugikan satupun kelompok stakeholders primer diatas. Dengn kata lain,
perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok
tersebut, seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa,
bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah
kita menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang
paling konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari

keuntungan.
2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok
sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya dan
masyarakat setempat.
Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh
lebih penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan
dijaga kepentingan mereka. Misalnya, kelompok sosial semacam LSM, baik
dibidang lingkungan hidup, kehutanan maupun hak masyarakt lokal. Demikian
pula pemerintah nasional mupun asing. Juga, media massa dan masyarakat
setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat
setempat bisasangat mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu
perusahaan beroperasi tanpa memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan
prasarna lokal, lapangan kerja setempat dan lainnya, akan menimbulkan suasana
sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan
tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus pandai
menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders
tersebut secara berimbang. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan
kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga dari aspek – aspek lain secara

berimbang. Balanced Scorecard yang dikemukakan oleh Kaplan & Kaplan pada
tahun 1970-an merupakan salah satu pendekatan yang kini banyak digunakan

dalam melakukan perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan.
Balanced Scorecard menekankan perhatian secara berimbang antara kinerja dari
aspek internal dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial. Implementasi
pendekatan ini menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya
perhatian terhadap stakeholders.
1.4 Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis
1. Tanggung Jawab Moral Bisnis
Persoalan pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakala kondisi
bagi adanya tanggung jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang
memungkinkan kita menuntut agar seseorang bertanggung jawab atas tindakannya.
Ini sangat penting, karena tidak sering kita menemukan orang yang mengatakan
bahwa tindakan itu bukan tanggung jawabku. Paling sedikit ada tiga syarat penting
bagi tanggung jawab moral:
 Tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan sadar
dan tahu. Tanggung jawab hanya bisa dituntut dari seseorang kalau ia
bertindak dengan sadar dan tahu akan tindakannya itu serta konsekwensi dari
tindakannya. Hanya kalau seseorang bertindak dengan sadar dan tahu, baru

relevan bagi kita untuk menuntut tanggung jawab dan pertanggungjawaban
moral atas tindakannya itu.
 Tanggung jawab juga mengandalkan adanya kebebasan pada tempat pertama.
Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang
atas tindakannya, jika tindakannya itu dilakukannya secara bebas. Jadi, jika
seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu tindakan, secara moral ia
tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakan itu. Hanya orang yang
bebas dalam melakukan sesuatu bisa bertanggung jawab atas tindakannya.
 Tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan
tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia
melakukan tindakan itu. Sehubungan dengan tanggung jawab moral, berlaku
prinsip yang disebut the principle of alternate possibilities. Artinya, hanya
kalau masih ada alternative baginya untuk bertindak secara lain, yang tidak
lain berarti ia tidak dalam keadaan terpaksa melakukan tindakan itu.
2. Tanggung jawab sosial
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu

tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan

lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan
sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa
nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR
adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan
community development. Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya di
pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Komitmen pimpinan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial
dan lingkungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas sosial.
b. Ukuran dan kematangan perusahaan
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensimemberikan
kontrubusai ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Namun bukan
berarti perusahaan menengah, kecil dan belum mapan tidak dapat
menerapkan CSR.
c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin overlap-nya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin
kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan
sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau
semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi
semangat kepada perusahaan untuk kontribusi kepada masyarakat.
Argumen yang Menentang Perlunya Tanggungjawab Sosial
Ada beberapa argumen yang berusaha menentang anggapan bahwa bisnis
mempunyai tanggungjawab sosial-moral yaitu :
a. Tujuan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya
Ajaran ini dilontarkan oleh Adam Smith pada tahun 1776 dan mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi setelah itu, bahkan sampai sekarang.
Ajaran ini menekankan bahwa tanggung jawab sosial bisnis tidak lain adalah
mencari keuntungan sebesar-besarnya.
b. Tujuan yang terbagi dan harapan yang membingungkan
Argumen yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa ketelibatan sosial
sebagai perwujudan tanggungjawab sosial akan menimbulkan minat dan
perhatian yang bermacam-macam dari para pimpinan perusahaan yang

membingungkan. Kebingungan ini akan mempunyai dampak negatif dalam
pengambian keputusan antara keterlibatan sosial atau operasi ekonomis.
c. Biaya keterlibatan sosial
Keterlibatan sosial sebagai perwujudan anggungjawab sosial malah akan
memberatkan masyarakat. Dalam kenyataannya biaya yang digunakan untuk
keterlibatan sosian itu bukanlah biaya yangdatang dari perusahaan atau bisnis
itu sendiri melainkan biaya yang dikenakan pada produk yang dikenakan
perusahaan itu. Akibatnya, justru masyarakat sendirilah yang menanggung biaya
itu.
d. Bisnis mempunyai kekuasaan yang sudah memadai
Argumen ini agak sedikit arogan. Yang ingin disampaikan adalah bisnis sudah
mempunyai krkuatan yang sudah memadai sehingga tidak membutuhkan lagi
dukungan kekuatan dari masyarakay, yang harus dibayar dengan tanggungjawab
sosial.
e. Kekurangan tenaga terampil
Kebanyakan pemimpin perusahaan dan tenaga bisnis tidak mempunyai
keterampilan dibidang kegiatan sosial secara memadai. Oleh karena itu, tidak
relevan menurut keterlibatan sosial dari perusahaan. Bahkan, dikatakan bahwa
karena orang bisnis selalumemikirkan keuntungan, mereka tidak tepat untuk
kegiatan sosial yang tidak mencari keuntungan, malah nantinya mereka akan
mengeruk keuntungan dari kegiatan susial terbebut untuk dirinya sendiri.
Argumen yang Mendukung Perlunya Tanggungjawab Sosial
Beberapa argumen yang mendukung perlunya tanggungjawab sosial bisnis, yaitu :
a. Kewajiban moral
Orang bisnis pada umumnya adalah manusia dan anggota masyarakat, seperti
halnya semua manusia lainnya, orang bisnis mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab sosial moral terhadap masyarakat.
b. Terbatasnya sumber daya alam
Bisnis berlangsung didalam kondisi sumber daya yang sangat terbatas. Oleh
karena itu, bisnis diharapkan tidak sekedar mengeksploitasi sumber daya itu
untuk kepentingan jangka pendek melainkan juga memeliharanya untuk
kepentingan pada masa yang akan datang.
c. Lingkungan sosial yang lebih baik
Bisnis berlangsung dalam satu lingkungan sosial yang mendukung
kelangsungan bisnis itu untuk masa yang panjang. Hal ini mempunyai implikasi

etis bahwa bisnis mempunyai kewajiban dan tanggungjawab moral untuk ikut
memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.
d. Bisnis mempunyai sumber-sumber daya
Argumen ini mau menunjukan bahwa bisnis tidak hanya mempunyai uang yang
dapat dipakai untuk kepentingan sosial, melainkan juga mempunyai tenaga
manajer yang kompeten, tenaga ahli yang terampil, tenaga keuangan profesional
yang semuanya sangat berguna bagi masyarakat dan mereka dapat memberikan
sumbangan berharga bagi kelangsungan hidup masyarakat
e. Keuntungan jangka panjang
Argumen ini mau mewujudkan bahwa bagi perusahaan, tanggungjawab sosial
merupakan suatu nilai lebih yang sangat positif bagi perkembangan dan
kelngsungan hidup perusahaan itu pada masa selanjutnya. Dengan
tanggungjawab dan keterlibatan sosial, terciptalah satu cerita yang positif
dimata masyarakat mengenai perusahaan itu. Hal ini akan mendatangkan
keuntungan jangka panjang yang mungkin untuk sekarang tidak dibayangkan.
f. Perimbangan tanggungjawab dan kekuasaan
Bisnis mempunyai keuasaan sosial yang besar. Bisnis mempengaruhi
lingkungan, konsumen, dan kondisi masyarakat. Oleh karena itu,
tanggungjawab sosial ditunjukan sebagai pengimabang atau pengganti
kekuasaan tersebut.
Setidaknya ada tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh suatu perusahaan
dalam merespon dan menerap kan CSR yang sejalan dengan operasi usahanya :
a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan karena itu wajar bila perusahaan
juga turut memperhatikan kepentingn masyarakat. Dengan adanya penerapan
CSR, maka perusahaan secara tidak langgsung telah menjalin hubungan dan
ikatan emosional yang baik terhadap shareholder maupun stakholder.
b. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme (saling mengisi dan menguntungkan). Bagi perusahaan, untuk
mendapatkankeuntungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, adalah
suatu keharusan bagi perusahaan jika dituntuk untuk memberikan kontibusi
positif kepada masyarakat, sehingga bisa mendongkrak citra dan fenomena
perusahaan.
c. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengeleminasi berbagai potensi
mobilitas massa (penduduk) untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan
sebagai akses ekslusifme dan monopoli sumber daya alam yang dieksploitasi

oleh perusahaan tanpa mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi
terciptanya kesejahteraan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berdomisili disekitar wilayah penambangan pada khususnya dan masyarakat
indonesia pada umumnya.
Isi Tanggungjawab Sosial
Bisa dilihat dengan jelas bahwa ada dua jalur tanggungjawan sosial perusahaan
sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan
relasi sekunder. Secara singkat isi tanggungjawab sosial perusahaan adalah sebagai
berikut :
a. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan
dengan perusahaan lain, membayar hutang, memberi pelayanan kepada
konsumen dan pelanggan dengan baik, memperhatikan hak pegawai, dan
sebagainya.
b. Terhadap relasi sekunder, bertanggungjawab atas operasi dan dampak bisnis
terhadap masyarakat pad aumumnya, atas masalah-masalah sosial seperti
lapangan pekerjaan, pendidikan, pemasaran sosial, pajak, dan lainsebagainya.
Berdasarkan isi tanggungjawab sosial itu, maka tanggungjawab sosial bisnis adalah
keterlibatan bisnis dalam mengusahakebaikan dan kesejahteraan sosialmasyarakat,
tanpa terlalu menghiraukan kepentingan untung ruginya dari segi ekonomis.
Tanggujawab sosial dapat dirumuskan dalam dua wujud :
a. Positif : melakukan kegiatan yangg bukan didasrkan pada perhitungan untung
rugi, melainkan didasrkan pada kepentingan dan kesejahteraan sosial.
b. Negatif : tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dari segi ekonomis
menguntungkan, tetapi segi sosial merugikan kepentingan dan kesejahteraan
sosial.
Dalam rangka prinsif bisnis dapat dikatakan bahwa secara maksimum perusahaan
dianut untuk aktif mengupayakan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan melihat isi tanggungjawab sosial perusahaan semacam itu, maka kita dapat
mengatakan bahwa bagaimanapun juga demi kelangsungan hidup suatu bisnis yang
baik untuk jangka panjang, perusahaan atau misnis mengemban tanggungjawab
sosial yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dalam kenyataan, tanggungjawab minimalpun bisa berbenturan dengan prinsip
mencari keuntungan bisnis. Bisnis yang baik atan tetap mengindahkan prinsip
tanggungjawab, kalau perlu mengorbankan kauntungan jangka pendek demi
keuntungan jagka panjang. Jadi, dari segi tuntutan bisnis dan tuntutan etis,
tanggungjawab sosial moral bisnis merupakan suatu tuntutan yang semakin
dirasakan relevansinya dalam operasi bisnis modern. Hanya saja pelaksanaanya
konkretnya diserahkan pada setiap pelaku bisnis sesuai dengan situasi yang
diharapkan.
Keith Davis sebagaimana dikutip oleh weiss (1994:95) menyerahkan 5 kewajiban
yang harus dilakukan oleh bisnis profesional agar dapat bertanggungjawab secara
sosial, yaitu sebagai berikut.
a. Bisnis mempunyai peran sosial sebagai pemelihara sumber daya masyarakat.
b. Bisnis harus bekerja sebagai sebuah sistem terbuka dua arah dengan penerimaan
masukan secara terbuka dari masyarakat dan penyampaian yang terbuka tentang
operasinya kepada publik.
c. Bisaya sosial maupun manfaat dari suatu aktivitas, produk, atau jasa harus
dikalkulasi dan dipertimbangkan secara cermat agr dapat mengambil keputusan
apakah kegiatan itu perlu dilnjutkan atau tidak.
d. Biaya sosial dari setiap aktivitas, produk atau jasa harus diperhitungkan
kedalam harga, sehingga konsumen atau pengguana membayar atas dampak
konsumsinya terhadap masyarakat.
e. Lembaga bisnis ibarat warga negara yang mempunyai tanggung jawab atas
keterlibatan sosial sesuai dengan kompetensinya dimana terdapat kebutuhan
sosial yang penting.
1.5 Kode Etik Berbagai Profesi
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun calon anggota
kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional
anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur
tangan untuk menentukan bagaimana profesional menjalankan kewajibannya.
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan
secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.
Fungsi Kode Etik
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu
profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di
lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan
bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak
boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
Kode Etik Dalam Beberapa Profesi
Kode Etik Dari Kedokteran
1. Kesehatan pasien adalah prioritas dokter. Kode Etik kedokteran International
menyebutkan bahwa ‘’Dokter harus memberikan kepada pasiennya loyalitas
penuh dan seluruh pengetahuan yang dimilikinya.
2. Mempunyai etika untuk menyimpan kerahasiaan pasiennya, kecuali jika
diperlukan untuk bertanggung jawab secara hukum, misalnya dalam pengadilan.
3. Apabila dokter akan melakukan tindakan operasi dan sebagainya, maka dokter
diharuskan untuk meminta ijin tertulis kepada pasien.
Kode Etik Dari IT
Di dalam perusahaan – perusahaan pasti mempunyai setidaknya 1 IT yang bertanggung
jawab terhasap sistem di perusahaan tersebut. Pertanggung jawaban seorang IT yaitu
terhadap software dan hardware.
1. Orang IT sebagai orang yang paling tau akan bisnis proses perusahaan mempunyai
kode etik yang mendasar untuk menjaga kerahasiaannya. Perusahaan sendiri
mengantisipasi hal ini dengan adanya kontrak kerahasiaan yang wajib
ditandatangani oleh orang IT.
2. Kode etik dari IT yang lainnya adalah mendokumentasikan hasil buatannya ke
dalam tulisan, agar bisa dipahami oleh penerusnya/penggantinya. Karena setiap IT
pasti mempunyai logika dari program yang dibuatnya,sehingga tidak mungkin ada
persamaan antara IT satu dengan IT yang lainnya. Hal ini disebut penting sekali
untuk masa depan perusahaan,yaitu apabila IT tersebut suatu saat pindah
bagian,maka penerus atau penggantinya dapat meneruskan,memperbaiki,dan
mengembangkan program yang telah dibuat oleh IT sebelumnya.

3. Selain itu kode etik yang harus dimiliki seorang IT adalah sangat diutamakan
bahwa seorang IT harus mempunyai etika yang membangun. Maksud dari
membangun disini adalah seorang IT mempunyai keahlian yang luar biasa dalam
membuat aplikasi tetapi dengan keahlian mereka tersebut mereka juga bisa
membuat sesuatu yang menghancurkan perusahaan seperti virus,worm.
Penyalahgunaan lain juga bisa seperti menjual data perusahaan untuk
mendapatkan uang, memanipulasi data seperti memperbesar gaji dll.
Kode Etik Jurnalistik
1. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan
keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
2. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan
untuk menyuarakan pendapatnya.
3. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui
masyarakat
4. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan
dokumen.
5. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
6. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban
kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
7. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.

Kesimpulan

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan
segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik.
Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi
paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di
era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik
penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pengendalian Diri. pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masingmasing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun
dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan
tersebut.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility). Pelaku bisnis disini
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang”
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah
satu usaha menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk
meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang
lemah dan sebaliknya.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” Dunia bisnis seharusnya tidak
memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
Etika dalam berbisnis sangatlah penting agar mempererat kerjasama antara satu perusahaan
atau lebih, etika tidak hanya untuk antar perusahaan tetapi juga harus terjalin dengan
masyarakat sekitar bisnis yang sedang di jalani. Menghindari segala bentuk tindak
kecurangan jaga akan meningkatkan keeratan bisnis.

Daftar Pustaka
Dewi, Sayu Ketut Sutrisna. 2011. Etika Bisnis ( Konsep Dasar Implementasi & Kasus).
Denpasar : Udayana University Press
http://feelinbali.blogspot.com/2013/09/tugas-etika-bisnis-pengertian-bisnis.html

http://apeksmutz.blogspot.com/2013/10/hakikat-bisnis.html

ETIKA BISNIS
GAMBARAN UMUM PROFESI BISNIS

OLEH:
NI MADE ARUM SUCAHYANI
I WAYAN NICO SETIAWAN

( 1306305034 )
( 1306305038 )

PUTU YULIA PRANSISKA DEWI ( 1306305039 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2015