BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era Orde Baru, ekonomi merupakan tujuan utama mekanisme

  kebijakan pemerintah. Titik sentral pada faktor ekonomi didukung oleh perkembangan sektor formal dengan berbagai pengembangan industri di berbagai bidang. Namun pada kenyataannya industrialisasi memicu urbanisasi yang kemudian melahirkan problem ketenagakerjaan. Urbanisasi sebagai gejala yang sangat menonjol di Indonesia, tidak hanya mendatangkan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Sebagian tenaga kerja telah tertampung di sektor formal, namun sebagian lainnya yang tidak punya bekal ketrampilan

(non skills) tidak dapat tertampung dalam lapangan kerja formal yang tersedia.

  Tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor formal pada umumnya tetap berstatus mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan apa saja untuk menopang hidupnya (Harsiwi, 2002:1). Sektor formal yang tumbuh dengan pesat tidak mampu menampung banyaknya tenaga kerja. Inilah yang menjadi titik balik lahirnya sektor informal.

  Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung terhadap pengembangan industrialisasi dan program-program pemerintah, namun juga tidak lepas dari peran sektor informal yang merupakan katup pengaman dalam pembangunan ekonomi. Masyarakat ekonomi sektor informal merupakan masyarakat yang masuk dalam kelompok usaha sendiri dengan jenis kesempatan kerjayang kurang terorganisir, tidak terdaftar secara resmi. Definisi sektor informal sendiri menurut Sethurman (dari ILO) adalah sebagai berikut : sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan oleh berbagai kendala, seperti faktor modal, baik fisik maupun manusia (ilmu pengetahuan) dan ketrampilan. Sementara Todaro (2000:322) mengungkapkan karakteristik khas sektor informal sangat bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya) dan teknologi yang digunakan relatif sederhana.

  Para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh karena itu, produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah dari kegiatan bisnis yang ada di sektor formal.

  Penelitian Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008) menyatakan bahwa, sektor informal meskipun banyak kekurangannya namun keberadaannya diperlukan dan mampu berbicara banyak di dalam aspek perekonomian. Dari segi keamanan sektor informal dapat berfungsi sebagai katub pengaman yang bisa membantu mengurangi tindak kriminal dengan memberikan kesibukan kerja.Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha yang lain.

  Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya. Menurut penelitian Rosetyadi Aristyan dan Fitrie Arianti (2013), faktor yang paling berpengaruh dalam sektor informal khususnya berdagang adalah modal, lama usaha, dan jam kerja. Ketiga variabel ini dinilai sebagai variabel yang paling mendasar dalam hal berdagang dan indikator dalam menentukan keberhasilan suatu sektor usaha perdagangan.

  Lapangan kerja formal merupakan prioritas utama bagi para tenaga kerja. Namun karena krisis ekonomi yang melanda sehingga banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada sektor ini. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja informal yang justru menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi. Salah satu kota yang mempunyai mobilitas cukup tinggi adalah kota Surakarta. Banyak sekali pembangunan infrastruktur dan fasilitas untuk masyarakat, seperti ; gedung perkantoran, mall, taman kota, dan ruang publik yang memungkinkan terjadinya sosialisasi antar masyarakat. Sehingga menjadikan masyarakat kota Surakarta mempunyai mobilitas yang tinggi baik di bidang formal maupun informal.

  Berikut adalah tabel mata pencaharian penduduk per kecamatan di Kota Surakarta.

Tabel 1.1 Penduduk per Kecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009 Kec. Kec. Kec. Kec. Mata Kec. Laweya Sereng Pasar Banjar Jumlah Pencaharian Jebres n an Kliwon sari Petani

  50 84 344 478

  Buruh Tani

  40 412 452

  

Pengusaha 996 1.089 2.506 1.721 3.087 9.399

Buruh Industri 14.980 5.258 10.433 16.519 21.316 68.556

Buruh Bangunan 12.486 3.135 7.134 16.012 19.579 58.346

  5.700 4.259 8.029 5.047 10.491 33.526

  Pedagang Angkutan/

Transportasi 2.744 1.928 4.909 2.748 6.315 18.644

PNS/TNI/POLRI 5.056 1.614 2.848 8.025 9.392 26.935

  3.705 907 4.376 3.680 6.934 19.602

  Pensiunan

  42.263 32.150 32.602 49.061 37.935 194.011

  Lain-lain Sumber: BPS Kota Surakarta

  Sektor informal menurut data dari tabel 1.1 diatas adalah petani sendiri, buruh tani, pengusaha, buruh bangunan, pedagang, dan angkutan/transportasi dengan jumlah 119.651 orang, lebih besar dari dari jumlah penduduk yang menggeluti sektor formal yaitu buruh industri dan PNS/TNI/POLRI dengan jumlah 96.458 orang. Dapat diartikan bahwa pada tahun 2009 bahwa penduduk Kota Surakarta yang bekerja di sektor informal lebih besar daripada sektor formal. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Surakarta banyak yang menggantungkan hidupnya di sektor informal. Sektor perdagangan mempunyai andil besar yaitu dengan jumlah 33.526 orang. Hal ini juga menggambarkan bahwa keberadaan sektor perdagangan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta.

  Sektor perdagangan juga berperan besar terhadap pertumbuhan usaha kecil dan menengah yang banyak dijalankan masyarakat bermodal kecil seperti yang akan digambarkan dalam tabel dibawah. Berikut adalah tabel jumlah UKM dari sektor usaha Kota Surakarta.

Tabel 1.2 Jumlah UKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kota Surakarta Tahun 2009

  

No Jenis Usaha Jumlah ( unit ) Persentase ( % )

  1 Sektor Perdagangan 26.815 49,12

  2 Sektor Aneka Usaha 22.390 41,02

  3 Sektor Pertanian 1.248 2,29

  4 Sektor Non Pertanian 4.129 7,57 Jumlah 54.582 100,00

  Sumber : Dinkop UMKM Kota Surakarta

  Menurut tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 mayoritas jumlah UKM berdasar sektor usaha yang ada di Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan dengan jumlah 26.815 unit atau 49,12%, kemudian disusul sektor aneka usaha dengan jumlah 22.390 unit atau 41,02%. Kemudian sektor non-pertanian sebanyak 4.129 unit atau 7,57%, dan sisanya sektor pertanian sebanyak 1.248 atau 2,29%.

  Salah satu aspek perdagangan yang cukup menarik di Kota Surakarta adalah pedagang kacamata. Terdapat puluhan pedagang kacamata yang beragam, mulai dari optik sampai pedagang kaki lima yang tentunya menawarkan harga yang variatif. Pedagang kacamata merupakan salah satu kelompok dari berbagai macam sektor informal di Surakarta yang perlu dibina, dibimbing dan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan mampu meningkatkan pendapatannya. Pedagang kacamata mempunyai kontribusi dalam menyediakan lapangan kerja informal selain juga keberadaan mereka sangat diperlukan oleh masyarakat. Usaha ini memang cukup menarik dilihat dari sudut pandang kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja serta menyediakan barang dan jasa dengan harga bervariatif dalam lingkup usaha yang mencegah timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat dan pengangguran. Banyak faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan pedagang, termasuk diantaranya adalah modal berdagang, jam berdagang, lama usaha berdagang, pengambilan kredit, dan kepemilikan alat komputer. Untuk itulah, dengan diketahuinya pengaruh dari lima variabel tersebut terhadap pendapatan pedagang, diharapkan mereka dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan topik

  ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ’’ B.

PERUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Apakah variabel modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?

  2. Apakah variabel jam berdagang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?

  3. Apakah variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?

  4. Apakah variabel pengambilan kredit berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?

  5. Apakah variabel kepemilikan alat pengecekan mata dengan komputer berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ? 6. Apakah variabel modal, jam berdagang,lama usaha, pengambilan kredit, dan kepemilikan alat komputer berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 secara bersama-sama ?

C. TUJUAN PENELITIAN

  Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan : 1.

  Untuk mengetahui pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

  2. Untuk mengetahui pengaruh jam berdagang terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

  3. Untuk mengetahui pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

  4. Untuk mengetahui pengaruh pengambilan kredit terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

  5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan alat pengecekan mata dengan komputer terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

  6. Untuk mengetahui pengaruh faktor modal, jam berdagang, lama usaha, pengambilan kredit, dan kepemilikan alat komputer berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Bagi Ilmu Pengetahuan

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat secara akademik. Menambah informasi, pengetahuan, dan referensi bagi penelitian lebih lanjut di sektor informal khususnya bidang perdagangan.

  2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama pedagang untuk mengembangkan potensi, mengembangkan manajemen usaha dalam rangka meningkatkan keuntungan yang diperoleh serta mengembangkan usahanya.

  3. Bagi Pedagang Memberikan manfaat dan motivasi bagi pedagang kacamata di Kota

  Surakarta untuk lebih meningkatkan usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh serta pengembangan usaha.

  4. Bagi Penulis Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi, serta meningkatkan kemampuan penulis di bidang karya ilmiah.