Sosialisme dan sosiologi Agama aliran

Sosialisme dan Agama
V.I. Lenin (1905)

Sumber: V. I. Lenin, Collected Works, Edisi Bahasa Inggris yang ke-4, Progress Publishers,
Moscow, 1972, Cetakan ke-3, halaman 83-87
Penerjemah: Anonim (1997). Diedit oleh Anonim (Desember 1998)

Masyarakat yang ada saat ini sepenuhnya didasarkan atas eksploitasi yang dilakukan oleh sebuah
minoritas kecil penduduk, yaitu kelas tuan tanah dan kaum kapitalis, terhadap masyarakat luas
yang terdiri atas kelas pekerja. Ini adalah sebuah masyarakat perbudakan, karena para pekerja
yang "bebas", yang sepanjang hidupnya bekerja untuk kaum kapitalis, hanya "diberi hak" sebatas
sarana subsistensinya. Hal ini dilakukan kaum kapitalis guna keamanan dan keberlangsungan
perbudakan kapitalis.
Tanpa dapat dielakkan, penindasan ekonomi terhadap para pekerja membangkitkan dan
mendorong setiap bentuk penindasan politik dan penistaan terhadap masyarakat, menggelapkan
dan mempersuram kehidupan spiritual dan moral massa. Para pekerja bisa mengamankan lebih
banyak atau lebih sedikit kemerdekaan politik untuk memperjuangkan emansipasi ekonomi
mereka, namun tak secuil pun kemerdekaan yang akan bisa membebaskan mereka dari
kemiskinan, pengangguran, dan penindasan sampai kekuasaan dari kapital ditumbangkan.
Agama merupakan salah satu bentuk penindasan spiritual yang dimanapun ia berada, teramat
membebani masyarakat, teramat membebani dengan kebiasaan mengabdi kepada orang lain,

dengan keinginan dan isolasi. Impotensi kelas tertindas melawan eksploitatornya
membangkitkan keyakinan kepada Tuhan, jin-jin, keajaiban serta jang sedjenisnya, sebagaimana
ia dengan tak dapat disangkal membangkitkan kepercayaan atas adanya kehidupan yang lebih

baik setelah kematian. Mereka yang hidup dan bekerja keras dalam keinginan, seluruh hidup
mereka diajari oleh agama untuk menjadi patuh dan sopan ketika di sini di atas bumi dan
menikmati harapan akan ganjaran-ganjaran surgawi. Tapi bagi mereka yang mengabdikan
dirinya pada orang lain diajarkan oleh agama untuk mempraktekkan karitas selama ada di dunia,
sehingga menawarkan jalan yang mudah bagi mereka untuk membenarkan seluruh
keberadaannya sebagai penghisap dan menjual diri mereka sendiri dengaan tiket murah untuk
menuju surga. Agama merupakan candu bagi masyarakat. Agama merupakan suatu minuman
keras spiritual, di mana budak-budak kapital menenggelamkan bayangan manusianya dan
tuntutan mereka untuk hidup yang sedikit banyak berguna untuk manusia.
Tetapi seorang budak yang menjadi sadar akan perbudakannya dan bangkit untuk
memperjuangkan emansipasinya ternyata sudah setengah berhenti sebagai budak. Para buruh
modern yang berkesadaran-kelas, digunakan oleh industri pabrik skala besar dan diperjelas oleh
kehidupan perkotaan yang merendahkan kedudukan di samping prasangka-prasangka religius,
meninggalkan surga kepada parra pastur dan borjuis fanatik, dan mencoba meraih kehidupan
yang lebih baik untuk dirinya sendiri di atas bumi ini. Proletariat sekarang ini berpihak pada
sosialisme, yang mencatat pengetahuan dalam perang melawan kabut agama, dan membebaskan

para pekerja dari keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati dengan mempersatukan mereka
bersama guna memperjuangkan masa sekarang untuk kehidupan yang lebih baik di atas bumi ini.
Agama harus dinyatakan sebagai urusan pribadi. Dalam kata-kata inilah kaum sosialis biasa
menyatakan sikapnya terhadap agama. Tetapi makna dari kata-kata ini harus dijelaskan secara
akurat untuk mencegah adanya kesalahpahaman apapun. Kita minta agar agama dipahami
sebagai sebuah persoalan pribadi, sepanjang seperti yang diperhatikan oleh negara. Namun sama
sekali bukan berarti kita bisa memikirkan agama sepanjang seperti yang diperhatikan oleh Partai.
Sudah seharusnya agama tidak menjadi perhatian negara, dan masyarakat religius seharusnya
tidak berhubungan dengan otoritas pemerintahan. Setiap orang sudah seharusnya bebas mutlak
menentukan agama apa yang dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu, menjadi
seorang atheis, dimana bagi kaum sosialis, sebagai sebuah aturan. Diskriminasi diantara para
warga sehubungan dengan keyakinan agamanya sama sekali tidak dapat ditolerir. Bahkan untuk
sekedar penyebutan agama seseorang di dalam dokumen resmi tanpa ragu lagi mesti dibatasi.
Tak ada subsidi yang harus diberikan untuk memapankan gereja, negara juga tidak diperbolehkan

didirikan untuk masyarakat religius dan gerejawi. Hal-hal ini harus secara absolut menjadi
perkumpulan bebas orang-orang yang berpikiran begitu, asosiasi yang independen dari negara.
Hanya pemenuhan seutuhnya dari tuntutan ini yang dapat mengakhiri masa lalu yang memalukan
dan keparat, saat gereja hidup dalam ketergantungan feodal pada negara, dan rakyat Rusia hidup
dalam ketergantungan feodal pada gereja yang mapan, ketika di jaman pertengahan, hkumhukum inquisisi (yang hingga hari ini masih mendekam dalam hukum-hukum pidana dan pada

kitab undang-undang kita) ada dan diterapkan, menyiksa banyak orang untuk keyakinan maupun
ketidakyakinannya, memperkosa hati nurani orang-orang, dan menggabungkan pemerintah yang
enak dan pendapatan dari pemerintah, dengan dispensasi ini dan itu yang membiuskan, oleh
lembaga gereja. Pemisahan yang tegas antara lembaga Negara dan Gereja adalah apa yang
dituntut proletariat sosialis mengenai negara modern dan gereja modern.
Revolusi Rusia harus memberlakukan tuntutan ini sebagai sebuah komponen yang diperlukann
untuk kemerdekaan politik. Dalam hal ini, revolusi Rusia berada dalam sebuah posisi yang
menyenangkan, karena ofisialisme yang menjijikkan dari otokrasi feodal polisi berkuda telah
menimbulkan ketidakpuasan, keresahan, dan kemarahann bahkan di antara para pendeta.
Serendah-rendahnya dan sedungu-dungunya pendeta Orthodoks Rusia, mereka pun sekarang
telah dibangunkan oleh guntur keruntuhan tatanan abad pertengahan yang kuno di Rusia. Bahkan
mereka yang bergabung dalam tuntutan untuk kebebasan, memprotes praktek-praktek birokratik
dan ofisialisme, hal memata-matai polisiyang sudah ditetapkan sebagai "pelayan Tuhan". Kita
kaum sosialis harus memberikan dukungan kita pada gerakan ini, mendukung tuntutan para
pendeta yang jujur dan tulus hati menuju ke tujuan mereka, membuat mereka meyakini kata-kata
mereka tentang kebebasan, menuntut bahwa mereka harus memutuskan semua hubungan antara
lembaga keagamaan dan kepolisian. Seperti juga bagi Anda yang tulus hati, di tiap kasus Anda
harus mempertahankan pemisahan antara Gereja dengan Negara dan sekolah dengan Agama,
sepanjang agama sudah dinyatakan secara tuntas dan menyeluruh sebagai urusan pribadi. Atau
Anda tidak menerima tuntutan-tuntutan konsisten tentang kebebasan ini, dalam kasus dimana

Anda tetap terpikat dengan tradisi inkuisisi, dalam kasus dimana Anda tetap berpegang teguh
dengan kerja pemerintahan yang enak dan pendapatan dari pemerintah, dalam kasus dimana
Anda tidak percaya terhadap kekuatan spiritual dari senjatamu dan melanjutkan untuk

mengambil suap dari negara. Dan dalam kasus itulah para pekerja berkesadaran-kelas di seluruh
Rusia menyatakan perang tanpa ampun terhadap Anda.
Sepanjang yang diperhatikan kaum sosialis proletariat, agama bukanlah sebuah persoalan
pribadi. Partai kita adalah sebuah asosiasi dari para pejuang maju yang berkesadaran kelas, yang
bertujuan untuk emansipasi kelas pekerja. Sebuah asosiasi seperti itu tidak dapat dan tidak
seharusnya mengabaikan adanya kekurangan kesadaran- kelas, ketidaktahuan atau obscurantisme
(isme kekaburan, ketidakjelasan) dalam bentuk keyakinan-keyakinan agama. Kita menuntut
pembinasaan sepenuhnya terhadap Gereja dan dengannya mampu menerangi kabut religius yang
begitu ideologis dan dengan sendirinya senjata ideologis, dengan sarana pers kita dan melalui
kata dari mulut. Namun kita mendirikan asosiasi kita, Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia,
tepatnya untuk sebuah perjuangan melawan setiap agama yang menina bobokan para pekerja.
Dan bagi kita perjuangan ideologi bukan sebuah urusan pribadi, namun persoalan seluruh Partai,
seluruh proletariat.
Jika memang demikian, mengapa kita tidak menyatakan dalam Program kita bahwa kita adalah
atheis? Mengapa kita tidak melarang orang-orang Kristen dan para penganut agama Tuhan
lainnya untuk bergabung dalam partai kita?

Jawaban terhadap pertanyaan ini akan memberikan penjelasan tentang perbedaan yang cukup
penting dalah hal persoalan agama yang ditampilkan oleh para demokrat borjuis dan kaum
Sosial-Demokrat.
Program kita keseluruhannya berdasar pada cara pandang yang ilmiah, dan lebih jauh
materialistik. Oleh karenanya, sebuah penjelasan mengenai program kita secara amat perlu
haruslah memasukkan sebuah penjelasan tentang akar-akar historis dan ekonomis yang
sesungguhnya dari kabut agama. Propaganda kita perlu memasukkan propaganda tentang
atheisme; publikasi literatur ilmiah yang sesuai – dimana pemerintah feodal otokratis hingga saat
ini telah melarang dan menyiksa – yang pada saat ini harus membentuk satu bidang dari kerja
partai kita. Kita sekarang mungkin harus mengikuti nasehat yang diberikan Engels kepada kaum
Sosialis Jerman: menterjemahkan dan menyebarkan literatur intelektual Pencerahan Perancis
abad ke-18 dan kaum atheis. [36]

Namun bagaimanapun juga kita tidak boleh dan tidak patut untuk jatuh dalam kesalahan
menempatkan persoalan agama ke dalam sebuah abstrak, kebiasaan jang idealistik, sebagai
sebuah masalah "intelektual" yang tak berhubungan dengan perjuangan kelas, seperti yang tidak
jarang dilakukan oleh kaum demokrat-radikal yang ada di antara kaum borjuis. Tentulah bodoh
untuk berpikir bahwa, dalam sebuah masyarakat yang berdasar pada penindasan tanpa akhir dan
merendahkan massa pekerja, prasangka-prasangka agama bisa disingkirkan hanya melalui
metode propaganda melulu. Inilah kesempitan cara berpikir borjuis yang lupa bahwa beban

agama yanng memberati kehidupann manusia sebenarnya tak lebih adalah sebuah produk dan
refleksi beban ekonomi yang ada di dalam masyarakat. Tak satupun dari famplet khotbah,
berabapun jumlahnya, dapat memberi pencerahan pada kaum proletariat, jika ia tidak dicerahkan
dengan perjuangannya sendiri melawan kekuatan gelap dari kapitalisme. Persatuan dalam
perjuangan revolusioner yang sesungguhnya dari kelas kaum tertindas untuk menciptakan sebuah
sorgaloka di bumi, lebih penting bagi kita ketimbang kesatuan opini proletariat di taman firdaus
surga.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kita tidak dan tidak akan menyatakan atheisme dalam
program kita, itulah mengapa kita tidak akan dan tidak akan melarang kaum proletariat yang
tetap memelihara sisa-sisa prasangka lama untuk menggabungkan diri mereka dengan Partai kita.
Kita akan selalu mengkhotbahkan cara pandang ilmiah, dan hal itu essensial bagi kita untuk
memerangi ketidakkonsistenan dari berbagai aliran "Nasrani". Namun bukan berarti bahwa pada
akhirnya persoalan agama akan dikembangkan menjadi persoalan utama, sementara hal itu sudah
tidak dipersoalkan lagi, atau bukan pula berarti bahwa kita akan membiarkan semua kekuatan
dari perjuangan ekonomi dan politik revolusioner yang sesungguhnya untuk dipilah-pilah
mengikuti opini tingkat ketiga ataupun ide-ide yang tidak masuk akal. Karena hal ini akan segera
kehilangan semua arti penting politisnya, segera akan disapubersih sebagai sampah oleh
perkembangan ekonomi.
Dimanapun kaum borjuis reaksioner hanya memperhatikan dirinya sendiri, dan sekarang sudah
mulai memperhatikan dirinya di Rusia, dengan menggerakkan perselisihan agama – karenanya

dalam rangka membelokkan perhatian massa dari problem-problem ekonomi dan politik yang
demikian penting dan fundamental, pada saat ini diselesaikan dalam praktek oleh semua
proletariat Rusia yang bersatu dalam perjuangan revolusioner. Kebijaksanaan revolusioner yang

memecahbelahkan kekuatan kaum proletariat, dimana pada saat ini manifestasinya muncul
dalam program Black-Hundred, mungkin besok akan menyusun bentuk-bentuk yang lebih subtil.
Kita, pada setiap tingkat, akan melawannya dengan tenang, secara konsisten dan sabar
berkhotbah tentang solidaritas proletarian dan cara pandang ilmiah – seorang pengkhotbah yang
asing pada apapun hasutan-hasutan perbedaan sekunder.
Kaum proletariat reevolusioner akan berhasil dalam membentuk agama menjadi benar-benar
urusan pribadi, sejauh yang diperhatikan oleh negara. Dan dalam sistem politik ini, bersih dari
lumut-lumut abad pertengahan, kaum proletariat akan keluar dan membuka pertarungan untuk
mengeliminasi perbudakan ekonomi, sumber yang murni dari segala omong kosong relijius
manusia.
Novaya Zhizn, No. 28.
3 Desember, 1905
Tertanda: N. Lenin
Diterbitkan sesuai dengan teks yang dalam Novaya Zhizn

Catatan:

[36] Lihat Frederick Engels, "Flüchtlings-Literatur", Volksstaat, No. 73, 22/6/1874, halaman 86.

Karya-karya V.I. Lenin | Séksi Bahasa Indonesia M.I.A.