MAKALAH MATA KULIAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT (Kelas A) “Sisten Penghantaran Obat Tertarget (Targeted Drug Delivery System)” Kelompok 3 Chairunisa Larasati Yusuf 1006659432 Futty Dewi Nuzulia Famini 1006659470 Sarah Karima 1006659571 Azizah Nurrakhmani 100

  

MAKALAH MATA KULIAH

SISTEM PENGHANTARAN OBAT (Kelas A)

“Sisten Penghantaran Obat Tertarget (Targeted Drug Delivery System)”

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

  Dewasa ini, semakin banyak terjadinya resistensi penyakit terhadap suatu obat ataupun terapi. Selain itu juga sering terjadi kasus over dosis sehingga menyebabkan efek samping atau gangguan kesehatan lainnya bagi konsumen atau pasien. Sehi diperlukan suatu metode penghantaran obat yang dapat dengan selektif mengenali lokasi spesifik tertentu sehingga dapat meningkatkan efektivitas dari obat tersebut di lokasi tertentu. Oleh karena itu, saat ini banyak dilakukan penelitian dan perkembangan teknologi dalam bidang sistem penghantaran obat tertarget atau Targeted Drug Delivery System (TDDS). Komponen yang menjadi target suatu sediaan TDDS dapat berupa enzim, reseptor, kanal ion, transporter, dll. Perkembangan teknologi TDDS banyak dikembangkan antaralain dengan tujuan untuk menurunkan dosis yang diperlukan oleh tubuh, meningkatkan efektivitas terapi dan pengobatan, serta meminimalisir efek samping daari suatu sediaan konvensional.

  1.4 Metode Penulisan

  Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk mencari data dan fakta-fakta dari berbagai sumber. Adapun sumber yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini antara lain buku-buku, jurnal ilmiah, dan berbagai sumber dari internet.

  1.5 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi tiga bab, antara lain :

BAB I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah I.3. Tujuan Penulisan Makalah I.4. Metode Penulisan

BAB II PENGHANTARAN OBAT TERTARGET

2.1 Sistem Penghantaran Obat Tertarget

  Sistem penghantaran obat bertarget digunakan untuk menghantarkan obat ke tempat aksi spesifiknya. Penghantaran ini dapat meningkatkan:

  1. Keamanan obat, efek samping toksik karena aksi obat pada tempat non-target diminimalkan.

  2. Efikasi obat, obat terkonsentrasi pada tempat aksi daripada yang tersebar di tubuh.

  3. Kepatuhan pasien, peningkatan keamanan dan efikasi meningkatkan penerimaan pasien dan kepatuhan.

  Dalam bentuk sederhana, obat bertarget dapat dilakukan dengan pemberian senyawa terapetik secara lokal dan bentuk sediaan yang umum. Misalnya, tempat aksi yang diinginkan adalah kulit, pengobatan dapat menggunakan salep, lotion, krim pada tempat aksi secara e. Melindungi obat dari klirens cepat

  f. Mempertahankan obat pada tempat aksi selama waktu yang diinginkan

  g. Memfasilitasi transport obat ke dalam sel

  h. Menghantarkan obat ke dalam target aksi intraseluler yang sesuai i. Biokompatibel, biodegradable, dan non-antigenik

  Komponen sistem penghantaran obat bertarget 1. Active moiety. Berguna untuk mendapatkan efek terapi.

  2. Sistem pembawa. Untuk mengatur distribusi obat yang diinginkan, melindungi obat dari metabolisme, dan menjaga obat dari klirens cepat.

  Sistem pembawa dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan ukuran:

  a. Pembawa makromolekular yang larut, termasuk antibodi dan polimer sintetik yang larut seperti poli(hidroksipropilmetakrilat), poli(lisin), poli(asam aspartat), b. Sistem pembawa partikulat Pembawa partikulat biasanya memiliki tiga karakteristik:  Ukuran terkecil 0.02 µm dan ukuran terbesar untuk obat bertarget adalah 10–30 µm.

   Biodegradable  Obat terikat secara fisik dengan pembawa dan secara umum kinetika pelepasan obat diatur oleh transpor difusi atau degradasi matriks Keuntungan dari sistem ini adalah tingginya muatan obat, obat tidak terikat secara kimia dengan pembawa, dan memberi perlindungan obat dengan enkapsulasi. Kekurangannya adalah ketidakmampuan menembus barier endothelial dan meninggalkan sirkulasi umum. 1) Liposom Struktur vesikuler dengan satu atau lebih lipid bilayer, diameter antara 0.02 and 20 µm.

  Berdasarkan komposisi dasar dan kegunaan in vivo dibagi menjadi liposom konvensional,

sterically stabilized (“stealth”) liposomes, immunoliposom, dan liposom kationik.

  2) Misel Polimer c. Implan polimer, misal Zoladex

  d. Pompa infusi

2.2 Mekanisme Penghantaran Obat

  Terdapat dua mekanisme penghantaran obat pada system penghantaran obat tepat target, yaitu active targeting dan passive targeting.

  a. Passive Targeting Passive Targeting memanfaatkan pola distribusi “alami” (pasif) dari pembawa obat in vivo dan tidak ada perangkat pengenalan target yang dipasangkan di pembawanya.

  Passive targeting dikenal juga dengan physical targeting. Mekanisme ini bekerja berdasarkan preparasi dari kompleks pembawa obat yang dirancang sedemikian rupa agar terhindar dari metabolism tubuh, eksresi, opsonisasi, dan fagositosis, jadi kompleks pembawa obat ini akan tetap berada di sirkulasi darah sehingga dapat bertransmisi ke

  

Gambar 1: Akumulasi obat pada system passive targeting pada jaringan normal (a) dan

  pada jaringan terpatologis (b)

  

Tabel 1. penyiapan sistem passive targeting

  Obat yang digunakan dalam system passive targeting ini merupakan suatu Pada fase awal, zat aktif akan menginvaginasi membran sel untuk masuk kedalam sel. Dalam sel, zat aktif akan terbungkus oleh membrane plasma membentuk endosom. Dari bentuk endosomnya, zat aktif dan target ligan akan dilepaskan dan menyebar didalam sel.

  Saat zat aktif menyebar dalam sel, ligan akan bermigrasi ke permukaan sel.

b. Active Targeting

  Terjadi modifikasi obat atau sistem pembawa dengan komponen aktif yang memiliki afinitas spesifik untuk mengenali dan berinteraksi dengan sel yang dituju Pada system

  active targeting suatu terdapat homing device (pengenal target) yang terikat pada system

  pembawa untuk menghantarkan obat ke sel, jaringan atau organ spesifik. Oleh karena itu system pengahntaran active targeting ini terisir dari tiga bagian, yaitu pembawa, homing device, dan obat. Homing device yang biasa digunakan pada active targeting merupakan suatu ligan spesifik seperti antibody, hormone, dan protein yang mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor pada sel target spesifik yang dituju Sebaiknya homing device

   Komponen lipid dalam membrane sel Interaksi antara analog fosfolipidsyntesis dengan membrane sel, akan mengubah komposisi lipid, permeabilitas membrane dan fluiditas.

   Antigen atau Protein dalam permukaan sel Suatu sel yang rusak akan mengeluarkan suatu protein. Protein ini akan dilawan dengan antibody monoclonal. bentuk pembawa nanopartikel, antara lain : Liposome, Micelle, Nanosphere, Polimer, Nanocapsule, dll. Beberapa makromelkul yang dapat digunakan sebagai target suatu obat :

  1) Enzim Enzim adalah senyawa protein yang bertindak sebagai biokatalisator, artinya senyawa tersebut mampu mempercepat reaksi kimia, tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi.

  Enzim digunakan sebagai target obat karena enzim selain berfungsi sebagai biokatalisator di dalam tubuh manusia dan untuk manusia, enzim di dalam tubuh manusia dapat dimanfaatkan oleh penyakit sehingga kondisi patofisiologis tubuh semakin buruk. Intinya, suatu enzim spesifik berperan dalam perkembangan suatu penyakit. Contohnya, struktur tiga dimensi dari enzim protease pada Human

  Immunodeficiency virus (HIV), yang merupakan enzim penting dalam replikasi virus

  HIV, memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti untuk mengetahui konfigurasi molekuler dari protein virus HIV. Para peneliti menggunakan hal ini untuk mendesain suatu obat yang dapat menginaktifkan enzim protease tersebut.

  Pada inihibitor kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh,

  

Gambar 4. Reversible Inhibitors transformasi kimia yang kemudian membentuk produk abnormal sehingga jalur metabolik di dalam tubuh akan berubah. Contoh: 1. 5-Fluorourasil

  Obat ini menggantikan urasil dalam biosintesis purin dan akan terbentuk nukleotida palsu “fradulent” Nucleotide Fluoro Deoxyuridine Monophosphat (FDUMP) atau tidak terbentuk 2’-deoxyuridilat monophosphat (DUMP) dan tidak membentuk timidilat (DTMP) sehingga terjadi penghambatan sintesis DNA dan penghambatan pertumbuhan dan pembelahan sel.

  2. Metotreksat Menggantikan folat dalam biosintesis purin sehingga penghambatan sintesis DNA dan penghambatan pertumbuhan dan pembelahan sel.

  2) Reseptor Suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan agonis/ ligan untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel, sehingga menimbulkan efek.

  Senyawa obat mempengaruhi senyawa endogen dalam menjalankan fungsinya. (potensiasi atau modulasi). Agonis tidak langsung biasanya merupakan alosterik dimana obat berikatan dengan reseptor pada tempat yang berbeda dari tempat berikatannya endogen sehingga reaksi biokimia yang terjadi lebih efisien. Contoh: Benzodiazepin dan barbiturat pada reseptor GABA

  A

  yang dapat memperkuat aksi GABA pada reseptor tersebut.  Antagonis Antagonis melibatkan suatu senyawa yang akan menurunkan aksi suatu agonis atau ligan dalam memberikan efek.

  1. Antagonis kompetitif Suatu obat yang mengikat reseptor secara reversibel pada daerah yang sama dengan tempat ikatan agonis, tetapi tidak menyebabkan efek.

  Efek antagonis kompetitif dapat diatasi dengan peningkatan konsentrasi agonis, sehingga meningkatkan proporsi reseptor yang dapat diduduki oleh agonis.

  2. Antagonis irreversibel Antagonis yang dapat mengikat reseptor secara kuat dan bersifat irreversibel, tidak bisa diatasi dengan penambahan agonis. virus/tumor/sel yang terjangkit penyakit, VSP berperan penting dalam interaksi antar sel sehingga bila diketahui suatu protein berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan virus/tumor/sel, maka VSP tersebut dapat ditarget agar dapat menghambat perkembangannya. Contoh : 1. Malaria merozoite surface protein (MSP1).

  2. Hepatitis B Virus : P39, GP42.

  3. Human Breast Tumor Cells : Ret Kinase (Rearranged during transfection). 4) Kanal Ion

  Kanal ion merupakan sebuah protein yang bertindak sebagai pori pada membran sel dan memungkinkan bagian selektif ion (seperti ion kalium, ion natrium, dan ion kalsium), dengan cara yang arus listrik melewati masuk dan keluar dari sel. Saluran ion juga melayani banyak fungsi penting lainnya, termasuk bahan kimia sinyal, transportasi transelular, regulasi pH, dan pengaturan volume sel. Kerusakan saluran ion dapat menyebabkan penyakit pada banyak jaringan. Kanal ion yang meregulasi dan merupakan tranpor ion secara selektif dalam proses fisiologi manusia. Mulai dari

   basa nitrogen, yaitu adenin (A) dan guanin (G), sitosin (C) dan timin (T),  gugus fosfat. DNA digunakan sebagai target karena :  Mengatur regulasi dari replikasi, transkripsi atau translasi,  Membunuh sel, kemungkinan melalui apoptosis (agen anti tumor). Contoh : Sitabin dan Gemsitabin yang merupakan obat leukimia anak-anak. Mekanisme :

  1. Terminasi sintesis untai DNA,

  2. Penggabungan ke genom (DNA) diikuti dengan perubahan siklus hidup sel termasuk apoptosis (kematian sel terprogram). RNA merupakan Rantai tunggal polinukleotida, yang setiap ribonukleotida terdiri dari 3 gugus molekul :

  6) Ligan Ligan (dari bahasa latin ligandum : mengikat) merupakan molekul pemicu sinyal yang terikat ke sebuah daerah ikatan pada protein target. Ikatan ini terjadi oleh gaya antarmolekul, seperti ikatan ion, hidrogen dan gaya van der waals. Sebagai contoh pasangan reseptor ligan yaitu EGF dan EGFR. EGFR merupakan reseptor glikoprotein transmembran yang dikode oleh proto onkogen Her 1, yang terdiri dari ekstraseluler dan intraseluler. Ekstraseluler terdiri atas reseptor yang berfungsi sebagai tempat ikatan antara ligan dengan EGFR. Ligan yang dapat berikatan dengan EGFR yaitu EGF (Epidermal Growth Factor), Amphiregulin , Transforming Growth

  

Factor-α (TGF- α), Heparin-binding EGF-like growth factor (HB-EGF), Betacellulin,

  dan Epiregulin. Pada intraseluler terdapat domain tirosin kinase yang berperan pada proses tranduksi sinyal dalam pertumbuhan kanker. Ikatan antara EGFR dengan ligan dapat mengaktifkan berbagai jalur transduksi sinyal yang berperan dalam regulasi siklus sel sehinga terjadi proses diferensiasi, apoptosis, proliferasi nan angiogenesis. Pada terapi anti kanker untuk menghambat kerja EGFR digunakan EGFR Inhibitor.

  Contoh : Antibodi monoklonal anti-EGFR (mAb), yaitu cetuximab, abgenix, medarex. Ketika mAb berikatan dengan reseptor-reseptor EGFR, akibatnya ikatan antara ligan dengan reseptor dapat dicegah sehingga EGFR tidak teraktivasi. mAb ini dapat dibuat dalam bentuk liposom yang sering disebut dengan immunoliposom.

  Gambar 6. Mekanisme kerja Antibodi monoklonal anti-EGFR (mAb)

  Tabel.4 Target obat Nanopartikel Tabel 5 Contoh Obat Antikanker yang bekerja dengan Targeting Drugs Delivery

2.4 Liposom dalam Sistem Penghantaran Obat Tertarget

  Liposom merupakan suatu sistem penghantaran obat tertarget yang berbentuk sferis dan terdiri atas susuan membran lipid lapis ganda, komponen utama dari liposom yaitu fosfolipid yang memiliki bagian kepala hidrofilik dan bagian ekor hidrofobik. Dengan adanya struktur tersebut, maka bagian hidrofilik akan mengarah ke fase aqueous sedangkan bagian hidrofobik akan mengarah ke fase lipid. Pada umumnya, obat yang dibawa oleh liposom terletak di bagian inti, namun obat juga dapat berada diantara lapisan mebran lipid lapis ganda. Liposom dapat digunakan sebagai karier atau pembawa baik untuk obat-obat yang larut air maupun obat-obat yang larut lemak. a) Vesikel Multi Lamelar (MLV) Liposom MLV dapat dikatakan sebagai bentuk awal liposom. MLV merupakan liposom multikompartemen dengan ukuran vesikel 100 nm sampai dengan 1000 nm dan setiap vesikel biasanya terdiri atas lima atau lebih lamela konsentris. Liposom MLV sangat cocok untuk proses enkapsulasi dari berbagai substansi dan dapat dibuat berbagai macam komposisi lipid.

  b) Vesikel Unilamelar kecil (SUV) SUV memiliki variasi ukuran terkecil. Ukuran SUV didasarkan pada kekuatan ionisasi medium cair dan komposisi lemak pada membran, yaitu ukuran vesikel ± 15 nm untuk liposom yang berasal dari lesitin telur murni pada salin normal dan ± 25 nm untuk liposom DPC.

  c) Vesikel Unilamelar besar (LUV) LUV memiliki ukuran lebih besar dari SUV. Liposom ini memiliki ukuran 500-1000 nm. Vesikel ini dapat dibuat dengan metode injeksi eter dan fusi liposom jenis SUV dengan diinduksi kalsium.

  a) Convetional liposomes

  Liposome yang terdiri dari bahan yang tidak bermuatan ataupun bahan yang bermuatan negative dan pada umumnya digunakan dalam passive targeting.

  b) Stericallystabilized liposomes

  Liposom yang terbungkus oleh lapis hidrofilik dan digunakan untuk memperlama durasi obat berada dalam sirkulasi darah.

  c) Immunoliposomes

  Liposom yang dikonugasikan dengan antibody sebagain ligand sehingga cara kerjanya yaitu dengan mekanisme respon imun alami tubuh dimana antibody akan mengenali suatu antigen pada sel tertentu.

  d) Cationic liposomes

  Liposome yang memiliki muatan positif dan biasanya digunakan untuk penghantaran materi genetik.

  2.5.2. Mekanisme Penghantaran Obat

  a) Passive Targetting Prinsipnya adalah memeperpanjang durasi liposom dalam aliran darah sehingga dapat memperpanjang durasi kerja obat dalam tubuh sehingga

  2.5.3. Mekanisme Pelepasan Obat oleh liposom

  a) Endositosis Endositosis adalah transpor makromolekul dan materi yang sangat kecil ke dalam sel dengan cara membentuk vesikula baru dari membran plasma.

  b) Fusi membran liposom-membran sel.

  Terjadi fusi atau penggabungan anatara membrane sel dan membrane liposom sehingga zat aktif dikeluarkan langsung ke dalam sitoplasma.

  c) Makropinositosi Untuk liposom multilamelar karena ukurannya besar.

  d) Adsorpsi Lipososm menempel pada permukaan sel dan melepaskan zat obat secara difusi.

2.5 Antibodi monoklonal dalam targeting drug delivery system

  Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke dalam

  Sulistyo Emantoko, 2001] Gambar 9. Struktur molekul antibodi [

  Antibodi monclonal adalah antibodi buatan identik karena diproduksi oleh salah satu jenis sel imun saja. Antibodi monoclonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenali suatu molekul memberikan informasi tentang molekul spesifik dan sebagai terapi

  (tempat ikatan molekul pertumbuhan sel kanker) yang akan menghambat pertumbuhan sel kanker.

  2. Conjugated monoclonal antibodies (Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan beberapa senyawa lain) Merupakan antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan beberapa senyawa lain (conjugated monoclonal antibodies) antara lain kemoterapi, toksin, dan senyawa radioaktif. Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan mengantarkan substansi- substansi obat, racun, dan materi radioaktif, menuju langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker. Antibodi monoklonal jenis ini akan beredar ke seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang mempunyai antigen spesifik yang dikenali oleh antibodi monoklonal

  Tostizumab merupakan antibodi monoklonal yang akan berikatan dengan antigen CD20 yang ditemukan pada sel mature limfosit B. antibodi berikatan dan menginduksi apoptosis, complement-dependent sitotoksik dan sel mati selama ionisasi radiasi.

   Antibodi monoklonal yang dikonjugasi dengan racun yaitu immunotoksin Suatu protein yang terdiri dari fragmen Fv antibodi monoklonal (mAB) spesifik yang berikatan dengan toksin. Mekanisme aksi imunotoksin adalah

  1. Berikatan dengan reseptor (antigen) komplimen dari mAB pembawa toksin pada permukaan tumor

  2. Mengalami internalisasi ke dalam endosome 3. Mengalami serangkaian metabolisme di dalam RE.

  3. Bertranslokasi ke dalam sitosol, mengalami ribosilasi untuk mengaktifkan toksin.

  4. Menginhibisi sintesis protein pada sel tumeor sehinnga menyebabkan kematian sel.

  Merupakan konjugasi antara antibodi dengan liposom. liposom membawa obat atau nukleotida terapeutik dan kemudian berkonjugasi dengan antibodi monoklonal, obat atau toksin dihantarkan ke sel target.

  Gambar 13. Mekanisme liposom

   Obat-antibodi terkonjugasi Obat-antibodi terkonjugasi adalah antibodi monoklonal (mAbs) yang terikat pada obat dengan ikatan kimia. Menghasilkan efek terapi yang baik dan mengurangi efek samping. Doxorubicin, duanomicin, klorambucil, dan lainnya dapat dikonjugasi

  

mikropartikel antara lain adalah distribusi ukuran partikel, berat molekul dari polimer,

perbandingan antara obat dan polimer, dan berat total obat-polimer.

  Bahan pembuat mikropartikel dapat bermacam-macam bahan seperti polimer, wax, atau

bahan protektif yang lainnya dimana adalah bahan sintesis polimer dan bahan alam yang

dimodifikasi sehingga bersifat biodegradable seperti starch, gum, protein, lemak dan wax.

Polimer alami terdiri dari albumin dan gelatin sedangkan polimer sintesis terdiri dari asam

polilaktat dan asam poliglikolat.

  Ukuran mikropartikel sangat kecil dan memiliki lapisan permukaan yang cukup besar.

Dengan ukuran terkecil, mikropartikel masih dapat membentuk suatu koloidal. Bagian dari

permukaan mikropartikel merupakan bagian terpenting untuk setiap aktivitasnya. Pembuatan

mikropartikel dalam industri lebih mengutamakan modifikasi dari permukaan mikropartikel,

dengan cara pembentukan bahan materi sebagai permukaan mikropartikel atau penggunaan

sambung silang.

  Pada industri farmasi potensi yang terdapat pada mikropartikel adalah :

  Beberapa variabel yang mempengaruhi proses ini adalah :

  1. Berat jenis, luas area, titik leleh, kelarutan, sifat kristal, sifat alir, kemampuan mengembang dari bahan inti.

  2. Konsentrasi bahan penyalut (atau titik lebur jika bukan cairan)

  3. Laju pemakaian bahan penyalut

  4. Volume untuk menahan dan mencairkan bahan inti

  5. Jumlah bahan penyalut

  6. Suhu inlet dan outlet saat pembuatan

  b. Coacervation (Coacervation-phase separation) Koarsevasi merupakan proses dimana polimer yang dilarutkan kemudian ditambahkan

suatu zat tertentu sehingga menjadi tidak larut dan mengendap. Metode terbagi menjadi dua yaitu

koarsevasi sederhana dan koarsevasi kompleks. Pada koarsevasi sederhana proses pembentukan

mikropartikel dipengaruhi hanya satu jenis polimer. Sedangkan pada koarsevasi kompleks

  Enkapsulasi terjadi pada saat penjenuhan dan terjadi pengendapan (salted out) dan

menyelubungi bagian inti setelah direduksi pada suhu, pH yang berbeda atau

penambahan precipitating agent. Metode ini dibagi menjadi koaservasi sederhana dan koaservasi

komplek.

  1. Koarsevasi Sederhana Koaservasi sederhana adalah sistem yang mengandung satu colloidal solute(polimer).

  

Dapat dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia yang memiliki kelarutan tinggi dalam air

seperti garam dan alkohol. Proses koaservasi ini dipengaruhi oleh derajat hidrasi yang dihasilkan.

Penambahan bahan akan menyebabkan terbentuknya dua fase. Salah satu fase mengandung

banyak droplet sedangkan yang lainnya sedikit mengandung droplet. Proses mikroenkapsulasi

dapat dijelaskan dengan tiga tahap dibawah ini : 1) Didispersi material inti ke dalam larutan polimer. 2) Membuat fase hidrofilik kekurangan air dan deposisi lapisan koaservasi disekeliling inti 3) Pengerasan mikrokapsul

  

mengemulsikan campuran polimer dan bahan aktif. Emulsi dimasukkan ke dalam larutan

pengeras kemudian diaduk dengan kecepatan tertentu untuk menghasilkan ukuran partikel yang

diinginkan. Pembuatan dengan metode ini menghasilkan mikropartikel dengan ukuran yang

berbeda (tidak seragam) dan memberikan pelepasan obat yang lebih cepat dibandingkan dengan

mikropartikel yang dibuat dengan metode orifice-ionic gelation (Chowdary and Rao, 2003).

  Metode orifice-ionic gelation dilakukan dengan cara meneteskan campuran polimer

dengan bahan aktif ke dalam larutan pengeras sehingga terbentuk mikropartikel dengan ukuran

tertentu. Metode ini menghasilkan mikropartikel dengan ukuran seragam dan pelepasan obat

yang lebih lambat sehingga memberikan efek yang lebih baik (Chowdary and Rao, 2003).

  Pada pembuatan mikropartikel dengan chitosan dan alginat dengan metodeorifice-ionic

gelation dapat digunakan beberapa cara. Larutan Na alginat dicampurkan dengan larutan obat,

lalu campuran homogen tersebut diteteskan ke dalam larutan CaCl untuk membentuk kompleks,

  2

lalu dikeringkan. Mikropartikel yang dihasilkan kemudian didispersikan dalam larutan kitosan

yang telah dilarutkan dalam asam asetat sambil diaduk untuk membentuk kompleks alginat-

  

biasanya air hangat digunakan pada bahan-bahan bersalut saat bersalut ada di dalam pan

penyalut. Dalam beberapa hal, penghilangan penyalut terakhir dilakukan dalam oven pengering.

  e. Spray drying and spray congealing Dilakukan dengan mendispersikan bahan obat dalam polimer yang dicairkan, dan

menyemprotkan campuran bahan obat-polimer ke dalam suatu kondisi lingkungan pemadat yang

relatif cepat. Perbedaan utama antara kedua metode adalah cara dilaksanakannya pemadatan

polimer. Pemadat polimer pada metode spray drying dipengaruhi oleh penguapan cepat dari

pelarut yang melarutkan polimer. Pemadatan polimer pada metode pembekuan semprot

dilakukan membekukan secara thermal suatu polimer yang dilarutkan dengan memasukkan

campuran bahan obat-polimer ke dalam suatu bahan bukan pelarut. Penghilangan bahan pelarut

atau pelarut dari produk kemudian dilaksanakan dengan teknik peresapan, ekstraksi, atau

penguapan.

  Kontrol variabel proses meliputi sifat bahan seperti viskositas, homogenitas, dan g. Polymerization Polimerasi merupakan reaksi antar unit monomer pada permukaan antara bahan inti dan

fase kontinyu pada bahan inti tersebut. Fase kontinyu bahan inti bisa berupa cairan atau gas.

Reaksi polimerasi ini dapat terjadi pada permukaan cair-cair,cair-gas, atau padat gas.

  h. Precipitation Merupakan variasi dari solvent evaporation. Pertama dibuat emulsi dengan droplet polar

terdispessi pada media non polar. Pelarut dipisahkan dari droplet dengan kosolven, sehingga

terbentuk mikropartikel karena adanya endapan terbentuk dari suspensi. i. Freeze Drying Metode ini pembekuan emulsi. Pelarut pada fase kontinyu biasanya merupakan pelarut

organik dan menghilangkan pelarutnya adalah dengan menyublimasinya pada suhu dan tekanan

rendah. Akhirnya, pelarut pada fase dispersi akan berpindah dari sublimasi, meningkatkan

  Manfaat nanoprikel dalam bidang farmasi adalah sebagai berikut: 1. Memungkinkan pengendalian pelepasan obat dan targetting obat.

  2. Meningkatkan stabilitas obat.

  3. Kemungkinan untuk memasukkan obat lipofilik dan hidrofilik.

  4. Pembawa tidak biotoksis.

  5. Menghindarkan pelarut organik.

  6. Tidak bermasalah mengenai produksi dan sterilisasi skala besar.

  Teknik yang digunakan untuk pembuatan nanopartikel pada umumnya diklasifikasikan

dalam dua kelompok. Di dalam kelompok pertama, nanopartikel dibentuk dari pembentukan

polimer awal. Polimer tersebut melingkupi kedua polimer sintetik tidak larut-air dan larut-air,

semisintetik, atau alami. Alternatif lainnya, nanopartikel dibuat melalui bermacam-macam reaksi

polimerisasi monomer lipofilik atau hidrofilik.

  Terdapat dua metode dasar dalam pembuatan nanopartikel, yaitu metode emulsifikasi dan metode desolvasi. Pada metode emulsifikasi, larutan aqueous dari albumin dibuat menjadi c) Komponen tubuh yang dijadikan sebagai target yatiu: protein, reseptor, kanal, gen, enzim, dan transporter.

  d) Karier yang dapat digunakan dalan sistem penghantaran obat tertarget adalah liposom, antibody monoklonal, mikropartikel dan nanopartikel.

DAFTAR PUSTAKA

  • Funaro, Ada et al. 2000. Biotechnology Advances : Monoclonal antibodies and therapy

  of human cancers, 18 (385–401)

  Editor Hillery, Anya, Andrew WL, dan James S, 2005. Drug Delivery and Targeting. • London: Taylor & Francis Group

  E. Trachsel, D. Neri. 2006 Advanced Drug Delivery Reviews : Antibodies for

  angiogenesis inhibition, vascular targeting and endothelial cell transcytosis. 58 (735–

  754)