TM LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM M

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
METODE ASEPTIS DAN STERILISASI

NAMA
NIM
KELOMPOK
KELAS
ASISTEN

`

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Tanggal Praktikum
Praktikum 1.1 dan 1.2

Jum’at, 17 Maret 2017

METODE ASEPTIS DAN STERILISASI

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k

PRELAB
1. Apa pentingnya metode aseptis dalam dunia mikrobiologi? Jelaskan pula prinsip dasar metode
aseptis!
Metode aseptis merupakan usaha untuk menghindarkan setiap kontak antara
kultur murni, medium steril, wadah steril serta permukaan meja kerja dari
mikroorganisme kontaminan atau kompetitor (mikroorganisme yang tidak diinginkan).
Teknik aseptik harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh
mikroorganisme “kompetitor” pada kultur mikroba (murni) yang digunakan dalam
suatu eksperimen serta pada media dan peralatan yang sudah steril. Karena ancaman

kontaminasi dari mikroorganisme “kompetitor” selalu ada atau mungkin terjadi
dikarenakan mikroorganisme hidup dimanapun dan berukuran sangat kecil sehingga
mudah tersebar melalui udara dan mudah ditemukan pada berbagai permukaan media
pertumbuhan mikroorganisme atau permukaan peralatan praktikum. Oleh karena itu
metode aseptis sangat penting untuk mendukung keberhasilan eksperimen pada
Laboratorium Mikrobiologi (Curtiz, 2009).
Prinsip-prinsip dasar metode aseptis yang harus dilakukan yaitu: (Curtiz, 2009).
a. Media pertumbuhan dalam wadah harus disterilisasi segera setelah dibuat.
b. Wadah yang akan digunakan untuk kultivasi mikroorganisme sebaiknya
dibungkus dan kemudian disterilkan.
c. Semua instrumen dan berbagai larutan serta aquades, medium steril dan kultur
mikroorganisme harus disterilkan terlebih dahulu.
d. Area kerja atau meja kerja harus disterilisasi terlebih dahulu sebelum pemakaian
dan selalu dijaga kesterilannya sepanjang pemakaian.
e. Mulut tabung reaksi harus selalu dipanaskan terlebih dahulu sebelum dan
sesudah transfer ataupun kultivasi mikroorganisme.
f. Membiasakan diri untuk memisahkan segala macam peralatan dan medium
antara yang steril dan terkontaminasi agar pekerjaan berjalan lancar.
g. Transver kultur dan kultivasi mikroorganisme harus dilakukan di dekat nyala api


Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
bunsen pada meja kerja yang sudah disterilkan dalam laminar-air flow cabinet.

2. Apa tujuan pemanasan dengan api/bunsen pada teknik aseptis ? Jelaskan!
Tujuan dari pemanasan dengan api/bunsen pada teknik aseptis adalah untuk
membunuh atau mematikan mikroba pada alat dan meminimalisir terjadi resiko
kantaminasi. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan. Macam
macam pemanasan, ialah:
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi
dll.

c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf (Winaya, 2015).
3. Jelaskan tujuan dari sterilisasi!
Sterilisasi merupakan proses penghilangan mikroba hidup (protozoa, fungi,
bakteri, mycoplasma, virus) di dalam suatu media. Objek yang tidak mengandung
mikroba merupakan objek steril. Sterilisasi dilakukan untuk mematikan mikroba dan
menjadikan suatu media steril. Adapun tujuan dari sterilisasi adalah menghilangkan
atau menghancurkan terhadap semua mikroorganisme beserta spora dari mikroba
patogen sehingga peralatan atau media yang akan kita gunakan bebas dari kontaminan,
menghindari peralatan cepat rusak. Sterilisasi adalah hal yang penting dalam
melakukan altivitas di laboratorium mikrobiologi terutama yang melibatkan
mikroorganisme (Guhathakurta, 2016).

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas

Kelompo
k

4. Sebutkan metode sterilisasi untuk bahan yang tidak tahan terhadap panas? Jelaskan!
a. Metode sterilisasi kimia
Sterilisasi secara kimia yaitu dengan penambahan zat-zat tertentu yang umumnya
berupa zat-zat kimia. Sterilisasi dengan cara ini tidak selalu mematikan seluruh
mikroba, terutama mikroba dalam bentuk spora tidak terbasmi keseluruhan, oleh
karena itu cara ini lebih tepat dinamakan pencuci-hamaan. Sterilisasi dengan cara
ini biasanya hanya diperuntukkan sterilisasi ruangan atau jenis peralatan tertentu
saja (Syamsunir, 2007).
b. Metode filtrasi
Filtrasi atau penyaringan adalah proses memisahkan partikel yang tidak larut dari
suatu cairan atau gas dengan cara melewatkan cairan atau gas tersebut melalui suatu
medium yang porous sehingga medium ini akan membiarkan cairan atau gas
tersebut lewat. Pada umumnya cara ini dikerjakan untuk bahan-bahan yang tidak
tahan panas, misalnya serum darah, antibiotika, dan gula sederhana. Oleh karena itu
cara ini sering dikenal dengan nama sterilisasi cara dingin (Syamsunir, 2007).
c. Metode sterilisasi dengan sinar radiasi
Non-ionizing radiation menggunakan sinar ultraviolet (UV) 200-280 nm. Nonionizing radiation dapat diserap oleh beberapa material yang tidak tahan terhadap

panas. Sedangkan ionizing radiation menggunakan radiasi gamma yang terdiri dari
gelombang elektromagnetik yang diproduksi dari disintegrasi nuklir (69Co) dan
radiasi korpskular yang terdiri dari elektron yang diproduksi dalam generator dan
mempercepat untuk menaikkan level energi (Syamsunir, 2007).
5.

Bagaimanakah cara sterilisasi alat ”spreader” yang benar?
Spreader merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu penyebaran
bakteri setelah dipindahkan ke media baru. Menggunakan metode sterilisasi fisik atau
pembakaran menggunakan Bunsen burner dan pembakar spiritus. Caranya adalah
dengan mencelupkan spreader ke dalam alkohol kemudian dibakar. Sterilisasi ini dapat
dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai
pada temperatur atau tekanan tinggi (Pelczar, 2007).

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas

Kelompo
k

6. Jelaskan bagaimana cara metode aseptis dan sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia.
Sebutkan contoh bahan kimia yang dapat digunakan!
Untuk melakukan sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia dapat dilakukan
dengan dua cara.
Cara pertama yaitu penggunaan langsung bahan kimia. Sebelum dilakukan
sterilisasi, alat yang akan disterilisasi dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu direndam
dengan menggunakan bahan kimia kurang sebih selama 24jam. Bahan kimia yang
dapat digunakan yaitu alkohol 96%, fenol 5%, aceton ataupun tab formalin.
Sedangkan cara kedua yaitu melalui sterilisasi gas. Bahan kimia yang dapat
digunakan adalah bahan kimia berbentuk uap, misalnya etilen oksida, formaldehid,
propilen oksida, klorin oksida, metilbromida, kloropikrin dan sebagainya. Mekanisme
dari sterilisasi ini yaitu gas etilen oksida (atau yang lainnya) akan mengadisi gugus –
SH, -OH, -COOH, -NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein
mengalami kerusakan dan mikroba mati (Oram, 2011).
7.

Bagaimanakah cara sterilisasi alat ”cawan petri” yang benar? Jelaskan!

Cawan petri dapat disterilisasi pada oven atau autoklaf . Oven berfungsi sebagai
alat sterilisasi dengan prinsip panas kering. Oven biasanya digunakan untuk peralatan
gelas seperti cawan petri dan pipet ukur. Berikut prosedur persiapan sterilisasi cawan
petri (Sumarsih, 2010) : 1. Cuci cawan perti kemudian keringkan. 2. Bungkus cawan
petri dengan kertas kedap air dan pastikan posisi cawan petri terbalik agar tidak ada
uap air yang masuk. 3. Selain itu bungkus cawan petri dengan plastik PE dan di
masukkan ke autoklaf. 4. Lakukan pengecekan aquades pada autoklaf. 5. Tutup autoflaf
rapat rapat agar tidak ada udara yang masuk. 6. Nyalakan autoklaf, atur timer 15 menit
pada suhu 121C. 7. Tunggu air hingga mendidih sehingga uap memenuhi kompartmen
autoklaf, setelah itu tutup klep pengaman dan timer dimulai setelah tekanan mencapai 2
atm. 8. Matikan alarm setelah timer berbunyi, setelah sushu turun klep klep dibuka,
keluarkan alat dari autoklaf (Machmud, 2008).

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo

k

DIAGRAM ALIR

a. Aseptis diri dan lingkungan

Alkohol 70%

Disemprotkan ke meja kerja

Disemprotkan ke permukaan tangan

Dibersihkan/dilap
dengan tissue

Digosokkan merata di kedua telapak
dan punggung tangan

Hasil


Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k

b. Persiapan glassware yang akan disterilisasi

Glassware

Dicuci bersih dan dikeringkan

Ditutup dengan kapas

Dibungkus dengan kertas payung

Pipet ukur dibungkus

dengan plastik PE

Cawan petri dibungkus
dengan dibalik
posisinya

Diikat dengan

Glassware lain
dibungkus dengan
plastik PE

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k

Hasil

c. Cara Penggunaan Autoklaf
Alat yang akan disterilkan

Dimasukkan ke plastic dan keranjang autoklaf

Autoklaf dibuka

Autoklaf diisi aquades hingga tanda batas

Autoklaf ditutup dan ulir dikencangkan

Klep dibuka

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
Ditekan tombol “ON”
Ditunggu hingga mendidih dan mengeluarkan bunyi
Klep udara ditutup dan ditunggu tekanan 1 atm dalam 15 menit

Autoklaf dimatikan dengan menekan tombol “OFF”

Ditunggu tekanan turun hingga 0 atm
Klep dibuka
Ulir dikencangkan dan tutup dibuka
Keranjang autoklaf dikeluarkan

Hasil

PEMBAHASAN

1. Jika anda mendapatkan stok kultur murni dari laboratorium mikrobiologi, hal apa saja yang
harus diperhatikan agar stok kultur tidak terkontaminasi ? Jelaskan
Hal yang harus dilakukan agar stok kultur tidak terkontaminas adalah dengan cara
kita harus aseptis diri dan aseptis lingkungan terlebih dahulu dengan menggunakan
alkohol 70%. Aseptis diri dengan menyemprotkan alkohol ke telapak tangan dan
punggung tangan secara merata, sedangkan aseptis lingkungan dengan menyemprotkan

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
alkohol 70% ke meja yang akan digunakan praktikum. Peralatan dicuci dengan cara
desintifiktan supaya higenis, menutup alat yang digunakan pertumbuhan bakteri sesuai
dengan langkah-langkah prosedur, kultur mikroorganisme dapt disimpan di lemari
pendingin, dan menjaga kesehatan dan kebersihan diri (Pramono, 2008).

2. Mengapa media yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu? Bagaimana cara
sterilisasi media? Jelaskan
Agar medium pertumbuhan hanya bisa ditumbuhi oleh bakteri yang diinginkan
dan bebas dari kontaminasi bakteri yang lain. Cara untuk sterilisasi media yaitu :
1. Sterilisasi Cara Kering (Tidak menggunakan air atau uap air)
a. Pembakaran
b. Radiasi gelombang pendek (Ultraviolet, sinar alfa, dan sinar beta)
c. Pemanasan dalam oven dengan suhu sekitar 100oC
d. Pendinginan pada suhu dibawah 0oC sehingga bakteri menjadi inaktif
2. Sterilisasi Cara Basah (Menggunakan air atau uap air)
a. Perebusan dengan air mendidih dengan suhu 100oC
b. Penggunaan zat kimia seperti desinfektan, alkohol dan antibiotic
c. Pemanasan dengan menggunakan tekanan uap air pada autoklaf dengan suhu
121oC menggunakan tekanan 1 Atm selama 15 menit
3. Pasteurisasi
Pemanasan dengan suhu 60oC selama 30 menit atau pemanasan 70 oC selama 15
menit. Hasil pasteurisasi kemudian ditutup agar bakteri tidak berkembang biak dan
tidak terkontaminasi oleh bakteri lain. Proses pemanasan berlangsung selama 3 kali
secara berturut-turut (Karmana, 2008).

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
3. Mengapa sterilisasi dengan suhu tinggi tidak cocok digunakan untuk sterilasi larutan vitamin
dan metode sterilisasi apakah yang cocok? Jelaskan alasan anda
Karena zat pengatur tubuh seperti vitamin dan antibiotic mudah terpengaruh oleh
panas. Oleh karena itu diperlukan metode sterilisasi yang tidak menggunakan panas.
Metode sterilisasi yang digunakan adalah menggunakan sterilisasi filtrasi (Filter).
Sterilisasi filter atau filtrasi membrane adalah melewatkan larutan (menggunakan air steril
di dalam laminar air flow cabinet) melalui membrane yang telah disterilisasi. Ukuran pori
membrane adalah 0,45µm atau 0,22 µm di bawah tekanan rendah ke dalam wadah steril.
Metode filtrasi tidak membutuhkan suhu untuk mensterilasi suatu bahan. Karena itulah
metode ini cocok untuk sterilisasi vitamin (Fairchild, 2010).
`
4. Bagaimana teknik sterilisasi jarum ose yang benar ?
Untuk sterilisasi jarum ose, hal yang pertama dilakukan ialah menyiapkan jarum
ose, alcohol 70%, serta bunsen. Pertama, jarum ose dibakar diatas api bunsen hingga
merah menyala. Setelah merah menyala, ditunggu selama beberapa saat, kemudian
dicelupkan ke dalam larutan alcohol 70%. Setelah itu dibakar lagi hingga merah membara.
Kemudian perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali. Setelah 3 kali dilakukan
pengulangan maka jarum ose telah steril dan siap untuk digunakan (Price, 2007).
5. Bagaimana teknik penggunaan pipet mikro yang benar ? Apakah pipet mikro tersebut perlu di
sterlilisasi terlebih dahulu? Jelaskan jawaban anda.






Sebelum digunakan Thumb Knob ditekan berkali-kali untuk memastikan
lancarnya mikropipet.
Masukkan tip bersih kedalam nozzle atau ujung mikropipet
Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama atau first stop jangan ditekan lebih
dalam lagi
Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4mm
Tahan pipet ke dalam posisi vertical kemudian lepaskan tekanan dari thumb knob
maka cairan akan masuk ke dalam tip

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k




Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan
Tekan thumb knob sampai hambatan kedua atau second stop atau tekan
semaksimal mungkin maka semua cairannya akan keluar dari ujung tip
Apabila ingin melepas tip, tekan salah satu tombol yang berfungsi untuk
melepaskan tip dari mikropipet

Mikro pipet yang akan digunakan tentu perlu disterilisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan agar terhindar dari kontaminan yang tidak diinginkan. Sterilisasi mikro pipet
ialah dengan cara mensterilisasi mikrotip dari mikro pipet tersebut. Tip yang telah
digunakan dicuci hingga bersih dengan aquades. Kemudian mikrotip yang akan
disterilisasi diletakkan di dalam gelas beaker yang telah dialasi dengan kapas yang steril.
Setelah itu beberapa mikrotip yang akan disterilisasi dimasukkan kedalam gelas beaker
tersebut lalu ditutup dengan menggunakan kapas. Bagian atas gelas beaker ditutup
dengan menggunakan kertas payung dan diikat dengan menggunakan karet gelang.
Kemudian gelas beaker tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilisasi.
Setelah itu mikropipet telah steril dan siap untuk digunakan (Perkin, 2010).
6. Apabila tidak tersedia pipet mikro, alat apa yang akan saudara siapkan untuk mengambil sampel
kultur cair, secara aseptis ?
Jika tidak ada mikropipet didalam laboratorium, maka solusi untuk
menggantikannya adalah pipet ukur, karena pipet ukur memiliki ukuran volume sekitar
0.1 ml sehingga cocok. Akan tetapi sebelum mengambil kultur mikroorganisme harus
disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoclave dengan suhu 121 ℃ supaya bakteri
yang ada di dalam pipet ukur mati. Setelah di sterilkan harus melakukan aseptis
menggunakan alkohol 70% dahulu, hal ini bertujuan untuk kultur jaringan tidak
terkontaminasi dengan bakteri lain (Rubiyanto, 2016).
7. Apa perbedaan antara Destruksi dan Sterilisasi. Jelaskan
Dekstruksi disebut juga sebagai sterilisasi kotor, destruksi merupakan suatu cara
untuk merusak atau menghancurkan bakteri hasil penelitian yang sudah tidak digunakan
agar tidak berbahaya bagi lingkungan. Destruksi dilakukan setelah melakukan penelitian

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
sedang kan sterilisasi dilakukan ketika sebelum penelitian yang berfungsi untuk mencegah
kontaminasi bakteri atau mikroba yang dapat mengganggu pengamatan pada bakteri yang
dibiakkan. Sterilisasi membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
destruksi (Rochmawati, 2010).

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
ANALISA PROSEDUR
1. Penggunaan Autoclave
Masukkan semua alat yang telah disterilisasi dengan kertas payung ke dalam plastik PE
untuk dibungkus. Pada saat dibungkus, pastikan tidak ada udara di dalam plastik PE,
kemudian ikat plastik dengan karet dan masukkan di dalam keranjang autoclave.
Cara menggunakan autoclave yang pertama harus dilakukan adalah mengisi autoclave
dengan aquades hingga elemen panas terendam di dalam air, tetapi cek dahulu banyaknya air
yang ada di autoclave. Jika aquades kurang, dapat ditambah dengan air hingga batas yang
ditentukan, dan gunakan air hasil destilasi yang bertujuan untuk menghindari terbentuknya
kerak dan karat. Masukkan keranjang yang sudah berisi alat-alat yang akan disterilisasi di
dalam autoclave, jika akan mensterilisasi botol bertutup ulir maka tutup harus dikendorkan.
Kemudian tutup autoclave hingga kencang dan kencangkan baut secara bersebrangan yang
ada dibagian autoclave sudah terpasang dengan baik, hal ini bertujuan agar tidak ada yang
keluar dari sela-sela autoclave. Tetapi klep tidak ditutup dulu agar udara uap air yang ada di
autoclave keluar. Pasang sumber pemanasnya dan hidupkan autoclave, yang di timer
menggunakan waktu selama 15 menit dengan suhu 121 ℃ . Jika uap air sudah keluar
sampai terdengar bunyi desis dari katup pengaman, lalu katup ditutup, sehingga suhu dan
tekanan akan naik. Tunggu hingga air mendidih sampai suhu mencapai 121 ℃ dan
tekanan 15 Psi, suhu akan stabil sampai 15 menit dengan mengatur sumber panas. Matikan
timer pada autoclave, maka suhu dan tekanan akan turun secara perlahan sampai 0. Setelah
tekanan autoclave menjadi 0, maka katup pengaman akan dibuka. Kemudian sekrup dibuka
secara bersebrangan, keluarkan keranjang yang berisi alat yang telah disterilisasi.
2. Aseptis diri dan lingkungan
Aseptis diri dan aseptis lingkungan menggunakan alkohol 70%, karena pada alkohol
70%bersifat mudah menguap secara gak langsung akan mendenaturasi lemak yang ada
ditangan. Dan pada alkohol 70% berfungsi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme
lain yang berada disekitar lingkungan. Hal yang pertama yang harus dilakukan saat aseptis
diri adalah semprotkan alkohol ke permukaan tangan, kemudian gosokkan merata di telapak
tangan dan punggung tangan secara merata. Sedangkan hal pertama yang harus dilakukan
saat aseptis lingkungan adalah menyemprotkan alkohol di meja kerja sebelum melakukan
pratikum. Lalu lap meja kerja dengan tisu, akan tetapi tisu yang sudah digunakan untuk

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
mengelap tidak boleh dipakai lagi, hal ini dilakukan untuk menghindari bakteri yang sudah
menempel ditisu.

3. Aseptis Cawan Petri
Untuk melakukan aseptis pada cawan petri, hal pertama yang dilakukan adalah
menyalakan api bunsen. Cawan petri diaseptis dengan mendekatkan pinggir-pinggir cawan
pada api bunsen. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari keluar masuknya mikroba pada
tepi cawan. Saat melakukan pemanasan, cawan petri dipegang menggunakan tangan kiri
dengan ibu jari dan jari telunjuk yang digunakan untuk memutar-mutar cawan. Pada bagianbagian pinggir cawan harus dipastikan terkena api bunsen sambil terus memutar-mutar
cawan menggunakan jari telunjuk. Saat akan memasukkan mikroba yang digunakan dalam
percobaan posisi tangan tidak berubah, ibu jari digunakan untuk membuka tutup cawan
secara perlahan sedangkan jari telunjuk menahan sisi cawan yang lain. Saat membuka tutup
cawan dipastikan tidak terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari mikroba lain dan
segera menutupnya saat mikroba sudah dimasukkan. Hal tersebut harus dilakukan dengan
tetap mendekatkan cawan pada api bunsen. Saat melakukan aseptis diharapkan hanya
menggunakan tangan satu orang saja untuk menghindari kontaminasi.
4. Aseptis Tabung Reaksi
Untuk melakukan aseptis pada tabung reaksi, hal pertama yang dilakukan adalah
menyalakan api bunsen. Tabung reaksi diaseptis dengan mendekatkan mulut tabung ke api
bunsen. Tabung reaksi diputar-putar menggunakan tangan kiri sampai merata pada seluruh
bagian mulut tabung untuk memastikan tabung terhindar dari kontaminasi mikroba lain. Saat
pemanasan, tabung dipegang hanya dengan tangan kiri dikarenakan agar tangan kanan dapat
digunakan untuk mengambil atau memindahkan mikroba dari dalam tabung reaksi.
5. Aseptis Jarum Ose
Untuk melakuakan aseptis pada jarum ose membutuhkan jarum ose yang akan
diaseptis, api bunsen, serta alkohol 70% yang ditempatkan pada tabung reaksi. Hal pertama

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
yang dilakukan untuk aseptis pada jarum ose yaitu dengan memasukkan jarum ose ke dalam
larutan alkohol 70% terlebih dahulu, setelah itu ditiriskan sebentar untuk memastikan
alkohol tidak ada yang menetes serta menghindari adanya percikan api jika langsung
dipanaskan. Kemudian ose dipanaskan secara langsung di atas api bunsen sampai jarum ose
membara dan berwarna kemerahan. Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa saat, jarum
dimasukkan lagi ke dalam larutan alkohol 70%. Proses ini diulang lagi dengan total
pencelupan dan pemanasan sebanyak 3 kali dan jarum ose pun siap digunakan. Posisi
terakhir sebelum digunakan untuk memindahkan kultur yaitu saat pemanasan, setelah
memindahkan kultur ose dipanaskan lagi, lalu diletakkan pada larutan alkohol 70%.

6. Aseptis Spreader
Metode aseptis pada spreader sama dengan jarum ose, hal pertama yang dilakukan
yaitu menyiapkan spreader yang akan diaseptis, api bunsen yang sudah dinyalakan, serta
alkohol 70% yang diletakkan di dalam gelas beaker. Kemudian spreader dicelupkan pada
larutan alkohol 70% pada bagian ujungnya. Setelah itu diangkat dan ditiriskan dahulu
sampai tidak ada alkohol yang menetes. Spreader dipanaskan menggunakan api bunsen
beberapa saat namun jangan sampai membara. Hal tersebut dikarenakan spreader terbuat
dari bahan kaca. Setelah dipanaskan ditunggu bebeapa saat, kemudian dapat dicelupkan lagi
ke dalam larutan alkohol 70%. Dipastikan spreader tidak langsung dicelupkan pada alkohol
untuk menghindari percikan api. Proses ini diulang lagi dengan total pencelupan dan
pemanasan sebanyak 3 kali dan spreader pun siap digunakan. Posisi terakhir sebelum
digunakan untuk meratakan kultur yaitu saat pemanasan, setelah meratakan kultur, spreader
dipanaskan lagi, kemudian diletakkan pada larutan alkohol 70%.
7. Mikropipet
Pipet mikro digunakan untuk mengambil cairan kultur dengan volume yang sangat
kecil. Teknik penggunaan pipet mikro yang benar pertama harus memastikan ukuran skala
pada pipet mikro sama dengan ukuran cairan kultur yang akan diambil. Untuk menentukan
skala dapat dilakukan dengan memutar skala ke kanan. Pengambilan cairannya sendiri yaitu
dengan bantuan mikrotip yang sudah disterilisasi. Mikrotip dipasang pada ujung pipet mikro
dengan mendekatkan ujung pipet pada gelas beaker yang tertutup kapas, kemudian kapas

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
dibuak sedikit dan ujung pipet ditancapkan secara pas dengan mikrotip. Setelah itu, ujung
mikrotip dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel kultur cair dengan cara
menekan tombol utama mikro pipet, lalu tombol dilepas dan cairan kultur pun otomatis akan
terambil sesuai skala yang ada pada mikropipet. Setelah itu, kultur diletakkan pada cawan
petri yang sudah steril dengan menekan lagi tombol utama secara perlahan. Setelah
dipindahkan, mikrotip dapat dilepas dari mikropipet dengan cara menekan tombol di
samping tombol utama yang lebih pendek. Mikrotip biasanya hanya digunakan sekali pakai
dan tidak boleh diletakkan kembali pada gelas beaker steril karena akan mengkontaminasi
yang lain. Sebelum menggunakan, mikro pipet harus disterilisasi dahulu untuk mencegah
kontaminasi mikroba yaitu dengan menyemprot alkohol 70% ke permukaan mikropipet,
kemudian dilap dengan tisu secara searah dan mikropipet siap digunakan.
8. Pembungkasan Glassware untuk Sterilisasi
Sebelum dilakukan sterilisasi glassware pada autoklaf, glassware harus dilakukan
pembungkusan terlebih dahulu. Alat dan bahan yang digunakan diantaranya glassware yang
akan disterilisasi, kapas steril, kertas payung, karet dan plastik PE. Beberapa glassware yang
akan disterilisasi harus disumbat kapas, serta dibungkus kertas payung dan plastik PE
terlebih dahulu.
Pada tabung reaksi, pertama dilakukan penyumbatan pada mulut tabung
menggunakan kapas steril. Untuk membuat sumbat kapas yang baik yaitu dengan menyusun
lembaran kapas dan merapikan bagian ujungnya. Kemudian, bagian-bagian ujung dilipat ke
dalam sehingga bertemu pada bagian tengah kapas lalu digulung dengan rapi. Kapas yang
digunakan secukupnya menyesuaikan ukuran mulut tabung sehingga dapat memastikan
tidak ada mikroba yang dapat keluar masuk saat sudah disumbat. Sumbat kapas yang baik
saat dilepas akan menghasilkan bunyi dan bentuknya tetap sama seperti awal. Setelah
disumbat kapas, ujung yang tersumbat tadi dibungkus menggunakan kertas payung. Bagian
luar kertas payung yaitu yang permukaannya licin. Hal tersebut bertujuan untuk menahan
uap air agar tidak meresap saat proses sterilisasi berlangsung. Setelah dibungkus dengan
kertas payung dengan rapi, kemudian diiikat dengan karet pentil. Setelah diikat, tabung
reaksi dapat dimasukkan ke dalam plastik PE (udara di dalam plastik PE dikeluarkan) dan
diikat menggunakan karet pentil.

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
Pada erlenmeyer, pembungkusannya hampir sama dengan pembungkusan tabung
rekasi. Erlenmeyer disumbat dahulu menggunakan kapas steril pada bagian mulutnya. Ujung
yang disumbat tersebut kemudian dibungkus menggunakan kertas payung. Posisi kertas
payung yang memiliki permukaan licin berada di luar agar dapat menahan uap air saat
proses sterilisasi berlangsung. Setelah dibungkus dengan rapi, ujungnya dapat diikat dengan
karet pentil agar pembungkus tidak terlepas. Setelah itu, erlenmeyer dapat dimasukkan ke
dalam plastik PE dengan udara di dalam plastik dikeluarkan dahulu kemudian plastik PE
diikat menggunakan karet pentil.
Untuk membungkus pipet ukur, pertama lubang pipet ukur disumbat dahulu dengan
kapas steril. Setelah itu, pipet ukur dimasukkan ke dalam plastik PE berukuran panjang.
Udara di dalam plastik dikaluarkan terlebih dahulu dengan memutar ppet ukur di dalam
plastik secara searah sehingga plastik tersebut menempel pada permukaan pipet. Kemudian,
ujung plastik diikat menggunakan karet hingga erat untuk memastikan agar plastik yang
membungkus pipet tidak terlepas.
Pada pembungkusan cawan petri dilakukan dengan cara membungkusnya dengan
menggunakan kertas payung dengan posisi cawan terbalik. Hal tersebut dilakuakn untuk
mencegah pengembunan yang nantinya akan mengganggu penglihatan saat percobaan.
Posisi kertas payung yang licin tetap diletakkan di bagian luar agar uap air tidak meresap
saat proses sterilisasi berlangsung. Cawan petri diletakkan tepat di tengah kertas payung
dalam posisi terbalik. Kemudian kedua pinggir dari kertas payung dilipat ke tengah sehingga
saling bertemu. Pada pinggiran yang masih terbuka dilipat lagi ke kanan dan kiri lalu dilipat
lagi ke bagian bawah sehingga pembungkusan tertutup pada semua bagian cawan dengan
rapi. Setelah itu, cawan petri yang telah dibungkus diikat dengan menggunakan karet dengan
ikatan silang agar karet tidak mudah dilepas. Setelah dibungkus dan diikat kemudian cawan
petri dimasukkan ke dalam plastik PE (udara dalam plastik dikeluarkan dahulu) dan diikat
dengan karet.
9. Pembungkusan Mikrotip untuk Sterilisasi
Untuk pembungkusan mikrotip untuk sterilisasi disiapkan alat dan bahan diantaranya
mikrotip yang akan disterilisasi, gelas beaker, kapas steril, kertas payung, karet dan plastik
PE. Pertama, kapas steril dilatekkan di bagian dalam pada gelas beaker. Hal tersebut
bertujuan untuk mencegah kontak langsung antara mikrotip dan gelas beaker. Setelah itu,

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
mikrotip disusun pada gelas beaker dengan posisi yang runcing menghadap bawah. Saat
menyusun mikrotip dipastikan tersusun rapi, rapat, dan lurus. Setelah itu, kapas steril
diletakkan lagi di atas mikrotip hingga menutupi seluruh bagian mikrotip. Hal ini untuk
mencegah adanya penghambat saat sterilisasi. Kemudian, bagian mulut gelas beaker ditutup
menggunakan kertas payung dengan posisi permukaan yang licin di luar. Hal ini untuk
mencegah adanya uap air yang meresap saat sterilisasi berlangsung. Setelah tertutupi kertas
payung kemudian diikat dengan mneggunakan karet hingga erat. Setelah terbungkus dan
terikat dengan rapi, gelas beaker dimasukkan ke dalam plastik PE (udara dalam plastik
dikeluarkan) dan plastik PE diikat dengan karet.

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
KESIMPULAN
Sterilisasi merupakan proses destruksi atau penghilangan mikroba yang hidup.
Obyek yang terbebas dar kehidupan mikroba disebut steril. Syarat bekerja dengan kultur
murni adalah media nutrient serta tempat untuk pertumbuhan harus steril dan
peralatannya juga harus steril. Apabila sterilisasi tidak dilakukan, maka mikroba
kontaminan akan tumbuh dan hasil yang diperoleh dari percobaan menggunakan kultur
murni akan menyimpang. Metode aseptis terdiri dari dua jenis, yaitu aseptis diri dan
lingkungan. Aseptis diri dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% sedangkan aseptis
lingkungan menggunakan alkohol 70% serta pemanasan api bunsen pada alat-alat yang
digunakan dalam percobaan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip sterilisasi, mampu
mempersiapkan alat dan bahan yang akan disterilisasi dengan autoklaf, serta mampu
melakukan sterilisasi alat, media mikroorganisme, dan bahan yang digunakan dalam uji
mikrobiologi dengan menggunakan autoklaf. Prinsip dari sterilisasi sendiri yaitu dengan
membunuh segala macam mikroba pada alat menggunakan suau proses tertentu.

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
Komponen Penilaian LKP:
Jenis Penilaian

Nilai
Maksimal

Diagram Alir

10

Data Hasil Pengamatan

10

Pembahasanlaporan

70

Kesimpulan

10
TOTAL

100

Nilai yang
diperoleh

Nama

Hesta M. Thamrin

NIM
Kelas
Kelompo
k
Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi
No
1.

Kompetensi

Bisa

Mampu melakukan tahapan persiapan alat dan
media sebelum sterilisasi :
Membuat sumbatan tabung reaksi dan
erlenmeyer
 Membungkus cawan petri, tabung reaksi dan
erlenmeyer
 Memasukkan glass ware ke dalam plastik
untuk disterilisasi
Mampu menggunakan autoklaf dengan baik dan
benar :


2.

3.

 Membuka dan menutup klep pengaman
 Memeriksa ketersediaan air distilat
 Menyalakan / mematikan autoklaf
 Menentukan waktu sterilisasi / destruksi
Mampu melakukan setiap tahapan metode aseptis
diri dan lingkungan sebelum dan sesudah
melakukan kerja di laboratorium mikrobiologi :




Melakukan aseptis diri
Melakukan aseptis lingkungan kerja
Melakukan aseptis alat kerja
TOTAL

100

Tidak

DAFTAR PUSTAKA
Curtis, Helena. 2009. Biology 5th edition. New York: Worth Publisher Inc
Guhathakurta, R. 2016. Principles of Modern Microbiology. New Delhi: Cosmo Publication
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Bogor: Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan
Oram, R.F. 2011. Biology Living System. Waterville: Glencoe Division Mc Millan Company
Pelczar, Chan. 2007. Elements of Microbiology. New York: Mc Graw Hill Book Company
Syamsunir, Adam. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Winaya, Darmadi. 2015. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Fairchild, Alexander. 2010. Concepts in Sterile Preparations and Aseptic Technique. New
York: James & Wilson Publisher
Karmana, Sulistya. 2008. Pengujian Alat Laboratorium untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: Pustaka Ajar
Perkin, J. Joseph, 2010. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences. New
York: Elsiever
Pramono, Kusworo. 2008. Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Price, Paul. 2007. Microbiology for Surgical Technologists. New York: Elsiever
Rochmawati, Irayanti. 2010. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rubiyanto, Singgih. 2016. Pengantar Mikrobiologi Umum. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret