Draft Final Juknis GP Moda Tatap Muka

  

GURU PEMBELAJAR

PETUNJUK TEKNIS

Moda Tatap Muka

  

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2016

  

SAMBUTAN

Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan visi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) 2025 untuk ‘menghasilkan Insan Indonesia Cerdas

dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)’, tema pembangunan pendidikan nasional 2015-

2019 difokuskan pada daya saing regional pendidikan dan kebudayaan.

  

Rencana Strategis (Renstra) Kemdikbud 2015-2019, menjabarkan bahwa sejalan dengan fokus

tersebut, visi Kemdikbud 2019 adalah ‘Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan

Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk mencapai visi

tersebut, misi Kemdikbud 2015-2019 dikemas dalam: Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan

Kebudayaan yang Kuat (M1); Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan (M2);

Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu (M3); Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan

Pengembangan Bahasa (M4); dan Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan

Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan Publik (M5).

  

Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan

kedudukan yang sangat penting dalam pencapaian visi Kemdikbud 2015-2019. Oleh karena itu,

profesi guru dan tenaga kependidikan harus terus dikembangkan sebagai profesi yang

bermartabat. Konsekuensi dari jabatan guru dan tenaga kependidikan sebagai profesi,

diperlukan sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung

peran guru dan tenaga kependidikan sebagai insan pembelajar. Salah satu upaya pemerintah,

khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) untuk mendukung guru

dan tenaga kependidikan sebagai In san Pembelajar adalah mengembangkan sistem ‘Guru Pembelajar’, ‘Kepala Sekolah Pembelajar’ dan ‘Pengawas Sekolah Pembelajar’.

  

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang mendukung keterlaksanaan

sistem nasional Guru Pembelajar Moda Tatap Muka ini.

  Jakarta, April 2016 Direktur Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, Ph.D. NIP 195908011985031001

KATA PENGANTAR

  

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Petunjuk Teknis (Juknis)

pelaksanaan Guru Pembelajar (GP) Moda Tatap Muka oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga

Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Juknis ini disusun sebagai pedoman bagi Ditjen GTK, Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas

Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dan sekolah. Juknis ini juga disiapkan untuk

memberikan informasi kepada individu yang ditugaskan membantu terlaksananya program ini,

mencakup narasumber nasional, instruktur nasional, dan penyelenggara program. Semua

instansi dan individu yang terlibat dalam program GP moda tatap muka ini diharapkan mampu

melaksanakan tugas dan perannya dengan baik sebagaimana tertuang dalam juknis. Kami sangat

berharap dan menghargai partisipasi semua pihak terkait dalam upaya peningkatan kualitas guru

di Indonesia, yang akan bermuara pada peningkatan kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.

  

Ditjen GTK mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

penyusunan juknis ini, termasuk UPT di bawah Ditjen GTK yang telah mengirimkan tenaga

widyaiswara/PTP untuk ikut menyumbangkan tenaga, waktu, dan pemikirannya.

Semoga juknis ini bermanfaat demi terselenggaranya program GP Moda Tatap Muka. Terima

kasih.

  Jakarta, April 2016 a.n. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Sekretaris,

E. Nurzaman A.M.

  NIP. 195805081985111001

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah

  memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Sedemikian pentingnya peranan guru dalam pendidikan diwujudkan dalam Undang

  • –Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Untuk merealisasikan amanah Undang-Undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan program Guru Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan program Guru Pembelajar tersebut, telah dilakukan pemetaan kompetensi melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya. Data guru peserta UKG tahun 2015 tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1.1. Data Guru Peserta UKG tahun 2015 Satuan

  

No Jumlah Peserta UKG

Pendidikan

  1 TK 252.631

  2 SD 1.389.859

  3 SLB 21.287

  4 SMP 561.164

  5 SMA 254.166

  6 SMK 220.409

  Total 2.699.516

  Sumber Data : UKG 2015 Ditjen GTK Hasil UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah 56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata nasional dari tahun sebelumnya yaitu 47 dan sudah melampui target capaian nilai rata-rata nasional tahun 2015 yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan yaitu

  55. Walaupun demikian hal tersebut tetap menjadi cambuk bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, untuk berusaha lebih keras lagi agar dapat mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengembangkan program peningkatan kompetensi guru Program Guru Pembelajar adalah program peningkatan kompetensi bagi guru yang melibatkan partisipasi publik meliputi pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, orang tua siswa, serta dunia usaha dan dunia industri, dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat), kegiatan kolektif guru, dan kegiatan lain yang mendukung.

  Program diklat sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan tiga moda pembelajaran, yakni tatap muka, pembelajaran dalam jaringan (daring), dan pembelajaran kombinasi antara tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan (daring kombinasi). Agar program Guru Pembelajar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan sesuai prosedur, khususnya dengan moda tatap muka, maka disusun petunjuk teknis (juknis) ini.

B. Dasar Hukum 1.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

  4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

  5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

  6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

  7. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.

  8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

  9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar

  Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

  10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus.

  11. Peraturan Menteri Pendayaagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

  12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru.

  13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019.

  14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

  15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

  16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasidan Tata Kerja Kementerian dan Pendidikan dan Kebudayaan.

  17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

  C. Tujuan

  Juknis ini disusun untuk digunakan sebagai acuan kerja bagi semua institusi yang akan melaksanakan Diklat Moda Tatap Muka baik untuk guru kelas, guru mata pelajaran/paket keahlian dan guru bimbingan konseling untuk semua jenjang pendidikan.

  D. Sasaran

  Juknis ini disusun untuk digunakan oleh institusi pembina dan/atau pelaksana Diklat Moda Tatap Muka, yaitu: 1.

  Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 3. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

  Kelautan dan Perikanan, Teknologi dan Komunikasi

4. Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota 5.

  Institusi pengembangan kompetensi guru lainnya baik di pusat maupun di daerah.

E. Pengertian

  Diklat Moda Tatap Muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran, di mana terjadi interaksi secara langsung antara fasilitator dengan peserta. Interaksi pembelajaran yang terjadi dalam moda tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan, praktik, dan/atau penilaian.

  Yang termasuk moda tatap muka adalah tatap muka penuh dalam satu blok waktu tertentu, tatap muka tidak penuh (in-on-in), dan tatap muka dalam kegiatan kolektif guru yaitu Pusat Kegiatan Gugus (PKG) untuk guru TK, Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk guru SD, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru SMP/SMA/SMK, dan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK).

BAB II PESERTA, INSTRUKTUR, DAN PENYELENGGARA A. Peserta Peserta Diklat Moda Tatap Muka ini adalah guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan hasil uji kompetensi guru tahun 2015.

  1. Penetapan Peserta

  Peserta Diklat Moda Tatap Muka ditetapkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yaitu PPPPTK dan LPPPTK KPTK sesuai dengan jenis mata pelajaran atau paket keahlian yang diampu. Penetapan peserta Diklat Moda Tatap Muka didasarkan pada pertimbangan terhadap nilai yang dicapai guru peserta UKG tahun 2015, yang meliputi: a.

  Jumlah modul yang harus dipelajari sebanyak 8-10 modul. Artinya nilai rata- rata UKG yang belum memenuhi KCM sebanyak 8-10 modul.

  b.

  Semua guru yang bertugas di daerah 3T.

  c.

  Guru yang karena pertimbangan geografis dan/atau pertimbangan lain yang disepakati oleh otoritas terkait tidak memungkinkan untuk mengikuti Moda Daring.

  2. Persyaratan Peserta a.

  Telah ditetapkan sebagai peserta oleh penyelenggara Diklat Moda Tatap Muka.

  b.

  Mendapat penugasan dari kepala sekolah.

  c.

  Membawa kelengkapan administrasi yang ditetapkan panitia.

B. Instruktur Nasional 1. Penetapan Instruktur Nasional

  Instruktur Nasional adalah guru yang memenuhi persyaratan sebagai instruktur nasional dan lulus dalam Pelatihan Instruktur Nasional Guru Pembelajar yang ditetapkan oleh UPT penyelenggara. Instruktur Nasional bertugas memfasilitasi terselenggaranya diklat moda tatap muka. Dalam pelaksanaannya, widyaiswara dapat bertugas sebagai Instruktur Nasional. Kriteria guru sebagai Instruktur Nasional: a.

  Memiliki skor hasil UKG 71-100.

  b.

  Jumlah modul yang harus dipelajari 0-2. c.

  Lulus Pelatihan Instruktur Nasional.

2. Persyaratan Instruktur Nasional a.

  Telah ditetapkan sebagai Instruktur Nasional oleh UPT penyelenggara diklat.

  b.

  c.

  Membawa kelengkapan administrasi yang ditetapkan panitia.

  d.

  Bersedia untuk bertugas secara penuh sebagai Instruktur Nasional sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

C. Penyelenggara

  1. PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan

  2. PPPPTK Bidang Mesin dan Teknologi Industri Cimahi Bandung

  3. PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika Malang

  No Nama Penyelenggara

  5. PPPPTK Bidang Pertanian Cianjur

  6. PPPPTK Bidang Bisnis dan Pariwisata Jakarta

  7. PPPPTK Ilmu Pengetahuan Alam Bandung

  8. PPPPTK Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa Bandung

  9. PPPPTK Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling Bogor

  10. PPPPTK Bahasa Jakarta

  11. PPPPTK Matematika Yogyakarta

  12. PPPPTK PKn IPS Malang

  13. LPPPTK Kelautan dan Perikanan dan Teknologi Informasi Telekomunikasi Makassar

  Penyelenggara Diklat Moda Tatap Muka adalah PPPPTK dan LPPPTK KPTK sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Tugas penyelenggara adalah mengelola program, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, serta sarana dan prasarana pendukung Diklat. Daftar dan spesialisasi penyelenggara Diklat disajikan pada tabel berikut ini.

  4. PPPPTK Bidang Seni dan Budaya Yogyakarta

BAB III STRUKTUR PROGRAM, METODE, DAN JADWAL A. Struktur Program Struktur Program Diklat Moda Tatap Muka dirancang berdasarkan hasil UKG tahun

  2015 dan disusun dalam rangka meningkatkan kompetensi guru secara bertahap dan berkesinambungan. Pola Moda Tatap Muka untuk 2 kelompok kompetensi adalah 60 Jam Pelajaran (JP) @ 45 menit untuk guru mata pelajaran, guru kelas SD, dan guru BK, serta 100 JP @ 45 menit untuk guru kejuruan. Struktur Program Diklat Moda Tatap Muka dirancang sebagai berikut: 1.

   Diklat Moda Tatap Muka Pola 60 JP No Materi JP A Umum 1.

  Kebijakan Pengembangan dan Pembinaan Karir Guru

  2 2. Guru Pembelajar

  2 B Pokok

  1. Materi Pedagogik 1

  9

  2. Materi Profesional 1

  18

  3. Materi Pedagogik 2

  9

  4. MateriProfesional 2

  18 C. Penunjang

  1 Tes Akhir

  2 Total

  60 2. Diklat Moda Tatap Muka Pola 100 JP No Materi JP A Umum 1.

  Kebijakan Pengembangan dan Pembinaan Profesi Guru

  2 2. Guru Pembelajar

  2 B Pokok

  1. Materi Pedagogik

  20

  2. Materi Profesional

  74 C. Penunjang

  2

  1 Tes Akhir

  Total 100 Penetapan materi pedagogik dan profesional disesuaikan dengan kelompok kompetensi yang diambil berdasarkan hasil uji kompetensi yang telah ditetapkan Pengaturan komposisi alokasi waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat, dengan tetap berpegang pada pola 60 JP untuk guru mapel, guru kelas SD, dan guru BK, serta 100 JP untuk guru kejuruan. Sebagai satu kesatuan dalam kurikulum diklat maka struktur program seperti yang disajikan pada tabel di atas, peserta diklat akan mendapatkan:

  

No. Bahan Keterangan

1.

  Hardcopy

  Modul Guru Pembelajar 2.

  Softcopy

  Bahan Tayang B.

   Pendekatan dan Metode

  Diklat Moda Tatap Muka menggunakan pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa atau andragogi yang menempatkan peserta sebagai insan pembelajar dengan segenap potensi, pengalaman, dan pengetahuannya. Berdasarkan pendekatan ini maka metode pembelajaran yang diterapkan hendaknya mampu menggali berbagai potensi, pengalaman, dan pengetahuan peserta sehingga capaian kompetensi yang diharapkan dapat terwujud. Metode pembelajaran yang dimaksud di antaranya berupa diskusi, tanya jawab, latihan, praktik, serta pemberian input materi sesuai dengan kebutuhan peserta.

C. Jadwal Pelaksanaan

  Diklat Moda Tatap Muka dengan pola 60 JP diselenggarakan selama 7 hari. Sementara itu, moda tatap muka dengan pola 100 JP diselenggarakan selama 11 hari. Pengaturan jadwal kegiatan disesuaikan dengan alternatif moda tatap muka yang dipilih, yaitu: (1) tatap muka penuh, (2) tatap muka in-on-in, atau (3) tatap muka dalam kegiatan kolektif guru, sepanjang memenuhi ketuntasan materi selama 60 JP atau 100 JP.

1. Tatap Muka Penuh

  Diklat Moda Tatap Muka bagi guru SD/BK/Mapel non kejuruan dilakukan dengan pola 60 JP untuk mempelajari dua kelompok kompetensi dan dapat diselenggarakan selama 6 atau 7 hari. Dalam situasi tertentu di mana Dinas baru menganggarkan untuk 30 JP (3 hari) maka yang dipelajari adalah satu kelompok kompetensi. Guru tersebut masih memiliki kewajiban untuk mempelajari satu kelompok kompetensi lagi.

  Contoh jadwal untuk pola 60 JP sebagai berikut:

  2

   Tatap Muka in-on-in

  Keterangan: PA: Pembukaan, PU: Penutupan 2.

  10. 16.00-16.45 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2

  11 1. 07.30-08.15 Reg. B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 2. 08.15-09.00 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 C1 3. 09.00-09.45 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 C1 09.45-10.00 PA 4. 10.00-10.45 A1 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 PU 5. 10.45-11.30 A1 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 6. 11.30-12.15 A2 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 12.15-13.15 7. 13.15-14.00 A2 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 8. 14.00-14.45 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 9. 14.45-15.30 B1 B1 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 B2 15.30-16.00

  10

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  1

  No Waktu Hari ke …

  No Waktu Hari ke …

  Diklat Moda Tatap Muka bagi guru kejuruan dilakukan dengan pola 100 JP untuk mempelajari satu kelompok kompetensi dan dapat diselenggarakan selama 11 hari. Contoh jadwal untuk pola 100 JP sebagai berikut:

  12.15-13.15 7. 13.15-14.00 A2 B1 B2 B2 B3 B4 B4 8. 14.00-14.45 B1 B2 B2 B3 B4 B4 C1 9. 14.45-15.30 B1 B2 B2 B3 B4 B4 C1

  09.45-10.00 PA 4. 10.00-10.45 A1 B1 B2 B2 B3 B4 B4 5. 10.45-11.30 A1 B1 B2 B2 B3 B4 B4 6. 11.30-12.15 A2 B1 B2 B2 B3 B4 B4

  1. 07.30-08.15 Reg. B1 B2 B2 B3 B4 B4 2. 08.15-09.00 B1 B2 B2 B3 B4 B4 3. 09.00-09.45 B1 B2 B2 B3 B4 B4

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Tatap muka in-on-in dapat dilakukan dengan berbagai variasi in dan on, misalnya untuk pola 60 JP, dapat dilakukan dengan opsi: (1) 20 JP -30 JP-10 JP atau 2-3-1, dan (2) 10 JP-40 JP-10 JP atau 1-4-1.

  a. Tatap Muka 2-3-1

  Dalam opsi ini, tatap muka dilakukan pada periode in-1 selama 2 hari (yaitu TM1 dn TM2) dan pada periode in-2 selama 1 hari (yaitu TM3). Apabila secara keseluruhan pembelajaran dilakukan selama 6 hari, periode on ketika peserta dan M3).

  Opsi ini sangat efektif apabila terdapat jumlah kelas yang banyak dalam lokasi yang sama atau berdekatan. Misalnya terdapat 5 kelas dalam lokasi yang sama atau berdekatan:

  Kelas -1 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 TM-3 TM-2

  Kelas -2 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 TM-3 TM-2

  Kelas -3 (40) TM-1 TM-3 M-1 M-2 M-3 TM-2

  Kelas -4 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 TM-3 TM-2

  Kelas -5 (40) TM-1 TM-2 M-1 M-2 M-3 TM-3

  Dalam kondisi seperti di atas, diperlukan dua tim pelaksana yang meliputi tim pengajar, tim teknis, dan panitia kelas untuk menangani 5 kelas.

  1. Tim pengajar TM1 mengajar kelas-1 pada hari ke -1, kelas-2 pada hari ke- 2, dan seterusnya sampai hari ke-5 pada kelas-5.

  2. Pada hari ke-6 tim TM1 berubah menjadi TM3 untuk kembali mengajar pada kelas-1, ke kelas-2 hari berikutnya sampai hari ke-10 pada kelas-5.

  3. Tim pengajar TM2 mengajar kelas-1 pada hari ke-1, kelas-2 pada hari ke- 2, dan seterusnya sampai hari ke-5 pada kelas-5. Apabila jumlah total hari belajar adalah 7 hari, maka jumlah hari periode on menjadi 4, atau M1-M2-M3-M4.

  Kelas -1 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-3 TM-2

  Kelas -2 (40) TM-3 TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2

  TM-3 Kelas -3 (4 TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2 Dalam kondisi seperti di atas, tetap hanya diperlukan dua tim pelaksana yang meliputi tim pengajar, tim teknis, dan panitia kelas untuk menangani 5 kelas, yaitu dengan cara: 1.

  Tim pengajar TM1 mengajar kelas-1 pada hari ke -1, kelas-2 pada hari ke- 2. Tim pengajar TM2 mengajar kelas-1 pada hari ke-1, kelas-2 pada hari ke- 2, dan seterusnya sampai hari ke-5 pada kelas-5.

3. Pada hari ke-6 tim TM2 berubah menjadi TM3 untuk kembali mengajar pada kelas-1, ke kelas-2 hari berikutnya sampai hari ke-10 pada kelas-5.

b. Tatap Muka 1-4-1

  Dalam opsi ini, tatap muka dilakukan pada periode in-1 selama 1 hari (yaitu TM1) dan pada periode in-2 selama 1 hari (yaitu TM2). Apabila secara keseluruhan pembelajaran dilakukan selama 6 hari, periode on ketika peserta melaksanakan belajar secara mandiri berlangsung selama 4 hari (atau M1, M2, M3, dan M4).

  Opsi ini sangat efektif apabila terdapat jumlah kelas yang banyak dalam lokasi yang sama atau berdekatan. Misalnya terdapat 5 kelas dalam lokasi yang sama atau berdekatan:

  Kelas -1 (40)

TM-1 TM-2 M-1 M-2 M-3 M-4

  Kelas -2 (40)

TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2 TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2

  Kelas -3 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2 Kelas -4 (40) TM-1 M-1 M-2 M-3 M-4 TM-2

  Kelas -5 (40)

  Dalam kondisi seperti di atas, hanya diperlukan 1 tim pelaksana yang meliputi tim pengajar, tim teknis, dan panitia kelas untuk menangani 5 kelas, yaitu dengan cara: 1.

  Tim pengajar TM1 mengajar kelas-1 pada hari ke -1, kelas-2 pada hari ke- 2, dan seterusnya sampai hari ke-5 pada kelas-5.

2. Pada hari ke-6 tim TM1 berubah menjadi TM2 untuk kembali mengajar pada kelas-1, ke kelas-2 hari berikutnya sampai hari ke-10 pada kelas-5.

  Catatan untuk pemilihan alternatif moda tatap muka:

  1. Pemilihan opsi 2-3-1 dapat menggantikan moda daring kombinasi, yaitu untuk guru yang membutuhkan 6-7 modul Guru Pembelajar.

  2. Pemilihan opsi 1-4-1 dapat menggantikan moda daring, yaitu untuk guru yang membutuhkan 3-5 modul Guru Pembelajar atau untuk guru yang membutuhkan 0-2 modul Guru Pembelajar yang tidak menjadi IN atau tidak menjadi Mentor.

3. Tatap Muka dalam Kegiatan Kolektif Guru

  Tatap muka dalam kegiatan kolektif guru (KKG/MGMP/MGBK) yaitu peserta berinteraksi dengan fasilitator untuk mempelajari modul yang telah ditentukan secara terjadwal, terstruktur, dan dilaksanakan di dalam beberapa blok waktu tertentu sebagaimana program yang disusun dalam pertemuan kegiatan kolektif guru di Pusat Belajar (PB). Peserta belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas mandiri, melakukan refleksi, dan melakukan evaluasi akhir diklat di dalam blok waktu yang berbeda. Beberapa kegiatan tersebut dapat juga dilakukan di luar waktu terjadwal secara mandiri dan individual. Pada blok waktu yang terakhir peserta mengikuti evaluasi akhir, dan kepada peserta yang memenuhi kriteria kelulusan dapat diberikan sertifikat. Penyelenggaraan diklat dalam kegiatan kolektif guru dapat dilaksanakan dengan beberapa opsi, yaitu tatap muka 60 JP, tatap muka 30 JP, dan tatap muka 20 JP.

  a.

  Tatap muka 60 JP Dalam opsi ini, tatap muka peserta dengan IN/mentor dilakukan selama 12 kali pertemuan @ 5 JP untuk mempelajari 2 modul sehingga setiap modul harus diselesaikan dalam 6 kali pertemuan. Opsi ini dapat diterapkan untuk guru yang membutuhkan 8-10 modul Guru Pembelajar.

  b.

  Tatap muka 30 JP Dalam opsi ini, tatap muka peserta dengan IN/mentor dilakukan selama 6 kali pertemuan @ 5 JP untuk mempelajari 2 modul sehingga setiap modul harus diselesaikan dalam 3 kali pertemuan. Kegiatan diskusi antar peserta, penyelesaian tugas-tugas mandiri dan refleksi diri dilakukan oleh peserta di luar waktu pertemuan dengan IN/mentor terjadwal. Opsi ini dapat diterapkan untuk guru yang membutuhkan 6-7 modul Guru Pembelajar.

  c.

  Tatap muka 20 JP Dalam opsi ini, tatap muka peserta dengan IN/mentor dilakukan selama 4 kali pertemuan @ 5 JP untuk mempelajari 2 modul sehingga setiap modul harus diselesaikan dalam 2 kali pertemuan. Kegiatan diskusi antar peserta, penyelesaian tugas-tugas mandiri dan refleksi diri dilakukan oleh peserta di luar waktu pertemuan dengan IN/mentor terjadwal.

  Opsi ini dapat diterapkan untuk guru yang membutuhkan 3-5 modul Guru Pembelajar.

BAB IV PENILAIAN, PELAPORAN DAN SERTIFIKAT DIKLAT A. Penilaian Penilaian pada Diklat Moda Tatap Muka dilakukan secara komprehensif, meliputi

  penilaian terhadap peserta, penilaian terhadap fasilitator, dan penilaian terhadap penyelenggaraan diklat.

1. Penilaian peserta a.

  Tujuan Penilaian Penilaian terhadap peserta bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta melalui ketercapaian indikator kompetensi dan keberhasilan tujuan diklat.

  Penilaian dilaksanakan untuk mengukur tingkat penguasaan kompetensi sesuai dengan kelompok kompetensi yang dipelajari.

  b.

  Aspek Penilaian Aspek yang dinilai dalam diklat mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian dilakukan melalui tes untuk aspek pengetahuan mencakup kompetensi profesional dan pedagogik, sedangkan untuk aspek sikap dan keterampilan menggunakan instrumen nontes melalui pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan format-format penilaian yang telah disediakan.

  c.

  Jenis Instrumen dan Lingkup Penilaian Peserta 1)

  Tes Tes akhir dilakukan untuk mengukur pengetahuan peserta secara menyeluruh setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian menggunakan metode penilaian acuan patokan (PAP). Tes mencakup kompetensi profesional dan pedagogik pada aspek pengetahuan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dari setiap materi sebagaimana yang tercantum dalam struktur program diklat.

  Tes akhir harus dilakukan segera setelah peserta menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Tes akhir dilakukan oleh peserta secara modular (sesuai kelompok kompetensi yang diambil/diikuti) di TUK yang telah ditentukan menggunakan mekanisme UKG. Hasil tes akhir merupakan salah satu komponen penilaian pada nilai akhir dan akan dijadikan sebagai nilai UKG ke-2 pada kelompok kompetensi yang diikuti.

  a) Bentuk Tes dan Jumlah soal

  Tes yang dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda. Jumlah soal untuk menguji penguasaan materi profesional dan pedagogik dalam satu kelompok kompetensi sejumlah 20

  • – 30 soal dengan proporsi 70% kompetensi profesional dan 30% kompetensi pedagogik.

  b) Tempat dan Kondisi Pelaksanaan Tes

  Tes dilaksanakan di TUK yang telah ditetapkan dalam situasi yang terbebas dari hal-hal yang mengancam reliabilitas, antara lain: (1) jarak tempat duduk; (2) penerangan lampu; (3) ketenangan suasana; (4) kesehatan peserta; (5) kerahasiaan perangkat tes; (6) ketersediaan lembar jawaban; (7) kejelasan petunjuk pengerjaan; (8) kecukupan alokasi waktu; (9) pengawasan dari penguji/panitia; dan (10) hal-hal lain yang dapat mengganggu pelaksanaan tes.

  c) Alokasi Waktu

  Tes memerlukan alokasi waktu selama 1 jam pelajaran atau 45 menit untuk satu kelompok kompetensi. 2)

  Non Test Non test dilakukan untuk menilai proses selama kegiatan berlangsung.

  Penilaian proses dilakukan di setiap materi pokok. Penilaian proses menggunakan instrumen dilengkapi dengan kriteria penilaian. Lingkup penilaian proses sebagai berikut.

  a) Penilaian Aspek Keterampilan

  Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan peserta dalam mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang diperoleh serta keterampilan yang mendukung kompetensi dan indikator. Aspek keterampilan menggunakan pendekatan penilaian autentik mencakup bentuk tes dan non test. Sehubungan dengan kompetensi yang diukur pada aspek keterampilan bersifat kontinyu, maka diperlukan cara untuk memudahkan penilaian kepada peserta. Kriteria penilaian disusun secara berjenjang dan kategorik, yakni: (1) kategori kurang sekali manakala indikator keterampilan dicapai hanya melalui proses mengamati, mencontoh, dan meniru;

  (2) kategori kurang manakala indikator keterampilan selain indikator di [1] juga dicapai melalui proses berdiskusi, berdialog, dan bertanya jawab;

  • –100
  • –89
  • –79
  • –69
tanggungjawab, dan keaktifan. Pengukuran terhadap aspek sikap ini dapat dilakukan melalui pengamatan sikap. Penilaian aspek sikap dilakukan mulai awal sampai akhir kegiatan secara terus menerus yang dilakukan oleh fasilitator pada setiap materi. Namun, untuk nilai akhir aspek sikap ditentukan di hari terakhir atau menjelang kegiatan diklat berakhir yang merupakan kesimpulan fasilitator terhadap sikap peserta selama kegiatan diklat dari awal sampai akhir berlangsung. Skor penilaian aspek sikap menggunakan skala 0-100 dengan kriteria nilai sebagai berikut.

  Baik Indikator keterampilan dicapai melalui proses kegiatan perbaikan dan koordinasi dengan beragam sumber

  b) Penilaian Aspek Sikap

  Indikator keterampilan dicapai hanya melalui proses mengamati, mencontoh, dan meniru

  Kurang Sekali

  Kurang Indikator keterampilan dicapai melalui proses berdiskusi, berdialog, dan bertanya ≤59 jawab

  60

  Cukup Indikator keterampilan dicapai melalui proses bereksperimen, ujicoba, dan pembuktian

  70

  80

  (3) kategori cukup manakala indikator keterampilan selain indikator di [1] dan [2] juga dicapai melalui proses bereksperimen, ujicoba, dan pembuktian;

  Indikator keterampilan dicapai melalui proses kegiatan menyusun, membuat, dan menghasilkan produk secara natural

  Baik Sekali

  90

  Angka Sebutan Kriteria

Tabel 4.1. Kriteria Penilaian, Angka dan Sebutannya

  Sedangkan produk yang dinilai merupakan jenis tagihan yang dipersyaratkan esensial di setiap materi pokok. Penilaian aspek keterampilan dilakukan pada saat pembelajaran melalui penugasan individu dan/atau kelompok oleh narasumber/fasilitator. Komponen yang dinilai dapat berupa hasil Lembar Kerja dan/atau hasil praktik sesuai dengan kebutuhan. Kriteria penilaian ditetapkan sebagai berikut.

  (5) kategori baik sekali manakala indikator keterampilan selain indikator di [1], [2], [3] dan [4] juga dicapai melalui proses kegiatan menyusun, membuat, dan menghasilkan produk secara natural.

  (4) kategori baik manakala indikator keterampilan selain indikator di koordinasi dengan beragam sumber; dan

  Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap peserta dalam berbagai aspek antara lain: sikap pada saat menerima materi; sikap pada saat melaksanakan tugas individu dan kelompok; sikap terhadap fasilitator; sikap terhadap teman sejawat; dan sikap pada saat mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab. Secara sederhana, aspek sikap yang dinilai hanya mengukur kerjasama, disiplin,

Tabel 4.2. Nilai Sikap dan Sebutannya

  Nilai Sebutan

  90 Baik Sekali

  • –100

  80 Baik

  • –89

  70 Cukup

  • –79

  60 Kurang

  • –69

  Kurang Sekali ≤59 d.

  Nilai Akhir Nilai akhir (NA) peserta diklat moda tatap muka diperoleh dari tiga komponen yaitu penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penentuan nilai akhir peserta menggunakan formulasi sebagai berikut. 1)

  Formulasi penentuan nilai akhir peserta diklat moda tatap muka bagi guru kelas, guru mapel, dan guru BK ditetapkan sebagai berikut.

  NA = [{(NS x40%)+(NK x60%)}x40%] + [TAx 60%]

  NA =Nilai Akhir NS =Nilai Sikap (rerata dari nilai semua aspek sikap yang dinilai) NK= Nilai Keterampilan (rerata dari nilai keterampilan semua materi pokok) TA = Nilai Tes Akhir (Tes Pengetahuan)

  2) Formulasi penentuan nilai akhir peserta diklat moda tatap muka bagi guru kejuruan

  NA = [{(NS x40%)+(NK x60%)}x60%] + [TAx 40%]

  NA =Nilai Akhir NS =Nilai Sikap (rerata dari nilai semua aspek sikap yang dinilai)

  NK=Nilai Keterampilan (rerata dari nilai keterampilan semua materi pokok) TA =Nilai Tes Akhir (Tes Pengetahuan)

  Predikat nilai untuk peserta diklat moda tatap muka adalah sebagai berikut:

  Nilai Predikat

  90 Baik Sekali

  • – 100

  80 Baik

  • – 89

  70 Cukup

  • – 79

  60 Kurang

  • – 69 Kurang Sekali ≤ 59 2.

  Penilaian Fasilitator Penilaian terhadap fasilitator adalah pengukuran dan penilaian kepada fasilitator yang dilakukan oleh peserta pada saat fasilitator melaksanakan tugas memfasilitasi pembelajaran. Instrumen penilaian yang digunakan adalah lembar pengamatan dengan skala penilaian 30-100. Penilaian oleh peserta dilakukan di akhir kegiatan diklat untuk masing-masing fasilitator. Adapun unsur-unsur yang dinilai meliputi: 1.

  Penguasaan materi 2. Ketetapan waktu hadir di kelas 3. Sistematika penyajian 4. Penggunaaan metode dan alat bantu pembelajaran 5. Daya simpati, gaya, dan sikap kepada peserta 6. Penggunaan bahasa 7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta 8. Pencapaian tujuan pembelajaran 9. Kerapihan berpakaian 10.

  Kemampuan menyajikan materi 11. Cara menjawab pertanyaan dari peserta 12. Kerjasama antar instruktur 13. Sikap dan perilaku 3.

  Penilaian Penyelenggaraan Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan diklat adalah pengukuran dan penilaian kepada penyelenggara diklat yang dilakukan oleh peserta pada saat mengikuti kegiatan. Penilaian kinerja penyelenggara diklat dilakukan terhadap pencapaian sasaran mutu penyelenggara. Adapun unsur-unsur yang dinilai meliputi: a.

  Penyiapan alat dan bahan; b. Penyiapan materi belajar; c. Penyiapan sarana dan prasarana; d.

  Pelaksanaan diklat; dan e. Pelayanan terhadap peserta.

  B. Pelaporan

  Pada akhir pelaksanaan kegiatan diklat, penyelenggara diwajibkan melaporkan rekapitulasi hasil penilaian peserta meliputi nilai sikap, nilai keterampilan, dan nilai tes akhir ke Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan melalui PPPPTK/LPPPTK KPTK selaku pengembang materi dan Quality Assurance (QA).

  C. Sertifikat

  Guru yang telah mengikuti diklat dan memenuhi syarat serta memperoleh nilai akhir

  > 70 akan menerima Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP). Bagi

  peserta yang tidak memenuhi persyaratan penguasaan kompetensi dan/atau persyaratan kehadiran (95%) serta persyaratan minimal lainnya akan menerima surat keterangan.

  1. Diklat yang dananya bersumber dari APBN (PPPPTK, LPPPPTK-KPTK), sertifikat ditandatangani oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis atas nama Dirjen GTK.

  2. Diklat yang bersumber dari dana APBD sertifikat ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan.

  Sertifikat bagi peserta berisi hal-hal sebagai berikut: 1.

  Halaman depan STTPP a.

  Logo Kemendikbud dan Logo Dinas (jika penyelenggara adalah dinas) b.

  Identitas Penyelenggara c. Nomor STTPP d.

  Identitas Peserta e. Identitas Instansi Peserta f. Kegiatan yang Diikuti g.

  Periode Kegiatan Diklat h.

  Nilai dan Keterangan Capaian Kompetensi (predikat) i. Tanggal Penerbitan Sertifikat j. Tanda Tangan Kepala UPT/Penyelenggara k.

  Cap Stempel 2. Halaman belakang STTPP a.

  Struktur Program b.

  Tanda Tangan Penanggung Jawab Program

  Lampiran 1 Format Penilaian Sikap

  Lampiran 2 Format Penilaian Keterampilan

  Lampiran 3 Format Rekapitulasi Nilai Akhir Guru Mapel/Non Kejuruan

Format Rekapitulasi Nilai Akhir Guru Mapel/Non Kejuruan

No.

  Nama Peserta Nama Sekolah

  

Nilai Proses (40%)

Nilai pengetahuan (60%) Nilai Tes akhir

  Nilai Akhir Rerata nilai sikap (40%) Nilai Keterampilan

  (60%) Skor Skor x Bobot

  Skor Skor x Bobot

  Skor Skor x Bobot

  Keterangan: Nilai Predikat

  90 – 100 Baik Sekali

  80 – 89 Baik

  70 – 79 Cukup

  60 – 69 Kurang

  ≤ 59 Kurang Sekali

  Lampiran 4 Format Rekapitulasi Nilai Akhir Guru Kejuruan

Format Rekapitulasi Nilai Akhir Guru Kejuruan

No.

  Nama Peserta Nama Sekolah

  Nilai Proses (60%) Nilai pengetahuan (40%) Nilai Tes akhir

  Nilai Akhir Rerata nilai sikap (40%) Nilai Keterampilan

  (60%) Skor Skor x Bobot

  Skor Skor x Bobot

  Skor Skor x Bobot

  Keterangan: Nilai Predikat

  90 – 100 Baik Sekali

  80 – 89 Baik

  70 – 79 Cukup

  60 – 69 Kurang

  ≤ 59 Kurang Sekali

  Lampiran 5 Format Penilaian Fasilitator

  Lampiran 6 Format Penilaian Penyelenggaraan Diklat KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN …..

  9 Pembiayaan Kegiatan 10 Ketersediaan biaya keikutsertaan kegiatan.

  Keterangan: K = kurang C = cukup B = baik BS = baik sekali

  3 Ketepatan waktu penyediaan konsumsi.

  2 Variasi hidangan/konsumsi.

  F Layanan Menu 1 Kecukupan menu yang mendukung pemenuhan gizi.

  2 Ketepatan alokasi waktu untuk menyelesaikan setiap bahan kegiatan.

  E Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 Kesesuaian alokasi waktu pelaksanaan kegiatan dengan tujuan dan sasaran program kegiatan.

  4 Ketersediaan ilustrasi dan contoh pada bahan kegiatan.

  3 Keterbacaan pada bahan kegiatan.

  2 Kualitas tampilan bahan kegiatan.

  D Bahan Kegiatan 1 Kelengkapan dokumen/kit bahan kegiatan [materi, ATK, name tag].

  11 Jumlah peserta kegiatan yang dipersyaratkan untuk mencapai efisiensi kegiatan.

  8 Ketersediaan sarana ibadah.

  

FORMAT PENILAIAN PENYELENGGARAAN DIKLAT GURU PEMBELAJAR

Nama Kegiatan Kelas Tempat

  7 Ketersediaan perlengkapan medis sederhana [P3K].

  6 Kenyamanan kamar penginapan.

  5 Kebersihan ruang kelas.

  4 Kenyamanan ruang kegiatan [ventilasi udara/AC, pencahayaan].

  3 Kesiapan dan ketersediaan sarana kegiatan [audio visual, LCD/laptop, papan putih, pelantang, spidol, penghapus].

  2 Fasilitasi transportasi darat/udara dari dan ke tempat kegiatan.

  C Sarana Prasarana Penunjang Kegiatan 1 Kemudahan akses ke tempat penyelenggaraan kegiatan.

  4 Kejelasan informasi [pemberitahuan] pelaksanaan kegiatan.

  3 Ketersediaan pedoman pelaksanaan kegiatan.

  2 Ketepatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

  Tanggal No Indikator Skor K C B BS A Dasar Hukum Ketersediaan surat keputusan yang mendasari penyelenggaraan kegiatan. B Administrasi Penyelenggaraan Kegiatan 1 Kejelasan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan kegiatan.

  Responden _____________________