KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS PEMBERLAKUAN KONTRAK BAKU CONSUMERS’ LEGAL PROTECTION CERTAINTY VIS-À-VIS THE APPLICATION OF STANDARD CONTRACTS
KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS PEMBERLAKUAN KONTRAK BAKU CONSUMERS’ LEGAL PROTECTION CERTAINTY VIS-À-VIS THE APPLICATION OF STANDARD CONTRACTS
I Putu Pasek Bagiartha W
Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Mataram Email : [email protected]
Naskah diterima : 29/01/2013; revisi : 13/02/2013; disetujui : 29/02/2013
A bstrAct
The consumer protection is an important aspect to ensure the legal certainty for consumers in using products of marketed businesses. Orientations of entrepreneurs is emphasize the practicality of achieving profits to encourage the growth of unhealthy trade practices with the instrument of standard contract application as a basis of law relationship among the economic actors. The nature of standard contract that is identical to the principle “take it or leave it” is a clear example of the difference of position that leads to a form of exploitation of consumers and form the opposition to the principles of the agreement in general. The proliferation of standard contract application in the community is an implication of freedom of contract principle that applied to the restrictions set forth in Article 1337 and Article 1339 of Civil Code. Although restrictions on the principle of freedom of contract has been regulated strictly, the application of standard contracts that happened in the community tend to be opposed to the principle of freedom of contract itself, especially in terms of the substance and implementation of the contract. This situation at last encourages the consumers protection both preventive and repressive legal protection. The mechanism of consumer dispute resolution is divided into three systems; consist of the peaceful settlement; settlement of disputes through public justice, or the settlement of disputes outside the courts through the Consumer Dispute Settlement Body (BPSK). The dispute resolution procedure through BPSK is divided into three stages namely, complain phase, trial phase and decision phase, while the court procedure is divided into stages of proposing a lawsuit, the reading a lawsuit by the plaintiff, the defendant answers on the plaintiff’s lawsuit, replik, duplik, and the examination of evidence, conclusions, and the judge’s decision
Keywords: Consumer Protection, Standard Contract, Transaction Law
A bStrAk
Perlindungan konsumen merupakan aspek penting untuk menjamin kepastian hukum bagi konsumen dalam menggunakan produk dari perusahaan yang dipasarkan. Orientasi pengusaha adalah menekankan pada praktik untuk mencapai keuntungan guna mendorong pertumbuhan praktek-praktek perdagangan yang tidak sehat dengan menerapkan instrumen kontrak standar sebagai dasar hubungan hukum antara pelaku ekonomi. Sifat kontrak standar yang identik dengan prinsip “take it or leave it” adalah contoh yang jelas dari perbedaan posisi yang mengarah ke bentuk eksploitasi konsumen dan membentuk perlawanan terhadap prinsip-prinsip perjanjian pada umumnya. Dengan semakin berkembangnya penerapan kontrak standar dalam masyarakat merupakan implikasi dari asas kebebasan berkontrak yang diterapkan pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 1337 dan Pasal 1339 dari KUHPerdata. Meskipun pembatasan pada prinsip kebebasan berkontrak telah diatur ketat, penerapan kontrak standar yang terjadi di masyarakat cenderung bertentangan dengan prinsip kebebasan berkontrak itu sendiri, terutama dalam
Kajian Hukum dan Keadilan 60 IUS
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
hal substansi dan pelaksanaan kontrak. Situasi ini pada akhirnya mendorong perlindungan konsumen baik preventif maupun perlindungan hukum represif. Mekanisme penyelesaian sengketa konsumen dibagi menjadi tiga sistem, terdiri dari penyelesaian damai, penyelesaian sengketa melalui pengadilan umum, atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Prosedur penyelesaian sengketa melalui BPSK dibagi menjadi tiga tahap yaitu, tahap pengaduan, tahap pemeriksaan dan tahap keputusan, sedangkan prosedur pengadilan dibagi menjadi tahapan pengajuan gugatan, membaca gugatan oleh penggugat, jawaban tergugat atas gugatan penggugat , replik, duplik, dan pemeriksaan bukti, kesimpulan, dan putusan hakim
Kata Kunci: Perlindungan Konsmen, Kontrak Standar, Hukum Perjanjian
PENDAHULUAN
ber potensi menimbulkan eksploitasi bagi P erkembAngAn PenggunAAn warga masyarakat (debitur) yang terikat di kontrAk
dalamnya.
baku sebagai sarana penegasan hubungan hukum antar individu merupakan contoh
Suatu kontrak yang dibuat merupakan nyata terjadinya perubahan bentuk ma- persetujuan pengintegrasian kehendak syarakat dari masyarakat sederhana ke arah para pihak yang terimplementasi dalam masyarakat modern, di mana hubungan bentuk hak dan kewajiban secara bertim- hukum yang didasarkan pada status warga- bal balik. Dalam proses pengintegrasian warga mas yarakat yang masih sederhana kehendak akan terjadi negosiasi sebagai ber angsur- angsur akan tergantikan oleh pen cerminan posisi yang berimbang. Ber- pola hubungan hukum yang didasarkan beda halnya dengan kontrak baku, porsi pada sistem hak dan kewajiban yang ter-
negosiasi debitur dalam kontrak baku tuang pada kontrak yang secara sukarela sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. dibuat dan dilakukan oleh para pihak. 1 Adapun hal-hal yang dapat dinegosiasikan umumnya me nyangkut jenis, harga, jum-
Kehadiran kontrak baku dalam aktivitas lah, warna, tempat, waktu, dan beberapa
masyarakat merupakan sarana praktis hal lainnya yang spesifik dari objek yang
yang akan memudahkan komplek sitas pe- diperjanjikan. 3 Inilah contoh gambaran
menuhan kebutuhan. Kemampuan kontrak kontradiktif antara sifat-sifat yang melekat
baku dalam memberikan efektifitas dan pada kontrak baku dengan perjanjian pada
efisiensi dari segi tenaga, waktu hingga umumnya.
status legitimasi hubungan hukum para pihak yang terlibat merupakan poin plus
Amanah Pasal 1 dan Pasal 33 Undang- yang ditawarkan kontrak ini. Namun Undang Dasar Negara Republik Indonesia demikian, keberadaan prinsip “take it or Tahun 1945 menunjukkan bahwa negara leave it” yang tereduksi pada ciri-ciri kontrak Indonesia merupakan corak welfare state.
baku seperti substansi kontrak dibuat secara Dalam konteks welfare state, pemerintah sepihak; masyarakat (debitur) sama sekali diposisikan sebagai alat pelaksana ke- tidak terlibat dalam penentuan isi kontrak; negaraan yang diberikan otoritas melalui
debitur terpaksa menerima kontrak itu instrumen hukum untuk mengontrol segala
karena terdesak oleh kebutuhannya; aktivitas masyarakat. Aktivitas masyarakat bentuk kontrak tertulis dan dipersiapkan yang cenderung berkutat pada aspek eko- secara massal dan kolektif, 2 maka cukup nomi dan juga kebutuhan akan perkem- rasional apabila kontrak baku diasumsikan bangan ilmu pengetahuan dan teknologi
1 Sir Henry Maine dalam Soerjono Soekanto, Pokok- 3 Lihat definisi perjanjian baku dalam Sutan Remy Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers : Jakarta, 1980,
Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang hlm. 34.
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank 2 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis,
Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, : Jakarta, 1993, Alumni : Bandung, 2005, hlm. 50.
hlm. 66.
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 61
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
sebagai upaya pensejajaran identitas jian yang menjadi dasar perikatan dalam bangsa dalam komunitas global menjadi kontrak baku. Asas-asas hukum perjanjian permasalahan krusial yang perlu diawasi. tersebut antara lain, asas konsensualisme, Dikatakan demikian karena tidak dipung- asas pacta sunt servanda, dan asas kebe- kiri lagi bahwa memang benar ekonomi basan ber kontrak. Adapun teori perlind-
merupakan tulang punggung kesejahteraan ungan hukum adalah segala upaya yang di- masyarakat, dan memang benar bahwa ilmu lakukan untuk menjamin adanya kepastian pe ngetahuan dan tek nologi adalah tiang- hukum yang didasarkan pada keseluruhan tiang penopang kemajuan suatu bangsa, na- per aturan atau kaidah-kaidah yang ada mun tidak dapat disangkal bahwa hukum
dalam suatu kehidupan bersama. 5 Perlind- me rupakan pra nata yang pada akhirnya ungan hukum diarahkan untuk menjamin menentukan bagaimana kesejahteraan yang kepastian keberadaan kepentingan subjek di capai tersebut dapat dinikmati secara hukum yang diterjemahkan dalam bentuk merata, bagaimana keadilan sosial dapat perangkat hukum yang sifatnya preventif
diwujudkan dalam kehidupan masyarakat, dan represif. 6 Perlindungan hukum yang dan bagaimana kemajuan ilmu pengeta- preventif bertujuan untuk mencegah ter- huan dan teknologi dapat membawa keba- jadinya sengketa, sedangkan perlindungan
hagiaan bagi rakyat banyak, 4 untuk itulah hukum yang represif bertujuan untuk me- penguatan law enforce ment melalui pelaksa- nyelesaikan sengketa. naan fungsi kontrol secara berkesinambun-
Penelitian ini adalah penelitian hukum gan dan terstruktur akan ber implikasi
normatif yang menitikberatkan pada peng- positif dalam upaya perlindungan masyara-
kajian terhadap asas-asas hukum, per aturan kat, yang saat ini telah diimplementasikan
perundang-undangan yang terkait dengan pada pem ber lakuan Undang-Undang No-
pemberlakuan kontrak baku dalam masyara- mor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
kat sebagai upaya perlindungan hukum ke- Konsumen se bagai payung hukum pen-
pada konsumen. Adapun pen dekatan yang distribusian peng aturan rambu-rambu
digunakan meliputi, Pen dekatan perun- penerapan kontrak baku dalam lalu lintas
dang-undangan ( statute approach) yaitu aktivitas masyarakat.
suatu analisis dengan mengkaji per aturan Berdasarkan uraian tersebut di atas, per undang-undangan dan aturan-aturan maka dapat dirumuskan beberapa perma- yang terkait dengan permasalahan yang salahan sebagai berikut: “Bagaimana ben- diteliti; dan Pen dekatan konseptual (con- tuk perlindungan hukum bagi konsumen ceptual approach ) yaitu pendekatan yang atas pemberlakuan kontrak baku ditinjau dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep dari perspektif hukum perjanjian, serta maupun pandangan para ahli yang terkait
Bagaimana mekanisme penyelesaian seng- dengan permasalahan yang diteliti. keta konsumen dengan pelaku usaha atas
Adapun teknik dan alat pengumpu- pemberlakuan kontrak baku ditinjau dari
lan bahan hukum dilakukan dengan cara perspektif hukum perjanjian?”
studi kepustakaan yakni dengan meng-
Dalam penelitian ini, penulis meng- inventarisir dan mengkaji peraturan per- gunakan dua landasan teoritis yaitu teori undang- undangan, dokumen maupun ju- hukum perjanjian dan teori perlindun- rnal hu kum, serta hasil-hasil penelitian gan hukum. Teori hukum perjanjian yang ter dahulu yang terkait dengan penerapan berkaitan dengan kontrak baku mengacu pada keberadaan asas-asas hukum perjan-
5 Sudikno Mertokusumo dalam Ribka Djula, Perjan- jian Waralaba Sebagai Sarana Alih Teknologi, Tesis Ma-
4 Ismail Saleh, Hukum Dan Ekonomi, Gramedia gister Ilmu Hukum, Universitas Mataram, 2010, hlm. 11 Pustaka Utama : Jakarta, 1990, hlm. 27.
6 Philiphus M. Hadjon dalam Ribka Djula, ibid.
62 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
kontrak baku dan perlindungan konsumen. an itu diharuskan oleh kepatutan, ke biasaan Analisis bahan hukum dalam penelitian ini atau undang-undang”. Untuk itulah, ber- bersifat deskriptif kualitatif yang dilaku- dasarkan kondisi yang kontradiktif ini kan dengan cara menguraikan penjelasan- upaya perlindungan konsumen merupakan penjelasan mengenai bahan hukum untuk isu penting penegakan hukum yang perlu selanjutnya menarik kesimpulan secara dilakukan mengingat sudah beragam kasus deduktif dari suatu permasalahan secara penyimpangan yang terjadi dalam masyara- umum guna mendapatkan gambaran men- kat seperti pengalihan atau peniadaan tang- genai ke absahan pem berlakuan kontrak gung jawab (eksonerasi) atas kehilangan baku ditinjau dari hukum perjanjian serta kendaraan dalam layanan jasa parkir mau- pengkajian terhadap pe laksanaan kontrak pun pemasaran produk yang spesifikasinya
baku dalam masyarakat sebagai upaya per- seringkali tidak sesuai dengan informasi lindungan konsumen.
promosi.
Perlindungan konsumen merupakan
PEMBAHASAN
segala upaya yang menjamin adanya ke-
A. Perlindungan Hukum Konsumen Atas pastian hukum untuk memberikan 8 Pemberlakuan Kontrak Baku Dari Per-
per lindungan kepada konsumen. Kepastian spektif Hukum Perjanjian
hukum di sini dimaksudkan untuk men- jamin ter penuhinya hak-hak konsumen
Kontrak baku merupakan kontrak yang dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau di- dilakukannya. Adapun mengenai upaya
per lindungan konsumen ini dapat dibagi kontrak baku dalam masyarakat muncul menjadi dua, yaitu: sebagai implikasi keberadaan asas kebe- basan berkontrak yang sering disalahtafsir-
rancang oleh salah satu pihak. 7 Penggunaan
1. Perlindungan Hukum Preventif kan oleh para pelaku usaha. Pelaku usaha
Perlindungan hukum preventif lebih melalui beragam keunggulan ekonomis menekankan pada peran penting pe-
yang dimilikinya sering menafsirkan kebe- merintah dalam mencegah timbulnya basan menentukan isi kontrak pada asas seng keta konsumen. Upaya-upaya pence- kebebasan berkontrak sebagai alibi untuk gahan ini dapat dilakukan dengan cara: 9 menentukan substansi kontrak secara se- meningkatkan sosialisasi mengenai aturan- pihak sekalipun cenderung bertentangan aturan yang terkait dengan perlindun-
dengan aturan yang berlaku, padahal secara gan konsumen; melakukan pengawasan normatif pembatasan pemberlakuan asas se bagai pelaksanaan fungsi kontrol so- kebebasan berkontrak sudah jelas diatur sial; dan melakukan pem binaan berupa dalam Pasal 1337 dan 1339 KUH Perdata. pemberian bimbingan petunjuk dan pe- Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan bah- nyuluhan me ngenai pe laksanaan jamin- wa “Suatu kausa adalah terlarang apabila an keamanan dan keselamatan terhadap bertentangan dengan undang-undang, ke- penggunaan alat, bahan baku atau hasil
susilaan atau ketertiban umum”, sedang- produksi, pengangkutan bahan baku dan kan Pasal 1339 KUH Perdata menyatakan hasil industri yang berbahaya, pen cegahan bahwa “Perjanjian- perjanjian tidak hanya timbulnya kerusakan dan pencemaran
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas terhadap lingkungan hidup, pengamanan di nyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanji-
8 Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Ta- hun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Tambahan
7 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, Perancangan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821. Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2007, hlm.
9 AZ. Nasution, Pengantar Hukum Perlindungan Kon- 39.
sumen, Daya Widya, Cetakan II : Jakarta, 2002, hlm .119.
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 63
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
ter hadap keseimbangan dan kelestarian kan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau sumber daya alam.
lisan. 10
Melalui pelaksanaan upaya-upaya pre- Apabila dikaitkan dengan kontrak baku, ventif tersebut dapat meningkatkan kuali- memang esensi tercapainya kesepakatan tas sumber daya manusia tentang penting- (konsesualisme) pada kontrak baku masih nya perlindungan konsumen itu sendiri di- diragukan dikarenakan adanya penentu- mana konsumen akan lebih memahami ten- an sepihak isi kontrak, namun oleh
tang hak-haknya serta mendorong pelaku Asser Rutten 11 hal tersebut tidak perlu usaha untuk menghasilkan produk-produk
diperdebatkan lagi karena “setiap orang yang yang berkualitas. Selain itu juga akan men- menanda tangani perjanjian, bertanggung ciptakan iklim usaha dan hubungan hu- jawab pada isi dan apa yang ditanda- kum yang sehat di antara pelaku ekonomi tanganinya. Jika orang membubuhkan sehingga harmonisasi komplementer yang tanda tangan pada for mulir perjanjian baku, terbentuk ini dapat menciptakan pelaksa- tanda tangan itu akan membangkitkan naan pres tasi secara bertimbal balik dan kepercayaan bahwa yang bertanda-tangan bertanggung jawab.
mengetahui dan meng hendaki isi formulir yang ditanda tanganinya. Tidak mungkin
2. Perlindungan hukum represif seseorang menanda tangani apa yang
Perlindungan hukum represif dituju- tidak diketahui isinya”. Oleh karena itu, kan untuk menyelesaikan sengketa den- untuk me ngasumsikan apakah kontrak gan menitikberatkan pada upaya peninda- baku ini merugikan konsumen tidak serta kan atau penghukuman. Upaya ini mem- merta hanya mengacu pada aspek ke- berikan peran penting pada keterlibatan sepakatan semata, melainkan perlu juga aparat hukum yang dilakukan dengan dikomparasikan dengan isi dan pelaksanaan mengefektif kan fungsi sanksi hukum baik dari kontrak tersebut sebagai kolektivitas berupa sanksi perdata, sanksi pidana mau- penerapan asas kebebasan berkontrak. pun sanksi administratif yang akan dijabar-
Undang-Undang Perlindungan Kon su- kan sebagai berikut:
men yang secara spesifik merupakan lex 1). Perlindungan konsumen dalam tataran
specialis dari penjabaran Pasal 1337 dan hukum perdata
Pasal 1339 KUH Perdata sudah mengatur rambu-rambu utama penerapan isi dalam
Pemberlakuan kontrak baku dalam mas- kontrak baku yaitu: ketentuan mengenai y arakat tidak terlepas dari tiga asas penting larangan untuk menyatakan pengalihan yang berlaku dalam hukum perjanjian, tanggung jawab pelaku usaha; menyatakan
yaitu asas konsensualisme yang menekan- bahwa pelaku usaha berhak menolak pe- kan pada proses pencapaian kesepakatan nyerahan kembali barang yang dibeli para pihak dalam kontrak baku; asas pacta
konsumen; menyatakan bahwa pelaku sunt servanda yang menitikberatkan pada usaha berhak menolak penyerahan kembali ke pastian hukum para pihak yang ter- uang yang dibayarkan atas barang dan/atau implementasi pada evolusi perjanjian men- jasa yang dibeli konsumen; menyatakan jadi perikatan yang tercermin pada bentuk pem berian kuasa dari konsumen kepada penandatanganan kontrak baku; asas kebe- pelaku usaha baik secara langsung maupun basan berkontrak yang menekankan pada tidak langsung untuk me lakukan segala kebebasan untuk membuat atau tidak mem- tindakan sepihak yang berkaitan dengan buat perjanjian, mengadakan per janjian dengan siapa pun, menentukan isi atau 10 Salim HS, Loc.cit.
11 pelaksanaan dan persyaratannya, menentu- Asser Rutten dalam Mariam Darus Badrulzaman,
Op. Cit, hlm. 53.
64 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
barang yang dibeli oleh konsumen secara konsumen adalah dua pihak yang sangat angsuran; mengatur perihal pembuktian
seimbang sehingga tidak perlu ada pro- atas hilangnya kegunaan barang atau pe-
teksi apa pun bagi konsumen. Adalah kes- manfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
alahan konsumen jika ia sampai membeli memberi hak kepada pelaku usaha untuk
dan mengkonsumsi barang-barang yang mengurangi manfaat jasa atau mengurangi
tidak layak.
harta k ekayaan konsumen yang menjadi
b). The Due Care Theory
objek jual beli jasa; menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang ber upa
Teori ini menyatakan bahwa pelaku usaha aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
memiliki kewajiban untuk berhati-hati pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak
dalam memasyarakatkan produknya. Se- oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
lama berhati-hati dengan produknya, ia memanfaatkan jasa yang dibelinya; me-
tidak dapat dipersalahkan. Untuk dapat nyatakan bahwa konsumen memberi kuasa
mempersalahkan pelaku usaha seseorang kepada pelaku usaha untuk pembebasan
harus dapat membuktikan bahwa pelaku hak tanggungan, hak gadai, atau hak jami-
usaha tersebut melanggar prinsip kehati- nan terhadap barang yang dibeli oleh kon-
hatian. Dalam hal ini yang aktif mem- sumen secara angsuran; larangan pencan-
buktikan kesalahan pelaku usaha adalah tuman klausula baku yang letak dan ben-
konsumen sedangkan pelaku usaha hanya tuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
bersifat pasif.
secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti (Pasal 18 Ayat 1 dan 2 Un- c). The Privacy of Contract dang-Undang Perlindungan Konsumen).
Dalam teori ini dinyatakan bahwa pelaku Dengan mengacu pada ketentuan di
usaha mempunyai kewajiban untuk me- atas ini tentunya akan lebih mudah dalam
lindungi kepentingan konsumen, tetapi mengindentifikasi apakah kontrak baku
hal itu baru dapat dilaksanakan jika di yang diberlakukan pelaku usaha berpo-
antara mereka telah terjalin hubungan tensi sebagai sarana pengayaan nilai eko-
kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat di- nomi konsumen sehingga pada tahap law
persalahkan atas hal-hal di luar isi kon- enforce ment akan memudahkan penjatuhan
trak atau perjanjian.
sanksi hukum berupa batal demi hukum d). Teori Kontrak Bukan Syarat dengan kewajiban penyesuaian klausula kontrak yang menyimpang dengan aturan
Teori ini menyatakan bahwa kontrak bu- yang berlaku. Perlindungan konsumen
kan lagi merupakan syarat mutlak dalam pada dasar nya berupaya untuk mensiner-
menentukan eksistensi suatu hubungan gikan kedudukan antara konsumen dengan
hukum.
pelaku usaha akibat dari hubungan hukum Dari beberapa teori di atas, untuk me ng - yang terbentuk dengan mengacu pada prin-
analisis keterkaitan antara kedudukan kon- sumen dengan pelaku usaha dalam kontrak
sip-prinsip sebagai berikut: 12
a) Let the Buyer Beware baku akan lebih tepat jika menggunakan teori “kontrak bukan syarat” sebagai dasar
Doktrin let the buyer beware (caveat acuannya. Hal ini dikarenakan beberapa
emptor) merupakan embrio lahirnya teori lainnya sarat mengandung kelema- sengketa di bidang transaksi konsumen han seperti: let the buyer beware yang tidak
yang berasumsi bahwa pelaku usaha dan memberikan perlindungan sama sekali
12 Shidarta.,
Hukum Perlindungan Konsumen karena lebih mengedepankan kehati-hatian
Indonesia, PT. Grasindo, Edisi Revisi : Jakarta, 2006, hlm.61.
konsumen dalam membeli daripada kehati- Kajian Hukum dan Keadilan IUS 65
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
hatian pelaku usaha dalam memasarkan
a. prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur produknya; the due care theory yang lebih
kesalahan (liability based on fault); menekankan beban pembuktian kepada
b. prinsip praduga selalu bertanggung jawab konsumen di tengah berbagai keunggulan
yang dimiliki pelaku usaha; the privity of (presumption of liability); contract yang memberikan peluang meng-
c. prinsip praduga untuk tidak selalu gugat pelaku usaha sebatas yang di atur
bertanggung jawab (presumption of non dalam kontrak (wanprestasi) di tengah
liability);
maraknya fenomena pem berlakuan kontrak baku dengan beragam versi pemberlakuan
d. prinsip tanggung jawab mutlak (strict klausula eksonerasi yang tentunya sangat
liability);
e. prinsip tanggung jawab dengan pem- kelemahan ketiga teori tersebut maka
merugikan konsumen. Jadi berangkat dari
batasan (limitation of liability). teori kontrak bukan syarat merupakan
alat ana lisis yang tepat karena kontrak Apabila kelima prinsip tanggung jawab yang dibuat para pihak bukan me rupakan tersebut dikaitkan dengan Undang-Undang
“undang- undang” mutlak melainkan hanya Perlindungan Konsumen, maka secara garis sebagai alat penegasan telah terjadi suatu besar pengaturan pada undang-undang ini hubungan hukum, sekali pun para pihak merupakan modifikasi terhadap liability atas dasar asas kebebasan berkontrak di- based on fault yakni prinsip praduga ber- berikan kele luasaan dalam menentukan salah (presumed liability) di mana pelaku substansi kontrak tetapi substansi tersebut usaha dianggap bertanggung jawab atas tidak serta merta berdiri sendiri melainkan produk yang dipasarkan, kecuali ia (pelaku usaha) mampu membuktikan lain. harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan 14 Se- yang di atur dalam peraturan perundang- dangkan mengenai beban pembuktian di- undangan sebagaimana yang secara men- terapkan dasar pemikiran “praduga adanya dasar disebutkan dalam ketentuan Pasal ke salahan” (presumption of fault) sehingga 1337 dan 1339 KUH Perdata.
beban pembuktian menjadi terbalik kepada pelaku usaha (Pasal 28 Undang-Undang
Dengan demikian apabila dikaitkan Perlindungan Konsumen). dengan kewajiban bertanggung jawab maka dalam hal ini pelaku usaha tidak
Beragam upaya perlindungan konsumen hanya bertanggung jawab sebatas klausul atas pemberlakuan kontrak baku yang ter- kontrak yang mengikatnya melainkan juga eduksi dalam penerapan berbagai prinsip ber tanggung jawab terhadap ketentuan- perlindungan baik mulai dari prinsip ketentuan lain yang hidup di luar kontrak per janjian, prinsip mengenai kedudu- tersebut (lex superior derogat lex inferiori).
kan konsumen dengan pelaku usaha, serta prinsip tanggung jawab diarahkan
Instrumen penting lainnya dari suatu untuk menciptakan suatu kepastian hu- perlindungan konsumen adalah perihal kum yang sifatnya holistic protection yak- prinsip tentang tanggung jawab. Prinsip ni per lindungan dari hulu hingga hilir. tanggung jawab merupakan kelanjutan Hulu maksudnya legalitas dalam tahapan tindakan dari hasil analisis status legalitas awal kontrak (pra contract dan contrac- kedudukan hukum antara pelaku usaha dan tual) seperti mengenai kesepakatan mau- konsumen dalam kontrak baku yang secara pun penentuan substansi kontrak yang
umum dapat dibedakan menjadi: 13 disesuaikan dengan ke tentuan perundang-
14 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: 13 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan
Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, Tesis, Konsumen, Sinar Grafika : Jakarta, 2008, hlm. 92.
Universitas Indonesia : Depok, 2004, hlm. 144.
66 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
undangan, sedangkan hilir sebagai tahapan daripada dilakukannya pembatalan pelaksanaan kontrak (post contract) yang
sebagian.
dijewantahkan dalam bentuk konsekuensi
c. Dalam hal terjadi suatu sebab me- bertanggung jawab atas pe nerapan kontrak
ngakibatkan pemenuhan perjanjian baku. Akan tetapi apabila suatu kontrak
masih dimungkinkan tetapi bagi baku sudah dikategorikan me nempatkan
kre ditur sendiri hal tersebut sudah ti- kondisi yang tidak seimbang (berpotensi
dak lagi bermakna, maka pembatalan merugikan) maka untuk me ngatasi hal
perjanjian merupakan solusi yang tepat. tersebut terdapat beberapa upaya pemulihan
(restitutif), yaitu: 15 d. Dalam hal terjadi cacat kehendak karena kekhilafan (dwaling), dan pe-
a. Negosiasi ulang nyalahgunaan keadaan, maka dapat dilakukan penyesuaian perjanjian baik
Negosiasi ulang merupakan suatu ta hapan perubahan melalui pengadilan atau per-
yang mendahului penyesuaian per janjian ubahan di luar campur tangan peng-
yang dimaksudkan sebagai upaya pe-
adilan.
mulihan keseimbangan. Nilai-nilai ke- patutan dan kelayakan akan berperan
e. Dalam hal terjadi cacat kehendak penting dalam proses ini di mana hal ter-
karena adanya ancaman (dwang) atau sebut akan berpengaruh juga pada muatan
penipuan (bedrog), maka kewena ngan baru isi perjanjian para pihak yang akan
untuk mengubah perjanjian tidak ter bentuk. Negosiasi ulang juga dimung-
berlaku. Pihak yang dikorbankan dalam kinkan pada perjanjian yang me ngalami
hal ini memiliki pilihan untuk me- suatu keadaan yang tidak terduga (over-
mutuskan hubungan hukum termasuk macht). Negosiasi ulang dalam rangka
termasuk juga mengenai penawaran memperbaiki perjanjian dapat dilakukan
penghapusan kerugian yang ditang- melalui perdamaian (schikking), mediasi,
gung korban atau mengajukan gugatan atau atas campur tangan hakim.
me lawan hukum.
b. Penyesuaian
a) Pengakhiran
Penyesuaian dalam memulihkan ke- Pengakhiran perjanjian secara adaan yang tidak seimbang dapat dijelas-
norma tif dikategorikan dalam kan sebagai berikut:
bentuk dapat dibatalkan atau batal demi hukum. Pembagian je-
a. Dalam hal penyesuaian dilakukan den- nis kebatalan ini merujuk pada gan cara mengurangi prestasi secara
ketentuan Pasal 1320 dan Pasal setara serta perjanjian dibatalkan untuk
1337 KUH Perdata. Suatu per- sebagian, maka hal ini dapat disebut se-
janjian yang terbentuk karena bagai penyesuaian terhadap per janjian.
adanya unsur cacat kehendak
b. Dalam hal terjadi suatu sebab me- maupun ketidakcakapan bertin- ngakibatkan pemenuhan perjanjian
dak akan membawa konsekuensi masih dimungkinkan dan tetap ber-
dapat dibatalkan, sedangkan batal makna, maka penyesuaian perjanjian
demi hukum mengarah pada ben- merupakan pilihan yang masuk akal
tuk perbuatan yang melanggar undang-undang, kesusilaan yang baik maupun kepatutan. Terha-
15 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum
dap keadaan ini akan memuncul-
Perjanjian Indonesia, Hukum Perjanjian Berlandaskan
kan peran ganti kerugian sebagai
Asas-Asas Wigati Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung, 2006, hlm. 487.
corak keperdataan yang merupak- Kajian Hukum dan Keadilan IUS 67
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
an instrumen dalam memulihkan
c. Terhadap pelanggaran yang meng- kembali hubungan hukum para pi-
akibatkan luka berat, sakit berat, ca- hak yang telah ter ganggu sebelum-
cat tetap, atau kematian diberlakukan nya.
ketentuan pidana yang berlaku.
2) Perlindungan Konsumen Dalam Tata- Ketentuan Pasal 62 ini memberlakukan dua aturan hukum sesuai dengan tingkat
ran Hukum Pidana pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku
Dalam Undang-Undang Perlindungan usaha, yaitu pelanggaran yang mengakibat- Konsumen pengaturan mengenai per- kan luka berat, sakit berat, cacat tetap, atau tanggung jawaban pidana merujuk pada kematian yang dikualifikasikan sebagai ke tentuan Pasal 61 sampai dengan Pasal tindak pidana kejahatan sehingga dalam
63. Pasal 61 menyatakan bahwa: “penun- hal ini diberlakukan ketentuan hukum tutan pidana dapat dilakukan terhadap pidana yang diatur dalam KUHP, semen- pelaku usaha dan/atau pengurusnya”. Ke- tara di luar dari tingkat pelanggaran terse- tentuan ini memperlihatkan suatu bentuk but berlaku ketentuan pidana sebagaimana per tanggung jawaban pidana yang tidak yang termuat dalam Undang-Undang Per- hanya dapat dikenakan kepada pengurus lindungan Konsumen. Tindak lanjut dari tetapi juga kepada perusahaan. Hal ini pelaksanaan sanksi hukum yang termuat
menurut Nurmadjito merupakan upaya dalam Pasal 62 ini secara normatif lebih yang ber tujuan men ciptakan sistem bagi ditingkatkan lagi pada ketentuan Pasal 63 per lindungan konsumen. Melalui ketentu- Undang-Undang Perlindungan Konsumen, an Pasal ini perusahaan dinyatakan sebagai yang menyatakan bahwa: “terhadap sanksi
subjek hukum pidana. 16 Selanjutnya dalam pidana yang dimaksud dalam Pasal 62 dapat ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Per- dijatuhkan hukuman tambahan, berupa: lindungan Konsumen menyebutkan bahwa:
a. Perampasan barang tertentu;
a. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
b. Pengumuman keputusan hukum; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal
c. Pembayaran ganti rugi;
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18
15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
yang menyebabkan timbulnya kerugian dipidana dengan pidana penjara paling
konsumen;
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
e. Kewajiban penarikan barang dari pere- paling banyak Rp. 2000.000.000,00
daran; atau
(dua milyar rupiah).
g. Pencabutan izin usaha.”
b. Pelaku usaha yang melanggar ke- ten tuan sebagaimana dimaksud dalam 3). Perlindungan konsumen dalam tataran Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1),
hukum administrasi
Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana
Pengaturan sanksi administratif dalam dengan pidana penjara paling lama 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
(dua) tahun atau pidana denda paling dituangkan pada Pasal 60, yaitu: banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
1. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen juta rupiah).
berwenang menjatuhkan sanksi admin- istratif terhadap pelaku usaha yang
melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3),
16 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlin-
dungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta,
Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
2008, hlm. 276.
68 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
2. Sanksi administratif berupa pe netapan garan terhadap ketentuan pencantuman
ganti rugi paling banyak Rp. 200.000. klausula baku (Pasal 18); adanya pelangga- 000,00 (dua ratus juta rupiah).
ran terhadap ke wajiban bertanggung jawab (Pasal 19).
3. Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
Dalam penyelesaian sengketa konsumen lebih lanjut dalam peraturan perundang- ini menurut ketentuan Pasal 45 Ayat (2) undangan.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen terbagi dalam tiga cara penyelesaian, yaitu:
4. Dari ketentuan Pasal 60 tersebut, ben- tuk sanksi administratif telah diperluas,
1. Penyelesaian secara damai oleh para pihak yang umumnya sanksi administratif hanya
yang bersengketa tanpa melibatkan peng- dikonotasikan dengan pencabutan izin
adilan atau pihak ketiga yang netral. pelaku usaha oleh pemerintah, sekarang
dapat juga diterapkan dalam bentuk pe- Penyelesaian secara damai atau per-
damaian dilakukan dengan mengedepan- netapan ganti rugi. Dengan adanya per- luasan makna sanksi administratif ini kan pencapaian kesepakatan persuasif
tanpa adanya campur tangan pihak ke- maka akan memberikan double protec- tiga, sehingga secara substansial lebih tion kepada konsumen yaitu instrumen mengarah pada bentuk negosiasi. Adapun pencabutan izin yang bertujuan meng- hentikan proses produksi pelaku usaha ketentuan umum mengenai perdamaian
yaitu:
yang beritikad tidak baik sehingga akan berdampak dalam mencegah kuantitas
a. Harus dibuat secara tertulis (Pasal 1851 jatuhnya korban; sedangkan instrumen
KUH Perdata);
ganti rugi akan membantu memulihkan
b. Para pihak dalam perjanjian per- hak-hak konsumen yang telah dirugikan damaian harus orang-orang yang me- oleh perbuatan pelaku usaha. miliki kekuasaan melepas hak-hak
B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang menjadi objek perdamaian (Pasal Konsumen Dengan Pelaku Usaha Atas
1852 KUH Perdata); Pemberlakuan Kontrak Baku Dari
c. Perdamaian hanya mengikat terhadap Perspektif Hukum Perjanjian
hal-hal yang termaksud di dalam- nya dan ditujukan untuk mengakhiri
Sengketa konsumen adalah sengketa perselisihan-perselisihan yang menjadi
yang berkenaan dengan pelanggaran hak-
17 latar belakang dilakukannya per da- hak konsumen. Timbulnya sengketa maian tersebut (Pasal 1854 dan Pasal
konsumen ini disebabkan oleh pelanggaran 1855 KUH Perdata);
terhadap pengaturan jenis-jenis larangan bagi pelaku usaha sebagaimana yang ter-
d. Kekuatan mengikat perdamaian layak- cantum dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal
nya putusan hakim (Pasal 1858 KUH
19 Undang- Undang Perlindungan Kon- Perdata) dan hanya dapat dibatalkan sumen, yaitu: adanya pelanggaran terha-
apabila ditemukan adanya suatu ke- dap standarisasi produk (Pasal 8); adanya
khilafan atau kesalahpahaman; pe- pelanggaran ter hadap ketentuan atau tata
nipuan atau paksaan sebelumnya (Pasal cara pemasaran produk (Pasal 9 sampai den-
1859 KUH Perdata). gan Pasal 17); adanya pelanggaran dalam
2. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan proses terjadinya kesepakatan (Pasal 15 jo.
yaitu melalui Badan Penyelesaian Sen- Pasal 1322 KUH Perdata); adanya pelang-
gketa Konsumen (BPSK).
17 Shidarta, Op.cit, hlm. 165.
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 69
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
a. Prosedur penyelesaian sengketa kon - nyepakati cara penyelesaian sumen melalui BPSK terdiri dari tiga
melalui konsiliasi, mediasi tahap, yaitu:
atau arbitrase. 1).Tahap pengaduan yang meliputi:
2). Tahap persidangan a). Pengajuan permohonan penye-
Setiap penyelesaian sengketa konsu- men oleh BPSK akan dilakukan oleh
le saian
sengketa
konsumen
oleh konsumen, ahli waris atau majelis yang berjumlah ganjil dan
18 kua sanya dengan memuat: sekurang-kurangnya terdiri dari tiga anggota yang mewakili unsur pe-
(1).Nama dan alamat lengkap merintah (sebagai ketua) dan mewakili konsumen, ahli waris atau
unsur pelaku usaha dan konsumen (se- kuasanya disertai bukti diri;
bagai anggota). Majelis tersebut akan (2).Nama dan alamat lengkap
dibantu oleh panitera yang ditunjuk dari pelaku usaha;
anggota sekretariat BPSK. Dalam tahap (3).Barang atau jasa yang di-
persidangan ini para pihak akan me- adukan;
nyelesaikan sengketanya dengan cara (4).Bukti perolehan (bon, faktur,
yang telah disepakati sebelumnya. kuitansi, dan dokumen buk-
ti lain);
3). Tahap putusan
(5).Keterangan tempat, waktu Majelis wajib mengeluarkan putusan dan tanggal diperoleh ba-
atas sengketa konsumen selambat- rang atau jasa tersebut;
lambatnya dalam waktu 21 hari ker- (6).Saksi yang mengetahui
ja terhitung sejak gugatan diterima barang atau jasa tersebut di-
BPSK. Putusan majelis (putusan BPSK) peroleh;
ini bersifat final dan mengikat yang (7).Foto-foto barang dan ke-
artinya bahwa dalam BPSK tidak ada giatan pelaksanaan jasa (bila
upaya banding dan kasasi. Akan teta- ada).
pi sifat “ final” pada putusan tersebut tidak mutlak karena ketentuan Pasal
b). Perihal akibat hukum penga-
56 Ayat (2) Undang-Undang Perlin- juan permohonan penyelesaian
dungan Konsumen masih memberi- sengketa konsumen antara lain:
kan peluang kepada para pihak untuk (1).Permohonan ditolak apabila
mengajukan ke beratan pada Pengadi- tidak memenuhi kelengkap-
lan Negeri paling lambat 14 hari kerja an persyaratan atau gugatan
setelah menerima pemberitahuan putu- pengaduan yang bukan me-
san BPSK tersebut. Selain itu juga dalam rupakan kewenangan BPSK.
Pasal 58 Ayat (2) undang-undang ini Kewenangan BPSK hanya
dinyatakan bahwa “terhadap putusan meliputi gugatan small claim
Pengadilan Negeri (setelah memutus yang diajukan oleh kon-
upaya keberatan), para pihak dalam sumen akhir (ends user);
waktu paling lambat 14 hari dapat (2).Permohonan diterima, maka
mengajukan kasasi ke Mahkamah pelaku usaha dan konsumen
Agung Republik Indonesia”. Hal ini dapat memilih dan me-
berarti sifat final pada putusan BPSK
oleh ketentuan Pasal 56 Ayat (2) dan
18 Kurniawan dan Abdul Wahab, Tinjauan Yuridis
Terhadap Prosedur Penyelesaian Sengketa Konsumen Me-
Pasal 58 Ayat (2) Undang-Undang Per-
lalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Di Indonesia, Jurnal Hukum Jatiswara, Volume 23, Nomor
lindungan Konsumen hanya dimaknai
2, Juli 2008, hlm. 54
sebagai upaya banding semata karena
70 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ..................................
bagi pihak-pihak yang tidak puas atas (f) Pemeriksaan dan pembuktian alat putusan BPSK dapat mengajukan upaya
bukti;
hukum kepada Pengadilan Negeri dan (g) Kesimpulan yang dibacakan secara
kasasi pada Mahkamah Agung. serentak oleh para pihak untuk
3. Penyelesaian sengketa melalui peng- memperkuat dalil penggugat mau- adilan dengan mengacu pada ketentuan-
pun tergugat;
ketentuan mengenai peradilan umum (h) Putusan hakim; yang berlaku.
(i) Upaya perdamaian yang disaran- Ketentuan Pasal 46 Undang-Undang
kan hakim pada awal dan selama Per lindungan Konsumen menegaskan
persidangan. Jika tidak berhasil ke wenangan pengadilan untuk me meriksa
maka sidang dilanjutkan. jenis gugatan konsumen yang terbagi
2) Prosedur gugatan class action atas small claim (gugatan perseorangan
dengan nilai gugatan kecil); class action Class action merupakan gugatan ke- (gugatan perwakilan); dan legal stand-
lompok (class action) yang dapat diadili ing (gugatan yang hanya dapat diajukan
oleh pengadilan dengan kriteria: 20 oleh organisasi perlindungan konsumen)
(a)penggugatnya berjumlah besar, dengan mengacu pada prosedur hukum sehingga tidak praktis apabila di-
acara perdata. gunakan secara perkara biasa; 1). Prosedur gugatan small claim
(b)seorang atau beberapa orang dari kelompok itu mengajukan gugatan-
Small claim adalah jenis gugatan yang nya sebagai perwakilan; dapat diajukan secara langsung oleh
terdapat masalah hukum dan konsumen sekalipun dilihat secara fakta gugatan atau perlawanan ber-
(c)
ekonomis nilai gugatannya sangat kecil. 19
sama; dan
Mengingat belum ada keten- tuan khusus mengenai small claim
(d)wakil yang bersidang harus mam- pu mempertahankan kepentingan
maka prosedur gugatan ini mengacu
kelompok.
pada ketentuan hukum acara perdata yang meliputi:
3) Prosedur dalam class action dilaku- kan dengan melalui tahapan-tahapan
(a) Pendaftaran gugatan dengan ter- se bagai berikut: (Pasal 3 Peraturan
lebih dahulu memenuhi syarat Mahkamah Agung Republik Indonesia
formal surat gugatan mengenai Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Acara
i dentitas para pihak; dalil-dalil Gugatan Perwakilan Kelompok)
gugatan dan tuntutan penggugat;
4) Permohonan pengajuan gugatan secara (b) Pembacaan gugatan oleh peng-
class action.
gugat; Selain harus memenuhi persyaratan
(c) Jawaban tergugat atas gugatan pe- formal surat gugatan yang diatur ng gugat; dalam hukum acara perdata, surat
(d) Replik atau tangkisan penggugat gugatan class action juga harus atas jawaban tergugat;
memuat syarat-syarat lain, yakni: (e) Duplik atau jawaban tergugat atas
replik penggugat;
20 AZ. Nasution dalam Nick Doren, Gugatan Legal Standing Dan Class Action Dalam Hukum Perlindun-
gan Konsumen, diakses dari http://catatanlepasnick. 19 Shidarta, Op.cit, hlm. 65.
blogspot.com.
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 71
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
(a)Identitas lengkap dan jelas wakil wenang untuk memeriksa perkara kelompok;
tersebut. Atas putusan ini maka pi- hak penggugat dapat mengajukan
(b)Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walaupun tanpa me-
upaya hukum.
nyebutkan nama anggota kelompok
b) Apabila hakim menyatakan sah satu persatu;
maka gugatan class action tersebut (c)Keterangan tentang anggota ke-
dituangkan dalam penetapan pe- ng adilan, kemudian hakim meme-
lompok yang diperlukan dalam kai- tan dengan kewajiban melakukan
rintahkan penggugat mengajukan usulan model pemberitahuan
pemberitahuan; untuk memperoleh persetujuan
(d)Posita dari seluruh kelompok baik
hakim.
wakil kelompok maupun anggota
c) Setelah model pemberitahuan ke lompok, yang teridentifikasi
memperoleh persetujuan hakim mau pun tidak teridentifikasi yang
pihak penggugat melakukan pem- di kemukakan secara jelas dan ter-
beritahuan kepada anggota kelom- perinci;
pok sesuai dengan jangka waktu (e)Pengelompokkan gugatan ke
yang ditentukan oleh hakim. dalam beberapa bagian kelompok
(2) Pemberitahuan
(sub kelompok) jika tuntutan tidak sama karena sifat dan kerugian yang
Pemberitahuan kepada anggota ke- berbeda;
lompok dilakukan oleh panitera berdasarkan perintah hakim. Se-
(f) Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan se-
dang kan tata cara pemberitahuan dapat dilakukan dengan: (Pasal 7
cara jelas dan rinci yang memuat usulan tentang mekanisme atau
ayat 1 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
tata cara pendistribusian ganti ke- rugian ke pada keseluruhan anggota
2002 Tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok)
ke lompok.
a) Pemberitahuan melalui media (1)Proses sertifikasi atau pemberian ijin
massa baik cetak maupun media Setelah hakim memeriksa dan mem-
massa elektronik. pertimbangkan kriteria gugatan class
action, maka: 21 b) Pemberitahuan melalui pengu- muman baik papan pengumuman
a). Apabila hakim memutuskan bah- maupun selebaran yang ditempat- wa penggunaan tata cara gugatan
kan di kantor-kantor pemerintah, class action dinyatakan tidak sah
seperti kelurahan, kecamatan, atau atau berpendapat bahwa pengadi-
desa dan kantor pengadilan. lan tidak berwenang memeriksa
c) Pemberitahuan yang disampai- dan meng adili perkara tersebut,
maka pe meriksaan gugatan dihen- kan secara langsung kepada tiap individu anggota kelompok sepan-
tikan dengan amar putusan yang me nyatakan bahwa gugatan tidak
jang yang dapat diidentifikasi ber- dasarkan per setujuan hakim.
dapat diterima atau menyatakan bahwa pengadilan tidak ber-
Pemberitahuan yang dilakukan harus
memuat: (Pasal 7 ayat 4 Peraturan
Emerson Yuntho, Class Action Sebuah Pengantar, diakses dari www.elsam.or.id, hlm. 27.
Mah kamah Agung Republik Indo-
72 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
I Putu Pasek Bagiartha W | Kepastian Perlindungan Hukum Bagi Konsumen .................................. nesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
b) Pemeriksaan apakah ada per- Acara Gugatan Perwakilan Kelom-
samaan dalam hukum dan fakta pok)
serta tuntutan pada seluruh ang-
a) Nomor gugatan dan identitas peng- gota ke lompok. gugat atau para penggugat sebagai
c) Pembuktian khusus untuk mem- wakil kelompok serta pihak tergu-
buktikan masalah yang sama yang gat atau para tergugat;
menimpa banyak orang.
b) Penjelasan singkat tentang kasus;
d) Mekanisme pembagian uang gan- ti kerugian untuk sejumlah besar
c) Penjelasan tentang pendefinisian
d) Penjelasan dari implikasi keturut- sertaan sebagai anggota kelompok;
Setelah proses pemeriksaan selesai
f) Penjelasan tentang kemungkinan dilakukan, maka hakim akan men- jatuhkan putusan yang dapat berupa
anggota kelompok yang termasuk dalam definisi kelompok untuk ke-
putusan yang mengabulkan gugatan penggugat (baik sebagian maupun se-
luar dari keanggotaan kelompok; luruhnya) atau menolak gugatan peng-
g) Penjelasan tentang waktu yaitu gugat. Dalam hal gugatan di kabulkan, bulan, tanggal, jam, pemberitahuan
hakim melalui amar putusannya akan penyataan keluar dapat diajukan ke
menyebutkan jumlah kerugian secara pengadilan;
rinci, penentuan kelompok dan/atau
h) Penjelasan tentang alamat yang sub kelompok yang berhak menerima, di tujukan untuk mengajukan pe-
mekanisme pendistribusian ganti keru- nyataan keluar;
gian dan langkah-langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam
i) Apabila dibutuhkan oleh anggota proses penetapan dan pendistribusian.
ke lompok tentang siapa dan tem- pat yang tersedia bagi penyediaan
a) Upaya perdamaian informasi tambahan;
Upaya perdamaian wajib dilaku- j) Formulir isian tentang pernyataan
kan oleh hakim baik pada awal keluar anggota kelompok;
persidangan maupun selama ber- langsungnya pemeriksaan perkara.
k) Penjelasan tentang jumlah ganti Sebelum dilakukan upaya perda- rugi yang akan diajukan. maian, wakil kelompok dari pihak
(3)Pemeriksaan dan pembuktian dalam penggugat harus mendapatkan per- class action
setujuan dari anggota kelompok. Proses pemeriksaan dan pembuktiaan
Apabila wakil kelompok dari pihak dalam gugatan class action sama sep-
penggugat dan tergugat sepakat erti dalam perkara perdata, namun
melakukan perdamaian maka akan dalam class action diperlukan pemer-
dibuat perjanjian perdamaian se- iksaan lebih khusus mengenai: 22 cara tertulis. Berdasarkan perjan-
jian perdamaian tersebut, hakim
a) Pemeriksaan apakah wakil yang dalam hal ini akan menjatuhkan maju dianggap jujur dan benar-
putusan (acte van vergelijk) yang benar mewakili kepentingan ke-
isinya menghukum kedua belah lompok.
pihak untuk mematuhi isi perda-
22 Emerson Yuntho, Ibid.
maian yang telah dibuat. Kajian Hukum dan Keadilan IUS 73
J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 1 | April 2013 | hlm, 60~76
4. Prosedur Gugatan Legal Standing spesifik. Keadaan ini tentunya menimbul- kan per masalahan tersendiri, terlebih lagi
Legal standing merupakan hak gugat bagi gugatan small claim. Pemberlakuan
organ isasi. Prosedur gugatan legal stand- prosedur hukum acara perdata pada small
ing melalui pengadilan dilakukan dengan claim terbukti tidak efektif karena terjadi
mengacu pada ketentuan yang diatur ketimpangan antara besarnya nilai gugatan
dalam hukum acara perdata. Namun dengan prosedur persidangan yang harus
dalam gugatan legal standing, hakim ter- ditempuh. Untuk itu bagi gugatan small
lebih dahulu akan memeriksa kompe- claim sebaiknya dilakukan dengan hakim
tensi Lembaga Per lindungan Konsumen tunggal dengan prosedur acara cepat seperti
Swadaya Masyarakat (penggugat) dalam halnya pada tindak pidana ringan (tipiring)
melakukan hak gugat dengan merujuk pada tataran hukum pidana.
pada pemenuhan per syaratan yang dise- butkan dalam Pasal 46 Ayat (1) Huruf (c)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 KESIMPULAN tentang Perlindungan Konsumen, di mana
1. Perlindungan hukum konsumen dilaku- penggugat :
kan secara preventif dan represif. Secara preventif mengacu pada upaya pen-
a) Berbentuk badan hukum atau yayasan. cegahan dengan meningkatkan sosialisasi,
b) Dalam anggaran dasarnya menyebut- pem binaan dan pengawasan. Sedangkan kan dengan tegas bahwa tujuan didiri-
secara represif lebih merupakan upaya kannya organisasi tersebut adalah
penindakan atau penghukuman yang untuk kepentingan perlindungan
dilakukan dengan mengefektifkan sanksi konsumen.
hukum perdata, pidana dan hukum
c) Telah melaksanakan kegiatan sesuai
administrasi negara.
dengan anggaran dasar.
2. Mekanisme penyelesaian sengketa Apabila dalam penetapannya majelis
kon sumen dapat ditempuh melalui hakim berpendapat bahwa penggugat mem-
tiga jalur, yaitu: penyelesaian secara punyai hak gugat organisasi maka sidang
damai; penyelesaian sengketa secara akan dilanjutkan hingga tahap putusan, ter-
litigasi ( pengadilan); dan non litigasi masuk juga perihal upaya perdamaian.
(BPSK). Prosedur penyelesaian seng- keta konsumen melalui BPSK terbagi
Dalam upaya penyelesaian sengketa dalam tiga tahap yaitu : tahap peng aduan;