Teori Sosial dan Interaksionisme Simbolik.do

TEORI SOSIAL KONTEMPORER:
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori-Teori Sosial
Yang Dibina oleh Bapak I Nyoman Ruja

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Amalia Laili Istiqomah B

(130741607084)

Celina Dwi.O.Umbung

(130741607076)

Firman Maulana

(130741607072)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
MALANG 2014

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah
tentang “Teori Sosial Kontemporer:Teori Interaksionisme Simbolik ” ini dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik
dari semua pihak, makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapakan terima kasih kepada :
1. Bapak I Nyoman Ruja selaku dosen pengajar mata kuliah Teori-Teori Sosial yang telah
memberi bekal, bimbingan dan pengarahan selama penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan semangat serta dukungan baik secara materiil maupun
spiritual.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam memberikan dukungan serta bantuan selama
penulisan makalah ini, dan

4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Mengingat pengetahuan dan kemampuan penulis yang terbatas, makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga pengalaman membuat makalah ini dapat menjadi
dorongan bagi kami penulis karya yang lebih sempurna. Akhirnya kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Agustus 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI
2

Halaman Sampul…………………………………………………………….............

i

Kata Pengantar………………………………………………………………...........


ii

Daftar Isi……………………………………………………………………............

iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….............

4

1.1 Latar Belakang……………………………………………................
4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………............. 4
1.3Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...................... 5
2.1 Biografi penulis teori interaksionisme simbolik…………………........... 5
2.1 Histori Interksionisme simbolik............................................................... 5
2.3 Prinsip dasar interaksionisme simbolik.......................................... .......... 11
2.4 Intraksionisme simbolik karya Enning Goffman................................... 15


BAB III PENUTUP ……………………………....………………………….............
A. Kesimpulan………………………………………………………...........
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...........

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
3

19
20
21

Salah satu persoalan yang sering kali muncul dalam teori sosial adalah tentangan hubungan
antara individu dan masyarakat.Bagaimana masyarakat membentuk individu-individu atau
sebaliknya bagaimana individu menciptakan,mmempertahankan,dan mengubah masyrakat?
Pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab oleh teori macro seperti teori fungsionalisme atau
teori konflik,hal ini menyebabkan munculnya minat baru untuk mempelajari proses yang

terjadi antara individu dan antara individu dengan masyarakat.Dalam hal ini,perhatian baru di
arahkan kepada pemahaman tentang proses interksi sosial dan akibat bagi individu dan
masyarakat.Hal seperti inilah yang menjadi pokok perhatian dari perspektif interksionisme
simbolik.Istilah interaksionisme simbolik di gunakan pertama kali oleh Herbert
Blumer.Untuk lebih jelasnya kami akan membahas tentang”Teori Interaksionisme Simbolik”.
2.1.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kami mengambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana biografi penulis teori interaksionisme simbolik?
2. Bagaimanahistori interaksionisme simbolik?
3. Apasajakah prinsip-prinsip interaksionisme simbolik?
3.1.Tujuan
Ada pun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahaui biografi teori interaksionisme simbolik
2. Mengetahui histori interaksionisme simbolik
3. Mengetahui prinsip-prinsip interaksionimse simbolik

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 BIOGRAFI PENULIS TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang dikemukakan oleh George
Herbert Mead yang lahir di South Hatley Massachusests pada tanggal 27 februari1863 dan
meninggal pada tahun1931 dalam usia 63 tahun.Mead mendapatkan pendidikan terutama
dibidang filsafat dan aplikasinya terhadap kajian psikologi sosial.Sewaktu Mead masih kecil

4

ia pindah ke Oberlin,Ohio,tempat seminari teologi Berlin dimana ayahnya Hiram Mead
menjadi pengajar ditempat itu.Arus pemikiran Mead banyak dipengaruhi oleh filsafat
pragmatis dari Jhon Dewey dan behaviorisme psikologis.Disamping itu mead juga banyak
terpengaruh dari teori evolusi Darwin,namun Mead tidak menganjurkan pendekatan laisses
faire dalam pertarungan antara yang kuat dan lemah,juga dia tidak melihat usaha-usaha
perubahan sosial itu berjalan sesuai dengan hukum-hukum alamiah.Prinsip teori darwin yang
diterima oleh Meadadalah organisme terus menerus terlibat dalam usaha menyusaikan diri
dengan lingkungan melaluiproses ini bentuk dan karakteristik organisme mengalami
perubahan terus menerus.Pandagan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia sejalan
dengan kerangka teori Darwin.Mead menghabiskan sebagian waktu dengan mengajar di
universitas chicago dan menerbitkan banyak buku.

2.2 Histori interksionisme simbolik

Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi. Menurut Mead, orang
bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.Sedangkan
simbol adalah representasi dari sebuah fenomena, dimana simbol sebelumnya sudah
disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan
makna bersama.

5

Ada beberapa pemikir yang telah berjasa dalam mengembangkan perspektif teori ini antara
lain:
a. George simmel,yaitu ahli sosiologi Eropa yang pertama kali melakukan studi yang
serius tentang interaksi.Dia menyebutnya dengan sosiobilitas.Menurut Simmel
struktur dan proses macro yang dipelajari oleh teori konflik adalah cerminan dari
interaksi khusus antara sesama manusia.Dalam bukunya dia menjelaska bahwa
kepribadian manusia timbul dari dan dibentuk oleh kelompok atau budaya dimana
seorang hidup.Keberadaan seseorang bagaimana dia berpikir dan bertingkah lau
dipengaruhi oleh keanggotaanya dalam kelompok tertentu.
b. William James yaitu orang pertama yang mengembangkan secara jelas konsep tentang
self(diri).Menurutnya manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dirinya sebagai
objek dan menurutnya sangat penting memiliki kemampuan ini dalam membentuk

cara seorang menanggapai duniadisekitarnya.
c. Charles Horton Cooley:menjelaskan dua hal tentang self sebagai proses dimana
individu bisa melihat diri mereka sendiri sebagai objek bersama dengan objek lainnya
didalam lingkungan sosial mereka.Kedua diamengakui bahwa self muncul dari
komunikasi dengan orang lain.Dalam berinteraksi dengan orang lain seorang individu
menafsirkan gerak-gerik orang lain dan demikian dia dapat melihat dirinya
berdasarkan sudut pandang orang lain.Mereka membayangkan bagaimana orang lain
menilai mereka.Dengan demikian gambaran tentang diri sendiri.Cooley menamakan
proses ini”Lookig glass self(diri berdasarkan penglihatan orang lain)dia juga
mengakui self muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok.Dialah yang
mengembangkan konsep tentang kelompok primer yang cukup menentukan
perkembangan kepribadiaan seseorang.
d. Jhon Dewey:sebagai pendukung utama

pragmatisme,Dewey

memusatkan

perhatiannya pada proses penyusaian diri manusia terhadap dunia.Menurut dia
keunikan


manusia

muncul

dari

proses

penyusaian

diri

dengan

kondisi

hidupnya.Dewey menegaskan bahwa yang unik dalam diri manusia adalah
kemampuannya untuk berpikir.Selama hidupnya dia berusaha untuk memahami
kesadaraan manusia.Pertanyaan yang menhantuinya adalah bagaimana cara kerjanya

pikiran itu?Kemudian bagaimana pikiran membantu manusia untuk menyusaikaan diri
dengan lingkungan?Konsep Dewey tentang pikiran sebagai suatu proses pnyusaian
diri dengan lingkungan banyak mempengaruhi Herbert Mead.Dewey teah
menunjukan bahwa pikiran timbul dari interaksi dengan dunia sosia.

6

Sekalipun para pemikir ini menyajikan sejumlah konsep yang berhubungan dengan
interaksionisme simbolik namun mereka tidak berhasil membuat satu sintese atau
sistemalisasi mengenai perspektif itu.Interaksionisme simbolik berkembang menjadi suatu
perspektif dalam sosiologi berkat usaha dua teoritikus terkenal yakni George Herbert Mead
dan Herbert Blumer.George Herbert Mead adalah pencetus dari teori ini sedangkan Blummer
yang tidak lain adalah murid dari Mead,mengembagkan ajarannya.Pada bagian berikut ini
akan dijelaskan beberapa pokok pikian dari teori ini yaitu:
 Interaksionisme simbolik George H.Mead
George Herbert Mead menghabiska sebagian besar waktunya dengan mengajar di universitas
Chiago dan menulis buku yang berjudul Mind,Self,dan soiety baru diterbitkan sesudah ia
meninggal.
 Mind(akal budi)
Mead memandang akalbudi (mind)bukan sebagai sauatu benda,melainkan sebagai suatu

proses sosial.Menuutnya akal budi manusia secara kualitatif bereda dengan binatang.Manusia
lebih bertindak dengan saksama yakni antara aksi dan reaksi artinya antara aksi dan reaksi
terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental dan hal ini tidak dimiliki
oleh hewan.Simbol mempunyai arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik tetapi juga
dalam bentuk bahasa.Kemampuan untuk enciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal
yang membedakan manusia dengan binatang.
Bahasa memampukan kita untuk menanggapai bukan hanya simbol-simbol yang berbentuk
gerak-gerik tubuh melainkan juga sebagai simbol yang berbentuk kata-kata.Kemampuan utuk
menggunakan simbol-simbol suara(bhasa)memungkinkan manusia bisa melihat dirinya
melalui perspektif orang lain.Hal ini menjadi sangat penting dalam mengerti arti bersama
atau menciptakan respone yag sama terhadap simbol suara yang sama.Misalnya kata
mari,kesini,akan memberikan reaksi yang sama kepada orang yang mendengarkan.Mead juga
menekankan pentingnya fleksibilitas dari akal budi(mind) itu.Selain menghayati simbol yang
sama dengan artinya yang sama,fleksibilitas memungkinkan interaksi biarpun dalam situasi
tertentu orang tidak mengertiarti dari stimulus atau simbol yang diberikan.Bagaimanapun
orang akan mencoba menebak arti dari simbol yang diberikan sehingga terjadilah
interaksi,hal itu berarti orang masih bisa berinteraksi sekalipun ada hal yang membingungkan
mereka .Hal ini mungkin karena akal budi bersifat fleksibel dari pikiran.

7

Simbol verbal dari bahasa yaitu sangat penting bagi Mead karena kita selalu dapat
mendengarkan diri sendiri walaupun kita tidak mungkin selalu bisa melihat tanda gerak fisik
kita.Apa yang kita katakan akan selalu mempengaruhi kita dan orang-orang lain yang
mendengarkan perkataan itu.Jadi ketika kita sedang berbiara,dan sebelum lawan bicara kita
memberikan reaksi ,kita dapat memutuskan apakah apakah hal yang kitabiarakan
membangkitkan reaksi yang kita inginkan atau tidak.Seandainya kita memutuskan bahwa
perkataan itu sama sekali tidak membangkitkan tanggapan yang kita inginkan,kita dapat
dengan secepatnyamenjelaskan arti yang kita maksudkan itu.
Konsep tentang arti sangat penting bgi Mead.perbuatan bisa mempunyai arti kalau kita bisa
menggunakan akal budi untuk menetapkan dirikita didalam diri orang lain,sehingga kita bisa
menafsirkan pikiran-pikirannya dengan tepat.Namun disini Mead,mengatakan bahwa arti
meaning itu slinya tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi sosial.Dengan kata
lain,situasi sosial memberi arti kepada sesuatu.
 Self (Diri)
Bagi Mead kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaiman ia memberi
jawaban terhadap orang lain,merupakan kondisi penting dalam rangka perkembangan akal
budi itu sendiri.Dalam arti ini,self sebagaimana Mind bukanlah suatu objek melainkan suatu
proses sadar yang mempunyai beberapa kemampuan seperti:
 Kemampuan untuk memberikan jawaban atau tanggapan kepada diri sendiri


sebagaimana orang lain juga memberikan jawaban atau tanggapan.
Kemampuan untuk memberikan jawaban sebagaimana generalized other atau



aturan,norma,dan hukum memberikan jawaban kepadanya.
Kemampuan untuk mengambil bagian daam percakapan sendiri dan orang



lain.
Kemampuan untuk menyadari apa yang sedang dikatakannya dan
kemampuan untuk menggunakan kesadaran itu untuk menentukan apa yang

harus dilakukan tahap berikutnya.
Menurut Mead,self mengalami perkembanga melalui proses sosialisasi.Ada tiga tahap dalam
proses sosialisasi itu yakni tahap bermain dalam tahap ini salah satu contohnya anak-anak
dapat

menganti

peran

orang

lain

entah

sebagai

guru,ayah,ibu,perawat,dan

sebagainya,meskipun ini Cuma permainan tahap ini menjadi penting bagi perkembangan
anak karena melalui permainan ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan
orang lain dalam status tertentu entah sebagai ayah,ibu,guru,dan sebagainya.

8

Tahap kedua dalam proses pembentukan konsep tentang diri adalah tahap pertandingan.Pada
tahap ini seorang anak terlibat dalam situasi tingkat organisasi yang lebih tinggi,contohnya
yaitu dalam pertandingan sepak bola dalam proses ermainan ini anak belajar sesuatu yang
melibatkan orang lain dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan dan norma-norma.
Tahap ketiga generalized other adalah harapan,kebiasaan,standar umum

dalam

masyarakat.dalam hal ini seorang anak mengarahkan tingkah laku berdasarkan standar
umumatau harapan masyarakat atau norma yang berlaku dimasyarakat.
Jadi dalam tahap akhir ini anak menilai tindakan atau endasrkan tindakannya berdasrkan
norma yang bersifat umum.salah satu bagian diskusi Mead yang pailng penting yaitu
pembedaan antara I dan Me yakni antara diri sebagai subjek da diri sebagai objek.Diri oleh
Mead ditunjukan dengan Me sedangkan diri sebagai subjek ditunjukan dengan I.Pada
umumnya orang bertindakan berdasarkan “Me”nya yakni berdasrkan norma,generalized
other,atau harapan orang lain
Demikian beberpa pokok pikiran Mead tentang self,dalam hubungan dengan self Charles
Horton Cooley mengembagkan satu konsep baru yang disebut loking glass self,bermaksud
mengatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dirinya sebagai ia elihat
objek yang berada di lingkugannya atau diluar dirinya.hal ini berarti pertama kita bisa
membayangkan bagaimana kita tampil dihadapan orng lain,kedua kita bisa bayangkan
bagaimana penilaian orang terhadap penampilan kita ketiga kita bisa membayangkan
perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap penilaian orang lain itu.
 Society (masyarakat)
Masyarakat (society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif
anggota-anggotanya. Kerja sama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud
orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan
selanjutnya. Jadi kerja sama terdiri dari membaca tindakan dan maksud orang lain serta
menanggapinya dengan cara yang tepat.
Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. Pemaknaan kita merupakan hasil
interaksi dengan orang lain. Sebagai contoh, walaupun kita mungkin belum pernah
mendengar tentang istilah telepon toilet, namun para narapidana mengetahui istilah tersebut
dengan baik bahwa mereka dapat berkomunikasi melalui pipa-pipa yang ada dalam penjara.
Kita menggunakan makna untuk menafsirkan kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Atau
yang lebih jelasnya, kita tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna dari simbol-simbol
yang kita gunakan.
9

Herber menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan. Gerak tubuh mengacu pada setiap
tindakan yang dapat memiliki makna. Biasanya gerak tubuh bersifat verbal atau berhubungan
dengan bahasa. Tetapi bisa juga berupa gerak tubuh non verbal. Ketika ada makna yang
dibagi, maka gerak tubuh menjadi nilai dari simbol-simbol yang signifikan.
Oleh karena itu, masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana anggotaanggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan
menggunakan simbol-simbol.
Contoh penerapan Interaksi Simbolik:


Menciptakan realitas. Maksudnya adalah bahwa kita terlibat dalam negosiasi dengan



yang lain untuk menyatakan identitas kita dan gambaran situasi.
Penelitian bermakna. Mead menyaranan penelitian dengan cara observasi pasrtisipasi.
Menurutnya, untuk memahami kuda, maka kita mencium seperti kuda makan dari



tempatnya, dan tidur di kandang, seperti itulah yang dikatakan observasi partisipan.
Menyamakan dengan yang lain. Seperti cerita pendek yang isinya menceritakan
seorang anak kecil yang memiliki kekuarangan dalam dirinya. Kemudian
kekuarangannya tersebut dijadikan bahan ejekan bagi orang banyak. Respon yang
negatif ini berangsur-angsur mengurangu kepercayaan dirinya dalam pergaulan
sehari-hari dan akhirnya anak kecil ini menganggap dirinya tidak memiliki nilai dan



tidak ada artinya.
Penamaan. Kita sering mendengar seseorang memiliki julukan atau dijuluki oleh
orang lain seperti bodoh, jelek, negro, hitam, dan lain-lain. Penamaan atau istilah



yang seolah mengecap diri seseorang memang benar-benar menyakitkan hati.
Nubuat dengan dipenuhi diri sendiri. Ketika kita melihat diri kita dalam cermin, maka
ketika itu pula kita mengumpulkan setiap sudut pandang orang lain yang melihat siapa
diri kita. Atau yang biasa kita sebut dengan mengkoreksi diri. Maka kita akan melihat
atau setidaknya mengetahui bagaimana orang lain mengecap atau menyebut diri kita



sesuai dengan karakter yang kita miliki.
Manipulasi simbol. Seringkali simbol digunakan untuk menunjukkan identitas suatu
organisasi atau perseorangan. Dalam penerapan ini, simbol digunakan dalam sebuah
komunitas masyarakat. Seperti simbol partai yang menyuarakan pembangunan bagi
rakyat miskin.

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Interaksionisme Simbolik
10

 Kemampuan Untuk Berpikir
Pendukung teori Interaksionisme Simbolik menyatakan bahwa asumsi tentang
kemampuan manusia untuk berpikir merupakan salah satu sumbangan terbesar dalam
pencetus-pencetus awal teori ini sepeti James, Dewey, Thomas, Colley dan Mead. Menurut
mereka individu-individu dalam masyarakat tidak dilihat sebagai makhluk-makhluk yang
dimotivasi oleh faktor-faktor dari luar yang berada di luar kontrol mereka dalam bertindak.
Mereka melihat manusia sebagai makhluk yang reflektif dan karena itu bisa bertingkah laku
secara reflektif.
Kemampuan untuk berpikir berada di dalam akal budi tetapi interaksionisme simbolik
memahami akal budi secara lain. Mereka membedakan akal budi dengan otak. Manusia harus
memiliki otak supaya dapat mengembangkan akal budinya tetapi otak tidak otomatis
menciptakan akal budi sebab binatang mempunyai otak namun tidak bisa berpikir.
Interaksionisme simbolik juga tidak melihat akal budi sebagai benda (a thing) atau struktr
fisis melainkan suatu proses yang berkesinambungan. Proses itu adalah bagian dsri proses
yang lebih luas aksi dan reaksi. Akal budi berhubungan erat dengan konsep-konsep lain di
dalam interaksionisme simbolik termasuk sosialitas, arti, simbol, interaksi dan masyarakat.
 Berpikir dan Berinteraksi
Kemampuan manusia untuk berpikir sudah dibentuk dalam sosialisasi pada masa
anak-anak dan berkembang selama sosialisasi ketika orang jadi dewasa. Pandangan
Interkasionisme simbolik tentang sosialisasi sedikit berbeda dengan teori-teori lainnya. Teori
lain melihat sosialisasi sebagai proses dimana individu mempelajari hal-hal yang ada di di
dalam masyarakat supaya mereka bisa bertahan hidup di dalam masyarakat. Tetapi bagi
interaksionisme simbolik, sosialisasi adalah proses yang bersifat dinamis, manusia tidak
hanya menerima informasi melainkan dia menginterpretasikan dan menyesuaikan informasi
itu sendiri dengan kebutuhannya.
Interksionisme simbolik tidak hanya tertarik pada sosialisasi tetapi juga pada interksi.
Interaksi adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan dan
diungkapkan. Mereka membedakan dua macam interaksi non-simbolik yang tidak melibatkan
proses berpikir dan interaksi simbolik yang melibatkan proses berpikir. Pentingnya proses
berpikir bagi interksionisme simbolik nampak dalam pandangan mereka tentang obyek.
Blumer, membedakan tiga macam obyek yakni obyek fisis seperti kursi atau buku, obyek

11

sosial seperti mahasiswa atau ibu dan obyek abstrak seperti ide-ide atau prinsip-prinsip
moral. Obyek-obyek tidak lebih dari benda-benda yang berada di luar sana tetapi mereka
mempunyai arti penting ketika mereka di definisaikan oleh aktor. Setiap obyek mempunyai
arti berbeda-beda untuk setiap aktor.

 Pembelajaran Makna Simbol-simbol
Pendukung teori ini mengikuti Herbert Mead dalam menekankan pentingnya interaksi
sosial. Menurut mereka arti tidak berasal dari proses kegiatan mental melainkan dari proses
interaksi. Dalam interksi sosial, orang belajar simbol-simbol dan arti-arti. Kalau orang
memberikan reaksi terhadap tanda-tanda tanpa berpikir panjang maka dalam memberikan
reaksi kepada simbol-simbol, orang harus terlebih dahulu berpikir. Tanda mempunyai arti di
dalam diri mereka sendiri. Misalanya, gerak-gerik dari anjing yang marah adalah tanda
bahwa ia marah. Sedangkan simbol adalah obyek sosial untuk mewakili (take place of) apa
saja yang disepakati untuk diwakili. Tidak semua obyek-obyek sosial mempuyai arti yang
lain dari pada apa yang ada di dalam dirinya. Tetapi obyek yang merupakan simbol selalu
mempunyai arti yang lain dari pada yang tampak di dalam obyek itu sendiri. Orang
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan tentang diri mereka.
Pendukung Interkasionisme simbolik menganggap bahasa sebagai sistem simbol yang
besar. Kata-kata adalah simbol karena menunjuk pada sesuatu yang lain. Kata-kata
memungkinkan terciptanya suatu simbol yang lain. Perbuatan, obyek-obyek, dan kata-kata
yang lain bisa ada dan mempunyai arti hanya karena mereka telah atau bisa dilukiskan
melalui penggunaan kata-kata.
Simbol-simbol pada umumnya dan pada khususnya mempunyai sejumlah fungsi,
antara lain:
 Simbol-simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material
dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat kategori dan
mengingat obyek-obyek yang meraka temukan di mana saja.
 Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia

untuk

memahami

lingkungannya.
 Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berpikir. Dalam arti ini,
berpikir dapat di anggap sebagai interaksi simolik dengan diri sendiri.
12

 Simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan persoalan.
Binatang mencoba memecahkan persoalan dengan trial and error sedangkan manusia
dengan berpikir dengan menggunakan simbol-simbol sebelum mengguanakan
pilihan-pilihn dalam menggunakan sesuatu.
 Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransedensi dari segi waktu,
tempat, dan dan bahkan siri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol
manusia bisa membayangkan bagaimana hidup di masa lampau atau akan datang.
Mereka juga bisa membayangkan diri mereka sendiri berdasarkan pandangan orang
lain (taking the role of the other)
 Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-kenyataan
metafisis seperti surga atau neraka.
 Simbol-simbol memungkinkan manuasia tidak di perbudak oleh lingkungannya.
Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarrahkan dirinya pada sesuatu
yang yang mereka perbuat.
 Aksi dan Interaksi
Perhatian utama dalam interksionisme simbolik adalah dampak dan arti-arti dan
simbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia. Mead membuat pembedaan tentang covert
behavior atau tingkah laku yang tersembunyi dan overt behavior atau tingkah laku yang
terbuka atau terang-terangan. Covert behavior adalah proses berpikir yang melibatkan arti
dan simbol-simbol. Sedangkan overt behavior adalah tingkah laku aktual yang dilakukan oleh
seorang aktor. Ada beberapa overt behavior yang tidak selalu melibatkan covert behavior.
Artinya ada tingkah laku yang tidak didahului oleh proses berpikir. Covert behavior menjadi
pokok perhatian dari interksionisme simbolik sedangkan overt behavior menjadi pokok
perhatian dari teori pertukaran.
Arti dari simbol-simbol memberikan aksi dan interaksi sosial suatu kekhasan.
Tindakan sosial atau aksi pada dasarnya adalah sebuah tindakan di mana seseorang bertindak
dengan selalu mempertimbangkan orang lain di dalam pikirannya. Dengan kata lain, dalam
bertindak manusia selalu mengukur dampak untuk orang lain yang terlibat dalam tindakan
itu.
Dalam proses interaksi sosial manusia mengkomunikasikan arti-atri kepada orang lain
melalui simbol-simbol. Kemudian orang-orang lain menginterpretasikan simbol-simbol itu

13

dan mengarahkan tingkah laku mereka berdasarkan interperetasi mereka. Dengan kata lain,
dalam interaksi sosial, aktor-aktor terlibat dalam proses saling mmpengaruhi.
 Membuat Pilihan-pilihan
Oleh karena kemampuan untuk mengerti arti dan simbol-simbol maka manusia bisa
melakukan pilihan terhadap tindakan-tindakan yang di ambil. Manusia tidak perlu menerima
begitu saja arti-arti dan simbol-simbol yang dipaksakan kepada meraka. Sebaliknya, mereka
bisa bertindak berdasarkan interpretasi yang mereka buat sendiri terhadap situasi itu. Dengan
kata lain manusia mempunyai kemampuan untuk memberikan arti baru kepada situasi itu.
Kita juga bisa mengatakan bahwa bagi interksionisme simboli, aktor paling tidak
memiliki otonomi. Dia tidak begitu saja dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan yang berasala
dari luar dirinya. Mereka mampu melkukan pilihan-pilihan yang bebas dan unik. Lebih dari
itu, mereka juga mampu mengembangkan suatu kehidupan yang mempunyai keunikan dan
gayanya sendiri.


Diri atau Self

Self adalah konsep yang teramat penting bagi interksionisme simbolik. Guna
memahami konsep ini lebih dari apa yang dimaksud oleh Med, kita harus terlebih dahulu
memahami ide looking glass self yang di kembangkan oleh Charles Horton Colley. Apa yang
dimaksud dengan looking glass self oleh Colley adalah bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai halnya kita melihat obyek sosial lain. Ide
tentang looking glass self di bagi ke dalam tiga komponen, yakni: pertama, kita
membayangkan bagaiman kita menampakkan diri kepada orang-orang lain; kedua, kita
membayangkan penilaian kita terhadap penampilan kita; ketiga, bagaimana kita
mengembangkan semacam perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita tentang
penilaian orang lain.
Konsep Cooley tentang looking glass self dan konsep Mead tentang self adalah sangat
penting dalam perkembangan konsep interksionisme simbolik modern tentang self. Blumer
mengartikan self sangat sederhana, self semata-mata berarti bahwa manusia bisa menjadi
objek dari tindakannya sendiri. Dia berbuat sesuatu terhadap dirinya sendiri dan mengarahkan
dirinya dalam tindakan tertentu. Self memungkinkan manusia bisa berbuat sesuatu dan bukan
cuma beraksi terhadap rangsangan atau stimuli yang berasal dari luar. Sebuah karya yang
cukup kaya tentang self nampak dalam karya Erving Goffman.
14



Kelompok-kelompok dan Masyarakat
Interksionisme simbolik umumnya sangat kritis terhadap tendensi perspektif sosiologi

lainnya yang memusatkan perhatiannya pada struktur yang bersifat makro. Herbert Blumer
adalah orang yang berada paling depan dalam sikap kritis terhadap determinisme sosiologis
dimana tindakan sosial manusia semata-mata dipengaruhi oleh struktur sosial. Dalam
pandangan mereka aktor bukannya mendifinisikan situasi sebelum mereka bertindak
melainkan dia hanya ikut saja kekuatan-kekuatan eksternal yang memaksanya untuk
bertindak. Manuasia dalam pandangan perspektif-perspektif tradisional itu tidak lebih dari
pada semacam robot.
Hal itu sangat berbeda dengan pandangan interksionisme simbolik sebagaimana
dijelaskan oleh Blumer. Menurut Blumer, masyarakat tidak berbuat dari struktur-struktur
yang bersifat makro. Esensi dari masyarakat harus di temukan dalam aktor-aktor dan
tindakannya. Dia berkata: “Masyarakat manusia harus dilihat sebagai terdiri dari orang-orang
yang sedang bertindak dan kehidupan masyarakat harus dilihat sebagai terdiri dari tindakantindakan mereka” (Blumer, 1976;85). Masyarakat manusia dalah tindakan. Kehidupan
kelompok adalah keseluruhan tindakan yang sedang berlangsung. Namun demikian
masyarakat tidak dibuat dari tindakan yang terisolasi. Di sana ada tindakan yang bersifat
kolektif yang melibatkan individu-individu yang menyesuaikan tindakan mereka terhadap
satu sama lain. Dengan kata lain, mereka saling mempengaruhi dalam melakukan tindakan.
Mead menyebut hal ini sebagai social art (perbuatan sosial) dan Blumer menyebut join action
(tindakan bersama).
Blumer tetap mengakui eksistensi dari struktur-struktur sosial yang bersifat makro.
Tetapi dalam pandangannya struktur-struktur seperti itu mempunyai pengaruh yang sangat
terbatas di dalam interksionisme simbolik. Blumer sering berpendapat bahwa strukturstruktur yang bersifat makro itu tidak lebih dari pada semacam kerangka kerja di dalamnya
aspek-aspek penting dari kehidupan sosial, aksi dan interaksi terjadi. Struktur-struktur makro
memang menetapkan kondis-kondisi dan batasn-batasan terhadap tingkah laku manusia tetapi
ia tidak menentukan tingkah laku itu.
2.4Interaksionisme Simbolik Dalam Karya Eening Goffman
Konsep Goffman tentang self sangat dipengaruhio oleh georg mead, ada perbedaan
antara keinginan pribadi dan keharusan yang diharapkan oleh oranglain atau masyarakat.
15

Maka guna mempertahankan gambaran diri yang stabil, manusia cenderung melakonkan
peranya di atas panggung pertunjukan. Karena itu golfman cenderung melihat kehidupan
social sebagai suatu seri drama atau seri pertunjukan i mana para actor memainkan peranperan tertentu, pendekatan ini disebutnya pendekatan dramaturgi

 Hakekat Self dalam karya Golfman
Self bukan mili actor maupun pelaku melainkan hasil interaksi antara actor dan
penonton. Artinya self mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan harapan penonton yang
di peroleh actor ketika berinteraksi dengan penonton. Para actor berharap bahwa self atau diri
yang mereka tampilkan dalam pertunjukan itu cukup kuat atau mengesankan sehingga para
penonton bias memberikan definisi(deskripsi) tentang diri mereka (actor-aktor) itu sesuai
dengan keinginan actor-aktor itu sendiri. Para actor juga beharap bahwa gambaran atau ideal
diri yang diperoleh penonton tentang mereka akan membuat para penonton itu sendiri bias
melakukan secara sukarela.
 Bagian depan panggung
Bagian depan panggung itu berfungsi untuk mendefinisikan situasi. ada bagian yang
di sebut setting, setting adalah bagian-bagian- yang secara fisik (alat-alat) yang harus berada
di sana apabila si actor tampil. Ada bagian juga yang di sebut personal front, personal front
terdiri dari barang-barang yang membantu memberi kesan pada penonton, sehingga penonton
dapat dapat mengidentifikasi peran yamg di mainkan si actor atau posisi social yang diduduki
oleh seseorang dalam kehidupan social.
Personal front
-

Appearance :Melingkupi atribut-atribut yang bisa menunjukkan kepada orang lain

-

status social yang mereka miliki
Manner: menunjukkan model atau gaya peran yang akan dimainkan oleh si
performer atau pelakon itu dalam situasi actual tersebut

Goffman mengtakan bahwa orang pada umumnya berusaha menampilkan suatu self atau diri
yang diidealkan dalam font stage, maka mau tidak mau mereka harus menyembunyikan halhal tertentu dalam pertunjukan atau performance itu

16

1. Menyembunyikan hal-hal yang bersifat negative seperti minum mabuk atau
kecanduan obat
2. Menyembunyikan kekeliruan yang terjadi selama latihan menjelamg pertunjukan
3. Actor perlu menunjukkan hanya hasil dari usahanya bukan menunjukkan usaha
yang dilakukan untuk mencapai hasil itu
4. Actor perlu menyembunyikan dari hadapan penonton bahwa ia menggunakan
cara-cara kotor dalam melakuan usahanya sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan
5. Di dalam melakukan pertunjukan actor bisa saja mengesampingkan stadartstandart lain
6. Actor mungkin perlu untuk menyembunyikan perasaan sakit hati, direndahkan dan
lain-lain sehingga pementasan bisa berjalan terus
Salah satu aspek dari dramatugi atau pertujukan panggung , khususnya dalam font stage ialah
bahwa si actor seringkali untuk mencoba untuk memberikan kesan bahwa mereka lebih dekat
dengan penonton dari pada kenyataan yang sebenarnya. Guna menimbulakn kesan ini maka
harus dibuat sedmikian rupa sehingga ada pemisahan antara dia dan penonton agar jika ada
kesalahan atau kekeliruan dalam pementasan, penonton tidak bakal mengetahuinya. Actor
berusaha untuk meyakinkan semua yang terlibat dalam prtujukan (intraksi social, situasi
social) itu patuh kpada aturan bersama. Salah satu tehnik yang digunakan oleh actor dalam
melakukan pertunjukan ialah mystification. Si actor kadang-kadang memistikkan penampilan
mereka dengan membatasi kontak mereka dengan membatasi kontak mereka dngan
penonton. Karena itu Goffman menyimpulkan bahwa team itu adalah snacam suatu
masyarakat rahasia atau scret society.
 Bagian belakang panggung
Goffman juga mndiskusikan tentang backstage(bagian belakang panggung), di mana
bermacam-macam tindakan atau tingkah laku non-formal, boleh muncul. Dalam dunia social,
backstage ini adalah tempat atau stuasi di mana seseorang individu tidak perlu bertingkah
laku sesuai dengan harapan-harapan orang dari statusnya tu. Jadi, backstage adalah dunia
yang sedikt bersifat pribadi d mana orang-orang lain tidak perlu menyaksikan aktivitas
pribadinya.

17

BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

18

Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi. Menurut Mead, orang
bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.Sedangkan
simbol adalah representasi dari sebuah fenomena, dimana simbol sebelumnya sudah
disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan
makna bersama.
Teori interaksionisme simbolik dikonstruksikan atas sejumlah ide-ide dasar. Ide dasar ini
mengacu pada masalah-masalah kelompok manusia atau masyarakat, interaksi sosial, obyek,
manusia sebagai pelaku, tindakan manusia dan interkoneksi dari saluran-saluran tindakan.
Secara

bersama-sama,

ide-ide

mendasar

ini

mepresentasikan

cara

dimana

teori

interaksonalisme simbolik ini memandang masyarakat mereka memberikan perangkat kerja
pada ilmu sekaligus menganalisisnya. Secara singkat kerangka-kerangka itu diantaranya
adalah sifat masyarakat, sifat interaksi social, ciri-ciri obyek,manusia sebagai makhluk
bertindak, sifat aksi manusia dan pertalian aksi. Beberapa implikasi metodologis para ahli
teori interaksionisme simbolis terhadap kehidupan kelompok dan aksi sosial dapat diketahui
pada empat hal, yang pertama individu, kedua kolektifitas manusia, ketiga tindakan sosial
secara sendiri-sendiri atau bersama, keempat tindakan-tindakan pertalian komplek. Yang
selanjutnya mengenai Prinsip-prinsip dasar teori interaksi smbolik yang pertama: tak seperti
binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir. Kedua: Kemampuan berpikir
dibentuk oleh interaksi sosial. Ketiga Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan
simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang khusus
itu. Keempat: Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan
berinteraksi. Kelima: Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan
dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi. Keenam:
Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagian karena kemampuan
mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji
serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relative mereka, dan
kemudian memilih satu di antara serangkaian peluang tindakan itu. Ketujuh: Pola tindakan
dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat.
Dalam teori interaksionisme simbolik ada beberapa tokoh yang berperan penting di
dalamnya. Mulai dari John Dewey, George Herbert Mead, Chales Horton Cooley dan Herbert
Blumer. John dewey adalah seorang filusuf dari Amerika, pendidik dan pengkritik sosial yang
lahir di Burlington, Vermont tahun 1859. Selain itu dia merupakan pemikir yang terkenal
dengan filsafat instrumentalis-nya. Pendapat beliau bahwasannya sebelum dia menentukan
19

sikap dan perbuatannya terhadap orang lain, dia melakukan sebagai pertimbangan dan
menilainya, untuk kemudian memilih dari berbagai kemungkinan dalam bertindak. Dalam
proses yang bersifat aktif ini, fikiran manusia tidak hanya berperan sebagai instrumen
melainkan juga menjadi bagian dari sikap manusia. Cooley dilahirkan dikota Ann Arbor, di
negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Beliau lahir pada tahun 1864, Cooley lebih
menekankan bahwasannya seseorang melihat dirinya melalui mata orang lain perbedaanya
dengan Mead kalau bagi Mead, tertib masyarakat akan terjadi manakala ada komunikasi yang
dipraktikkan melalui simbol-simbol. Mead terlahir di South Hadley, Massachusetts, pada 27
Februari 1863. Mead yang mendalami filsafat dan penerapannya pada psikologi sosial. Tokoh
yang selanjutnya yakni Herbert Blumer yang banyak mengembangkan pemikiran-pemikiran
George Herbert Mead. Bagi Blumer manusia bertindak bukan hanya faktor eksternal
(fungsionalisme struktural) dan internal (reduksionis psikologis) saja, namun individu juga
mampu melakukan self indication atau memberi arti, menilai, memutuskan untuk bertindak
berdasarkan referensi yang mengelilinginya itu.
Pada dasarnya tindakan manusia itu terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal. Metode
empiris

Blumer

lewat

pengamatan (inquiry),

penjelajahan

(exploration),

dan

pemeriksaan (inspection). Blumer menekankan pada aspek kemanusiaan (humanis) yang unik
dan berbeda satu sama lain, memiliki cita, rasa, karsa, serta multi variat.

DAFTAR PUSTAKA
Soeprapto, Riyadi. 2001. Interaksionisme Simbolik perspektif sosiologi modern.Malang:
Averroes Press

20

Soekanto,Soerjono.2013.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Grafindo
Scoot,Jhon.2012.Teori Sosial Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Raha,Bernard.2007.Teori Sosiologi Modern.Jakarta:Prestasi Pustaka

21