Makalah vitamin dan mineral (6)
Metode Penetapan Kadar Vitamin
A. Analisis vitamin A
1. Metode Spektrofotometri
Spektrum absorbsi ultraviolet vitamin A dan vitamin A
asetat mempunyai absorbansi maksimal pada panjang
gelombang antara 325 sampai 328 nm dalam berbagai pelarut.
Prosedur penetapan vitamin A secara spektrofotometri :
Penetapan dilakukan secepat mungkin,terindung dari
cahaya,dan terlindung dari senyawa oksidator. Sebelum
dilakukan penetapan kadar, skala spektrofotometer diperiksa
terlebih dahulu. Sebagai pedoman dapat digunakan dapat
digunakan garis raksa pada 313,16 nm dan 334,5 nm serta garis
hidrogen pada 379,7 nm dan 486,1 nm. Ketepatan absorbansi
yang dikoreksi lebih rendah jika dibandingkan dengan
absorbansi yang diamati langsungdan digunakan dalam
perhitungan. Karena itu pengukuran absorbansi membutuhkan
perhatian khusus dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua
kali penetapan.
2. Metode kolorimetri
a. Metode carr-price
Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan
antimon triklorida anhidrat dalam kloroform yang
menghasilkan warna biru. Reaksi ini terjadi antara
antimon triklorida dengan rantai tidak jenuh dari
akseroftol. Karoten, asam poliena dan beberapa
senyawa dalam minyak ikan menghasilkan warna biru
juga. Warna yang terjadi intensitasnya cepat mencapai
maksimum tetapi juga cepat pucat.
b. Pengubahan akseroftol menjadi anhidroakseroftol
Akseroftol mudah diubah menjadi anhidrokseroftol
dengan bantuan sejumlah kecil asam mineral atau
asam organik kuat. Pada metode budowski dan
bondi,akseroftol diubah menjadi anhidroakseroftol
dalam pelarut benzen dengan katalisator asam toluenp-sulfonat pada temperatur kamar.
3. Metode kromatograf
Aktivitas isomer vitamin A cukup berbeda sehingga untuk
pemisahannya dikembangkan dengan kolom mikrobore.
Sampel (1,0-10,0 gram) dihomogenkan. Sebanyak 30 ml air
ditambahkan kedalam sampel ( jika sampelnya padat).
Saponifkasi dilakukan dengan mencampur 40 ml sampel
yang telah dihomogenkan dengan 12 ml larutan KOH 60%,80
ml etanol mutlak 0,5 ml terbutilhidroksi toluen-etanolik 1%
dan 0,5 gram asam askorbat untuk menghindari terjadinya
toluen-etanolik 1%, dan 0,5 gram asam askorbat untuk
menghindari terjadinya oksidasi.
B. Vitamin D
Dari beberapa vitamin D, dua diantaranya dianggap yang
paling penting yaitu vitamin D2 ( ergo kalsiferol) dan vitamin D3
( kolekalsiferol). Struktur kedua vitamin ini sangat mirip. Vitamin D 2
banyak terdapat dalam bahan nabati, sementara vitamin D 3 banyak
terdapat dalam minyak ikan hati.
Prosedur penetapan kadar vitamin D:
a. Kesesuaian larutan baku
Disiapkan larutan yang mengandung 2 mg vitamin D 3 dan 0,2
mg trans-vitamin D3 / g minyak tumbuhan. Sebanyak 0,25 g
larutan ini dilarutkan dalam 10 ml campuran toluen dan fase
gerak (1-1). Puncak trans-vitamin D3 dan previtamin D3 harus
mempunyai tinggi puncak yang sama.
b. Uji kesesuaian sistem
Sebanyak 20 ui larutan buka yang telah sesuai (tahap a)
diinjeksikan sebanyak 6 kali. Kanstanta tinggi puncak
ditentukan dengan menghitung standar deviasi (SD) dan
standar deviasi relatif (RSD).
c. Penentuan faktor kalibrasi (FK)
Sebanyak 4,0 ml larutan baku vitamin D dimasukkan dalam
labu takar 2,5 ml lalu ditambah 1 ml taluen dan dencerkan
dengan fase gerak sampai batas tanda. Larutan disimpan
dalam penangas es. Sebanyak 20 ul larutan diinjeksi dan
kondisi operasi detektor diatur sedimikian rupa hingga
diperoleh tinggi puncak yang maksimal. Injeksi diulangi dan
dihitung rata-rata tinggi puncak(=K).
d. Penyaipan sampel
i.
Resin : sebanyak kurang lebih 800 mg sampel
ditimbang secara saksama, dimasukkan dalam labu
takar 100 ml. Lalu dilarutkan dengan toluen dan
diencerkan sampai batas volume dengan taluen
ii.
Vitamin D dalam minyak : ditimbang secara saksama
sejumlah minyak yang mengandung kurang lebih
500.000 SI, dimasukkan dalam labu takar 50 ml lalu
dilarutkan 10,0 ml toluen, dan diencerkan dengan fase
gerak sampai batas tanda.
iii.
Sediaan padat dan dispersi cair
Sejumlah sampel yang mengandung kurang lebih
100.000 SI kolekalsiferol ditimbang secara saksama
lalu 25 ml alkohol, 5 ml larutan natrium askorbat, dan
3 ml larutan KOH 50 % dengan pengadukan ringan.
e. Penetapan
Sebanyak 20 ul vitamin D baku dan larutan sampel
diinjeksikan dalam kolom dengan detektor diatur
sebagaimana di atas. Tinggi puncak vitamin D dan previtamin
D dihitung dan dilakukan replikasi injeksi sampel. Injeksi
ulang larutan baku dilakukan setelah 4 kali injeksi sampel
untukk memastikan respon yang terjadi tetap konstan.
C. Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak.
Keaktifan vitamin E dalam beberapan senyawa tokoferol berbeda
senyawa tokoferol berbeda. @-tokoferol menunjukkan keaktifan
vitamin E yang paling tinggi. Struktur kimia tokoferol adalah
sebagai berikut:
Alfa-tokoferol alam memutar bidang polarisasi ke kanan,
sedang alfa-tokoferol buatan adalah resemik (DL). Tokoferol lainya
(beta,gama,dan delta) kurang penting karena potensi hayatinya
rendah. Berbagai bentuk alfa-tokoferol telah diketahui potensinya
yakni :
1 mg L-α-tokoferol asetat
1 SI
1 mg (D-L)- α-tokoferol
1,1 SI
1 mg D-α-tokoferol asetat
1,36 SI
1 mg D-α-tokoferol
1,49 SI
Tokoferol bebas cepat dioksidasi oleh udara dan sinar
karenanya dalam perdagangan digunakan tokoferoll ester yang
stabil.
A. Analisis vitamin A
1. Metode Spektrofotometri
Spektrum absorbsi ultraviolet vitamin A dan vitamin A
asetat mempunyai absorbansi maksimal pada panjang
gelombang antara 325 sampai 328 nm dalam berbagai pelarut.
Prosedur penetapan vitamin A secara spektrofotometri :
Penetapan dilakukan secepat mungkin,terindung dari
cahaya,dan terlindung dari senyawa oksidator. Sebelum
dilakukan penetapan kadar, skala spektrofotometer diperiksa
terlebih dahulu. Sebagai pedoman dapat digunakan dapat
digunakan garis raksa pada 313,16 nm dan 334,5 nm serta garis
hidrogen pada 379,7 nm dan 486,1 nm. Ketepatan absorbansi
yang dikoreksi lebih rendah jika dibandingkan dengan
absorbansi yang diamati langsungdan digunakan dalam
perhitungan. Karena itu pengukuran absorbansi membutuhkan
perhatian khusus dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua
kali penetapan.
2. Metode kolorimetri
a. Metode carr-price
Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan
antimon triklorida anhidrat dalam kloroform yang
menghasilkan warna biru. Reaksi ini terjadi antara
antimon triklorida dengan rantai tidak jenuh dari
akseroftol. Karoten, asam poliena dan beberapa
senyawa dalam minyak ikan menghasilkan warna biru
juga. Warna yang terjadi intensitasnya cepat mencapai
maksimum tetapi juga cepat pucat.
b. Pengubahan akseroftol menjadi anhidroakseroftol
Akseroftol mudah diubah menjadi anhidrokseroftol
dengan bantuan sejumlah kecil asam mineral atau
asam organik kuat. Pada metode budowski dan
bondi,akseroftol diubah menjadi anhidroakseroftol
dalam pelarut benzen dengan katalisator asam toluenp-sulfonat pada temperatur kamar.
3. Metode kromatograf
Aktivitas isomer vitamin A cukup berbeda sehingga untuk
pemisahannya dikembangkan dengan kolom mikrobore.
Sampel (1,0-10,0 gram) dihomogenkan. Sebanyak 30 ml air
ditambahkan kedalam sampel ( jika sampelnya padat).
Saponifkasi dilakukan dengan mencampur 40 ml sampel
yang telah dihomogenkan dengan 12 ml larutan KOH 60%,80
ml etanol mutlak 0,5 ml terbutilhidroksi toluen-etanolik 1%
dan 0,5 gram asam askorbat untuk menghindari terjadinya
toluen-etanolik 1%, dan 0,5 gram asam askorbat untuk
menghindari terjadinya oksidasi.
B. Vitamin D
Dari beberapa vitamin D, dua diantaranya dianggap yang
paling penting yaitu vitamin D2 ( ergo kalsiferol) dan vitamin D3
( kolekalsiferol). Struktur kedua vitamin ini sangat mirip. Vitamin D 2
banyak terdapat dalam bahan nabati, sementara vitamin D 3 banyak
terdapat dalam minyak ikan hati.
Prosedur penetapan kadar vitamin D:
a. Kesesuaian larutan baku
Disiapkan larutan yang mengandung 2 mg vitamin D 3 dan 0,2
mg trans-vitamin D3 / g minyak tumbuhan. Sebanyak 0,25 g
larutan ini dilarutkan dalam 10 ml campuran toluen dan fase
gerak (1-1). Puncak trans-vitamin D3 dan previtamin D3 harus
mempunyai tinggi puncak yang sama.
b. Uji kesesuaian sistem
Sebanyak 20 ui larutan buka yang telah sesuai (tahap a)
diinjeksikan sebanyak 6 kali. Kanstanta tinggi puncak
ditentukan dengan menghitung standar deviasi (SD) dan
standar deviasi relatif (RSD).
c. Penentuan faktor kalibrasi (FK)
Sebanyak 4,0 ml larutan baku vitamin D dimasukkan dalam
labu takar 2,5 ml lalu ditambah 1 ml taluen dan dencerkan
dengan fase gerak sampai batas tanda. Larutan disimpan
dalam penangas es. Sebanyak 20 ul larutan diinjeksi dan
kondisi operasi detektor diatur sedimikian rupa hingga
diperoleh tinggi puncak yang maksimal. Injeksi diulangi dan
dihitung rata-rata tinggi puncak(=K).
d. Penyaipan sampel
i.
Resin : sebanyak kurang lebih 800 mg sampel
ditimbang secara saksama, dimasukkan dalam labu
takar 100 ml. Lalu dilarutkan dengan toluen dan
diencerkan sampai batas volume dengan taluen
ii.
Vitamin D dalam minyak : ditimbang secara saksama
sejumlah minyak yang mengandung kurang lebih
500.000 SI, dimasukkan dalam labu takar 50 ml lalu
dilarutkan 10,0 ml toluen, dan diencerkan dengan fase
gerak sampai batas tanda.
iii.
Sediaan padat dan dispersi cair
Sejumlah sampel yang mengandung kurang lebih
100.000 SI kolekalsiferol ditimbang secara saksama
lalu 25 ml alkohol, 5 ml larutan natrium askorbat, dan
3 ml larutan KOH 50 % dengan pengadukan ringan.
e. Penetapan
Sebanyak 20 ul vitamin D baku dan larutan sampel
diinjeksikan dalam kolom dengan detektor diatur
sebagaimana di atas. Tinggi puncak vitamin D dan previtamin
D dihitung dan dilakukan replikasi injeksi sampel. Injeksi
ulang larutan baku dilakukan setelah 4 kali injeksi sampel
untukk memastikan respon yang terjadi tetap konstan.
C. Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak.
Keaktifan vitamin E dalam beberapan senyawa tokoferol berbeda
senyawa tokoferol berbeda. @-tokoferol menunjukkan keaktifan
vitamin E yang paling tinggi. Struktur kimia tokoferol adalah
sebagai berikut:
Alfa-tokoferol alam memutar bidang polarisasi ke kanan,
sedang alfa-tokoferol buatan adalah resemik (DL). Tokoferol lainya
(beta,gama,dan delta) kurang penting karena potensi hayatinya
rendah. Berbagai bentuk alfa-tokoferol telah diketahui potensinya
yakni :
1 mg L-α-tokoferol asetat
1 SI
1 mg (D-L)- α-tokoferol
1,1 SI
1 mg D-α-tokoferol asetat
1,36 SI
1 mg D-α-tokoferol
1,49 SI
Tokoferol bebas cepat dioksidasi oleh udara dan sinar
karenanya dalam perdagangan digunakan tokoferoll ester yang
stabil.