Pengaruh Faktor Budaya dan Etika Terhad

“Pengaruh Faktor Budaya
dan Etika Terhadap Bisnis
Internasional”
Tugas International Business

Bagus Nur Hakim
5114221045

Magister Management Executive
University of Pancasila

Jakarta 2016

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................
ii
BAB I
: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...............................
1
1.2 Perumusan Masalah.....................................
2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................
2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka...............................................
3
2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional
....................................................................3
2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong ..................
3
2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis
Internasional................................................4
2.1.3.1 Enam Cara Bisnis Lintas Budaya .....
4
2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan................
7
2.1.4.Lima Dimensi Orientasi.......................

7
2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultur....
8
2.1.6 Pengertian Etika..................................
8
2.1.7 Teori Etika...........................................
9
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis.......................
10
2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis
....................................................................11
2.1.10 Prinsip Etika Bisnis............................
12
2.1.11Kode Etik Perusahaan........................
14
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Perdagangan Internasional........
15
3.2 Manfaat Perdagangan Internasional ...........
15

3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
..........................................................................16
3.4 Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional
..........................................................................16
3.5 Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional
..........................................................................18
BAB IV : KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan..................................................
21
4.2 Saran..........................................................
21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
23

1

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antar
negara. Hubungan ekonomi tersebut mencakup tiga bentuk hubungan,
pertama berupa pertukaran hasil atau output negara satu dengan
negara lain, kedua berupa pertukaran atau aliran sarana produksi atau
faktor produksi, dan ketiga berupa hubungan utang piutang antar
negara atau hubungan kredit.
Bentuk hubungan tersebut merupakan permasalahan ekonomi
internasional, yang secara garis besar menyangkut aspek: pola atau
bentuk
perdagangan,
harga
ekspor
dan
impor
barang

dagangan/barang modal, manfaat perdagangan, pengaruh pendapatan
nasional, mekanisme neraca pembayaran, politik perdagangan luar
negeri, persekutuan perdagangan, modal luar negeri (investasi) dan
transfer teknologi.
Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang
dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang
terlibat. Pada kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu
negara belum mampu memproduksi barang sendiri tanpa menerima
bantuan dari negara lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi,
memungkinkan suatu negara mengadakan hubungan dagang dengan
negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan impor. Oleh karena
proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka disebut
dengan perdagangan internasional.
Dari uraian di atas, perdagangan internasional (international
trade) dapat didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara
satu negara dengan negara lain, baik mengenai barang ataupun jasajasa, dan dilakukan melewati batas daerah suatu negara. Misalnya
Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan Prancis, Japan,
China, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-lain.
Pemasaran internasional merupakan salah satu bentuk
pemasaran yang telah lama dilakukan oleh orang-orang terdahulu,

banyak sejarah mencatat bahwa perdagangan antar wilayah dilakukan
melalui jalur laut maupun darat, dan para saudagar yang terkenal dan
menjadi pemain utama dalam perdagangan di masa itu diantaranya
saudagar Cina, Arab maupun dari barat seperti spanyol dan portugis.
namun saat itu pemasaran masih dilakukan secara sederhana dan
tradisional, tidak ada strategi-strategi pemasaran khusus dan kompleks
dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.
Kini pemasaran internasional telah jauh mengalami perubahan.
Setiap pelaku usaha harus faham mengenai seluk beluk daerah
pemasarannya agar kegiatan usahanya dapat bertahan dan sukses

1

melakukan kegiatannya secara global, saat ini daerah pemasaran
internasional sudah semakin berkembang dan menjadi lebih kompleks
serta luas, karena daerah pemasaran internasional dibedakan
berdasarkan batas wilayah negara yang memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Sehingga perusahaan yang akan sukses
dan berhasil dalam melakukan pemasaran internasional adalah
perusahaan yang dapat mengetahui seluk-beluk daerah pemasarannya

dengan baik.
Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran
internasional adalah faktor budaya. Pemasar internasional harus
mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk
menghadapi tantangan yang akan dihadapi akibat adanya aspek
budaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan batas wilayah memiliki
budaya yang berbeda-beda. Sehingga Dalam membuat produk, budaya
merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi karakteristik
produk tersebut.
Di sisi lain hubungan bisnis antara pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan bisnis juga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya atau
kebangsaan yang berbeda. sehingga pemasaran internasional memiliki
tantangan tersendiri dalam ke dinamisan faktor budaya internasional
tersebut. Salah sat tantangan yang harus dihadapai oleh perusahaan
global dalah karakteristik perilaku konsumen yang semakin kompleks.
Hal ini karena perilaku pembelian dan kebutuhan konsumen didorong
oleh norma-norma budaya. Latar belakang budaya juga mempengaruhi
konsumen dalam mengolah informasi dan faktor yang memotivasi
konsumen dalam melakukan pembelian. Perusahaan yang melakukan
bisnis global berarti berhubungan dengan konsumen, mitra strategis,

distributor dan pesaing dengan pola pikir budaya yang berbeda.
Oleh karena itu aspek budaya menjadi aspek yang harus
diperhatikan bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan bisnisnya
secara global, sehingga aspek budaya dapat dijadikan landasan
perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasarannya.
Setiap tahun, selama tujuh tahun terakhir para eksekutif senior
dari 250 perusahaan di California selatan telah disurvei mengenai
kegiatan bisnis internasional perusahaan mereka (Aigner dan Kraemer
1994-2000). Di tahun - tahun ini para eksekutif telah mengidentifikasi
“Perbedaan
Budaya”
sebagai
masalah
yang
paling
serius
mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis internasional mereka.
Peraturan pemerintah negara lain juga konsisten disebutkan sebagai
masalah.
Tantangan utamanya adalah yang terkait dengan perbedaan

budaya bagi para eksekutif Amerika dalam mengelola perusahaan
bisnis internasional mereka. Seperti yang disebutkan di atas, hambatan
budaya sering tersembunyi tapi berepengaruh langsung pada bisnis
internasional. Kabar baik dari survey tersebut adalah bahwa semua
hambatan tampaknya mulai berkurang. Hasil riset dengan teknik
wawancara menunjukkan bahwa internet membantu mengatasi waktu
dan hambatan jarak dalam berkomunikasi, bahkan yang lintas budaya

2

lebih efisien. Budaya memiliki dampak luas pada manajemen sumber
daya manusia (Adler 1997). Budaya mempengaruhi bagaimana para
pekerja menanggapi gaji dan insentif non-bayar, bagaimana mengatur
perusahaan, dan bahkan bagaimana eksekutif menyusun dan
menerapkan strategi bisnis internasionalnya.
Selama dekade terakhir penelitian dan literatur tentang etika
bisnis mengalami peningkatan signifikan. Ini tidaklah mengherankan
mengingat betapa kompleksnya etika bisnis dalam organisasi –
organisasi dan pentingnya etika bisnis dalam ajang internasional.
Situasi – situasi etika bisnis menjadi kompleks, mencakup hal – hal

seperti pengharapan sosial, kompetisi yang jujur, perlindungan dan hak
– hak legal, serta tanggung jawab sosial. Etika bisnis juga menimbulkan
konsekuensi potensial bagi banyak pihak, seperti konsumen, pegawai,
pesaing usaha, dan masyarakat umum. Dalam ajang internasional,
pesatnya globalisasi usaha semakin banyak menimbulkan pertanyaan
– pertanyaan tentang etika dalam lingkungan baru dan berbeda (Hyan,
2001).
Hingga saat ini, banyak penelitian empiris yang diarahkan untuk
meneliti faktor – faktor penentu perilaku etis. Faktor – faktor penentu
yang paling banyak diteliti antara lain atribut – atribut personal (seperti
agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, dan usia). Pendidikan serta
pengalaman kerja, kepribadian, nilai – nilai dan keyakinan. Kelompok –
kelompok referen seperti pengaruh kelompok seprofesi, pengaruh
manajemen puncak, serta penghargaan dan sangsi (Hyan, 2001).
Meneliti faktor -faktor penentu etika berperilaku merupakan
langkah yang penting karena dapat menambah pengetahuan tentang
faktor – faktor yang terkait dengan etika bisnis dan pengambilan
keputusan yang etis. Penelitian etika bisnis lebih banyak dilakukan di
negara – negara maju terutama di negara - negara barat dimana hasil
penelitiannya belum dapat diterapkan di negara - negara berkembang

misalnya negara – negara Asia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas paper ini memiliki
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor budaya terhadap perdagangan
internasional?
2. Bagaimana
pengaruh
budaya
terhadap
pemasaran
internasional?
3. Bagaimana pengaruh etika terhadap perdagangan internasional?
1.2

Tujuan Penulisan

Paper ini memiliki tujuan sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor budaya terhadap
perdagangan internasional.

3

2. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemasaran
internasional.
3. Untuk mengetahui pengaruh etika terhadap perdagangan
internasional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka.
2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang
dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang
terlibat. Pada kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu
negara belum mampu memproduksi barang sendiri tanpa menerima
bantuan dari negara lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi,
memungkinkan suatu negara mengadakan hubungan dagang dengan
negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan impor. Oleh karena
proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka disebut
dengan perdagangan internasional.
Dari uraian di atas, perdagangan internasional (international
trade) dapat didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara
satu negara dengan negara lain, baik mengenai barang ataupun jasajasa, dan dilakukan melewati batas daerah suatu negara. Misalnya
Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan Prancis, Jepang,
Cina, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Dengan
demikian perdagangan antarnegara memungkinkan terjadinya:
a. Tukar-menukar barang-barang dan jasa-jasa.
b. Pergerakan sumberdaya melalui batas negara, baik sumber
daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya
modal.

4

c. pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi, sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara
yang terlibat di dalamnya.
d. Memengaruhi perkembangan ekspor dan impor serta Neraca
Pembayaran Internasional (NPI) atau Balance of Payment.
e. Kerja sama ekonomi antar negara di dunia.
2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan
internasional dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perbedaan Sumber Alam
Suatu negara mempunyai kekayaan alam yang berbeda,
sehingga hasil pengolahan alam yang dinikmati juga berbeda.
Oleh karena sumber kekayaan alam yang dimiliki suatu negara
sangat terbatas, sehingga diperlukan tukar-menukar atau
perdagangan.
2. Perbedaan Faktor Produksi
Selain faktor produksi alam, suatu negara mempunyai
perbedaan kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang
dimiliki, dan keterampilan seorang pengusaha. Oleh karena itu,
produk yang dihasilkan oleh suatu negara juga mengalami
perbedaan, sehingga dibutuhkan adanya perdagangan.
3. Kondisi Ekonomis yang Berbeda
Karena adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan
perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat
barang, maka bisa jadi dalam suatu Negara memerlukan biaya
tinggi untuk memproduksi barang tertentu. Sehingga negara
tersebut bermaksud mengimpor barang dari luar negeri karena
biayanya dianggap lebih murah.
4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang
Karena keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan
alam maupun yang lainnya, maka tidak semua barang yang
dibutuhkan oleh suatu negara mampu untuk diproduksi sendiri,
untuk itulah diperlukan tukar-menukar antarbangsa.
5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu
terdapat perbedaan. Adakalanya suatu negara lebih untung
melakukan impor daripada memproduksi sendiri. Namun,
adakalanya lebih menguntungkan kalau dapat memproduksi
sendiri barang tersebut, karena biaya produksinya lebih mudah.
Oleh karena itu, negara-negara tersebut akan mencari
keuntungan dalam memperdagangkan barang hasil produksinya.
6. Adanya Persaingan Antar Pengusaha dan Antar Negara
Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan
kualitas barang hasil produksi dengan biaya yang ringan,
sehingga dapat bersaing dalam dunia perdagangan.
2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis Internasional.
Secara terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan,
aturan, teknik, kelembagaan dan artefak buatan manusia yang

5

mencirikan populasi manusia. Jadi budaya terdiri atas pola-pola yang
dipelajari mengenai perlaku umum bagi anggota dari masyarakat
tertentu, yaitu gaya hidup yang unik dari suatu kelompok atau orang
tertentu. Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku,
kebiasaan, dan sikap yang membedakam suatu masyarakat dari yang
lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam
masyarakata tersebut.
Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk
menyesuaikan diri atau hidup dengan budaya-budaya lain yaitu
menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari budayanya
sendiri dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budayabudaya tersebut sehingga dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall
terdapat dua cara untuk menyesuaikan diri dari budaya yaitu:
a. Menghabiskan seumur hidup disuatu negara tersebut.
b. Menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan
ekstensif yang mencakup karakteristik-karakteristik utama dari
suatu budaya, termasuk budaya itu sendiri.
2.1.3.1 Enam Cara dalam Melakukan Bisnis Lintas Budaya
Internasional
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Lakukanlah Persiapan.
Jangan Terburu – buru.
Bangkitkan Kepercayaan.
Memahami pentingnya Bahasa.
Menghormati Budaya.
Memahami Unsur – Unsur Budaya.

Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis
misalnya dalam pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai
menghambat banyak perusahaan untuk mengunakan bauran
pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga dalam manajemen
sumber daya manusia, budaya nasional merupakan kunci penentu
untuk mengevaluasi para manajer, serta dalam produksi dan keuangan
faktor budaya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dan
keuangan.
2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan.
Berikut beberapa karakteristik kebudayaan yang perlu diperhatikan
karena mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:
a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned
behaviour) yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang
lainnya.
b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).
c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya
kebudayaan berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan
eksternal yang mempengaruhi masyarakat tersebut.
d) Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota - anggota
masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan

6

masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang
yang tidak memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat,
berikut
beberapa pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah
sebagai berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi,
budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok
organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya
tidak spesifik pada perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati
dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia
untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada
bagian lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas
manusia untuk berubah & menyesuaikan diri.
Karena perbedaan budaya terdapat di seluruh negara, sebuah
pemahaman dari pengaruh budaya dalam perdagangan internasional
merupakan hal penting untuk diketahui manajemen internasional. Jika
manajer internasional tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari
Negara lain yang mereka tuju untuk berbisnis, maka hal tersebut akan
menimbulkan bencana bagi perusahaan.
2.1.3.3 Unsur – Unsur Budaya.
Kebudayaan suatu masyarakat menentukan bagaimana anggota
- anggotanya berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Unsur unsur dasar kebudayaan adalah struktur sosial, bahasa, komunikasi,
agama, dan nilai- nilai serta sikap. Interaksi unsur- unsur ini
mempengaruhi lingkungan lokal yang merupakan tempat bisnis
internasional dijalankan.
Struktur sosial adalah seluruh kerangka yang menentukan peran
individu- individu dalam masyarakat, stratifikasi masyarakat, dan
mobilitas individu dalam masyarakat tertentu. Strafikasi sosial
didefinisikan semua masyarakat mengelompokkan orang - orang dalam
batas
tertentu
berdasarkan
kelahiran,
pekerjaan,
tingkat
pendidikannya, atau ciri-ciri lainnya. Namun, pentingnya kategori ini
dalam menentukan bagaimana individu - individu berinteraksi satu
sama lain dalam dan diantara kelompok - kelompok ini berbeda - beda
dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Mobilitas sosial
adalah kemampuan individu berpindah dari suatu strata masyarakat ke
strata lainnya, mobilitas social cenderung akan lebih tinggi dalam
masyarakat yang kurang terstratifikasi.

7

Bahasa adalah cerminan utama kelompok- kelompok budaya
karena bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain. Ada
beberapa jenis bahasa diantarnya: bahasa sebagai senjata bersaing,
bahasa sebagai perantara, bahasa sebagai terjemahan, dan bahasa
untuk berkata tidak.
Komunikasi diluar batas budaya, secara verbal maupun non
verbal adalah suatu keahlian yang sangat penting bagi para manajer
internasional, walaupun komunikasi terkadang dapat berlangsung
secara salah diantara orang - orang yang mempunyai kebudayaan
yang sama, peluang miskomunikasi akan sangat meningkat apabila
orang- orang tersebut berasal dari budaya yang berbeda. Selanjutnya
Agama adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama
mempengaruhi bagaimana cara anggota- anggota masyarakat
berhubungan satu sama lain dan dengan pihak luar, agama
membentuk sikap yang dimiliki pemeluknya terhadap pekerjaan,
konsumsi, tanggung jawab individu, dan perencanaan untuk masa
depan. Nilai dan sikap budaya juga mempengaruhi nilai dan sikap
anggota - anggota suatu masyarakat. Nilai adalah prinsip dan standar
yang diterima anggota- anggota tersebut. Sikap terdiri atas tindakan,
perasaan, dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai tersebut. Nilai- nilai
budaya sering berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam
tentang kedudukan individu dalam hubungan dengan Yang Ilahi,
keluarga, dan hierarki sosial. Sikap budaya terhadap faktor- faktor
seperti waktu, umur, pendidikan, dan status mencerminkan nilai- nilai
ini dan pada gilirannya membentuk perilaku dan kesempatan yang
tersedia bagi bisnis- bisnis internasional pada suatu negara tertentu.
Salah satu cara untuk mencirikan perbedaan dalam berbagai
budaya adalah pendekatan konteks-rendah-konteks tinggi (lowcontext-high-context) yang dikembangkan oleh Edward dan Mildred
Hall dalam budaya konteks rendah (low context culture) kata-kata yang
dipakai pembicaraan secara eksplisit menyampaikan pesan pembicara
tersebut kepada pendengarnya. Dalam budaya konteks tinggi (high
context culture), konteks terjadinya pembicaraan tersebut akan sama
pentingnya dengan kata-kata yang benar-benar diucapkan, dan
petunjuk-petunjuk budaya berperan penting dalam memahami apa
yang sedang dikomunikasikan.
Pendekatan kelompok budaya adalah teknik lain dalam
mengklasifikasi dan memahami budaya-budaya nasional dan
Kesamaan -kesamaan pendapat dalam banyak budaya, dengan
demikian mengurangi sebagian kebutuhan menyesuaikan praktikpraktik bisnis untuk memenuhi permintaan - permintaan budaya lokal.
Antropolog, sosiolog, dan para sarjana bisnis internasional telah
menganalisa faktor-faktor seperti kepuasan kerja, peran kerja, dan
hubungan antar pribadi di tempat kerja dalam upaya untuk mengenali
kelompok-kelompok Negara yang memiliki nilai-nilai budaya serupa
yang dapat mempengaruhi praktik bisnis internasional. Suatu
kelompok budaya terdiri atas Negara-negara yang memiliki banyak
kesamaan budaya walaupun juga terdapat perbedaan budaya.

8

2.1.4 Definisi Budaya
Sampai saat ini belum ada kesepakatan antara para ahli untuk
mendefinisikan budaya secara umum, namun terdapat beberapa
pendapat para ahli mengenai definisi budaya itu sendiri diantaranya:
menurut (Edward B. Taylor) Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
relajar. Sedankan menurut Dr. K. Kupper kebudayaan merupakan
sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun
kelompok. Dan menurut William H. Haviland kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para
anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya
akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima
oleh semua masyarakat.
2.1.5 Definisi Pemasaran Internasional
Menurut
rakesh
mohan
dalam
bukunya
yang
berjudul international marketing mendefinisikan bahwa Pemasaran
Internasional adalah kegiatan Pemasaran yang melewati batas-batas
lebih dari satu negara. Pemasaran internasional merupakan penerapan
konsep, prinsip, aktivitas, dan proses manajemen pemasaran dalam
rangka penyaluran ide, barang atau jasa perusahaan kepada
konsumen di berbagai Negara.
Sedangkan menurut sak onkivist dalam bukunya yang
berjudul process international marketing mengemukakan bahwa Pasar
internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari
beberapa negara. Pasar internasional melampaui ekspor pemasar dan
menjadi lebih terlibat dalam lingkungan pemasaran di negara-negara
tempat suatu organisasi melakukan bisnis.
2.1.6 Elemen Budaya Yang Mempengaruhi Pasar Internasional
Budaya terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan
satu sama lain. Pengetahuan tentang budaya memerlukan pemahaman
yang mendalam dari bagian-bagian yang berbeda. adapun elemenelemen budaya yang memiliki pengaruh terhadap pemasaran
internasional adalah: materi hidup (Material Life), bahasa, interaksi
sosial, estetika, agama, pendidikan, dan nilai-nilai.


Materi Hidup (Material life)

9

Komponen utama dari kebudayaan adalah aspek materialnya.
Kehidupan material terutama mengacu pada teknologi yang
digunakan
untuk
memproduksi,
mendistribusikan,
dan
mengkonsumsi barang dan jasa dalam masyarakat. Perbedaan
dalam lingkungan material menjelaskan mengenai perbedaan
dalam tingkat dan jenis permintaan barang konsumsi.


Bahasa (Language)
bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran
internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang
paling penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa
merupakan sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi di dalam lingkungan.



Interaksi sosial
Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara
orang-orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana
anggota masyarakat berhubungan satu sama lain. Mungkin
ungkapan yang paling penting dari interaksi sosial adalah
konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara dramatis di
seluruh masyarakat.



Estetika
Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya
sangat menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di
wilayah Asia-Pasifik, ekspresi estetika didorong oleh dua prinsip:
(1) kompleksitas dan dekorasi (berbagai bentuk, bentuk, dan
warna), (2) harmoni dan pandangan mengenai alam (misalnya,
pegunungan, bunga, pohon-pohon).



Agama
Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat.
Ketika agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen,
perusahaan harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat
Islam, perusahaan dapat memperluas daya tarik merek mereka
dan mengembangkan bisnis mereka dengan terlibat dengan
konsumen Muslim dengan memastikan bahwa produk-produk
yang dijual adalah halal dan menempelkan logo halal pada
setiap produk yang akan di pasarkan.



Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek
pendidikan yang penting bagi pemasar internasional adalah
tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan tersebut.



Sistem Nilai
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk
masyarakat norma dan standar. Norma-norma mempengaruhi
sikap masyarakat terhadap obyek dan kode perilaku.

2.1.7 Pengertian Marketing Mix.
10

Untuk dapat memahami seluk-beluk pasar luar negeri,
penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
perbedaan budaya. Dari perspektif pemasaran global,
lingkungan budaya penting karena dua alasan utama. Pertama
dan terpenting, kekuatan budaya merupakan faktor utama
dalam membentuk pemasaran global. Kedua, analisis budaya
seringkali mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan
yang mengenali norma-norma budaya di bandingkan pesaing
mereka akan lebih di untungkan dan sering memperoleh
keunggulan kompetitif.
Dalam pemasaran dikenal adanya istilah bauran
pemasaran (marketing mix) yang di dalamnya memformulasikan
strategi pemasaran yang harus dilakukan seorang pelaku usaha
kedalam 4P yaitu product, price, place dan promotion.
Pengertian bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah sebagai
berikut: “Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran
yang
digunakan
perusahaan
untuk
mengejar
tujuan
perusahaannya”. Maka, dapat disimpulkan bahwa bauran
pemasaran merupakan satu perangkat yang terdiri dari produk,
harga, promosi dan distribusi, yang didalamnya akan
menentukan tingkat keberhasilan pemasaran dan semua itu
ditujukan untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari pasar
sasaran. (Kotler dan Keller, 2007).
Produk (Product) Intensitas kompetisi di pasar memaksa
perusahaan untuk mengupayakan adaptasi produk yang tinggi
guna meraih keunggulan yang kompetitif atas pesaing, karena
adaptasi produk dapat memperluas basis pasar lokal dan
ditingkatkan untuk preferensi lokal tertentu. Konsumen semakin
banyak memiliki alternatif dan sangat hati-hati dalam
menentukan keputusan untuk melakukan pembelian dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
kebutuhan,
keunggulan
produk,
pelayanan
dan
perbandingan
harga
sebelum
memutuskan untuk membeli. Dari faktor-faktor tersebut,
keunggulan produk termasuk ke dalam pertimbangan utama
sebelum membeli. Keunggulan kompetitif suatu produk
merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk
baru, dimana kesuksesan produk tersebut diukur dengan
parameter jumlah penjualan produk. (Tjiptono, 2008).
Harga (Price) Definisi harga adalah sejumlah uang
(ditambah
beberapa
produk)
yang
dibutuhkan
untuk
mendapatkan
sejumlah
kombinasi
dari
produk
dan
pelayanannya. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa harga
yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk layanan yang
diberikan oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan
pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang

11

hendak dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat berupa
meningkatkan penjualan, mempertahankan market share,
mempertahankan stabilitas harga, mencapai laba maksimum
dan sebagainya. (Engel, J; Blackwell R, 2004).
Tempat (Place) Lokasi atau tempat seringkali ikut
menentukan kesuksesan perusahaan, karena lokasi erat
kaitannya dengan pasar potensial sebuah perusahaan.
Disamping itu, lokasi juga berpengaruh terhadap dimensidimensi strategi seperti flexibility, competitive, positioning, dan
focus. Fleksibelitas suatu lokasi merupakan ukuran sejauh mana
suatu perusahaan dapat bereaksi terhadap perubahan situasi
ekonomi. Keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan
komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya
kapital
intensif,
maka
perusahaan
benar-benar
harus
mempertimbangkan dan menyeleksi lokasi yang responsif
terhadap situasi ekonomi, demografi, budaya, dan persaingan di
masa mendatang. (Tjiptono, 1996).
Promosi (Promotion) Promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau meningatkan pasar sasaran
atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan. Tjiptono (2007:209-210).
2.1.4 Lima Dimensi Orientasi.
Menurut Hofstede lima dimensi orientasi bisa dijadikan sebagai
pendekatan bagi manajer internasional untuk menjalankan bisnisnya.
1. Orientasi Sosial. Orientasi sosial adalah keyakinan seseorang
tentang relative pentingnya individu dan kelompoknya. Kedua
titik ekstrim orientasi sosial adalah individualisme dan
kolektivisme. Individualisme adalah keyakinan budaya bahwa
orang tersebut harus didahulukan. Nilai-nilai utama orang-orang
individualistik adalah tingkat harga diri yang tinggi (selfs
respect)
dan
kemerdekaan.
Orang-orang
ini
sering
menempatkan
kepentingan
karirnya
di
atas
kebaikan
organisasinya dan mereka cenderung menilai keputusankeputusan dari sisi bagaimana keputusan itu mempengaruhi
mereka sebagai individu. Kolektivisme adalah pandangan bahwa
kelompok didahulukan. Masyarakat yang cenderung bersifat
kolektifistik biasanya dicirikan jaringan sosial yang ditetapkan
dengan jelas, termasuk keluarga besar, suku, dan rekan kerja.
2. Orientasi kekuasaan. Orientasi kekuasaan merujuk pada
keyakinan bahwa orang dalam suatu budaya memiliki
pandangan tentang kewajaran kekuasaan dan perbedaan

12

wewenang dalam berbagai hierarki seperti organisasi bisnis.
Bentuk ekstrim dimensi orientasi kekuasaan adalah rasa hormat
terhadap kekuasaan (power respect) dan toleransi kekuasaan
(power tolerance). Rasa hormat terhadap kekuasaan ini berarti
bahwa masyarakat dalam suatu budaya cenderung menerima
kekuasaan dan wewenang atasannya semata-mata berdasarkan
kedudukan atasan tersebut dalam hierarki itu. Sebaliknya orangorang dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan
memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap
kedudukan seseorang dalam hierarki tersebut.
3. Orientasi Ketidakpastian. ambigu. Bentuk-bentuk ekstrim
dimensi ini adalah penerimaan ketidakpastian (uncertainty
acceptance) dirangsang oleh perubahan dan berkembang dari
peluang-peluang baru. Ambiguitas dipandang sebagi suatu
konteks dimana individu dapat tumbuh, berkembang dan
menghasilkan kesempatan-kesempatan baru. Dalam budaya ini
kepaastian mengandung pengertian keadaan monoton, rutinitas
dan struktur yang terlalu memaksa. Sebaliknya orang-orang dari
budaya yang bercirikan penghindaran ketidakpastian tidak
menyukai
ambiguitas
dan
sedapat
mungkin
akan
menghindarinya. Ambiguitas dan perubahan dipandang sebagai
sesuatu yang tidak diinginkan. Orang-orang ini cenderung
menyukai cara-cara yang terstruktur, rutin dan bahkan birokratis
dalam menjalankan sesuatu.
4. Orientasi sasaran. Orientasi sasaran adalah sikap dimana orang
termotivasi untuk bekerja karena jenis sasaran yang berbeda.
Salah satu bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran adalah
perilaku sasaran agresif (aggressive goal behavior). Orang-orang
yang menunjukkan perilaku sasaran agresif cenderung
memberikan nilai yang tinggi pada kepunyaan materi, uang dan
ketegasan. Pada bentuk ekstrim lain orang yang menganut
perilaku sasaran pasif (passive goal behavior) memberikan nilai
yang lebih tinggi pada hubungan sosial, kualitas hidup, dan
perhatian kepada orang lain. Budaya yang menghargai perilaku
sasaran yang agresif juga cenderung menentukan peran-peran
berdasarkan gender yang agak kaku, sementara budaya
menekankan perilaku sasaran pasif tidak demikian.
5. Orientasi waktu. Orientasi waktu adalah sejauh mana anggotaanggota suatu budaya menganut pandangan jangka pendek
versus jangka panjang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan
aspek-aspek masyarakat lainnya.
2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultural.
Sedemikaian luasnya konsep budaya sehingga para ahli budaya
telah membagi berbagai macam topik untuk memudahkan studinya.
Daftar topik akan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
apa budaya dan juga berfungsi sebagai pedoman bagi para manajer
internasional ketika mereka menganalisis permasalahan khusus dari
sudut pandang sosiokultural. Para ahli sangat bervariasi dalam
memahami
apa
yang
mereka
anggap
komponen
budaya
(sosiokultural), antara lain adalah:

13

1. Estetika adalah sesuatu yang berkaitan dengan rasa keindahan,
budaya dan selera yang baik serta diungkapkan dalam seni,
drama, musik, cerita rakyat dan tari-tarian.
2. Sikap dan kepercayaan selalu dimiliki oleh setiap budaya yang
hampir seluruh aspek dari perilaku manusia dan membantu
membawa ketertiban didalam masyarakat dan individuindividunya. Diantara beraneka ragam subjek yang dicakup oleh
sikap dan kepercayaan, beberapa diantaranya sangat penting
bagi para pelaku bisnis. Termasuk sikap terhadap waktu,
pencapaian pekerjaan dan terhadap perubahan.
3. Sikap terhadap waktu menimbulkan lebih banyak persolan
adaptasi karena setiap negara berbeda dalam menyikapi atau
mengartikan waktu.
4. Sikap terhadap pencapaian pekerjaan seorang manajer akan
berbeda tajam dengan di budaya-budaya lain dibandingkan
dengan budaya mereka sendiri. Sehingga mereka harus
merekrut bawahan yang memiliki kebutuhan untuk ”maju”
apapun motif yang mendasarinya. Salah satu sumber yang baik
dari orang-orang itu adalah diantara anggota yang relatif
berpendidikan, yang memandang pekerjaan sebagai jalan
menuju gengsi.
5. Sikap terhadap perubahan atau ide baru akan lebih diterima
apabila dapat dikaitkan lebih dekat dengan yang tradisional,
sementara pada saat yang bersamaan dapat menunjukkan
keunggulan relatifnya terhadap yang tradisional. Dengan kata
lain semakin konsisten suatu ide baru dengan sikap dan
pengalaman masyarakat maka semakin cepat ide tersebut akan
diadopsi.
6. Agama adalah suatu komponen kebudayaan yang penting,
bertanggung jawab atas banyak dari sikap dan kepercayaan
yang mempengaruhi sikap dan perilaku dari manusia.
7. Kebudayaan material merujuk pada semua objek buatan
manusia dan berkaitan dengan bagaimana orang membuat
benda-benda (teknologi) dan siapa membuat apa dan mengapa
(ilmu ekonomi).
2.1.6 Pengertian Etika.
Kegiatan bisnis yang meningkat di dunia dewasa ini, telah
menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktik bisnis
yang baik, etis, dan menjadi dasar kehidupan bisnis yang dapat
diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam kegiatan bisnis
internasional, perusahaan akan mampu bertahan apabila mampu
bersaing. Untuk dapat bersaing tentunya harus memiliki daya saing,
yang di antaranya dihasilkan dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu
diperlukan etika dalam berusaha atau berbisnis, karena praktik usaha
yang tidak etis dapat menimbulkan kegagalan pasar, mengurangi
produktivitas dan meningkatkan ketidakefisienan.
Cukup banyak pengertian atau definisi mengenai etika. Secara
etimologis, kata “etika” berasal dari kata Yunani “ethos” (jamak: ta

14

etha), yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dari pengertian
ini, etika berkaitan dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik
yang dianut suatu masyarakat dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kebiasaan hidup yang baik ini kemudian
dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam
masyarakat. Etika secara lebih luas dipahami sebagai pedoman
bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang
baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, arah bagaimana harus hidup
secara baik sebagai manusia.
Sebagai suatu ilmu, ilmu etika merupakan suatu ilmu yang
mempelajari standard moral dari seseorang atau suatu masyarakat
(Velasquez, 2006). Standar moral merupakan norma-norma mengenai
tindakan-tindakan yang dipercaya secara moral benar dan salah, serta
nilai-nilai yang diberikan terhadap suatu obyek yang dipercaya secara
moral adalah baik atau buruk. Etika sebagai suatu ilmu dapat dibagi
dua, yaitu kajian yang bersifat normatif (normative study) dan kajian
yang bersifat deskriptif (descriptive study). Kajian yang bersifat
normatif merupakan investigasi yang mencoba untuk memperoleh
kesimpulan mengenai apakah sesuatu baik atau buruk dan apakah
suatu tindakan benar atau salah. Misalnya, terkait dengan pertanyaan:
“Apakah penyuapan di dunia bisnis, baik atau buruk?”. Untuk
menjawab itu, ahli etika akan mencari jawabnya berdasarkan kajian
normatif dengan menggunakan berbagai teori yang ada, dan
menyimpulkan apakah penyuapan di dunia bisnis baik atau buruk.
Sedangkan kajian yang bersifat deskriptif merupakan investigasi yang
tidak mencoba untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai baik dan
buruk atau benar dan salah. Hal ini misalnya dilakukan oleh ahli
anthropologi yang mempelajari standar moral dari suatu suku bangsa.
Mereka akan mencoba untuk menjelaskan secara akurat mengenai
standar moral dari suku bangsa tersebut dengan menggunakan
berbagai teori, akan tetapi bukan tujuan mereka untuk memberikan
penilaian apakah moral dari suku bangsa tersebut baik atau buruk.
2.1.7 Teori Etika.
Menurut Keraf (2002) terdapat tiga teori mengenai etika, yaitu
teori deontologi, teori teleologi dan etika keutamaan. Istilah
“deontologi” berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban,
dan “logos” yang berarti ilmu atau teori. Menurut teori ini, cara
bertindak dalam suatu situasi tertentu adalah melakukan apa yang
menjadi kewajiban sebagaimana terungkap dalam norma dan nilai-nilai
moral yang ada. Suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan kewajiban. Suatu
tindakan dianggap baik karena tindakan tersebut memang baik pada
dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral karena
tindakan tersebut memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi
kewajiban untuk kita melakukannya.

15

Istilah “teleologi” berasal dari kata Yunani “telos” yang berarti
tujuan, dan “logos” yang berarti ilmu atau teori. Etika teleologi
menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi tertentu
dengan melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan, atau dengan
kata lain menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
atau akibat dari tindakan tersebut. Dalam suatu situasi tertentu,
tindakan yang harus dipilih adalah tindakan yang membawa akibat
yang baik, karena suatu tindakan dinilai baik apabila bertujuan baik
dan mendatangkan akibat baik. Etika teleologi lebih bersifat situasional
dan subyektif, dimana tindakan seseorang tergantung dari
penilaiannya terhadap akibat dari tindakan tersebut. Apabila dianggap
baik, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma atau
nilai moral yang berlaku dapat dilakukan.
Berbeda dengan kedua teori etika yang lain, teori ini
mendasarkan penilaian moral pada pengembangan karakter moral
pada diri setiap orang. Nilai moral muncul bukan dalam bentuk aturan
berupa larangan atau perintah, akan tetapi dalam bentuk teladan
moral yang nyata dipraktikkan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam
masyarakat. Menurut teori ini, cara bertindak secara moral di dalam
situasi konkirt yang dilematis adalah meneladani sikap dan perilaku
moral tokoh-tokoh yang kita kenal, baik dalam masyarakat, sejarah
atau cerita yang kita ketahui, ketika mereka menghadapi situasi
serupa.
Filsuf
Aristoteles,
dalam
bukunya
Etika
Nikomacheia,
menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
o Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
perbuatan atau tindakan manusia.
o Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan
tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat
manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan
pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan
manusia.
Etika terbagi atas dua:
1. Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi
dasar bagaimana itu bertindak secara etis. Etika inilah yang
dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan
digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya suatu
tindakan.
2. Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi
tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika bisnis dan etika
profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainnya).
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar

16

minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita
temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Cukup banyak definisi mengenai etika bisnis. Secara umum etika bisnis
dapat didefinisikan sebagai suatu standar atau prinsip moral yang
diterapkan di dalam lembaga atau organisasi bisnis dan perilaku yang
dapat diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari orangorang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan, etika bisnis
internasional terkait dengan standar moral yang diterapkan di dalam
kegiatan bisnis internasional. Sebagai suatu ilmu, etika bisnis
merupakan ilmu yang mempelajari secara khusus standar moral
tersebut dan melakukan analisis dan evaluasi dari keputusankeputusan bisnis didasarkan pada konsep dan penilaian moral.
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk
jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang
sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai
yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai
kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun
secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat
penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi. Diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis,
organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh

17

budaya perusahaan yang andal serta etika
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

perusahaan

yang

2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis Internasional
Pertanyaan terkait moral mengenai apakah suatu tindakan baik
atau buruk, benar atau salah, seringkali menjadi dilema di dalam
kegiatan bisnis internasional. Penilaian terhadap suatu tindakan terkait
bisnis yang dianggap baik atau buruk dan benar atau salah seringkali
berbeda di antara satu negara dengan negara lainnya. Bahkan di
dalam suatu negarapun penilaian ini sering berbeda dikarenakan
perbedaan di dalam budaya dari masyarakatnya. Di samping faktor
budaya, perbedaan pandangan ini juga sering dipengaruhi oleh sistem
perekonomian dan sistem pemerintahan suatu negara, disamping
kepercayaan dan agama yang ada di masyarakat.
Permasalahan etika bisnis dapat muncul di berbagai aspek bisnis
internasional. Dalam bidang produksi misalnya, muncul permasalahan
etika terkait perusahaan dengan lingkungan, baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial, penggunaan binatang untuk uji coba obatobatan baru, cara transportasi ternak, dan diketemukannya teknologi
baru
seperti
produk
transgenik
atau
genetically
modified
product dan cloning. Dalam bidang pemasaran misalnya, muncul
permasalahan etika terkait pelaksanaan promosi (seperti adanya unsur
sex dalam advertising), pemasaran langsung di sekolah, dan
advertising yang menyesatkan dengan tidak memberikan informasi
produk yang sebenarnya. Dalam bidang keuangan misalnya,
terkait insider trading, pembayaran yang sangat besar terhadap CEO
perusahaan sebagai excutive compensation, dan pembuatan laporan
keuangan yang tidak benar. Dalam bidang HAKI (hak atas kekayaan
intelektual), misalnya terkait pembajakan, pemalsuan merk,
dan business intelligence. Dalam tenaga kerja, misalnya terkait
pemberian upah buruh yang sangat rendah untuk memproduksi
barang yang relatif mahal harganya, serta diskriminasi gender, suku
dan agama dalam pekerjaan.
Dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi,
terutama teknologi informasi, komunikasi dan produksi, maka di masamasa yang akan datang dapat muncul permasalahan baru terkait etika
dengan munculnya teknik, metode atau cara baru di bidang bisnis.
Misalnya dalam bidang proses produksi, pemasaran dan keuangan.
2.1.10 Prinsip Etika Bisnis.
Dewasa ini, perusahaan-perusahaan bisnis internasional,
terutama yang besar, pada umumnya sudah memiliki pedoman etika
bisnis di dalam perusahaannya. Kode etik internasional pertama di
bidang bisnis adalah ”The Caux Round-Table Principles for Business”
yang disepakati pada tahun 1994 oleh eksekutif puncak dari berbagai
perusahaan multinasional dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat
(seperti Matsuhita, Philips, Ciba-Geigy, Cummins, 3M dan Honeywell).
Prinsip Caux berakar pada dua nilai ideal dasar dalam etika, yaitu

18

konsep Jepang “kyosei” yang berarti hidup dan bekerja bersama-sama
demi kesejahteraan umum, dan konsep barat “human dignity”
(martabat manusia) yang mengacu pada kesucian atau bernilainya
setiap pribadi sebagai tujuan, tidak semata-mata sebagai sarana untuk
mewujudkan
tujuan-tujuan
orang
lain
atau
bahkan
untuk
melaksanakan kehendak mayoritas.
Kode etik ini terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu mukadimah,
prinsip-prinsip umum, dan prinsip-prinsip stakeholder. Prinsip-prinsip
umum dari ”The Caux Round-Table Principles for Business” adalah
sebagai berikut:
Prinsip 1. Tanggung Jawab Bisnis Dari “Shareholders” ke
“Stakeholders”
Nilai organisasi bisnis bagi masyarakat ialah kekayaan dan
lapangan kerja yang diciptakannya serta produk dan jasa yang
dipasarkan kepada konsumen dengan harga wajar yang sebanding
dengan mutu. Untuk mampu menciptakan nilai itu, sebuah organisasi
bisnis haruslah mempertahankan kesehatan dan kelangsungan
hidupnya, namun kelangsungan hidup bukanlah tujuan yang
mencukupi.
Bisnis memainkan peranan untuk meningkatkan kehidupan
semua pelanggan, karyawan dan pemegang saham dengan
membagikan kekayaan yang diciptakannya. Para pemasok dan
pesaingpun berharap bahwa organisasi-organisasi bisnis menghormati
kewajiban-kewajiban mereka dengan semangat kejujuran dan keadilan.
Sebagai warga yang bertanggung jawab dari komunitas lokal, nasional,
regional dan global dimana mereka beroperasi, organisasi-organisasi
bisnis ikut serta dalam menentukan masa depan komunitas-komunitas
itu.
Prinsip 2. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju
Inovasi, Keadilan dan Komunitas Dunia
Organisasi-organisasi bisnis yang didirikan di luar negeri untuk
membangun, memproduksi atau menjual juga harus memberi
sumbangan pada pembangunan sosial negara-negara itu dengan
menciptakan lapangan kerja yang produktif dan membantu
meningkatkan daya beli warga negara