Nasal Drug Delivery - Definisi
Kelompok 2
INTRANASAL DDS
Sistem pelepasan obat dimana obat akan diberikan dan dilepaskan di rongga nasal.
Bentuk sediaan biasanya berupa obat tetes atau spray.
Beberapa obat dilepaskan di rongga nasal
1. efek lokal obat tetes hidung atau spray seperti dekongestan, antibiotik dan mukolitik.
2. sirkulasi sistemik contohnya obat migrain atau
senyawa aktif obat tersebut tidak dapat diberikan secara oral karena akan terdegradasi pada saluran pencernaan
Struktur
Nasal Vestibule atau ruang depan hidung adalah bagian paling anterior dari rongga hidung yang tertutup oleh tulang rawan hidung dan dilapisi oleh sama epitel dari kulit (skuamosa bertingkat, keratin). Di dalam ruang depan adalah rambut-rambut kecil yang disebut vibrissae untuk flter debu dan materi lain yang napas masuk.
Olfactory Region atau wilayah penciuman terletak di puncak rongga hidung. Hal ini dilapisi oleh sel penciuman dengan reseptor penciuman.
Repiratory Region atau wilayah pernapasan adalah yang terbesar, dan dilapisi oleh epitel bersilia psudeostratifed. Dalam epitel yang diselingi sel goblet mukus
Fungsi konka adalah untuk meningkatkan luas permukaan rongga hidung dan meningkatkan jumlah udara inspirasi.
Oleh
RUTE TRANSPOR DAN
Marina Ika Irianti MEKANISME
1106065716
PENGANTARAN OBAT
Pada sistem pengantaran obat melalui intranasal, absorbsi obat menjadi faktor penting dalam menentukan efektivitas obat.
Ada 2 rute utama terjadinya absorbsi obat yang diberikan secara intranasal, yaitu :
Rute Paraselular Rute Transelular
Rute Paraselular Rute paraselular merupakan rute yang
- melalui celah diantara sel epitelial dengan mekanisme difusi pasif atau penarikan oleh pelarut. Permeabilitas paraselular dari epitel
- nasal hampir sama dengan usus sehingga molekul kecil yang hidroflik dapat berdifusi secara pasif melalui sel. Difusi pasif di antara sel dapat terjadi
- karena adanya gradient atau
Rute transelular merupakan rute yang melewati sel epithelial
Terjadi melalui beberapa mekanisme seperti difusi
pasif, transport melalui pembawa, atau dengan
membuka tight junction.
Rute transelular berperan dalam transport obat yang bersifat lipoflik. Difusi pasif di antara sel dapat terjadi karena adanya gradient atau perbedaan konsentrasi, dengan laju absorpsi sesuai dengan hukum Fick’s pertama.
Derajat ionisasi obat, pKa obat, dan pH lingkungan merupakan factor yang penting dalam absorbsi transelular secara difusi pasif.
SISTEM PENGANTARAN OBAT DAN APLIKASI
APLIKASI LOKAL
Zat aktif Merk dagang Indikasi Azelastin Astelin Antihistamin H1-bloker Beklometason Beconase Rinitis alergi, asma kronis, bronkitis non-asmatikus Budenosid Rhinocort Asma, rinitis, alergi, crohn’s disease Levocabastin Livostin rhino-sinusitis Mometason Nasonex rhino-sinusitis Olapatadin Patanase rhino-sinusitis
Natrium kromoglikat Nasalcrom Rhinitis alergetika sepanjang tahun dan
musimanTriamsinolon asetonida Nasacort Rhinitis alergi intermiten sedang-berat
Pemberian obat melalui intranasal menunjukkan availabilitas sistemik yang lebih baik dibanding rute oral atau intravena
Contoh: analgesik(morfn), obat- obat kardiovaskuler seperti propranolol dan carvedilol, hormone seperti levonorgestrel, progesterone, dan insulin, obat-obat antiinfamasi seperti indometasin dan ketorolac, serta obat- obat antiviral seperti asiklovir
Zat aktif Merk dagang Indikasi Estradiol Aerodiol Terapi pengganti hormone Nikotin Nicotrol NS Candu rokok Sianokobalamin Nascobal Defisiensi vit B 12 Desmopresin Desmospray Mengontol dehidrasi dari pasien diabetes insipidus
Oksitosin Syntocinon Stimulan laktasi Kalsitonin salmon Miacalcin Pengobatan meno-pausal, osteoporosis Buserelin Suprefact Pengobatan kanker prostat Nafarelin Synarel Endometriosis Zolmitriptan Zomig nasal Sumatriptan Imigran Pengobatan migraine dan sakit kepala Fentanil Instany Butorfanol Stadol NS Mengurangi nyeri Vaksin influenza FluMist Mencegah flu
A P L I K A S I S I S T E M I K
Pengantaran obat ke SSP terjadi melalui olfactori neuroepithelium.
Meskipun melalui olfaktori berpotensial untuk menembus sawar darah otak, namun P-gp juga terdapat di area ini.
Graf et.al mengkonfrmasi bahwa P-gp terdapat di
olfactory ephitelium dan endothelial sel yang
megelilingi olfactory bulb. Selain itu juga tedapat transport obat melalui system saraf trigeminal dari rongga hidunng menuju system saraf pusat.
Terdapat beberapa barrier pada system penghantaran obat ini yaitu
Tight junction pertahanan elektrik transendotelial (1500- 2 G A M B A R. P- G LI KO P R O T E I N , P OM PA E FF LU X B E R G A N TU N G AT P , U N T U K M E N C E G A H IN F LU X OB AT DA R I M E M B RA N H ID U N G M E N U JU SS P
METABOLISME
Tidak melalui FPM pada hepar FPM pada mukosa nasal.
Enzim : monooksigenase, reduktase, transferase, esterase, dan enzim proteolitik pada mukosa nasal, sekret nasal, sel epithelial nasal (pada sitosol) dan lamina propria
Fase I oksidatif (sit-P450 dependen monooksigenase)merupakan FPM untuk xenobiotik, dan juga dekongestan nasal, anestesi, alkolhol, nikotin dan kokain.
Enzim fase II (glutation transferase) banyak ditemukan pada mukosa nasal.
Pada penghantaran protein dan peptide.
aktivitas peptidase (eksopeptidase dan endopeptidase) dan protease terjadi pada epithelium nasal dan sekret nasal. Aminopeptidase : enzim proteolitik utama pada mukosa nasal.
Inhibisi aminopeptidase oleh natrium glikolat digunakan sebagai peningkat penetrasi
KLIRENS Klirens dari formulasi obat dari mukosa nasal akan
berkurang pada pasien dengan kondisi patologis, yang
cenderung merusak fungsi silia :- Fungsi silia optimal pada pH 7-10 untuk trakea dan jaringan bronkhial
- Bakteri seperti Haemophilus infuenza dan
Staphylococcus mengganggu gerak silia
- Peningkatan klirens mukosa : merokok
- Penurunan klirens mukosa : penderita rhinitis alergi,
rhinitis atropic, dan sinusitis kronik- Penurunan klirens mukosiliari : pasien dengan diskinesia silia primer, pasien fbrosis sistik (akibat
jumlah mucus yang tidak normal walaupun fungsi dari
silia normal), pasien diabetes mellitus
FORMULASI OBAT, CONTOH SEDIAAN, DAN PEMBAWA
Fibya Indah
SEDIAAN INTRANASAL
1006775041
- Molekul dengan BM kurang dari 1000 lebih banyak terabsorpsi daripada molekul dengan BM lebih besar dari 1000.
- Bentuk molekul siklik memiliki absorpsi lebih baik daripada bentuk yang liniear.
- Ukuran partikel juga berpengaruh karena partikel sebesar 10 μm dapat melewati rongga hidung dan terdeposit di paru-paru (sediaan spray). Untuk formulasi serbuk, ukuran partikel yang lebih
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam formulasi intranasal adalah konsentrasi larutan dan volume
Volume yang dapat dihantarkan dibatasi oleh ukuran rongga hidung, dengan batasan tertinggi sebesar 25 mg/dose dan volume sebesar 25–150 μ L/nostril (Behl et
Sifat eksipien pada fomulasi nasal digunakan sesuai dengan bentuk sediaan dan sistem penghantarannya.
Komponen bufer, antioksidan, pengawet, humektan,
geliing agent, solubilizer, dan perisa adalah ekspien yang biasa digunakan.
Solubilizer yang biasa digunakan dapat berupa solvent konventional atau kosolven seperti glikol, alcohol. Bahan tersebut dapat meningkatkan kelarutan obat. Dapat juga digunakan surfaktan atau siklodestrin.
Pengawet pada formulasi intranasal digunakan untuk mencegah tumbuhnya mikroba. Paraben, benzalkonium klorida, phenyl ethyl alcohol, EDTA dan benzyl
Antioksidan digunakan untuk mencegah degradasi obat, berdasarkan profl kelarutan.
Antioksidan yang biasa digunakan diantaranya sodium metabisulfte, sodium bisulfte, butylated hydroxy toluene dan tokoferol.
Humektan dapat ditambahkan pada sediaan intranasal terutama pada produk nasal bentuk gel untuk mencegah iritasi hidung. Kelembapan intranasal yang cukup berguna untuk mencegah dehidrasi. Humektan juga tidak mempengaruhi
CONTOH SEDIAAN
Nasal drops (tetes hidung)
NASAL POWDERS
Nasal gel
Nasal mucoadhesive particulate
delivery (mikro/nanopartikel,
liposom) Nasal ointments
Nasal microemulsion
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN PADA SEDIAAN
INTRANASAL
PEMBAWA SEDIAAN INTRANASAL
Absorption enhancer mikrosfer, hidrogel, dan liposom dapat digunakan dalam rute nasal dan dapat meningkatkan absorpsi, menurunkan klirens mukosiliari, dan memperlama waktu tinggal obat dalam rongga hidung.
Siklik oligosakarida yang memiliki permukaan luar hidroflik dan rongga lipoflik sehingga obat nonpolar bisa masuk.
Agen pengompleks untuk meningkatkan absorpsi sediaan nasal dengan meningkatkan kelarutan dan stabilitas obat.
Vesikel fosfolipid yang terdiri dari lipid bilayer
Enkapsulasi yang efektif pada molekul besar dan kecil dengan rentang hidroflisitas dan nilai pKa yang luas (Alsarra et al, 2008).
Meningkatkan absorpsi sediaan nasal seperti pada insulin dan kalsitonin dengan meningkatkan penetrasi
Mikrosfer biasanya berasal dari polimer mukoadesif seperti kitosan dan alginate, yang memberi keuntungan untuk penghantaran sediaan nasal.
Melindungi sediaan dari metabolisme enzimatik.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI OBAT DALAM
INTRANASAL DDS Faktor Fisikokimia Obat dan Faktor Formulasi Nur Azizah, 1006683772
Lipoflisitas FAKTOR
- Obat-obat lipofl diabsorpsi
FISIKOKIMIA OBAT
secara baik dengan laju absorpsi cepat melalui rute Bobot molekul transeluler.
- Pada senyawa lipofl : BM
- Jika terlalu lipofl obat tidak > 1 kDa absorpsinya larut dalam lingkungan berair mulai berkurang secara di rongga hidung signifkan mempercepat klirens mukos
- obat hidroflik : absorpsi (MCC) waktu kontak dengan lebih bervariasi, misalnya membran hidung berkurang Na cromoglycate permeasi berkurang.
(absorpsi cepat), absorpsi peptida dan protein Conto h : bervariasi dari 100% absor
(penta peptida), psi metkephamid (BM 660 fenta
Da), sampai 1%
pKa FAKTOR
Bentuk molekul akan lebih
FISIKOKIMIA OBAT
mudah diabsorpsi daripada bentuk ion (bermuatan) oleh membran mukosa
Stabilitas hidung dipengaruhi nilai
- Lingkungan rongga hidung pKa obat dan pH mukosa hidung (5,0-6,5).
memiliki kemampuan untuk
Terutama berpengaruh memetabolisme obat untuk senyawa-senyawa secara enzimatik polar (hidroflik). mengurangi stabilitas biologis dari obat dibentuk pro-drug maupun menggunakan inhibitor Kelarutan enzim.
- Agar dapat diabsorpsi obat
- Disisi lain, beberapa obat harus terdisolusi di dalam cairan mukosa hidung juga mungkin tidak stabil sehingga dapat terdispersi akibat mengalami hidrolisis, secara molekuler dan oksidasi, isomerisasi, reaksi menembus membran atau dekomposisi atau
FAKTOR FORMULASI Konsentrasi (Kadar)
Absorpsi pada intranasal DDS : difusi pasif (transeluler dan paraseluler) juga
dipengaruhi oleh konsentrasi obat dalam
larutan pada membran.
Semakin tinggi konsentrasi perbedaan
gradien konsentrasi yang mendorong terjadinya difusi juga semakin besar.
Oleh karena itu, jika obat diformulasikan
sebagai larutan, dipilih konsentrasitertinggi yang kompatibel dengan volume
pH juga sedapat mungkin sesuai atau mendekati pH mukosa hidung ( 5,0- 6,5 ) sehingga tidak menyebabkan iritasi.
pH pH formulasi : sesuai pH stabilitas obat dan dapat meyakinkan jumlah terbesar dari spesies obat yang tidak terionisasi (bentuk molekul) dilepaskan dari sediaan.
- Peningkatan viskositas larutan memperlama waktu kontak antara obat dan mukosa hidung sehingga dapat meningkatkan potensi penyerapan obat.
- Viskositas tinggi dapat mengganggu klirens mukosilia (MCC) sehingga meningkatkan permeabilitas obat.
FAKTOR FORMULASI Viskositas
Bentuk Sediaan
Tetes hidung : sediaan intranasal paling sederhana, namun tidak dapat menghantarkan obat dalam jumlah yang terukur secara tepat dan dapat mengakibatkan overdosis.
Untuk dapat diabsorpsi, aerosol harus terdeposisi lalu diikuti dengan disolusi partikel padat saat digunakan.
Bentuk semprotan larutan lebih disukai daripada semprotan bubuk karena dapat menyebabkan iritasi mukosa hidung.
Saat ini dikembangkan sistem khusus seperti emulsi lipid, mikrosfer, liposom dan flm meningkatkan absorpsi.
Eksipien
Eksipien dalam formulasi mungkin dapat menyebabkan
iritasi pada hidung. Selain itu, eksipien yang digunakan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHANTARAN SECARA INTRANASAL
Idam Titis Permana 1006659483 Absorbsi dan bioavailibilitas obat secara garis besar dipengaruhi oleh luas area absorbs yang tersedia,
lama waktu kontak antara obat dan are absorpsi,
adanya proses metabolism sebelum dan saat absorpsi, keadaan keabnormalan atau patologi jaringan absorpsi.
Eptelium respiratori terdiri dari 4 tipe sel yang berbeda: basal, mukosa yang mengandung goblet, bagian bersilia, dan daerah yang tidak bersilia.
Luas permukaan rongga nasal 160 cm2.
Sel pada daerah respirasi terdiri dari 300 mikrovilli menigkatkan luas area permukaan rongga hidung.
Meskipun demikian efektivitas area permukaan untuk absorbsi dipengaruhi oleh tipe sediaan pada penghantaran obat.
Diantaranya adalah diameter partikel.
hidung.
Partikel > 10µm tersaring oleh vibrissae pada rongga
Partikel 5-10 µm terdeposit pada jalur nasal, kemudiann akan dibersihkan melalui proses pembersihan mukosiliari.
Partikel <2 µm pada umumnya tidak difltrasi keluar sehingga memungkinkan masuk kedalam saluran pernafasan atau paru-paru.
Pada vascular nasal terdapat venous sinusoid, arteriovenus anastosome, dan vascular rongga nasal memiliki banyak pembuluh darah.
Suplai darah yang besar dalam rongga nasal obat yang diabsorpsi mempunyai onset aksi yang cepat.
Aliran darah nasal juga mengatur ukuran lumen nasal.
Adanya factor lain seperti perubahan mood atau emosi, hiperventilasi, dan olahraga dapat mempengaruhi aliran darah nasal.
Arteriol nasal mengandung membrane elastic dalam jumlah yang sangat sedikit membran dasar endothelial bersambungan dengan membrane dasar sel-sel otot polos.
Hal tersebut menybabkan aliran darah yang cepat melalui dinding vaskuler, sehingga air dapat keluar ke lumen aliran udara dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban udara pada rongga hidung.
Lamanya waktu kontak obat dengan jaringan absorpsi banyaknya obat yang akan menembus mukosa.
Dipengaruhi oleh kecepatan klirens obat dari area absorpsi oleh klirens mukosiliari dan metabolism.
Klirens mukus dari hidung berlangsung setiap10-20 menit
Partikel yg terdeposit pada daerah bersilia (turbinat) klirens berlangsung cepat.
Partikel terdeposit pada daerah tidak bersilia (anterior rongga hidung) klirens berlangsung lambat.
Partikel terdeposit pda nasofaring akan terbawa ke saluran y ang lebih dalam secara cepat tdk cocok untuk absorbsi di ronggga hidung.
Mukus mengandung polymorphonuclear leucosytes dan eosynophyls. Terdiri dari 2,5-3% garam, 1-2% musin (sulphurated scyderoprotein) dan 95% air. Juga mengandung Lyzozym, enzim dan immunoglobulins, dan protein lain.
Berperan sebagai physical barrier difusi obat
Memperlambat difusi air
Berikatan dengan obat Ikatan obat dengan mucin difusi menurun
Molekul obat bermuatan (+) berikatan dengan mukus glikoprotein
melalui interaksi elektrostatik dengan komponen bermuatan (-)
residu asam silalik dan sulfate ester.
Interaksi hidroflik antara obat dan protein globluar dari molekul
glikoprotein
Kecepatan klirens mukosiliari dan kapasitan absorbsi nasal dipengaruhi oleh kondisi patofsiolgi rongga nasal dan hal ini akan mempengaruhi kecepatan klirens dari obat.
Contoh penyakit : rhinitis, fu ringan, alergi, sinusitis, asma, polip pada hidung, sindrom Sjogren dan Kartagener. Selain itu faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu dan polusi juga mempengaruhi kecepatan klirens nasal.
Demam dan fu hipersekresi mukus, hidung tersumbat.
Obat tidak dapat memberikan dosis yang optimal/ poten untuk memberikan efek terapi.
Mukasa hidung memiliki enzim eksopeptidase (seperti aminopeptida, metilloproteinase, dll) dan endopeptidase (cerynproteinase, cysteinproteinase, metalloproteinase, dll).
Enzim-enzim tersebut menyebabkan degradasi peptida dan protein (A. Yekta Ozer. 2007)
Enzim- enzim pada epitel nasal berfungsi dalam mekanisme pertahanan terhadap xenobiotik.
Aktivitas enzimatik pada rongga hidung < GIT
Namun aktivitas CYP P450 di olfaktori jaringan epitel nasal lebih besar daripada di hati.
Nasal dekongestan, anestesi, nikotin dan kokain merupakan salah satu contoh obat yang dimetabolisme oleh CYP P450-dependent monooxygenase.
Sistem imun berfungsi untuk mengenali dan mengeliminasi materi asing.
Antibodi disekresi pada rongga hidung dan terdapat pada lapisan mukus
Dapat menetralkan antigen pada mukosa hidung.
Dapat menyebabkan munculnya gejala alergi seperti demam. Yekta Ozer. 2007. Alternative Applications for Drug
Delivery: Nasal and Pulmonary Routes. Turkey:
Hacettepe University, Faculty of Pharmacy, Department of Radiopharmacy, Ankara 06531.
Swatantra K.S. Kushwaha; Ravi Kumar Keshari; and A.K.
Rani. 2011. Advances in Nasal Trans-Mucosal Drug Delivery. India: Pranveer Singh Institute of Technology. Journal of Applide Phamceutical Science 01 (07);2011:21-28. Publised by .
Anya M. Hillery; Andrew W. Llloyd; James Swarbrick.
2001. Drug Delivery and Targeting. USA: Taylor and Francis.
1. Luas permukaan besar Rongga nasal memiliki luas
2
permukaan kira-kira 360 cm untuk absorpsi obat2. Suplai darah yang besarabsorpsi dan onset aksi yang cepat.
3. Aktivitas metabolik yang rendah
4. Kemudahan akses
5. Kemudahan dalam pemberianAlat nasal seperti dosis terukur nasal spray, lebih sederhana untuk pasien dan dapat lebih mudah diterima dibanding suppositoria untuk rute intravaginal dan rektal.
6. Alternative intestinal, dilakukan ketika rute gastrointestinal
tidak dapat dilakukan seperti pasien dengan mual dan muntah, pasien dengan kesulitan menelan atau anak-anak, obat yang tidak stabil dalam cairan gastrointestinal, obat yang mengalami frst pass efect dalam jumlah besar1. Klirens mukosiliari mengurangi waktu retensi obat dalam rongga nasal dan kesempatan untuk absorpsi.
2. Penghalang mucus. Difusi obat mungkin terbatasi dengan penghalang fsik dari lapisan mucus dan terikatnya obat dengan musin.
3. Terbatas untuk molekul poten. Obat dengan berat molekul tinggi (sulit diabsorpsi), rute ini terbatas hanya untuk molekul obat yang - 1 poten dengan kadar plasma efektif dalam ng mL atau kurang
4. Kurangnya reprodusibilitas. Permasalahan utama dalam pemberian
intranasal adalah apakah hal tersebut dapat memberikan absorpsi
yang dapat diandalkan.Perubahan permeabilitas absorpsi dapatmempengaruhi apakah absorpsi obat lebih tinggi atau rendah dari
seharusnya5. Efek samping. Iritasi local dan sensitiftas terhadap obat harus diperhatikan. Epitel nasal dan dalam particular silia sangat sensitive dan rapuh.Kerusakan pada epithelium dapat mengakibatkan
mukosiliari yang tidak normal yang berhubungan dengan penyakit
pernapasanDinda PENGEMBANGAN Rahma TEKNOLOGI TERBARU Sesha DALAM PENGHANTARAN 100670502
2 OBAT MELALUI NASAL
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI TERBARU INTRANASAL
DDS
Berikut ini beberapa cara yg digunakan untuk meningkatkan kemampuan absorbsi sediaan yg dihantarkan melalui rongga nasal:
1. MENINGKATKAN PERMEABILITAS
EPITEL NASAL2. MENINGKATKAN WAKTU KONTAK PADA DAERAH ABSORBSI
Lamanya waktu kontak antara obat dan daerah absorpsinya dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat. Karena obat dapat dibersihkan dari rongga nasal melalui mekanisme mucociliary clearance, menelan dan atau melalui metabolisme, maka
penghambatan mekanisme clearance ini akan menghasilkan peningkatan absorbsi.
Langkah- langkah yang di lakukan adalah:
c. Penggunaan bahan
c. Penggunaan bahan bioadhesive bioadhesive
Menggunakan prinsip perlekatan substrat bilologis (spt
mukus atau jaringan). Mekanisme bioadhesiv diharapkan
dapat mempengaruhi bioavailabilitas dengan cara: Menurunkan laju clearance pada daerah absorpsi,- sehingga mampu meningkatkan waktu absorpsi Meningkatkan konsentrasi obat lokal pada daerah adhesi/
- absorpsi Menjaga obat dari pelarutan dan degradasi dari sekresi
- nasal.
Beberapa macam formulasi bioadhesiv yang digunakan
- adalah:
Larutan bioadhesiv/ suspensi digunakan peningkat
viskositas spt metilselulosa, CMC Na, kitosan, karbopol.
Dry powder bioaadhesiv digunakan microcrystalline
- cellulose, pati hidroksietil, microcrystalline chitosan,
karbomer dan asam alginat. Mekanismenya: Polimer
3. PENGHAMBATAN DEGRADASI ENZIM
Salah satu mekanisme clearance pada rongga nasal adalah degradasi enzimatik dari zat aktif melalui sekresi nasal dan mukosa.
Degradasi peptida dan protein oleh protease inhibitor seperti bestatin, diprotinin A dan
aprotinin, akan menginhibisi leucin
aminopeptidase, dipeptidyl peptidase dan
trypsin.
Penggunaan peningkat penetrasi menurunkan metabolisme beberapa peptida mempengaruhi absorbsi obat. Penghambatan ini terjadi akibat denaturasi leucine aminopeptidase dengan mencegah pembentukan kompleks antara substrat- enzim.
4. METODE MICELLANEOUS
Metode ini meliputi:
Perubahan tekanan osmotik (tonisitas) Penurunan pH menyebabkan peningkatan kemampuan
- absorbsi Perubahan pH dan tekanan osmotik melebihi konsetrasi
- dapat menyebakan kerusakan pada epitel terjadi peningkatan permeabilitas xenobiotiknya
Penghantaran obat dalam bentuk dry powder
Penghantaran obat dalam bentuk dry powder (tanpa
- pembawa bioadhesive). Contohnya pada insulin feeze-
dried akan lebih baik kemampuan absorbsinya jika
sediaan dalam bentuk serbuk dibandingkan larutan, Taylor, Francis. 2001. Drug Delivery and Targetting for Pharmacist and Pharmaceutical Scientists . Taylor and Francis e-Library: London and New York.
Yang, Liu. 2008. New Development of Reverse Micelles and
Applications in Protein Separation and Refolding. Chinese
Journal of Chemical Engineering: China.
Gordon, G.S. 1985. Nasal absorption of insulin: Enhancement
by hydrophobic bile salts. Medical Sciences: USA. Hillery, Anya M, etc. 2001. Drug Delivery and Targeting, forPharmacists and Pharmaceutical Scientists . New York : Taylor & Francis
Pires, Anaisa, etc. 2009. Intranasal Drug Delivery: How, Why
and What for?. Journal Pharmacist Pharmaceutical Science (www.cspsCanada.org) 12(3) 288 - 311, 2009