Cultural Design: Usulan Pengembalian Pajak Penghasilan Perseorangan dari

  Jurnal Studi Kultural (2018) Volume III No. 2: 66-70 Jurnal Studi Kultural http://journals.an1mage.net/index.php/ajsk

  Laporan Riset

  Cultural Design: Usulan Pengembalian Pajak Penghasilan Perseorangan dari Pemerintah kepada Wajib Pajak sebagai Hak Pensiun, Asuransi, Pendidikan, dan Saat Tidak Mendapatkan Pekerjaan di Indonesia Michael Sega Gumelar* Universitas Udayana, Universitas Surya, An1mage Research Division

  Info Artikel

  Sejarah artikel: Dikirim 19 Februari 2018 Direvisi 24 Juni 2018 Diterima 27 Juni 2018 Kata Kunci: Pajak Wajib Pendapatan Korupsi Penghasilan Pengembalian Kesejahteraan

  Peraturan pemerintah tentang pajak terus berganti, berdasarkan Pasal 23A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diperbarui, menyatakan “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang- undang”. Tertuang juga pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984); berevolusi menjadi aturan terakhir yaitu pada undang- undang bernomor 28 tahun 2007 [1].

  Penulis menyebut pemerintah dalam laporan penelitian ini tidak membedakan pemerintah pusat dan daerah, sebab apa pun kategorinya, tetaplah pemerintah yang mengambil pajak dari rakyat. Penulis menyebut pajak dalam penelitian ini juga tidak perlu menyebut ragam jenis pajak yang terbagi pemungutannya oleh pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah. Setiap wajib pajak dibebani pajak, tidak hanya subjek pajak, objek pajak juga terkena pajak seperti tertuang aturan pemerintah tentang membeli barang mewah terkena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), yang tergolong barang mewah [2] adalah: a) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau

  Pajak merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan atau lembaga yang memiliki kategori masuk ke dalam wajib pembayar pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah, dan setiap orang adalah subjek bagi wajib pajak. Wajib pajak mulai muncul ketika seseorang subjek pajak memiliki kekayaan dan penghasilan dalam ragam dan bentuk apa pun dalam kategori terkena pajak.

  Selama ini pemerintah gencar menyebarkan slogan “orang bijak bayar pajak” di mana pajak merupakan kewajiban setiap wajib pajak, dan membayar pajak merupakan langkah yang bijak agar tidak terkena sangsi dari pemerintah. Pemerintah bahkan mengingatkan setiap warga negara dan lembaga wajib pajak untuk selalu membayar pajak tepat waktu, beserta sangsi secara administratif dan atau pidana sesuai dengan kasusnya. Membayar pajak, apa untungnya bagi si wajib pajak? Pernahkah terlintas pemikiran tersebut? Kemana penghasilan pajak dari rakyat selama ini digunakan oleh pemerintah? Tentu saja jawaban dari pemerintah sangat klasik. Pendapatan dari pajak digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana umum bagi warga, dan juga kepentingan pemerintah lainnya untuk kesejahteraan rakyat.

  Hal ini dikuati oleh Undang-undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 dari pemerintah yang menyatakan “Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang, baik sebagai orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

  ”. Hal tersebut dapat berlaku pada pajak kendaraan, pajak tanah, pajak rumah, pajak kekayaan lainnya yang nonpajak penghasilan. Tetapi menjadi pertanyaan saat pemerintah mengambil pajak penghasilan perseorangan, di mana mengambil pajak penghasilan perseorangan kepada seorang wajib pajak, akan diikuti oleh hak yang diperoleh si wajib pajak tersebut.

  Abstrak © 2018 Komunitas Studi Kultural Indonesia. Diterbitkan oleh An1mage. All rights reserved.

1. Pendahuluan

  ∗ Peneliti koresponden: Michael Sega Gumelar | Universitas Udayana | Universitas Surya | An1mage Research Division E-mail: michael.sega.gumelar@gmail.com b) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau c) Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau d) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau e) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat. Namun setelah dipikirkan dan kenyataan yang terjadi, aturan pemerintah dengan pelaksanaannya berbeda, seorang warga membeli makanan yang merupakan “barang kebutuhan pokok” pun tetap terkena pajak. Rakyat Indonesia terkena pajak saat memutuskan untuk membeli kendaraan bermotor di saat membeli membayar pajak kendaraan motor, di saat sudah dibeli, secara tahunan bahkan saat menjual motor pun tetap terkena pajak. Pajak kendaraan bermotor untuk apa? Tentu saja alasan pemerintah pasti digunakan untuk membangun jalan. Rakyat Indonesia terkena pajak saat memutuskan untuk membeli tanah, rumah, dan benda-benda mewah lainnya, saat membeli membayar pajak pembelian untuk tanah, rumah, dan benda-benda mewah lainnya. Tanah, rumah, dan barang mewah saat sudah dibeli secara tahunan pun oleh wajib pajak tetap membayar pajak. Pajak tanah, rumah, dan barang mewah lainnya untuk apa? Tentu saja alasan klasik pemerintah, pajak digunakan untuk membangun sarana dan prasarana, pajak kembali kepada rakyat secara tidak langsung seperti sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya yang dibangun oleh negara. Banyak ragam dan jenis pajak membebani kehidupan seorang wajib pajak, bila dijumlahkan, membayar pajak merupakan salah satu beban kehidupan terbesar seorang wajib pajak di Indonesia. Tidak cukup di situ saja, ternyata penghasilan pun terkena pajak dengan nama pajak penghasilan. Undang-undang pajak penghasilan adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali berevolusi dan pengubahan terakhir pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan.

  Jokowi sebagai presiden di Indonesia saat laporan penelitian ini disusun, Jokowi juga melihat pajak dalam pemikiran yang sama, hal ini tertuang pada peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu [3].

  2. Diskusi Pada era teknologi informasi, mengakses dan membandingkan pajak dari berbagai negara melalui internet merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif, studi perbandingan, studi kultural, studi pustaka, dan studi nilai.

  Penelitian dalam studi kualitatif tentu saja tidak mengutamakan kuantitas, walaupun hanya berjumlah satu saja tetap layak untuk diteliti, dijadikan acuan, dan solusi sebagai salah satu usulan bagi pemerintah di Indonesia agar menjadi lebih baik ke depannya dalam bidang pajak ini. Membahas Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 A yat 1 dari pemerintah yang menyatakan “Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang, baik sebagai orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmu ran rakyat” [1]. Terlihat begitu arogannya undang-undang tersebut terutama pada kalimat “bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

  ” di mana seolah memberi hak absolut bahwa pemerintah tinggal mengambil dan rakyat tidak usah mempertanyakan untuk apa pajak tersebut.

  Bukankah hal ini yang telah terjadi, pajak sejak zaman presiden pertama di Indonesia sampai presiden terkini, tidak satu pun yang berani menyangkal peraturan tersebut, untuk apa? Dan dikemanakan sesungguhnya pajak tersebut? Apakah benar pajak untuk pembangunan yang selama ini digembar-gemborkan? Lalu mengapa masih saja ada jalan yang belum beraspal, jalan rusak, sungai keruh, sungai kotor, tidak ada sekolah di area pedalaman, sarana dan prasarana yang dijanjikan untuk dibangun?

  Citra 1. Jalanan rusak di area Kalimantan Barat. Sumber: https://www.kompasiana.com/jalan-kalimantan/jalan-rusak-kami-mandi- lumpur-di-jalur-selatan-kalbar_5a5db67a16835f1f487a6032 Sarana listrik pun masyarakat membayar, sarana air bersih pun masyarakat membayar, lalu pajak untuk apa sesungguhnya? Selain pajak, pemeritah pun ternyata masih berutang untuk membiayai pemerintah itu sendiri seperti dilansir di theconversation.com menyatakan “Utang Indonesia naik hampir dua kali lipat di bawah Jokowi: perlukah kita khawatir?

  ” [4]. CNN melalui www.cnnindonesia.com juga memberitakan hal yang kurang lebih sama dengan judul “Kuartal I 2018, Utang Luar Negeri Indonesia Rp5.425 Triliun ” [5].

  Utang Pemerintah Indonesia, 2010-2018* (US$ Miliar); Sumber: Bank Indonesia; *data Maret 2018.

  Uniknya utang tersebut diputuskan setelah di masa-masa sebelumnya pemerintah berhasil meningkatkan pendapatan pajak sebanyak empat kali lipat dari semula seperti yang tertuang dalam berita dengan subjudul “Jumlah pembayar pajak pribadi naik empat persen dari tahun lalu, namun masih belum berhasil menyejahterakan rakyat

  ” [6]. Belum lagi keberhasilan program amnesti pajak yang mulai diberlakukan sejak tahun 2016 [7]. Tentu saja income pemerintah di bidang pajak semakin melonjak tinggi, namun tetap saja muncul ketidakjelasan penggunaan pajak untuk apa dan pengembalian kepada rakyat dalam bentuk apa? Ketidakjelasan pajak untuk apa? M engutip Sasmito “Pada 2005, pajak baru sekitar Rp 200 triliun, namun sekarang naik lima kali lipat, itu menunjukkan kepatuhan publik. Tapi ironisnya pinjaman luar negerinya juga naik empat kali lipat. Sekarang apa yang diberikan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak maupun rakyat secara umum, adakah pembangunan jalan tol dengan uang dari APBN? ” [6]. “Semua diswastakan. Adakah pembangunan bendungan- bendungan dan irigasi sehingga kita tidak mengalami krisis pangan seperti beras dan kedelai? Tidak ada” [6].

  Ditambah lagi dengan adanya pajak penghasilan yang membebani bahkan ada potensi pajak terbesar, beban pajak terbesar bagi wajib pajak yang juga tidak jelas untuk apa? Pajak Penghasilan adalah pajak yang menarik secara langsung dari penghasilan seorang wajib pajak. Peraturan pemerintah terbaru tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu tertuang secara jelas pada Undang- undang atau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2018 [8]. Sebagai studi banding bahkan di Amerika Serikat dan Kanada pun sebagai negara yang menganut sistem liberal, saat menarik pajak penghasilan akan dikembalikan kepada wajib pajak berupa pensiun, hal ini dikenal dengan nama Keogh-Act [9].

  Tidak hanya U.S.A, Finlandia, Switzerland, Austria, Belgium, dan negara-negara yang tergabung dalam negara European Union (EU) dan yang tergabung dalam European Economic Area (EEA) juga mengembalikan pajak kepada rakyatnya setelah pensiun, tidak peduli pegawai negeri atau bukan, sama seperti Amerika Serikat [10].

  Pengembalian pajak tidak melihat suatu negara menganut sistem apa, liberalkah? Kenyataannya pemerintah Amerika Serikat mengembalikan pajak sebagai pensiunan. Negara sosialiskah atau lainnya? Inggris sebagai negara kerajaan, kenyataannya dengan sistem monarki pun bila memungut pajak dari rakyatnya apalagi pajak penghasilan, maka pemerintah wajib mengembalikan dana pajak untuk kesejahteraan rakyatnya.

  Bukankah di Indonesia ada program Jaminan sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), dan ada juga asuransi kesehatan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

  Ya benar, tetapi seharusnya semua itu digratiskan karena bila pemerintah sudah mengambil dana dari pungutan pajak penghasilan dari para wajib pajak, maka warga tidak perlu membayar dan mengeluarkan uang lagi untuk Jamsostek dan BPJS. Balik lagi ke pertanyaan pajak penghasilan dikemanakan dan digunakan untuk apa oleh pemerintah? Pajak penghasilan sangat memberatkan wajib pajak bila pemerintahannya mencari ragam alasan untuk menghindarkan diri dari kewajiban dana pajak untuk mengembalikan dalam bentuk “kesejahteraan rakyat”.

  Lalu apakah ada negara tanpa memungut pajak pada warganya? Ternyata jawabannya mencengangkan, ada. Berikut daftar negara yang tidak melakukan pungutan pajak pada warga negaranya berdasarkan data dari www.investopedia.com [11]:

  1. United Arab Emirates (UAE);

  2. The Bahamas;

  3. Bermuda;

  4. Andorra; 5. Monaco. Negara tanpa pungutan pajak. Sebagai studi banding penulis memberikan daftar negara-negara yang tidak mengambil pungutan pajak di atas, dan negaranya tetap makmur, korupsi minimum terjadi. Apakah ada korelasi pungutan pajak dengan korupsi? Penulis atau peneliti lainnya ada potensi ke depannya untuk membuat penelitian lebih jauh tentang hal ini.

  2. Politik saling adu domba di antara para elite politik karena tahu potensi setiap rezim pemerintah “cenderung” menjadi “pengguna penyalahgunaan dana pajak” yang terus berkelanjutan dari rezim ke rezim, setiap rezim pemerintah akan cenderung mengaburkan, menutupi dana pajak ini dari rakyat dan dana pajak dianggap sebagai

  1. Cenderung terjadinya penyalahgunaan dan potensi korupsi yang kuat oleh rezim pemerintah pada dana pajak yang terkumpul dari para wajib pajak.

  Implikasi apa bila usulan tersebut di atas tidak diterapkannya oleh rezim pemerintah di zaman apa pun, implikasi tersebut adalah:

3. Konklusi

  3. Pajak penghasilan dikembalikan dalam bentuk pendidikan gratis;

  4. Pajak penghasilan dikembalikan dalam bentuk pengembalian pada saat wajib pajak kehilangan pekerjaanya sampai si wajib pajak mendapatkan pekerjaan lagi;

  5. Menghentikan iuran Jamsostek, BPJS, dan iuran lainnya bila ada, karena sudah tercakup dalam pembayaran pajak penghasilan; 6. Adanya transparansi income dan laporan penggunaan dana pajak, digunakan untuk apa saja oleh pemerintah. Laporan penggunaan dana pajak oleh pemerintah sebagai informasi publik yang dapat diakses dan tersedia online secara mudah dapat diperoleh rakyat.

  2. Pajak penghasilan dikembalikan dalam bentuk asuransi kesehatan;

  “enaknya saja” untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab dana pajak untuk “menyejahterakan rakyat” apalagi yang berkenaan dengan pajak penghasilan.

  Pajak penghasilan dikembalikan dalam bentuk pensiun;

  Setelah berpikir demikian, diharapkan usulan-usulan berikut tentang pajak penghasilan dapat dijadikan acuan di masa depan oleh pejabat pemerintah sebagai pengambil keputusan: 1.

  Diperlukan terobosan di dalam pemikiran para pengambil keputusan pemerintahan di Indonesia, agar pemikiran tentang pajak ditekankan kepada “digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat” [1].

  “harta” yang dapat dikonversi, “dijadikan harta milik pribadi”.

  3. Pemerintahan dari rezim ke rezim cenderung berfokus untuk saling menjatuhkan untuk rebutan dana pajak yang dianggap

  “calon harta pribadi” saja daripada membangun dan menyejahterakan rakyatnya.

  4. Rezim pemerintah kehilangan wibawanya di mata para wajib pajak karena penyalahgunaan dana dari para wajib pajak yang ada potensi kuat, dana pajak di rezim pemerintah cenderung masuk ke “kantong prib adi” daripada pemerintahnya melakukan pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya.

  5. Rezim pemerintah yang kehilangan wibawanya cenderung represif terhadap warganya, warga tentu akan melawan balik secara cepat atau lambat dengan beragam cara untuk menurunkan pemerintahan yang buruk. Semoga ada calon presiden dan atau anggota di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik pusat dan atau daerah yang membaca usulan laporan penelitian ini, kemudian terpanggil dan membuat usulan ini terwujud dalam peraturan dan undang-undang pemerintah di negara Indonesia tercinta ini di masa depan. Penulis yakin bahwa bila suatu saat ada calon presiden yang mengangkat usulan-usulan dalam laporan penelitian ini, maka dipastikan dia adalah salah satu calon presiden unggulan yang akan membuat Indonesia menjadi jauh lebih baik ke depannya. Calon presiden yang tidak hanya cuap-cuap dan membuat “pencitraan” saja, tetapi dengan aksi yang nyata. Seorang yang baik dinilai dari hasil perbuatan dan kebijakannya,

  Jadi siapa pun rezim pemerintah di dalam satu salah usulan tersebut di atas, pemerintah tidak hanya mengambil pajak saat si wajib pajak memiliki penghasilan saja. Pemerintah juga memikirkan nasib si wajib pajak saat si wajib pajak tidak mendapatkan penghasilan, pemerintah dilarang mencari bukan dari perkataannya. Demikianlah laporan penelitian penulis, di mana usulan tersebut diharapkan berguna untuk kemajuan negara tercinta, Indonesia.

  Referensi [1] Indonesia, Republik. 2007.

  “Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

  ”. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007. [2]

  Indonesia, Republik. 2012. “Belajar Pajak”. Diakses 9 Februari 2018 di http://www.pajak.go.id/content/belajar- pajak Putera, Andri Donnal

  [3] . 2018. ”Presiden Jokowi Umumkan

  Revisi Pajak UMKM 0,5 Persen ”. Kompas.com diakses 23

  Juni 2018 pada pukul 23:00 WIB di halaman website berikut: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/22/121120426/p residen-jokowi-umumkan-revisi-pajak-umkm-05-persen T

  [4] heconversation. 2018. “Utang Indonesia naik hampir dua kali lipat di bawah Jokowi: perlukah kita khawatir?

  ” diakses di halaman website: https://theconversation.com/indonesias- government-debt-ahead-of-2019-presidential-election-a- real-economic-concern-97708 pada 29 Juni 2018.

  [5] Agustiyanti . 2018. “Kuartal I 2018, Utang Luar Negeri

  Indonesia Rp5.425 Triliun”. CNN Indonesia diakses pada 16 Mei 2018 di halaman website www.cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180515185044- 532-298440/kuartal-i-2018-utang-luar-negeri-indonesia- rp5425-triliun

  [6] Gera, Iris. 2012. “Jumlah Naik, Pajak Harus Kembali ke Rakyat

  ”. www.voaindonesia.com diakses pada 17 Februari 2018 di https://www.voaindonesia.com/a/jumlah-naik- pajak-harus-kembali-ke-rakyat/1448864.html

  [7] Indonesia, Republik. 2016. Amnesti Pajak. Diakses dari: http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak [8] Indonesia, Republik. 2018.

  “Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

  ”. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tahun 2018. [9] Legal, U.S. 1997. “Keogh Plan Law and Legal Definition”.

  Diakses dari https://definitions.uslegal.com/k/keogh-plan/ [10] Gov, Findland. How to Claim Your Pension from Abroad. Diakses di: https://www.etk.fi/wp-content/uploads/how-to- claim-your-pension-from-abroad.pdf

  [11] Maverick, J.B. 2018. The Five Countries Without Income

  “

  Taxes ”. www.investopedia.com diakses dari halaman

  website: https://www.investopedia.com/articles/personal-

  finance/100215/5-countries-without-income-taxes.asp