PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK (1)

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, baik sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial. Setiap individu akan tumbuh dan berkembang cepat atau lambat
didalam lingkungan yang terus berubah. Lingkungan tersebut yang antara lain ditentukan oleh
kemampuan pendidik dalam memahami tujuan yang hendak dicapai, potensi anak didik, keadaan anak
didik dengan segala latar belakangnya, sarana pendidikan, ketepatan memilih bentuk komunikasi
pendidikan dan keadaan lingkungan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi edukatif atau tindakan
yang bersifat mendidik dalam pergaulan pendidikan. Pernyataan diatas sesuai dengan prinsip pendidikan
seperti tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Tiap-tiap lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh pada proses pendidikan yang
diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kadar besarnya pengaruh dari masing-masing
lingkungan tidak dapat diukur. Yang jelas ada pengaruh yang berarti dan mempunyai kesamaan dalam
pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara dan agama. Jadi yang menjadi tujuan
sebenarnya adalah anak didik. Untuk mengetahui gambaran tentang anak, tidak terlepas dari potensipotensi belajar yang dimilikinya. Sebab tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah
untuk mengembangkan potensi kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek
pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi anak didik

diisi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud dengan potensi?
Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa?
Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?

C. Tujuan

Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan berbagai jenis potensi yang ada dalam diri siswa.
2. Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.
3. Menigkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan potensi siswa.


BAB II
PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
A. Pengertian potensi
Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapat bekal berupa kemampuan siap, yang pelaksanaannya
berdasarkan insting.Disamping bekal berupa insting itu, individu mendapat bekal juga berupa benih, bibit
atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada waktunya dan apabila ada kesempatannya
maupun perangsangnya. Potensi inilah yang sekarang disebut dengan istilah pembawaan.Jadi yang

dimaksud dengan anak atau siswa yang berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan
kemampuan berkembang yang baik, sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang ditulis
dalam majalah “ANDA” (1986 : 40) “Potensi adalah kemampuan terpendam yang mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan; suatu yang dapat menjadi aktual”. M. Ngalim Purwanto (1984 :
18) mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan
yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan
(direalisasikan)”.
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan yang
terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam

bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang siswa tidak sama dengan potensi
yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus Soejono (1980 : 36) “Potensi
seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seorang lebih tajam pikirannya, atau lebih
halus perasaan, atau lebih kuat kemauan atau lebih tegap, kuat badannya daripada yang lain”.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi seseorang
berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
B. Jenis-Jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa
1. Potensi jasmaniah
Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologi
berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan gizi dan berbagai
vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai pra kondisi hidupnya. Jika
kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang bersankutan akan lemah, bahkan dapat
sakit.

2. Potensi rohaniah
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani. Potensipotensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai
budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani kita harus tenang, sabar,
optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa
benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) membagi potensi kepada :


a.
b.
c.
d.

Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan nafsu, termasuk

prakarsa).
e. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
f. Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
g. Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi rohaniah yang
dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
dicita-citakan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut yaitu:

1. Faktor dari dalam (keturunan)
Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh anak
tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal jika anak tersebut
berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan ilmu pasti, keturunan
bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya.
2. Faktor dari luar (lingkungan)
Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah faktor
rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga, pertama sekali anak
mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena itu orang tua disebut sebagai
pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak, terutama ibu yang mengasuhnya dari
dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar
untuk memberi pendidikan dan pengajaran pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti
kata pepatah “Bagaimana cetak begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka
seperti itulah anak akan tumbuh dan berkembang.
D. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi Peserta Didik
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan
kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada manusia
yang hanya memiliki sisi negatif. Berdasarkan paradigma itulah seorang guru harus senantiasa optimis
bahwa peserta didiknya memiliki potensi, bahkan memiliki banyak potensi. Kelemahan kita adalah
kurang cermat dalam mengenali potensi-potensi yang terpendam dalam setiap peserta didik.

Dapat dikatakan demikian karena menurut penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya Password
Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga belas jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa, logika, visualruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi (intrapersonal), masak (kuliner), alam (natural), emosi,

spiritual, keuletan, dan keuangan. Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun
1983 oleh Howard Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan keuletan
dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T. Kiyosaki.
Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap pendidik.
Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya,
Beragam dan terpadu,
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
Menyeluruh dan berkesinambungan,
Belajar sepanjang hayat, dan
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana adalah

2.

3.
4.
5.
6.
7.

dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain menilai hasilnya
sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka mengerjakan Matematika.
Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkin merasa senang apabila menulis atau
belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain
musik, dan sebagainya.
Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah bagaimana
agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui kegiatan intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses belajar
yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian, siswa terus mengasah
kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat menyampaikan secara
lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu argumen dengan teman,
kecerdasan


intrapersonal

saat

harus

bersikap

toleran

kepada

yang

lain,

dan

seterusnya.


Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh
BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa disebut Kegiatan Pengembangan Diri.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah
remaja.
E. Mengembangkan Potensi peserta didik
1. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar

Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser (1976) ada
tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.
Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan
pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan psikologis
anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto, 1980;69) bahwa anak siap
untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut masa intelek). Pada usia ini
sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh bimbingan rohani
dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang banyak memantapkan
keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan pengetahuan, manakala ia sudah

dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat sukar untuk diubah oleh seorang
pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan pada diri
anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan kepadanya. Kita
dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya dia dapat menemui
pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstinsik disamping motivasi intrinsic
yang telah ada pada diri sang anak.
2. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan dapat
berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang yang memiliki
intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional yang tinggi pula.Anak yang berbakat
adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak
menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya, aktif, kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah pisau dari besi
yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya tidak dilakukan sekali
saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan berfikir, seperti menganalisa,
memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur, mengisi teka teki silang, dan lain
sebagainnya.
F. Peran guru dalam Pengembangan Potensi Siswa
Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta

mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam
masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan
tugas-tugas guru sangat minim.Guru memiliki perana yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang
perlumendapat perhatian(Depdiknas, 2005).Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu
proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan
siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
Membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri,
demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan
tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus
mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk
belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)
Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu
beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada
saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang
yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam
membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil
belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta
didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang
dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta
didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang
bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui
interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar
dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan
dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik,
inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.Disamping peran sebagai pengajar, guru juga
berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal
terhadap sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah
proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta
masyarakat.Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang siswa.
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari.
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.

4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun
secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan
masalah siswa.
6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
8. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan
masalah siswa.
9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
11. Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembimbing memiliki keterkaitan yang sangat erat
dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan
merupakan keterpaduan antara keduanya
G. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam pengembangan potensi siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang
dengan yang lain ialah:
1. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas
kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh
pembawaan kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun menerima latihan
dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ (fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai
kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan soalsoal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.Organ-organ tubuhnya dan
fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai soal itu dan kematangan erat
hubungannya dengan umur.
3. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan
disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)
4. Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan –
dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif
menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari
manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah
minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik
5. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga

bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini
berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi.
(Dalyono, 2007.) Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
aktivitas dan kreativitas siswa, dan potensi guru dapat menggunakan pendekatan sebagai
berikut:
1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan
harga diri) siswa.
2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan
role playing.
3. Value clarification

and

moral

development

approach;

guru

mengembangkan

pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan
segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini
pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek
kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa
untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi
intelektualnya.
6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi
dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk
mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan
mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang
tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara
rasional.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna
bagi dirinya;
2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga
mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam
penyusunan tersebut;
3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan;
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;

6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan
kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya,
rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar
sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta
mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan
mempunyai kepercayaan diri.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :
a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal
yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.
b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi
pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan
keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera
2. Cara mengembangkan potensi yang ada pada anak SD
a. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar

b. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi.
B. SARAN
Untuk para pengajar yang dimasa dewasa ini kurang mengerti dan kurang memperhatikan
potensi belajar siswa, hingga terkadang ada beberapa cara atau model pembelajaran yang
membuat siswa sulit menyerap materi, hendaknya dengan makalah ini para pengajar dapat
mengerti.