View of FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DAN CARA MENGATASINYA

  

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA DAN CARA MENGATASINYA

  Lisa, S.Si., M.Pd (Dosen Tarbiyah Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe) lisa_pim@yahoo.com

  

ABSTRACT

  The purpose of this paper is to discuss about the difficulty of learning, factors affecting mathematics learning difficulties and how to overcome them. The cause difficulty learning mathematics is influenced by several factors, factors from within and from outside the student factors. In addition, influenced also by the inability of students in the control concept correctly, the inability to use the data, the inability of students interpret the language of mathematics, inaccuracy in arithmetic operations and the inability to draw conclusions. How to overcome learning difficulties in mathematics, among others, teach the concepts, principles and skills teachers should be able to connect with everyday problems, the teacher engages students in making generalizations; teachers can use simple language to explain mathematical concepts. .

  Keywords: Difficulty learning math, how to overcome difficulties A. PENDAHULUAN

  Pendidikan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu, pendidikan ialah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dalam rangka mencerdaskan anak didik.

  Proses pembelajaran yang kita semua ketahui merupakan kegiatan sosial, dalam dunia pendidikan yang dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemikiran dan tindakan sebagai pemecahannya. Dan guru memegang peranan penting dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi pendidikan tersebut. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap pembelajaran, sebab guru merupakan ujung tombak yang langsung berhubungan dengan siswa baik objek belajar maupun subjek belajar.

  Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010:2). Belajar membawa perubahan bagi mereka yang melakukan belajar tersebut. Perubahan tingkah laku bukan hanya menyangkut pengetahuan saja akan tetapi lebih dari pada itu yaitu perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, dan lain-lain yang berhubungan dengan pribadi seseorang.

  Pada prakteknya pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil dengan baik. Terkadang dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan karena adanya hambatan atau kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum kesulitan belajar yang dihadapi siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang bersifat alamiah saja akan tetapi lebih dari pada itu. Mata pelajaran yang bersifat hitung- menghitung, berhubungan dengan angka-angka dan rumus-rumus kerap kali mendatangkan kesulitan bagi siswa atau peserta didik. Misal saja Mata Pelajaran Matematika.

  Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa sejak dari bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah. Materi yang diajarkan juga selalu berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, materi-materi dalam matematika dikembangkan dan diajarkan di setiap jenjang pendidikan kepada siswa dengan memperluas dan memperdalam isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pendidikan siswa. Materi matematika, satu dengan yang lain saling berkaitan, materi yang satu kadang-kadang merupakan prasyarat dari materi lain.

  Menurut Hudojo (1988: 3) menyatakan bahwa mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang lalu. Di sisi lain matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci dan ditakuti oleh sebagian besar siswa baik siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Karena merasa kesulitan, sehingga dalam evaluasi belajar siswa berusaha mencontek.

  Sehingga perlu adanya peningkatan mutu pendidikan khususnya mata

pelajaran matematika, para pendidik dituntut untuk selalu meningkatkan diri baik

dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Hal

ini dimaksudkan agar para siswa dapat mempelajari matematika dengan baik dan

benar sehingga mereka mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Keanekaragaman kemampuan intelektual siswa sangat bervariasi. Kemampuan ini

menyangkut kemampuan untuk mengingat kembali, memahami, menginterpretasi

informasi, memahami makna simbol dan memanipulasinya, mengabstraksi,

menggeneralisasi, menalar, memecahkan masalah, dan masih banyak lagi. Sikap

dan perangai siswa pun beraneka ragam, baik dalam menanggapi pembelajaran

pada umumnya maupun matematika pada khususnya. Demikian pula minat dan

emosinya. Berbagai hal yang menyangkut siswa itu juga berkembang bersama

lingkungan belajarnya, baik yang langsung dirasakan siswa maupun yang tidak

langsung.

  Hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa masih sulitnya siswa dalam mengerjakan soal perhitungan Matematika ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapai masih dibawah rata-rata, lambatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan terkadang siswa acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan sehingga dalam proses pengerjaan dan kertas kerja masih banyak mengalami kesalahan, dan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.

  Tujuan penulisan ini akan membahas antara lain : Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Matematika dan Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika.

B. KAJIAN TEORI

  Menutut Koestur Partowisastro (1986: 47) mendefinisikan masalah dalam belajar yaitu: a.

  Suatu masalah belajar itu ada kalau seorang jelas tidak memenuhi harapan- harapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan-harapan yang tercantum sebagai tujuan-tujuan formil dari kurikulum maupun harapan- harapan yang ada di dalam pandangan atau anggapan dari para guru di sekolah.

  b.

  Suatu masalah itu timbul kalau seorang siswa itu jelas berada di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman-teman seusianya atau sekelasnya, baik mata pelajaran formil dari kurikulum maupun kebiasaan kebiasaan belajar dan perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru.

  c.

  

Tidak hanya anak-anak yang hasil belajarnya jelas berada di bawah teman

  seusianya dan sekelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi juga anak-anak yang dianggap mempunyai kemampuan yang tinggi (misalnya intelegensi yang tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesulitan belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata-rata kelasnya dan tidak mencapai taraf kemampuannya sendiri yang didugakan kepadanya. Belajar di sekolah dalam belajar matematika, banyak siswa telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, namun tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang gagal sering mengatakan bahwa matematika itu sulit dipelajari. Hal ini menunjukkan adanya masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika.

  Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

  Menurut Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk pengertian-pengertian seperti:

  1. LearningDisorder (ketergangguan belajar) a

  dalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.

  

2. LearningDisabilities (ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan

  seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.

  

3. LearningDisfungtion (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala di

  mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan- gangguan psikologis lainnya.

  

4. Under Achiever (pencapaian rendah) adalah mengacu kepada murid-murid

  yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

  

5. Slow Learner (lambat belajar) adalah murid yang lambat dalam proses

  belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

  Kesulitan belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar (Askury,1999:136). Banyak siswa tidak menyadari hambatan-hambatan dalam proses belajar. Pada umumnya proses belajar mengajar tidak terlepas dari upaya untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan- kesulitan yang dihadapi siswa, walaupun kesulitan-kesulitan itu tidak selalu merupakan hal yang negatif bagi siswa. Guru dalam proses pembelajaran dapat mengambil manfaat dari kesulitan-kesulitan yang dialami siswa untuk perbaikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung atau untuk pembelajaran yang akan datang. Selain itu kesulitan-kesulitan siswa dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun sajian materi pelajaran, sehingga dapat untuk motivasi dalam belajar serta memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. Dalam usaha memperbaiki mutu hasil belajar matematika, para ahli pendidikan matematika selalu berusaha mendeteksi letak kesulitan belajar yang dialami siswa dari berbagai padangan.

  Oemar Hamalik (1982 : 139) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri yaitu faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri atau disebut juga dengan faktor intern. Sebab-sebab yang tergolong dalam faktor ini adalah sebagai berikut: 1) tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, 2) kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, 3) kesehatan yang sering terganggu, 4) kecakapan mengikuti pelajaran, 5) kebiasaan belajar, 6) kurangnya pengasaan bahasa

  2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, Hambatan terhadap

  kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa akan tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga.

  3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat, Kita ketahui bahwa sebagian besar waktu belajar siswa dilaksanakan di rumah. Karena aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan studi, bahkan mungkin juga dapat dikatakan menjadi faktor dominan untuk sukses di sekolah.

  4. Faktor yang bersumber dari masyarakat, Masyarakat pada umumnya tidak akan menghalangi kemajuan belajar pada anakanaknya, bahkan sebaliknya mereka membutuhkan anak-anak yang berpendidikan untuk kemajuan lingkungan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan setiap warga akan semakin tinggi tingkat kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.Sudjono dalam Askury (1999:137) mengklasifikasi kesulitan belajar matematika yang difokuskan pada penyebabnya, dibedakan atas faktor dasar umum dan faktor dasar khusus. Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, faktor-faktor itu terdiri dari;

  1) Faktor Fisiologis

  Hasil penelitian Brecker dan Bond dalam Askury (1999:137) mengungkapkan adanya hubungan yang positif antara kesulitan belajar dengan faktor fisiologis.

  Misalnya seorang yang pendengarannya lemah akan kesulitan dalam mengikuti penjelasan guru atau temannya. Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen, meliputi:

  a. Intelegensi yang terbatas; Setiap golongan anak mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda- beda, padahal kemampuan intelegensi tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai kemampuan intelegensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya yang mempunyai kemampuan integensi lebih tinggi. b . Hambatan persepsi;

  Barangkali seseorang dapat melihat dn mendengar secara lebih jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan dan pendengaran sampai pada otaknya mengalami gangguan oleh mekanisme penafsiran/persepsi images, sehingga salah penafsiran informasi yang diperoleh.

  c.

  Hambatan penglihatan dan pendengaran.

  Indera yang terpenting dalam untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu menunjukkan prosentase sebagai berikut: (1) Indera rasa 1 %, (2) Indera Peraba 1%, (3) Indera pencium 3,5%, (4) Indera rungu 11% dan (5) Indera penglihatan 83%

  Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer, meliputi:

  a. Masalah makanan; Pada waktu tubuh seseorang bekerja secara efisien maka diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak yang sehat dan pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk membentuk tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai, tidak dapat memusatkan perhatian kegiatan belajar.

  b. Kecanduan; Kecanduan alkohol, ganja dan sejenisnya dapat menimbulkan ketagihan.Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan gampang ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari, kuasa kemauan sudah hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat ditinggalkanlagi.Pada saat kecanduan, tidak dapat memusatkan perhatian dan sulit memahami konsep-konsep baru.

  c. Kelelahan; Kondisi fiologis pada umumnya sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorng.Dalam kondisi kelelahan seseorang tidak dapat menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya rendah.

  2) Faktor Intelektual

  Siswa yang mengalami kekurangan dalam daya abstraksi, generalisasi, dan kemampuan penalaran deduktif maupun induktif serta kemampuan numeriknya akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika, karena kemampuan- kemampuan tersebut merupakan kemampuan dasar yang menentukan keberhasilan dalam belajar matematika. Misalnya siswa yang kesulitan memahami sifat komutatif dan sifat asosiatif dalam penjumlahan, maka siswa akan kesulitan meyelesaikan soal yang melibatkan hukum-hukum itu dalam penyelesaiannya.

  3) Faktor Pedagogik

  Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya: a. guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya.

  b. motivasi serta perhatian guru terhadap siswa kurang.

  c. cara pemberian motivasi yang kurang tepat, misalnya hukuman, membandingkan kemampuan individu siswa (siswa yang berkemampuan kurang selalu mendapatkan penilaian negatif dan sebaliknya).

  d. guru memperlakukan semua siswa secara sama.

  e. suasana kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung cenderung kaku dan serius sehingga siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya.

  f. variasi bahasa yang digunakan guru dalam menyampaikan suatu konsep kurang, sehingga jika siswa kesulitan menangkap penyampaian guru maka akan timbul sikap negatif.

  4)

  Kesulitan belajar matematika juga dapat disebabkan oleh keterbatasan sarana belajar seperti literatur, alat-alat bantu visualisasi, dan ruang tempat belajar. Literatur merupakan sarana belajar yang sangat penting karena merupakan sumber informasi yang utama tentang konsep atau prinsip yang harus dipahami siswa. Literatur juga dapat memberikan informasi yang sifatnya ajeg dan dapat digunakan setiap saat. Di samping itu literatur juga memuat soal-soal, masalah- masalah, serta tantangan yang dapat menambah pengalaman serta penguasaan siswa atas suatu konsep atau prinsip. Penyajian konsep yang sederhana dan sistematis dapat menimbulkan sikap positif dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri.

5) Faktor Lingkungan Sekolah

  Lingkungan sekolah yang nyaman, indah dan sejuk akan membuat siswa menjadi bergairah untuk belajar. Sebaliknya jika sekolah berada di dekat pusat- pusat keramaian seperti gedung bioskop, pusat perbelanjaan, terminal, bengkel yang mengeluarkan suara bising, atau pabrik maka suasana belajar menjadi tidak nyaman akibatnya aktivitas belajar siswa akan terganggu, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

  Faktor dasar khusus adalah faktor yang secara spesifik menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi: a.

   Kesulitan Menggunakan Konsep

  Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi belum menguasai dengan baik karena mungkin lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa atas suatu konsep masih kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan dalam menggunakannya. Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan konsep disebabkan antara lain: a) siswa tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi, misalnya nama garis yang memotong lingkaran di dua titik, lambang ruas garis, sinar dan garis. b) ketidakmampuan siswa menyatakan arti istilah dalam suatu konsep, misalnya siswa tidak mampu menyatakan istilah, hukum komutatif, asosiatif, distributif, dan identitas.

  c) ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang diharuskan (syarat perlu) untuk berlakunya suatu sifat tertentu, misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi, bahwa fungsi adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama sama (anggota daerah asal) maka komponen kedua sama (anggota daerah hasil) merupakan syarat cukup untuk suatu fungsi atau siswa tidak mampu membedakan antara yang contoh dan bukan contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan mana yang bukan contoh.

  d) ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan oleh istilah yang ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak dapat membedakan yang contoh dan yang bukan contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai dua anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan anggota komponen kedua berbeda (anggota daerah hasil) bukan merupakan suatu fungsi.

  e) ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu situasi tertentu, misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak lurus dan belah ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin siswa juga mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa ‘luas daerah suatu belah ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang diagonalnya’.

  b.

   Kurangnya Keterampilan Operasi Aritmetika

  Kesulitan siswa yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan operasional aritmetika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh kekurangmampuan dalam mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang terdapat dalam soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun desimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sa’dijah (1989) bahwa salah satu cabang matematika yang sangat berperan dalam melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan kerja adalah aritmetika.

  c.

   Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita

  Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu cerita yang dapat dimengerti dan ditangkap secara matematis. Dapat juga dikatakan bahwa soal cerita merupakan pengungkapan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara matematis. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan siswa memahami cerita itu, menetapkan besaran-besaran yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model matematika dan meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika. Kadangkala siswa juga kesulitan dalam menentukan apakah bilangan yang merupakan selesaian model matematika itu merupakan jawab dari masalah semula. Kesulitan ini dialami tidak hanya oleh siswa sekolah menengah, tetapi juga siswa di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Soegiono (1984; 214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika adalah sebagai berikut:

  a. Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar

  Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar ini banyak dialami siswa yang belum sampai proses berpikir abstrak yaitu masih dalam taraf berpikir konkret. Sedangkan konsep-konsep dalam matematika diajarkan secara abstrak yang tersusun secara deduktif aksiomatis, ini tentunya menyebabkan siswa kurang menguasai dalam memahami konsep-konsep tersebut. Indikator dari kesulitan ini meliputi kesalahan dalam menentukan teorema atau rumus-rumus untuk menjawab masalah, penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut.

  b. Ketidakmampuan menggunakan data

  Bahwa dalam suatu soal tentunya diberikan data-data dari suatu permasalahan. Namun banyak siswa yang tidak mampu menggunakan data mana yang seharusnya dipakai. Kesulitan ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang konsep ataupun istilah-istilah dalam soal. Jadi dari kesulitan ini antara lain siswa tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, kesalahan memasukkan data ke dalam variabel tertentu, menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah.

  c. Ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika

  Bahasa matematika merupakan bahasa simbol yang padat, akurat, abstrak dan penuh arti. Kebanyakan siswa hanya mampu menuliskan dan atau mengucapkan tetapi tidak dapat menggunakannya. Indikator kesulitan ini adalah kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik, tabel dalam matematika.

  d. Ketidakcermatan dalam melakukan operasi hitung

  Bahwa mengerjakan soal -soal matematika diperlukan konsentrasi yang tinggi, karena banyak manipulasi rumus-rumus dan banyaknya operasi hitung dalam melakukan operasi terhadap rumus-rumus. siswa dituntut untuk cermat terhadap kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi, baik disengaja dilakukan ataupun tanpa disadari telah dilakukan oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami kesulitan karena ketidakcermatan terhadap operasi hitung yang telah dilakukan. Indikator dari penyebab kesulitan ini adalah siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung dan tidak melakukan operasi hitung yang seharusnya dilakukan dalam operasi tersebut.

  e. Ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan

  Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu soal pembuktian, suatu pembuktian haruslah disusun secara logis dan sistematis berdasarkan teorema- teorema, konsep konsep atau definisi-definisi yang telah dipahami, sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku untuk umum dan juga memperjelas dari pembuktian tersebut. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimpulkan untuk pembuktian pada soal banyak disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap konsep. Adapun indikator dari kesulitan ini antara lain kesalahan dalam menarik kesimpulan ataupun siswa tidak mampu dalam menarik kesimpulan.

  Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika tersebut menunjukkan pentingnya pemahaman konsep- konsep yang terdapat dalam matematika itu oleh karena memahami konsep sebelumnya dalam matematika merupakan prasyarat untuk memahami konsep selanjutnya, sehingga implikasi terhadap belajar matematika haruslah bertahap dan berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang telah lalu, dan dengan diketahuinya penyebab kesulitan dalam menyelesaikan

  soal, maka guru dapat memberikan pemecahan yang tepat terhadap kesulitan yang dialami siswa.

  Kriteria Gejala Kesulitan Belajar

  Menurut Markus, 2004 (dalam Damayanti, 2007:17) ciri-ciri tingkah laku kesulitan belajar adalah sebagai berikut: a.

  Menunjukkan hasil belajar yang rendah.

  b.

  Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

  c.

  Lambat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar.

  d.

  Menunjukkan sikap yang kurang wajar.

  e.

  Menujukkan tingkah laku yang berlainan.

  f.

  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

  

Kekeliruan Umum Yang Dilakukan Oleh Anak Berkesulitan Belajar

Matematika

  Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367), kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.

  1. Kekurangan pemahaman tentang simbol Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal-soal 4+3 = ....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu, mereka harus lebih dahulu memahami simbol- simbol tersebut.

  2. Nilai tempat, Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak seperti berikut:

  73

  69

  27

  13  

  46

  82

  3. Perhitungan Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai berikut:

  6

  8

  7

  7  

  48

  54 Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep dasar perkalian.

  4. Penggunaan proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh berikut: a.

  Mempertukarkan simbol-simbol

  6

  15

  2

  3  

  8

  18 b. Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat

  83

  66

  67

  29   1410 815 c.

  Semua digit ditambahkan bersama

  67

  58

  31

  12  

  17

  16 Anak menghitung 6 + 7 + 3 + 1 = 17 5 + 8 + 1 + 2 = 16

  d. Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat: 627 761 486 489

    261 328 e.

  Tulisan yang tidak dapat dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk- bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan.

  Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika

  Pembelajaran matematika sering kali tidak terlepas dari kesulitan dan permasalahan yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa sangat sulit untuk dihindari. Kita hanya dapat meminimalkan batas kesalahan atau permasalahan dengan cara antara lain: a.

  Dalam mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika terutama pada tingkat sekolah menengah diperlukan kemampuan guru untuk mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan pengalaman sehari-hari siswa yang diperoleh dari alam sekitarnya. Jika diperlukan guru dapat menggunakan perumpamaan atau alat peraga yang mudah dijangkau dan murah serta secara tepat dapat menggambarkan situasi yang ada.

  b.

  Guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi. Guru menuntun siswa untuk mampu membuat kesimpulan berdasarkan sifat-sifat yang khas dari suatu situasi yang diberikan. Kekurangan-kekurangan yang masih terdapat dalam diri siswa dalam membuat generalisasi perlu ditangapi secara positif sehingga siswa semakin terpacu untuk mampu memperoleh jawaban yang tepat.

  c.

  Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mampu menjelaskan konsep konsep matematika kepada siswa dengan bahasa yang sederhana. Jika memang diperlukan guru dapat menggunakan alat peraga matematika, karena dengan bantuan alat peraga yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian siswa akan mudah memahami ide dasar suatu konsep atau membuktikan suatu konsep.

  d.

  Dalam membantu mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, dilakukan dengan pembelajaran remidial. Kesalahan dibedakan dalam dua hal yaitu kesalahan konseptual atau kesalahan prosedural. Apabila terjadi kesalahan konseptual, dapat diatasi dengan cara mengajar kembali teori-teori atau rumus-rumus yang telah dipelajari. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya. Kesalahan prosedural diatasi dengan mencoba kembali soal- soal atau permasalahan dengan memperhatikan fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip yang telah dipelajari sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya.

C. KESIMPULAN

  Matematika perlu diajarkan kepada siswa dikarenakan matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

  Kesulitan belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang bersumber dari diri sendiri, dari lingkungan sekolah, dari lingkungan keluarga, dan faktor dari masyarakat. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor dasar umum yang meliputi: faktor fisiologis, intelektual, pedagogis, sarana dan cara belajar siswa, lingkungan sekolah. Faktor dasar khusus meliputi kesulitan menggunakan konsep, kurang ketrampilan operasi hitung dan kesulitan menyelesaikan soal cerita. Selain itu ketidakmampuan menggunakan data, ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika dan ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan. Cara mengatasi kesulitan belajar matematika antara lain Guru dalam mengajarkan konsep, fakta dan skill dapat mengaitkan materi palajaran dengan masalah sehari-hari; guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi; guru dapat menggunakan bahasa yang sederhana dalam menjelaskan konsep matematika; dilakukan pengajaran remedial untuk kesulitan yang sifatnya klasikal.

DAFTAR PUSTAKA

  Askury. 1999. Kesulitan Belajar Matematika Permasalahan dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Th.V No. 1 Februari 1999. Malang: UMMalang

  Dimyati dan Mudjiono. 2006 Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 1980. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Balajar.

  Bandung: Tarsito Jawa Pos. 27 Februari 2000. Matematika Masih Jadi Momok. hlm. 19. Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLPTK.

  Karso.1991. Hakikat Matematika. Dalam Ruseffendi, ET. Pendidikan Matematika 3 . Jakarta: Depdikbud, Proyek Penataran Guru SD Setara D-II.

  Krismanto, Al. (2006) Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP, Bahan Pelatihan Diklat Jenjang Lanjut , PPPG Matematika, Yogyakarta.

  Lerner, Janet.2000. Learning Disabilities - 9th Edition, Boston: Houghton Mifflin Company Mardiyono, S. 26 Mei 2000. Masih Kering , Konsep Matematika di Indonesia.

  Kompas , hlm. 9.

  Markus, Maas (2004) Faktor-faktor Kesulitan Belajar Akutansi Siswa IPS. Jurnal Pendidikan Penabur-N0. 03 / h III/ Desember 2004. Tersedia (online di ober 3010)

  Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 64. Mulyadi, 2008, Diagnosis kesulitan belajar Partowisastro, Koetur. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar.

  Jakarta: Erlangga. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT.

  Rineka Cipta.Sujono (1988), Pengajaran matematika untuk sekolah menenggah, Jakarta, Dirjen Dikti P2LPTK