1. Tahapan dalam model ADDIE dan ASSURE.

Jawaban soal UTS nomer 1 :
A. Tahapan-tahapan model pengembangan ADDIE:
1.

Analysis (Analisis)
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta
belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan
kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Pada tahap ini membagi fase menjadi tiga segmen yaitu: analisis pebelajar, analisis
pembelajaran (termasuk maksud dan tujuan pembelajaran), dan analisis media pengiriman
online. Kegiatan pada tahap analisis untuk menentukan komponen yang diperlukan untuk
tahap pembangunan selanjutnya yaitu: (1) menentukan karakteristik pebelajar; (2)
menganalisis kebutuhan pebelajar dalam pembelajaran; (3) membuat peta konsep
berdasarkan penelitian awal. Dilanjutkan dengan merancang flow chart memberikan arah
yang jelas untuk produksi produk; (4) menentukan jenis media yang akan dikembangkan; (5)
menganalisis kendala yang ditemukan; (6) merancang assessment untuk menguji kompetensi
pebelajar. Akurasi dalam menyelesaikan tugas, lembar kerja, kuis, dll; (7) menganalisis
perbedaan antara kelas web dan regular; dan (8) mempertimbangkan pedagogis online.
Verbal, visual, taktis, auditori, dll.


2.

Design (Rancangan)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue print). Tahapan yang
perlu dilaksanakan pada proses rancangan yaitu: pertama merumuskan tujuan pembelajaran
yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Kemudian menentukan strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini
ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal
sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.

Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue print yang jelas dan rinci. Data yang
diperoleh untuk pembelajaran TIK berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Silabus dan RPP selanjutnya dikembangkan sebagai panduan untuk menyusun bahan
ajar yang akan dimuat dalam produk pengembangan.
3.

Development (Pengembangan).
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan.

Pada tahap ini dikembangkan e-learning mata pelajaran TIK yang berbasis web. Hal pertama
yang dilakukan dalam pengembangan produk adalah menganalisis pengguna sistem dan halhal apa saja yang bisa dilakukan pengguna dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan
pengguna pada sistem. Pengguna sistem adalah administrator, guru, dan siswa. Karena media
yang dikembangkan berbasis blog, akan membuka kesempatan bagi pengguna umum untuk
ikut mengakses. Administrator adalah pengguna yang paling tinggi hak untuk mengakses
media. Administrator bisa membuat kategori, mengorganisasi isi, mengorganisasi mata
pelajaran, mengorganisasi guru mata pelajaran, memilih dan mengubah tampilan. Guru
memiliki tugas untuk meng-upload materi, memberikan tugas, menilai tugas, dan memantau
perkembangan pembelajaran siswa. Siswa dapat melihat materi, meng-upload tugas,
berdiskusi dalam forum. Pengguna umum hanya dapat melihat materi.

4.

Implementation (Implementasi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang
dikembangkan. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan di-instal atau disetting sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Tahap implementasi pada penelitian ini, dilaksanakan dengan mengujicobakan media secara
langsung. Uji coba media dilaksanakan sebanyak dua tahap yaitu: tahap pertama uji validitas
oleh ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran. Tahap kedua
uji kepraktisan oleh kelompok perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan guru mata

pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Hasil dari uji coba ini dijadikan landasan
untuk melaksanakan tahap evaluasi.

5.

Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi pada penelitian ini dilaksanakan sampai evaluasi formatif bertujuan untuk
kebutuhan revisi. Berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba lapangan yang sudah
dilakukan pada tahap implementasi selanjutnya dilakukan dua tahap analisis data yaitu
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengolah
data berupa masukan, kritik dan saran dari ahli dan uji lapangan untuk selanjutkan dilakukan
revisi bertahap untuk pengembangan media menjadi lebih baik. Sedangkan analisis data
kuantitatif diperoleh dari penilaian responden dalam bentuk angka pada angket yang
diberikan. Semua tahapan evaluasi ini bertujuan untuk kelayakan produk akhir. Layak dari
segi isi, desain dan user friendly.

B. Tahapan-tahapan model pengembangan
Menurut Heinich et al (2005) ( dalam Afandi dan Badarudin, 2011: 22-23) model ini singkat,
menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:

1. ANALYZE LEARNER (Analisis Pelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan belajar
siswa yang penting sehingga mereka mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam
pembelajaran secara maksimal. Analisis pelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pelajar
yang meliputi :
a. General Characteristics (Karakteristik Umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta
etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan
media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran. contoh: Jika pelajar kurang
tertarik terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan menggunakan media yang
memiliki tingkat stimuli yang tinggi, seperti: penggunaan animasi, video, permainan
simulasi, dll.

b. Specific Entry Competencies ( Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa merupakan
sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka
pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa (Smaldino,
2011). Hal


ini

akan memudahkan

dalam

merancang

suatu

pembelajaran

agar

penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
c. Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar yang dimiliki setiap pelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta
didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan
merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya

belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu:
1. Gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca
2. Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta
didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius,
3. Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh
4. Peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.
2. STATES OBJECTIVIES (Menyatakan Tujuan)
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran yang
baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan
apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan
harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran juga perlu memperhatikan dasar dari strategi,
media dan pemilihan media yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses
perumusan tujuan ialah :

a. Tentukan ABCD
Setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan
kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan
media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM. Rumusan baku ABCD tadi
dijabarkan sebagai berikut:

b. A = audience
Pelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta
didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya
sebaiknya jelas dan rinci.
c. B = behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perilaku belajar
mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang
digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
d. C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pelajar dapat belajar
dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari
kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi
pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
e. D = degree
Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti
bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat
dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar,
waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur
pencapaian kompetensi. Ada empat kategori pembelajaran.


1. Domain Kognitif
2. Domain Afektif
3. Motor Domain Skill
4. Domain Interpersonal
3. SELECT METHODS, MEDIA, AND MATERIAL (Memilih metode, media dan bahan)
Dalam langkah ini, pendidik akan membangun jembatan anatara peserta didik dan
tujuan rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi.Metode, media dan
materi harus dipilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik dan
memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan,maka harus dilakukan
pemilihan:


Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para
peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua
kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.



Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih,
tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia

komputer. Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk
mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.



Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan
membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik,
kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer, printer, scanner,
TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik atau tempat
pembelajaran dan peralatan.

4. UTILIZE MEDIA, AND MATERIALS (Memanfaatkan Media dan Materi)

Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan
penggunaan media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana
pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang
tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan di desain. Pendidik harus menjelaskan secara
rinci bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga membantu
peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:



Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan
selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens
dan memperhatikan tujuannya.



Siapkan bahan
Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan
pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan
media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan
media.



Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari
materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.




Peserta didik
Memberitahukan

peserta

didik

tentang

tujuan

pembelajaran.

Pendidik

menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara
mengevaluasi materinya.


Memberikan pengalaman belajar

Di Dalam Mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman Kelas, bukan suatu
cobaan
5. REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (Partisipasi Pelajar)
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas
pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi. Dalam hal ini
guru harus menyiapkan pengalaman pembelajaran bagi siswa. Jika materi berbasis guru,
seharusnya guru lebih bersifat professional. Jika berpusat pada siswa, guru harus
berperan

sebagai

fasilitator,

membantu

siswa

untuk

mengeksplorasi

materi,

mendiskusikan isi materi, menyiapkan materi seperti fortopolio, atau mempresentasikan
dengan teman sekelas mereka.
Belajar yang paling baik bagi siswa yaitu jika mereka secara aktif terlibat dalam
pembelajaran. Siswa yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar,
karena guru hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon
dari siswa. Apapun strategi pembelajarannya guru harus dapat menggabungkan strategi
satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan
strategi lainnya agar siswa aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, seorang guru
harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap siswa belajar secara aktif.
6. EVALUATE AND REVISE ( Penilaian dan Revisi)
Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta
pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh teknologi,
media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang telah kita tetapkan
sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan: apakah teknologi, media dan
materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki lagi.
Berkaitan dengan evaluasi, evaluasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah
pembelajaran. Sebagai contoh, sebelum proses pembelajaran, karakteristik siswa diukur
guna memastikan apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan
metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran,

evaluasi bisa dilakukan menggunakan umpan balik, evaluasi diri atau kuis pendek siswa.
Evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan
diagnosa yang didesain untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan
kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan untuk
mengetahui pencapaian siswa. Evaluasi bukanlah tujuan akhir pembelajaran, namun
sebagai titik awal menuju siklus berikutnya. Langkah terakhir dalam siklus pembelajaran
ini adalah melihat kembali dan mengamati hasil data evaluasi yang telah terkumpul.
Pengajar harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan
serta masing-masing komponennya.