Perlindungan Sosial dan Kemiskinan abstrak

Perlindungan Sosial dan Kemiskinan
Oleh: Teddy Lesmana
Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Oktober yang lalu
di Sukabumi mencanangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. BPJS merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yakni amanah UU 40 Tahun 2004 dan UU No. 24 tenatang BPJS
yang akan dilaksanakan mulai tahun 2014 mendatang.
Dalam penyelenggaraan SJSN dibentuk oleh dua badan penyelenggara
jaminan sosial, yaitu BPJS kesehatan yang akan mulai beroperasi 1 Januari
2014 dan BPJS Ketenagakerjaan paling lambat 1 Juli 2015. BPJS Kesehatan
akan menyelengarakan program jaminan kesehatan sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan pada program jeminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Untuk masyarakat miskin sendiri nantinya akan menerima bantuan dalam
skema penerima bantuan iuran (PBI). Pelaksanaan SJSN ini sendiri bisa
dikatakan momentum yang bersejarah sejak Indonesia merdeka. Adanya
jaminan sosial ini yang merupakan bagian dari perlindungan sosial,
diharapkan tidak hanya sekedar membantu masyarakat dalam
menghadapi resiko kontijensi, tetapi juga mampu untuk menciptakan

kondisi dimana masyarakat khususnya masyarakat yang masih hidup di
bawah garis kemiskinan mampu keluar dari jebakan kemiskinan.
Perlindungan Sosial
Perlindungan sosial (social protection) secara tradisional dijalankan di
negara sejahtera (welfare state) dan mulai dilembagakan secara formal
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Benua Eropa. Perlindungan
sosial berkembang di Inggris dan Jerman di kalangan kelas pekerja dengan
adanya asuransi bagi para pekerja untuk melindungi resiko para yang
dihapai para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Sementara itu di
Amerika Serikat, perlindungan sosial dijalankan beberapa tahun setelah
Great Depression yang ditujukan untuk meringankan beban bagi mereka
yang jatuh miskin dalam periode Depresi Besar tersebut.
Per definisi, perlindungan sosial adalah seperangkat kebijakan dan
program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi
kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui perluasan pasar kerja
yang efisien, pengurangan resiko-resiko kehidupan yang senantiasa
mengancam manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam
melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan gangguan yang dapat
menyebabkan terganggunya atau hilangnya pendapatan (Suharto, 2006).


1|Page

Sementara itu terkait dengan kemiskinan, OECD‘s Development
Assistance Committee (DAC) dimana perlindungan sosial adalah aksi
publik yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas orang miskin untuk
berpartisipasi, berkontribusi dan memperoleh manfaat dari kehidupan
ekonomi, politik, dan sosial komunitas dan masyarakat (OECD, 2007).
Lebih jauh, perlindungan sosial berfokus pada pencegahan kemiskinan
dan memberikan bantuan bagi masyarakat yang paling miskin (de Haan,
2000).
World Bank (2001) mengisyaratkan bahwa perlindungan sosial itu sendiri
juga ditujukan untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan dan bukan
hanya terbatas pada tindakan yang hanya menyelesaikan persoalan
kemiskinan dalam tataran gejalanya saja (symptom). Dalam definisi yang
lebih luas, perlindungan sosial didasarkan pada pandangan bahwa
penyebab – penyebab kemiskinan ditemukan dalam berbagai resiko sosial
yang dihadapi orang miskin dan kerentanan mereka terhadap dampak –
dampak dari resiko sosial tersebut. Fokus kepada resiko dan kerentanan
yang merupakan penyebab utama kemiskinan mengimplikasikan bahwa
perlindungan sosial seyognyanya memiliki visi “forward looking” dan

menekankan perlunya membangun intervensi untuk mengurangi resiko
dan kerentanan sebelum kedua hal tersebut terjadi.
Dewasa ini, perlindungan sosial mencakup berbagai aspek dan tujuan
yang terkait dengan tujuan pembangunan itu sendiri. Di negara – negara
berkembang, perlindungan sosial digunakan sebagai pendekatan
kebijakan untuk mengatasi persoalan kemiskinan persisten dan berbagai
penyebab struktural yang menyebabkan kemiskinan. Kebijakan
perlindungan sosial kemudian didisain untuk benar – benar mengangkat
penduduk miskin ke luar dari kubangan kemiskinan ketimbang hanya
untuk melindungi penduduk miskin terhadap berbagai resiko kontijensi.
Berbagai bukti empiris di negara – negara berkembang memperlihatkan
peran dari perlindungan sosial yang dapat mengatasi persoalan
kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
efektivitas strategi pertumbuhan ekonomi inklusif untuk pengurangan
kemiskinan. Untuk mencapai hal tersebut, kebijakan perlindungan sosial
dapat menjadi suatu kebijakan yang mengiringi pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan yang memberikan ruang manfaat ekonomi yang
lebih luas dan mempromosikan hasil – hasil pembangunan utamanya
untuk kalangan miskin dan kelompok masyarakat yang selama ini
terekslusi dari manfaat pertumbuhan ekonomi.

Kemiskinan Kronis
Berkaca dari konsep perlindungan sosial berspektrum luas di atas
tersebut, seyognyanya kebijakan perlindungan sosial bisa
dihamornisasikan dengan kebijakan pengentasan kemiskinan lainnya.
Kebijakan perlindungan sosial tersebut hendaknya dapat mencakup dan
mengantipasi resiko dan kerentanan yang dihadapi oleh sebagian warga
2|Page

bangsa yang terbelit dalam kemiskinan kronis bukan hanya untuk
memitigasi terhadap mereka yang berada pada kemiskinan sementara
(transient poverty) ketika terjadi suatu shock dalam perekonomian.
Kemiskinan kronis itu sendiri dapat diidentifikasi ketika seorang individu
atau rumah tangga berada dalam kemiskinan sepanjang waktu dan hidup
di bawah norma minimun kehidupan yang layak secara sosial atau tetap
berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam mewujudkan pendanaan kebijakan perlindungan sosial yang
diwujudkan dalam bentuk program – program jaminan sosial inklusif yang
berhubungan langsung dengan peningkatan kapabilitas kaum miskin,
seyognya sebagian anggaran yang sedianya digulirkan untuk subsidi
energi digunakan untuk mendanai program – program jaminan sosial yang

berkesinambungan dan tak hanya bersifat bantuan sosial yang sifatnya
sementara dan tak memecahkan akar persoalan yang mendasar.
Pemerintah, baik yang saat ini berkuasa maupun pemerintahan yang akan
datang, seyogyanya bisa untuk lebih memfokuskan diri dalam
mengembangkan dan memperluas kebijakan perlindungan sosial dalam
bentuk jaminan sosial yang berkesinambungan. Jaminan sosial tersebut
hendaknya yang memiliki target untuk meningkatkan kemampuan
kalangan miskin dalam mengeloladan memfasilitasi tingkat pengembalian
investasi bagi kalangan miskin yang pada gilirannya akan mendukung
pembangunan modal insani, memperluas kapabilitas kaum miskin dan
kelompok masyarakat yang selama ini rentan serta membantu mereka
untuk memutuskan rantai transmisi kemiskinan inter-generasi.

3|Page