Pembelian Impulsif (Impulse Buying)

  Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47

  

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN TOKO DAN PENGETAHUAN PRODUK

TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DENGAN EMOSI POSITIF

SEBAGAI MEDIATOR PADA KOSMETIK IMPOR DI INDONESIA

Fransisca Meike Suwandi

  fm.suwandi@gmail.com

  

Yasintha Soelasih

  yasintha.soelasih@atmajaya.ac.id Fakultas Ekonomi

  Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

  Abstract This study aimed to see whether the environment of a shop and product knowledge

possessed by the consumer influence on impulsive buying behavior on impor cosmetics in

  

Indonesia , either directly or through positive emotions as a mediator. Questionnaires were

distributed to 280 respondents consumers on Plaza in Jakarta by using simple random

sampling method.Authors proposed research model has met the level of compatibility and

acceptable (acceptable fit ) for Chi-square/degrees element of freedom , RMSEA , GFI ,

SRMR , and CFI . When tested directly, both the store environment and product knowledge

has no significant effect on impulsive buying behavior. However, after being tested by

placing the positive emotions as a mediator, both store environment and product

knowledge has significant effect on impulsive buying behavior. Positive emotion also

directly have a significant effect on consumers’ impulsive buying . Keywords:atmosfer, desain, product knowledge, impulse buying, positive emotion.

I. PENDAHULUAN

  Globalisasi yang terjadi dalam perekonomian dunia telah menghilangkan batas- batas antar Negara dan mengakibatkan munculnya perdagangan bebas. Hal ini memberikan keuntungan bagi setiap industri yang ada untuk mengembangkan produknya dan melebarkan sayap ke pangsa pasar lain yang dianggap potensial. Salah satu industri yang terkena dampak globalisasi adalah industri kosmetik.Semakin banyaknya kosmetik dari luar yang masuk ke Indonesia maka menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan pada produk tersebut. Penjualan kosmetik di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penjualan kosmetik impor pada tahun 2012 naik sebesar 30% dibandingkan dengan 2011. Untuk tahun 2013, penjualan produk kosmetik impor diproyeksikan naik lagi menjadi 30% (Indonesia Pasar Pontensial, 2013). Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan volume penjualan serta penurunan tariff bea masuk seiring perjanjian perdagangan bebas. Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia

  Dewasa ini, pasar memiliki permintaan yang tinggi terhadap produk kosmetik premium (high branded). Hal ini ditunjang dengan adanya peningkatan status ekonomi dan kepedulian terhadap penampilan oleh para perempuan, dan hal ini turut meningkatkan perilaku impulse buying. (Yang, Huang, dan Feng, 2011).Pembelian impulsif (impulse

  buying)

  atau biasa disebut juga unplanned purchase, merupakan perilaku konsumen dengan kondisi konsumen tidak merencanakan untuk membeli namun konsumen membelinya (Kacen & Lee, 2002). Pembelian individu yang impulsif dikonseptualisasikan sebagai sifat konsumen, serta didefinisikan sebagai pembelian yang spontan, reflek, mendadak, dan otomatis (Rook, 1987). Setiap toko retail mengetahui bahwa persentase penjualan mereka sangat dipengaruhi oleh konsumen yang melakukan pembelian impulsif secara mendadak (Clover, 1950).

  Oleh karena itu penelitian ini meneliti tentang pengaruh lingkungan toko dan pengetahuan produk terhadap perilaku pembelian impulsive dengan emosi positif sebagai mediator pada kosmetik impor di Indonesia.

II. KAJIAN TEORI Pembelian Impulsif (Impulse Buying)

  Suatu perilaku pembelian dapat dikatakan terencana jika tindakan pembelian tersebut didasari oleh adanya masalah yang telah diakui sebelumnya atau ada niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Piron, 1991). Konsumen akan memutuskan apakah akan melakukan pembelian, produk apa yang dibeli, dan dimana pembelian tersebut dilakukan dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dari alternatif-alternatif tujuan untuk memaksimalkan manfaat (Meng dan Xu, 2012). Selain itu, perilaku pembelian yang direncanakan juga membutuhkan pencarian informasi yang memakan waktu dan diikuti dengan pengambilan keputusan yang rasional (Stern, 1962). Hal ini menunjukan bahwa dalam perilaku pembelian terencana, konsumen akan terlebih dahulu melalui lima tahap proses pembelian konsumen.

  Hal ini berbeda dengan perilaku pembelian yang tidak terencana merupakan pembelian yang dilakukan tanpa adanya perencanaan dan memuat suatu pembelian impulsif (Harmancioglu, Finney, dan Joseph, 2009). Perkembangan pembelian tidak terencana (impulse buying/unplanned purchases) ini menjadi dasar dari pembelian impulsif (impulse

  buying)

  (Applebaum, 1951). Rook (1987) menulis:

  Impulse buying occurs when a consumer experience a sudden, often powerful and persisten urge to buy something immediately. The impulse to buy is hedonically complex and may stimulate emotional conflict. Also, impulse buying is prone to occur with diminished regard for its consequences.

  Piron (1991) memberikan argumen mengenai definisi Rook (1987) yang dianggap terlalu luas sejak terdapat reaksi emosional dan kognitif yang harus mendukung pembelian tersebut, karena konsumen mengalami atau tidak mengalami reaksi emosional dan kognitif tersebut tergantung pada keadaan ekonomi, kepribadian, dan faktor budaya konsumen itu sendiri serta karakteristik dan harga produk tersebut. Beatty dan Ferrel (1998) menyimpulkan bahwa: Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47

  Impulse buying is a sudden and immediate purchase with no pre-shopping intentions either to buy the specific product category or to fulfill a specific buying task. The behavior occurs after experiencing an urge to buy and it tends to be spontaneous and without a lot of reflection (i..e. it is “impulsive”). It does not include the purchase of a simple reminder item, which is an item that is simply out- of-stock at home.

  Pembelian impulsif relatif tidak biasa dan menyenangkan (Weinberg dan Gottwald, 1982). Terdapat empat jenis pembelian impulsif (Loudon dan Bitta, 1993):

  a) Pure impulse buying Pure impulse buying

  merupakan pembelian yang murni dilakukan secara spontan, tanpa adanya rencana atau keinginan untuk membeli sebelumnya.

  b) Reminder impulse buying Reminder impulse buying

  muncul ketika seseorang melihat suatu produk dan tiba- tiba teringat akan sesuatu yang membuatnya membeli produk tersebut. Misalnya ingatan bahwa persediaan yang ia miliki hamper habis atau ingatan tentang iklan atau informasi mengenai produk tertentu.

  c) Suggestion impulse buying Suggestion impulse buying

  terjadi ketika seseorang melihat suatu produk untuk pertama kalinya dan ia menyadari bahwa ia membutuhkan produk tersebut.

  d) Planned impulse buying Planned impulse buying terjadi ketika seseorang sudah mengetahui dengan spesifik

  apa yang ingin ia beli, namun akhirnya ia membeli produk lain yang sejenis dengan harga yang lebih murah.

  Lingkungan Toko (Store Environment)

  Lingkungan toko merupakan faktor situasional yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif seseorang. Lingkungan toko terdiri dari:

  a)

  Atmosfer (Atmosphere) Atmosfer, yang terdiri dari suara, pemandangan, dan aroma, merupakan rangsangan penting yang dapat menghasilkan keinginan membeli secara impulsif (Eroglu dan Machleit, 1993; Mitchell, 1994; Donovan and others, 1994, diacu dalam Graa, A., & Dani-elKebir, M., 2011). Beberapa elemen lain seperti musik, cahaya, dan pajangan dapat mempengaruhi proses keputusan konsumen (Underhill, 1999). Keinginan membeli secara mendadak dapat dimotivasi oleh konfrontasi visual dengan produk atau rangsangan dari lingkungan (Rook, 1987). Interaksi dari pembeli dengan toko menjadi komponen utama dalam keputusan pembelian impulsif (Philips and Bradshaw, 1993).

  b) Desain (design) Faktor desain merupakan elemen lingkungan toko yang lebih visual dibandingkan faktor atmosfer. Elemen-elemen ini dapat berbentuk fungsional dan/atau estetika (Marans and Spreckelmeyer, 1982, diacu dalam Baker, Grewal, and Parasuraman, 1994). Elemen toko fungsional mencakup tata letak, kenyamanan, dan privasi.

  Elemen estetika mencakup faktor-faktor seperti arsitektur, warna, material, dan gaya.

  Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia

  Elemen desain pada lingkungan toko dapat mempengaruhi evaluasi individu terhadap orang dan objek (Campbell, 1979; Morrow and McElroy, 1981; Zweigenhaft, 1976 diacu dalam Baker, Grewal, and Parasuraman, 1994) dan mempengaruhi persepsi serta sikap konsumen terhadap suatu jasa (McElroy, Morrow, dan Eroglu, 1990 diacu dalam Baker, Grewal, and Parasuraman, 1994).

  c)

  Bantuan karyawan (employee assistance) Karyawan dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan cita-cita dan atribut perusahaan (Solomon, 1985). Sebuah toko dengan faktor sosial prestige-image (lebih banyak personil yang turun tangan, menggunakan baju kerja, dan menyambut kehadiran konsumen) dianggap menyediakan kualitas jasa yang lebih tinggi daripada toko dengan faktor sosial discount-image (hanya satu karyawan yang turun tangan, tidak menggunakan baju kerja, dan tidak menyambut kehadiran konsumen (Baker, Grewal, and Parasuraman, 1994).

  Pengetahuan Produk (Product Knowledge)

  Ada tiga tipe dasar dari pengetahuan konsumen, yaitu subyektif, obyektif, dan pengalaman (Flynn and Goldsmith, 1999). Pengetahuan subyektif adalah informasi yang dimiliki mengenai sebuah perusahaan atau produknya. Pengetahuan obyektif adalah informasi yang sebenarnya konsumen miliki mengenai sebuah perusahaan atau produknya. Pengalaman terdiri dari pengetahuan dari konsumen yang telah menjalani interaksi actual dengan perusahaan atau produknya. Sistem sosial memainkan peran penting terhadap reaksi konsumen terhadap perilaku pembelian produk. Opinion leaders adalah orang-orang yang mencoba untuk mempengaruhi pembelian konsumen lain. Opinion seekers mengejar informasi mengenai produk atau perusahaan dari orang lain (Flynn et al., 1996). Selain itu, berbagai penelitian juga mengungkapkan mengenai dinamika word-of-mouth dan opinion

  leadership

  . (Harmancioglu, Finney, and Joseph, 2009). Scholars menemukan bahwa word-

  of-mouth

  dan opinion leaders mengerahkan pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk baru (Flynn et al., 1996).

  Emosi Positif (Positive Emotion)

  Emosi atau suasana hati telah diidentifikasi sebagai variabel yang kuat mempengaruhi berbagai macam tindakan, salah satunya adalah pembelian impulsif (Rook, 1987). Lingkungan merangsang konsumen secara emosional yang menimbulkan respon terhadap lingkungan tersebut baik positif atau negatif. Bila respon positif maka akan menimbulkan kesenangan bagi konsumen yang menyebabkan konsumen berbelanja lebih banyak dibandingkan bila respon negatif (Soelasih, 2011).

  Kaitan antar variabel

  Graa dan Dani-elKebir (2011) dalam penelitiannya menggunakan salah satu variable yaitu lingkungan toko (store environment) dirujuk dari jurnal Baker, Grewal, dan Parasuraman (1994), dimana setiap item diukur melalui tiga pengukuran, yakni desain, bantuan karyawan, dan atmosfer. Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa lingkungan toko mempengaruhi perilaku pembelian impulsif secara positif. Atmosfer, Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47 desain, dan bantuan karyawan dinyatakan dapat diterima. Hasil tersebut menunjukan bahwa desain toko memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap perilaku impulsif, dilanjutkan dengan faktor atmosfer, sedangkan bantuan karyawan memiliki efek terendah diantara ketiga dimensi lingkungan toko tersebut. Jurnal tersebut juga menyebutkan bahwa status emosi seseorang dapat memediasi faktor situasional dan menimbulkan pembelian impulsif, dengan kata lain, hasil studi menyatakan bahwa status emosi mempengaruhi pembelian impulsif.

  Penelitian yang menggunakan variabel pengetahuan produk dan perilaku pembelian impulsif pernah ditulis oleh Harmancioglu, Finney, dan Joseph (2009),hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan produk konsumen berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif. Skema yang tersimpan dalam memori konsumen, baik itu subyektif maupun obyektif, mendorong keinginan mendadak untuk melakukan pembelian tak terencana. Pengetahuan produk dipengaruhi oleh apa yang orang lain pikirkan (word-of-

  mouth) dan kesediaan konsumen untuk mematuhi orang lain.

  Variabel emosi positif sebagai variabel mediasi dan impulse buying sebagai variabel dependen penulis rujuk dari jurnal Impulse Buying: Modeling Its Precursors oleh Beatty dan Ferrell (1998),hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukan bahwaemosi positif dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah pencarian didalam toko (in-store

  browsing) , dan dapat memicu timbulnya pembelian secara impulsif.

  Berdasarkan kajian teori diatas maka menimbulkan model penelitian sebagai berikut: Gambar 1 Model Penelitian Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia Hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Terjadi pengaruh antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia.

  H2 : Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia. H3 : Terjadi pengaruh antara lingkungan toko terhadap emosi positif kosmetik impor di Indonesia. H4 : Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap emosi positif kosmetik impor di Indonesia. H5a: Terjadi pengaruh antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia dengan emosi positif sebagai mediator. H5b: Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia dengan emosi positif sebagai mediator. H5c: Terjadi pengaruh antara emosi positif terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia.

III. METODE PENELITIAN

  Penelitian dilakukan pada tanggal 2-12 Desember 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen pengguna kosmetik impor di Indonesia pada salah satu Plasa di Jakarta. Jumlah sampel yang terambil sebanyak 280 responden. Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling dengan teknik acak sederhana (simple random sampling.Dalam melakukan teknik simple random sampling pada populasi yang tidak diketahui, penulis melakukan dua macam pengundian, yakni waktu penyebaran kuesioner dan lokasi penyebaran tersebut. Penulis membagi waktu kedalam tiga pilihan yang masing-masing terdiri tiga jam, yaitu pukul 11.00-14.00, pukul 14.00-17.00, dan pukul 17.00-20.00. Pembagian waktu ini berdasarkan pada jam operasi pusat perbelanjaan yang baru dimulai pukul 10 pagi dan ditutup pada pukul 10 malam. Setelah waktu maka dilakukan pengundian untuk lokasi penyebaran.

  Pengolahan data penelitian menggunakan program IBM SPSS Statistics 22.0, sedangkan untuk structural equation model (SEM) dilakukandengan menggunakan software Linear Structural Relationship (LISREL) 8.70 . Setelah mendapatkan data, maka tahap berikutnya adalah melakukan tabulasi data dan melakukan evaluasi atas data tersebut. Dalam mengevaluasi skala pengukuran harus diperhatikan uji validitas dan uji reliabilitas. Penulis juga melakukan penilaian model fit dan uji struktural. Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47

IV. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pada penelitian ini dilakukan uji pada instrument yang digunakan. Hasil uji instrument terlihat pada table 1.

  Tabel 1 Uji reliabilitas dan validitas

  Kode Variabel Cronbach’s alpha Validitas

  A Atmosfer 0.566 > 0.5 D Desain 0.756 > 0.5 BK Bantuan Karyawan 0.752 > 0.5 W Word of Mouth 0.637 > 0.5 NS Norma Sosial 0.659 > 0.5 EP Emosi Positif 0.764 > 0.5 P Perilaku Pembelian Impulsif 0.775 > 0.5

  Hasil uji reliabilitas dan validitas pada indikator dalam masing-masing variabel memperlihatkan bahwa nilainya memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengambilan data selanjutnya.

  Tabel 2 Profil Responden

  Karakteristik Responden Frekuensi Presentase

  Usia 17 - 25 tahun 122

  46.4 26 - 35 tahun

  74

  28.1 > 35 tahun

  67

  25.5 Status Pekerjaan Pelajar / Mahasiswa 108

  41.1 Karyawan

  88

  33.5 Ibu Rumah Tangga

  43

  16.3 Wiraswasta

  24

  9.1 Sumber Informasi Teman / Saudara

  70

  26.6 Majalah

  63

  24 Internet

  66

  25.1 Toko

  58

  22.1 Lain-lain

  6

  2.3 Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia

  Kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 263 responden, mayoritas konsumen yang berbelanja di kosmetik impor di Indonesia berusia 17-25 tahun sebesar 46.4% (122 orang). Konsumen tersebut berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa sebesar 41.1% (108 orang). Untuk sumber informasi, teman/saudara yang banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 26.6% (70 orang).

  Data yang terkumpul memiliki tingkat normalitas yang sangat baik. Hal ini dikarenakan hasil dari Skewness berada dibawah 2, dan Kurtosisnya berada dibawah

  7.Hasil uji multikolinearitas dinyatakan baik karena nilai dari multikolinearitas berada dibawah 0.9.

  

Tabel 3 Penilaian Model Fit

Fit Measure Good Fit Acceptable Fit Marginal Output Keterangan 2 2 2 Fit 2 X / df / df / df / df > 5 2.1723 Acceptable Fit

  0 ≤ X ≤ 2 2 ≤ X ≤ 3

  X 0.076 Acceptable Fit RMSEA 0 ≤ RMSEA ≤ .05 ≤ RMSEA ≤ .05 .08

  0.83 GFI .95 ≤ GFI ≤ .90 ≤ GFI ≤ .95 0.80 ≤ GFI ≤ Marginal Fit

  1.00

  0.90 0.071 Acceptable Fit SRMR 0 ≤ SRMR ≤ .05 ≤ SRMR ≤ .05 .10

  CFI > 0.90

  0.90 Marginal Fit CFI 0.97 ≤ CFI ≤ 1 0.95 ≤ CFI ≤

0.97 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa model fit, artinya bahwa model dapat digunakan untuk penelitian ini. Hasil uji struktural terlihat pada gambar 2.

  

Gambar 2 Hasil Uji Struktural

  • 0.15 -1.31 Ditolak H2: Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia.

  0.27

  Hasil penelitian selanjutnya menunjukan bahwa pengetahuan produk tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Pengetahuan produk sendiri dibentuk dari word-of-mouth dan norma sosial. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Harmancioglu, Finney, dan Joseph (2009). Namun, jika pengetahuan produk tersebut dimediasi oleh emosi positif, variabel tersebut akan memiliki pengaruh yang signifikan

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif. Hal ini menunjukan bahwa atmosfer, desain, dan bantuan karyawan yang disediakan kurang efektif dalam merangsang perilaku pembelian impulsif konsumen. Hasil ini tidak sesuai dengan jurnal penelitian Graa dan Dani-elKebir (2011) yang menyebutkan bahwa lingkungan toko mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Hipotesis lain dengan menggunakan variabel emosi positif sebagai mediator, hubungan tidak langsung antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif memiliki pengaruh yang signifikan. Faktor situasional dapat menimbulkan emosi positif konsumen dan mendukung timbulnya perilaku pembelian impulsif. Hasil ini sesuai dengan penelitian Graa dan Dani-elKebir (2011).

  4.52 Diterima

  0.64

  2.88 Diterima H5c: Terjadi pengaruh antara emosi positif terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia

  0.24

  2.93 Diterima H5b: Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia dengan emosi positif sebagai mediator.

  2.99 Diterima H5a: Terjadi pengaruh antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia dengan emosi positif sebagai mediator.

  Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47 Berdasarkan hasil uji structural yang terlihat pada model diatas, maka menghasilkan pembuktian terhadap hipotesis yang diteliti. Hasil uji hipotesis terlihat pada tabel 4.

  0.37

  3.67 Diterima H4: Terjadi pengaruh antara pengetahuan produk terhadap emosi positif kosmetik impor di Indonesia.

  0.42

  1.47 Ditolak H3: Terjadi pengaruh antara lingkungan toko terhadap emosi positif kosmetik impor di Indonesia.

  0.19

  H1: Terjadi pengaruh antara lingkungan toko dengan perilaku pembelian impulsif kosmetik impor di Indonesia.

  

Tabel 4 Hasil uji hipotesis

Hipotesis Estimates t-value Kesimpulan

V. PEMBAHASAN

  Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia terhadap pembelian impulsif. Pendapat dan saran yang pernah diterima dari orang lain yang kemudian membangun emosi positif dari seorang konsumen dapat memicu timbulnya

  reminder impulse buying.Reminder impulse buying

  muncul ketika seseorang melihat suatu produk dan tiba-tiba teringat akan sesuatu yang membuatnya membeli produk tersebut. Didalam jurnal Beatty dan Ferrell (1998), emosi positif berhasil memediasi beberapa variabel terhadap pembelian impulsif. Emosi positif sendiri berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif. Hasil serupa tampak dalam penelitian ini. Lingkungan toko dan pengetahuan produk sama-sama berpengaruh terhadap pembentukan emosi positif seseorang. Emosi positif tidak hanya secara langsung berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif, melainkan juga dapat memediasi baik lingkungan toko maupun pengetahuan produk secara positif terhadap pembelian impulsif. Hal ini menunjukan bahwa perasaan senang, antusias, bangga, dan terinspirasi yang dirasakan oleh konsumen ketika berbelanja di toko dapat merangsang konsumen secara emosional yang menimbulkan respon positif dan mendukung terjadinya pembelian impulsif.

VI. SIMPULAN

  Ditinjau dari hubungan langsung antara variabel eksogen dan variabel endogen, lingkungan toko tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Sama halnya dengan pengetahuan produk yang juga tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Baik lingkungan toko maupun pengetahuan produk sama- sama berpengaruh signifikan terhadap emosi positif konsumen.Bertindak sebagai variabel mediator, emosi positif berhasil memediasi hubungan tidak langsung antara lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif sehingga hubungan tersebut menunjukan hasil yang signifikan. Hasil serupa juga terjadi pada pengetahuan produk yang dengan melalui emosi positif sebagai mediator, berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif konsumen. Emosi positif sendiri secara langsung berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

  Applebaum, W. (1951). Studying customer behaviour in retail stores. Journal of Marketing,

  Vol. 16 (2), pp. 172-178.

  Baker, J., Grewal, D., & Parasuraman, A. (1994). The influence of store environment on quality inferences and store image. Journal of the Academy of Marketing Science

  vol 22 (4), p. 329-339.

  Beatty, S. E. & Ferrell, M. E. (1998). Impulse buying: modeling its precursors. Journal of

  Retailing, 74 (2), pp. 169-191.

  Clover, Vernon T. (1950). Relative importance of impulse-buying in retail stores. Journal

  of Marketing (pre-1986) 15 ( 1), p. 66. Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 36 -47 Donovan, R., & Rossiter, R. (1982). Store atmosphere: an environmental psychology approach. Journal of retailing, 58,p. 34-57. Flynn, L. R., & Goldsmith, R. E. (1999). A short, reliable measure of subjective knowledge. Journal of Business Research, vol 46(1), pp 57-66. Flynn, L. R., Goldsmith, R. E., & Eastman, J. K. (1996). Opinion leaders and opinion seekers: two new measurement scales. Journal of the academy of marketing science,

  vol 24 (2), pp 137-47.

  Graa, A., & Dani-elKebir, M. (2011). Situational factors influencing impulse buying behavior of algerian consumer. Romanian Journal of Marketing 2, p. 52-59. Harmancioglu, N., Finney, R. Z., & Joseph, M. 2009. Impulse purchase of new products: an empirical analysis. Journal of product & brand management vol 18(1),p. 27-37. Kacen, J. J., & Lee, J. A., (2002). The influence of culture on consumer impulsive buying behavior. Journal of Consumer Psychology, vol.12(2),pp.163-176. Meng, F. & Xu, Y. 2012. Tourism shopping behavior: planned, impulsive, or experiential?.

  

International Journal of Culture, Tourism, and Hospitality Research vol 6

  (3), pp 250-265. Philips, H., & Bradshow, R. (1993). How the customer interaction with the point of sale.

  Journal of the Market Research Society, 35.

  Piron, F. (1991). Defining Impulse Purchasing. Advances in Consumer Research, 18, p.

  509-514. Rook, D. W. (1987). The buying impulse. Journal of Consumer Research. 14(2), pp, 189- 199.

  Soelasih, Y. (2011). Pengaruh Stimuli Lingkungan dan Fasilitas Pembayaran terhadap Tingkat Emosi Konsumen. Jurnal Bisnis dan Ekonomi vol 15(2), p. 103-118. Solomon, M. R., Suprenant, C., Czepiel, J. A, & Gutman, E. G. (1985). A role theory perspective on dyadic interactions: the service encounter. Journal of marketing vol

  49 , p. 99-111.

  Stern, H. (1962). The significance of impulse buying today. Journal of Marketing vol

  26 (2), pp 59-62. Analisis Pengaruh Lingkungan Toko Dan Pengetahuan Produk Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Dengan Emosi Positif Sebagai Mediator Pada Kosmetik Impor Di Indonesia Underhill, P. (1999). Why We Buy: The Science of Shopping. New York: Simon and Schuster.

  Weinberg, P. & Gottwald, W. (1982). Impulsive consumer buying as a result of emotions.

  Journal of Business Research 10, p. 43-57.

  Yang, D. J., Huang, K. C., & Feng, X. (2011). A study of the factors that affect the impulsive cosmetics buying of female consumers in Kaohsiung. International

  Journal of Business and Social Science Vol. 2 ( 24).

  Website acuan:

  Indonesia Pasar Potensial Bagi Industri Kosmetik . Retrieved September 12, 2013. http://indonesianconsume.blogspot.com

  Biodata Penulis Fransisca Meike Suwandi, Fakultas EkonomiUniversitas Katolik Indonesia Atma JayaYasintha Soelasih, Fakultas EkonomiUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya