THE CONTRIBUTION OF VEGETABLES WOMEN TRADERS TO THE HOUSEHOLD INCOME (A CASE STUDY OF COKRO MARKET AND WAYAME MARKET, TELUK AMBON BAGUALA DISTRICT)

  184 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

KONTRIBUSI PEREMPUAN PEDAGANG SAYURAN

TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA

  

(STUDI KASUS PASAR COKRO DAN

PASAR WAYAME)

THE CONTRIBUTION OF VEGETABLES WOMEN TRADERS

TO THE HOUSEHOLD INCOME (A CASE STUDY OF

  

COKRO MARKET AND WAYAME MARKET,

TELUK AMBON BAGUALA DISTRICT)

Della N. Waisapy, Aphrodite M. Sahusilawane, Raihana Kaplale

  

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon

Jln.Ir. M.Putuhena, Kampus Poka-Ambon, 97233

E-mai

aphrodite_milana@yahoo.com

  

Abstrak

  

Perdagangan merupakan salah satu kegiatan pada sektor informal. Keterlibatan perempuan dalam

aktivitas sosial dan ekonomi pada sektor informal dapat memberikan kontribusi yang sangat besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pendapatan yang diperoleh dan besar kontribusi

pendapatan perempuan pedagang sayuran di pasar Cokro dan pasar Wayame. Sampel ditentukan

dengan menggunakan teknik sensus untuk sebanyak 47 responden di dua lokasi pasar masing-masing

25 responden untuk pasar Cokro dan 22 responden untuk pasar Wayame. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan dengan jumlah responden terbanyak berada pada kisaran

Rp.1.134.000,- sampai dengan Rp.2.246.500,- dengan jumlah 11 responden pedagang pasar Cokro

dan 9 responden pedagang pasar Wayame, Sebaliknya pendapatan tertinggi (> Rp. 5.013.500) dengan

jumlah tiga responden pedagang pasar Cokro dan satu responden pedagang pasar Wayame. Besar

kontribusi pendapatan perempuan pedagang pasar Cokro terhadap pendapatan rumahtangga adalah

sebesar 70,8 persen dan pedagang pasar Wayame sebesar 66,78 persen.

  Kata kunci: Kontribusi; pedagang sayuran; perempuan

Abstract

  

Trade is one of the activities in the informal sector. The involvement of women in social and

economic activities in the informal sector can contribute enormously.This study was aimed to find out

the total income and the income contribution of woman vegetable traders in Cokro and Wayame

market. Samples were determined by using census technique to as many as 47 respondents in two

location respectively with the total of 25 respondents in Cokro market and 22 respondents in Wayame

market. The results showed that the income with the highest number of respondents was in the range of

  

IDR1.134.000 to IDR2.246.500 with a total of 11 respondents of Cokro market traders and 9

respondents of Wayame market traders. On the other hand, the highest income (>IDR 5.013.500,-) was

received by three respondents of Cokro market traders and one respondent of Wayame market trader.

The contribution of women traders of Cokro market and Wayame market was 70,86 percent and 66,78

percent respectively.

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 185 Pendahuluan

  Maluku merupakan salah satu wilayah kepulauan di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.Maluku dikenal sebagai the spicy islands and

  2 exotic marine paradise yang secara geografis luas wilayah sekitar 712.479 Km

  terdiri dari 92,4 persenlautan dan 7,6 persen daratan. Basis sumber daya alam di Maluku adalah pertanian, kelautan dan pariwisata.Potensi ini terus diupayakan secara maksimal guna meningkatkan perekonomian wilayah demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Dalam perekonomian Maluku sektor yang menjadi pemimpin adalah pertanian dan perikanan karena menyumbang sekitar 60 persen ke dalam PDRB Maluku, disusul jasa dan perdagangan masing-masing sebesar 13 persen serta industri sekitar 4 persen (Girsang W, 2011).

  Pada tahun 2017 jumlah populasi penduduk mencapai 1.715.548 jiwa yang tersebar diberbagai daerah di Maluku (BPS Maluku, 2017). Penduduk daerah Maluku merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Meningkatnya jumlah penduduk suatu daerah akan diikuti oleh peningkatan jumlah tenaga kerja.

  Pilihan perempuan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi merupakan hal yang menarik. Perempuan pekerja memiliki potensi yang besar pada sektor informal di samping perannya dalam rumahtangga. Dalam kegiatan perekonomian perempuan turut terlibat pada berbagai bidang pekerjaan, mulai dari bidang pertanian dan perdagangan hingga kemasyarakatan. kenyataannya bahwa kaum perempuan sangat mendominasi sektor publik khususnya di sektor informal, salah satunya sebagai pedagang kecil (Hartini, 2007). Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Provinsi Maluku tahun 2016, dapat dilihat pada tabel 1.

  186 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

  Tabel 1. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Provinsi Maluku tahun 2016

  Laki-laki Perempuan

Lapangan Pekerjaan Persentase Persentase Persentase

Jumlah

  Utama (%) (%) (%) (Orang) Orang Pertanian, Kehutanan,

  172.054 41,70 98.247 35,31 270.301 39,13 Perburuan, dan Perikanan

Industri Pengolahan 24.994 6,06 31.974 11,49 56.968 8,25

Perdagangan Besar,

Enceran, Rumah 31.664 7,67 57.432 20,64 89.096 12,90

Makan, dan Hotel

Jasa Kemasyarakatan 77.109 18,69 80.527 28,94 157.636 22,82

Lainnya 106.744 25,87 10.041 3,61 116.785 16,91

  Jumlah 412.565 100,00 278.221 100,00 690.786 100,00 Sumber : BPS Provinsi Maluku

  Sebagian besar partisipasi perempuan ada pada sektor informal khususnya dalam lapangan usaha perdagangan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1, yang menunjukkan kontribusi terbesar perempuan pada lapangan usaha perdagangan yaitu sebesar 20,64 persen atau 57.432 orang. Pilihan perempuan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi merupakan hal yang menarik. Peran dan partisipasi perempuan pada sektor informal bagi perekonomian rumahtangga merupakan konstribusi yang nyata.Hal tersebut turut dialami oleh perempuan pedagang sayuran di pasar Cokro dan pasar Wayame, guna membantu perekonomian rumahtangga.

  Pasar Cokro dan pasar Wayame terbilang pasar kecil, namun lokasi yang strategis membuat kedua pasar ini tidak pernah sepi pengunjung.Keberadaan pasar Cokro dan pasar Wayame dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan berbagai kebutuhan rumahtangga salah satunya adalah sayuran, dan sebagian besar dilakukan oleh perempuan.Oleh sebab itu, fokus utama yang menarik untuk diteliti yaitu, berapa besar pendapatan yang diperoleh perempuan pedagang sayuran danberapa besar kontribusi pendapatan perempuan pedagang sayuran di pasar Cokro dan pasar Wayame terhadap pendapatan rumahtangganya.

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 187 Metode Penelitian

  Penelitian dilaksanakan pada 2 (dua) lokasi yakni pasar Cokro dan pasar Gandong Tradisional Wayame, Kecamatan Teluk Ambon Baguala.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan yang bekerja pada sektor informal dalam hal ini pedagang sayuran di dua lokasi pasar yakni pasar Cokro dan pasar Wayame.

  Sampel yang diambil menggunakan teknik sensus dengan keseluruhan perempuan pedagang sayuran di pasar Cokro dan pasar Wayame.Teknik sensus dipilih karena anggota populasi perempuan pedagang sayuran pada dua lokasi pasar jumlahnya sedikit. Namun meskipun jumlah sampel sedikit, tetapi dapat mempresentasikan keseluruhan subjek yang ada pada populasi, dapat menjadi sampel yang tepat (Idrus, 2009).

  Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden serta pengamatan langsung, dan data sekunder yakni data yang diperoleh dari dinas terkait penelitian.Untuk menjawab pertanyaan pertama yaitu untuk mengetahui besar pendapatan yang diperoleh perempuan pedagang digunakan rumus :

  Y = TR - TC

  Dimana : Y = Pendapatan Bersih TR = Total Penerimaan (Total Revenue) TC = Total Biaya (Total Cost)

  Untuk menjawab petanyaan kedua yaitu besar kontribusi pendapatan pedagang terhadap pendapatan rumah tangga maka rumus yang digunakan :

  Besarnya Kontribusi = a/b x 100%

  188 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

  Dimana : a = Pendapatan perempuan pedagang b = Pendapatan rumahtangga

  

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden Umur

  Umur adalah suatu rentang kehidupan setiap manusia dan turut mempengaruhi aktifitas manusia. Sebaran umur responden dibagi menjadi 4 kelompok umur. Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi para pekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka pada waktu tertentu tidak lagi produktif untuk bekerja. Pada kenyataannya dilihat dari umur yang semakin bertambah, banyak orang yang secara fisik sudah kurang mampu untuk bekerja lagi, Simanjuntak (2001) dalam Martini (2012).

  Tabel 2. Distribusi responden menurut kelompok umur.

  Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame Umur Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (%) (Tahun) (Orang) (Orang)

  25 10 40,00 6 27,27

  • – 38

  39

9 36,00

9 40,91

  • – 52

  53

3 12,00

3 13,64

  • – 66 67 – 80

  

3 12,00

4 18,18 Total 25 100,00 22 100,00

  Berdasarkan tabel 2, umur terendah yang dimiliki responden adalah 25 tahun dan umur tertinggi 80 tahun. Umur responden pada kelompok pedagang pasar Cokro didominasi oleh rentang umur 25

  • – 38 tahun yakni sebesar 40 persen, dengan jumlah 10 responden dari total 25 responden. Untuk pasar Wayame di dominasi oleh pedagang dengan rentang umur 39
  • – 52 tahun yakni sebesar 40,91 persen dengan

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 189

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai pedagang sayur dengan jumlah terbanyak berkisar antara umur 25

  • – 38 tahun dan 39
  • – 52 tahun. Pada kisaran umur ini rata-rata responden pedagang sayur pada kedua pasar memiliki anak-anak yang masih berada pada bangku pendidikan, sehingga perempuan dituntut untuk bekerja guna menambah biaya pendidikan anak-anaknya, selain itu pada kisaran umur ini semangat dalam menjalankan usaha sebagai pedagang sayur masih sangat tinggi. Kondisi tubuh dengan umur yang masih produktif memungkinkan perempuan memilih pekerjaan sebagai pedagang sayur.

  Lain halnya responden pedagang sayur dengan umur 67

  • – 80 tahun tergolong dalam kelompok umur yang tidak lagi produktif. Berdasarkan hasil penelitian hal ini dikarenakan kondisi tubuh responden yang semakin lemah, seiring bertambahnya usia membuat produktivitas semakin menurun. Oleh sebab itu pada usia ini jumlah responden pedagang sayur lebih sedikit. Usia responden yang semakin bertambah turut mempengaruhi semangat dalam bekerja.

  Bagi sebagian pedagang sayur yang usianya tidak lagi produktif, tetap menjalankan pekerjaan sebagai pedagang adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu menurut responden menghasilkan uang sendiri dengan berdagang sayur telah menjadi kebiasaan sehingga tidak terbiasa hanya berpangku tangan saja dirumah dan mengharapkan bantuan anak yang sudah bekerja. Menurut salah seorang responden di pasar Wayame, bekerja sebagai pedagang sayur dirasa lebih santai dan tidak menguras banyak tenaga. Ketika tidak ada pembeli pedagang dapat berbaring untuk beristirahat di lapak-lapak pedagang. Sedangkan menurut pedagang pasar Cokro, kegiatan pasar yang hanya berlangsung dari pagi sampai pukul 12.00 siang membuat responden tidak menghabiskan waktu dan tenaga selama seharian hanya untuk berdagang sayur. Sehingga pedagang dengan usia yang tidak lagi produktif tetap melakukan kegiatan berdagang.

  190 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan Tingkat Pendidikan

  Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan diri seseorang dan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan setiap orang. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap seseorang. Pendidikan yang melalui proses pembelajaran akan menghasilkan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.

  Tabel 3. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan.

  

Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame

Persentase Persentase Jumlah Jumlah Tingkat Pendidikan (%) (%) (Orang) (Orang)

  Tidak Sekolah 3 12,00 2 9,09 SD 13 52,00 10 45,45 SMP 3 12,00 4 18,18 SMA 6 24,00 5 22,73 Perguruan Tinggi 0,00

  1 4,55 Total 25 100,00 22 100,00

  Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa persentase tertinggi tingkat pendidikan responden pada kedua kelompok pasar yakni pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase sebesar 52 persen pada pedagang pasar Cokro dan sebesar 45,45 persen pada pedagang pasar Wayame. Selain itu terdapat pedagang sayur yang sama sekali tidak merasakan bangku sekolah.

  Pendidikan juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan serta menurunkan ketimpangan pendapatan tenaga kerja (Wahyuni dan Monika, 2016). Sebagaian besar responden berasal dari kelas menengah kebawah dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga pekerjaan pada sektor informal menjadi satu- satunya pilihan. Menjadi pedagang sayur tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, cukup bermodalkan kemandirian, pengetahuan, dan ketrampilan seadanya dengan demikian seseorang dapat menjalakan dan mengembangkan usaha yang ia miliki.

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 191 Pengalaman Berusaha

  Pengalaman berusaha diukur berdasarkan rentang waktu seseorang dalam menjalani usahanya menurut ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki.Lama usaha merupakan lamanya pedagang melakukan kegiatan usaha yang sedang dijalani saat ini. Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha. Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Semakin lama menekuni bidang usaha perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera atau perilaku konsumen, Rosetyadi (2012) dalam Butarbutar (2017). Pengalaman dalam berusaha yang dimiliki oleh respondes bervariasai yakni <1

  • – 40 tahun. Tabel 4. Distribusi responden menurut pengalaman berusaha.

  Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame

Pengalaman Berusaha Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(Tahun) (Orang) (%) (Orang) (%)

  < 1

3 12,00

5 22,73

  2

15 60,00

13 59,09

  • – 14 15 – 27

  

5 20,00

1 4,55

  28

2 8,00

3 13,64

  • – 40

  Total

25 100,00

22 100,00

  Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa pengalaman berusaha sebagai pedagang, persentase tertinggi adalah 2

  • – 14 tahun untuk kedua kelompok pasar. Persentase pengalaman berusaha pedagang pasar Cokro sebesar 60 persen dan pedagang pasar Wayame sebesar 59,09 persen. Untuk pengalaman berusaha 28
  • – 40 tahun pada kelompok pedagang pasar Cokro sebesar 8 persen dan kelompok pedagang pasar Wayame sebesar 13,6 persen. Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman berusaha dengan rentan waktu yang lebih lama menunjukkan bahwa bekerja sebagai pedagang merupakan pekerjaan yang menjanjikan dan mampu mendatangkan keuntungan. Selain itu rata-rata pedagang memulai usaha mereka sejak awal pasar Cokro dan pasar Wayame terbentuk, sehingga dengan melihat peluang usaha yang ada mereka memilih terjun menjadi pedagang sayur. Dengan memperdagangkan berbagai jenis

  192 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

  mendatangkan kentungan sehingga sampai saat ini pedagang sayur masih menggeluti usaha mereka.

  Berdagang sayur menjadi pekerjaan pokok seluruh responden pada kedua lokasi pasar, namun disamping menjual sayuran terdapat seorang responden yang memiliki usaha lain. Menjual pakaian bekas menjadi pilihan usaha sampingan yang dilakukan oleh salah seorang responden di pasar Wayame guna menambah pendapatan. Dalam satu hari paling banyak dua konsumen saja yang membeli dagangannya, bahkan tidak setiap hari pakaian bekas laku terjual. Oleh sebab itu berdagang sayur menjadi mata pencaharian utama bagi responden ini.

  Jumlah Anggota Keluarga

  Setiap masing-masing keluarga memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja maka beban tanggungan untuk kebutuhan sehari-hari akan semakin meningkat. Tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan utama bagi para ibu rumahtangga turut serta dalam membantu suami untuk bekerja dan memperoleh penghasilan.

  Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Semakin bertambah jumlah anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan penghasilan responden sendiri (Situngkir,et al., 2007). Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 5.

  Tabel 5. Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga.

  Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (Orang) (%) (Orang) (%) Tidak Ada Tanggunga 2 8,00 1 4,55 1 – 3

  13 52,00 10 45,45

  4 10 40,00 10 45,45

  • – 6 > 7 0,00

  1 4,55

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 193

  Jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan, berdasarkan hasil penelitian berkisar antara 1

  • –7 orang. Persentase beban tanggungan terbesar yakni 52
  • – persen pada responden pedagang pasar Cokro dengan jumlah tanggungan berkisar 1 3 orang. Pada pasar Wayame persentase jumlah tanggungan terbesar yakni 45,45 persen dengan jumlah tanggungan berkisar antara 1 – 3 orang dan 4 – 6 orang.

  Tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan utama bagi para ibu rumahtangga turut serta dalam membantu suami. Besarnya jumlah tanggungan keluarga dan bertambahnya jumlah anak merupakan faktor yang mempengaruhi para perempuan untuk melakukan pekerjaan pada sektor informal.

  Terdapat 2 orang responden pada pasar Cokro dan 1 orang responden pada pasar Wayame yang tidak memiliki beban tanggungan. berdasarkan hasil penelitian, pedagang yang tidak memiliki tanggungan pada pasar Cokro merupakan responden yang statusnya adalah seorang janda dan memiliki anak-anak yang telah berkeluarga begitu pula pada responden pasar Wayame. Satu pedagang lain yang statusnya belum menikah, sehingga tidak memiliki beban tanggunan lain. Pendapatan yang diperoleh dari mendagangkan sayuran hanya untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari.

  Pendapatan Perempuan Pedagang

  Pendapatan dapat diperoleh dari beberapa sumber salah satunya berasal dari sektor informal yaitu pendapatan yang diperoleh sebagai tukang atau pedagang. Menurut pendapat Sunuharjo (2009) dalam Tumbage ,et al (2017), pendapatan yaitu segala penghasilan berupa uang yang diterima biasanya sebagai balas jasa.

  Tabel 6. Distribusi tingkat pendapatan responden berdasarkan jenis usaha.

  Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame

Tingkat Pendapatan Jumlah persentase Jumlah Persentase

(Rp/Bulan) (Orang) (%) (Orang) (%)

  1.134.000

11 44,00

9 40,91

  • – 2.426.500 2.427.500 – 3.720.000

  

8 32,00

6 27,27 3.721.000

3 12,00

6 27,27

  • – 5.013.500

  194 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

  Pada tabel 6, terlihat bahwa jumlah pendapatan responden pedagang pasar Cokro dan pasar Wayame berkisar antara Rp.1.134.000,- untuk pendapatan yang terendah hingga >Rp.5.013.500,-. Pendapatan terbesar yang diperoleh perempuan pedagang berada pada kisaran Rp.1.134.000,- sampai dengan Rp.2.246.500,- dengan jumlah 11 orang responden (44%) dari total 25 orang responden pedagang pasar Cokro dan 40,91 persen dengan jumlah 9 orang dari total 22 orang responden pedagang pasar Wayame. Sebaliknya pendapatan tertinggi dengan dengan persentase paling rendah untuk pasar Wayame yakni >Rp 5.013.500,- dengan jumlah 1 orang responden (4,55%) dari total 22 responden.

  Besar kecil pendapatan yang diperoleh pedagang ditentukan oleh banyaknya sayuran yang laku terjual, oleh karena itu konsumen merupakan faktor penting dalam perdagangan. Menurut hasil penelitian setiap pedagang pasar Cokro dan pasar Wayame telah memiliki pelanggan tetap yang rutin membeli dagangan mereka tiap harinya, apa bila tidak memiliki pelanggan tetap maka pada waktu sepi pembeli banyak sayuran yang tidak laku terjual. Sayuran yang tidak laku terjual dalam waktu dua hari akan dibuang jika sudah rusak, dan akan diberikan kepada tetangga atau dimasak sendiri apabila masih layak untuk konsumsi.

  Harga merupakan indikator penting bagi pedagang dan pembeli dalam hal ini antara responden dengan konsumen akhir.Bagi responden harga menjadi pedoman untuk mendagangkan produknya sedangkan bagi konsumen akhir harga menjadi penentu keputusan untuk membeli suatu produk. Harga jual biasanya ditentukan atas pertimbangan modal yang dikeluarkan selama proses produksi. Menurut hasil penelitian, penetapan harga jual oleh responden pedagang sayur berdasarkan biaya- biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli sayuran yang akan dijual, serta biaya- biaya yang dikeluarkan selama proses perdagangan seperti biaya transportasi dan sewa lapak pedagang.

  Jenis sayuran dan strategi dalam penjualan menjadi penentu besar kecilnya pendapatan pedagang selain banyaknya konsumen membeli sayur. Pedagang dengan

  Volume 5 No. 2 Juni 2017 195

  pendapatan Rp.1.134.000,- sampai dengan Rp.2.246.500,- menjual paling sedikit empat sampai delapan jenis sayuran yang berbeda dengan jumlah yang lebih sedikit, dengan tujuan dapat laku terjual dalam waktu satu sampai dua hari. Sedangkan pedagang dengan pendapatan >Rp.2.246.500,- menjual lebih dari delapan jenis sayuran dengan jumlah yang lebih banyak. Strategi dalam penjualan sayuran dilakukan dengan membagi 2 ikat sayur yang dibeli menjadi 3 ikat sayur, dan dijual dengan harga yang sama sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi jauh lebih tinggi. Hal tersebut dilakukan hanya oleh responden yang membeli sayuran langsung dari petani karena masing-masing ikat sayuran lebih besar dibandingkan responden yang membeli dari pedagang pengumpul.

  Sumber pemasok sayuran yang biasanya dijual diperoleh dari petani, pedagang pengumpul dan kebun sendiri. Petani Waiheru, Wailete, Laha, Hulung dan Telaga Kodok merupakan pemasok sayuran untuk pasar Cokro dan pasar Wayame. Pembelian dari pedagang pengumpul berlokasi di pasar Batu Merah, Ambon. Rata- rata harga sayuran yang dibeli responden pedagang, sama antara petani dan pedagang pengumpul. Hal ini karena jumlah yang sayuran dibeli responden dari petani cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan yang dibeli pedagang pengumpul dari petani. Harga beli dari petani maupun pedagang pengumpul antara lain untuk sayur kangkung air (Ipomoea aquatic) Rp.3000,-, kangkung darat (Ipomoea reptana Poir) Rp.2.500,- sampai denganRp.3.000,-, sawi Rp.3.000,-, bayam (Amarantus) Rp.3.000,- sampai denganRp.4.000,-, kancang panjang (Vigna unguiculata spp.

  Sesquipedalis )Rp.8.000,-, Pare (Momordica charantia) Rp.6.000,- sampai dengan Rp.8.000,-.

  Kontribusi Pendapatan Perempuan Terhadap Pendapatan Rumahtangga

  Pendapatan rumahtangga merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari responden pedagang dan ditambah dengan pendapatan yang diperoleh suaminya. Dalam suatu rumahtangga, seorang suami dianggap memiliki peran sebagai pencari

  196 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

  sebagai pencari nafkah disamping tugasnya sebagai ibu rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembagian kerja secara seksual mengandung makna bahwa perempuan kerap dipandang sebagai pencari nafkah sekunder, sedangkan laki-laki adalah penyedia nafkah utama, tanpa memandang apakah benar demikian, (Budi dan Yan, 2002).Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata pendapatan responden secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 7.

  Tabel 7. Distribusi pendapatan responden terhadap pendapatan rumahtangga.

  

Kelompok Pedagang Pedagang Pasar Cokro Pedagang Pasar Wayame

Rata-rata Rata-rata Kontribusi Kontribusi Uraian Pendapatan Pendapatan (Rp/Bulan) (%) (Rp/Bulan) (%)

  Istri 2.966.000 70,86 3.018.182 66,78 Suami 1.220.000 29,14 1.501.667 33,22 Total 4.186.000 100,00 4.519.848 100,00

  Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari suami berasal dari pekerjaan sebagai petani, nelayan, tukang ojek, kuli bangunan, TNI, dan pengawai. Diketahui bahwa kontribusi rata-rata perempuan pedagang pasar Cokro terhadap pendapatan rumahtangga adalah sebesar Rp.2.966.000,- atau 70,86persen, dan perempuan pedagang pada pasar cokro memiliki kontribusi sebesar Rp.3.028.364,- atau 66,78 persen dari total pendapatan rumahtangga perbulan. Hal ini berarti peran perempuan sangat besar dalam meningkatkan kesajahteraan keluarganya, melihat kontribusi pendapatan responden perempuan pedagang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan suami responden.

  

Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, pendapatan dengan jumlah responden terbanyak berada pada kisaran Rp.1.134.000,- sampai dengan Rp.2.246.500,- dengan jumlah 11 orang responden pedagang pasar Cokro dan 9 orang responden pedagang pasar Wayame, Sebaliknya pendapatan tertinggi dengan

  197 Volume 5 No. 2 Juni 2017

  Wayame yang memiliki pendapatan lebih besar dari Rp.5.013.500,-. Untuk kontribusi perempuan pedagang pasar Cokro terhadap pendapatan rumahtangga adalah sebesar 70,86 persen dan pedagang pasar Wayame sebesar 66,78 persen.

  Daftar Pustaka

  Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. 2017. Provinsi Maluku dalam Angka 2017, dalam diakses 10 September 2017. Budi, S dan Yan, S.2002. Sosiologi Wanita. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Butarbutar , G. R. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

  Usaha Industri Makanan Khas di Kota Tebing Tinggi.Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi. 4(1) : 619-633

  Girsang, W. 2011.Kemiskinan Multidimensional di Pulau-Pulau Kecil. Ambon :

Badan Penerbit Fakultas – UNPATTI

  Hartini, T. 2007. Perempuan dan jaringan, dalam diakses 5 Oktober 2017. Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta : PT. Gelora Aksara Pertama. Putu Martini,

  D. 2012. Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dalam MeningkatkanPendapatan Keluarga. JurnalEkonomi Kuantitatif. 5(2) : 119- 124.

  Ribut N. T. Wahyuni dan Anugerah K. Monika. 2016. Pengaruh Pendidikan Terhadap Ketimpangan Pendapatan Tenaga Kerja di Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia 11(1) :15-28.

  Situngkir S. ,et al. 2007. Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga (Kasus Pedagang Sayur di Kotamadya Jambi).Jurnal Manajemen dan Pembangungan.Edisi-7.

  Tumbage., et al. 2017. Peran Ganda Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan KesejahteraanKeluarga di Desa Allude Kecamatan Kolongan Kabupaten Talaud.e- journal “Acta Diurna”. 6(2) : 1-14.

Dokumen yang terkait

PENGARUH LAMA FERMENTASI PADA PRODUKSI MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK EFFECT OF FERMENTATION TIME ON VIRGIN COCONUT OIL (VCO) FOR CHARACTER PHYSICAL, CHEMICAL, AND ORGANOLEPTIC

0 0 10

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KARAKTERISTIK KIMIA, DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SUSU KECAMBAH KEDELAI HITAM (Glycine Soja) BERDASARKAN VARIASI WAKTU PERKECAMBAHAN ANTIOXIDANT ACTIVITY, CHEMISTRY CHARACTERISTIC, AND ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF SPROUTS MILK OF BLACK SOYB

0 0 8

A. PENDAHULUAN - View of TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR KURS NEGARA EMERGING MARKET

0 0 7

MODEL CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS TERHADAP FLUKTUASI SAHAM PROPERTY AND REAL ESTATE INDONESIA Rusiadi, Irawan, Ade Novalina, Wahyu Indah Sari Fakultas Sosial Sains, Universitas Pembangunan Pancabudi, Medan, Indonesia Abstrak - View of MODEL CONFIRMATORY

0 0 14

LABOR CHARACTERISTICS OF TOUFU, TEMPEH SMALL INDUSTRY IN UD.SR RIJALI URBAN AREA SIRIMAU DISTRICT AMBON CITY

0 0 12

BO ULAN TAWEI SUAT : LOKAL WISDOM IN PRESERVING THE SUSTAINABILITY OF LOCAL FOOD SAGO IN MIDA VILLAGE GOROM ISLAND DISTRICT EAST SERAM REGENCY

0 1 12

THE CONTRIBUTION OF COPRA BUSINESS ON HOUSEHOLD INCOME OF FARMER IN WAENIBE FENA VILLAGE LEISELA DISTRICT BURU REGENCY

0 0 14

ROLE OF NATURAL RESOURCES MANAGEMENT OF SUGAR PALM PLANT (SAGUER) ON COMMUNITY INCOME IN MURNATEN VILLAGE TANIWEL DISTRICT WEST SERAM REGENCY

0 1 9

THE INCOME ANALYSIS OF DURIAN COMMODITY (Durio Zibethinus Murr) IN SOYA VILLAGE SIRIMAU DISTRICT AMBON CITY

0 1 9

ANALYSIS OF HOUSEHOLD POVERTY LEVEL IN RURAL AREA OF SOUTH BURU (CASE STUDY IN WAMSISI, WAETEBA, AND SIMI VILLAGE WAESAMA DISTRICT)

0 0 15