Strategi tes dan non tes untuk peserta d

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuahan akan layanan bimbingan muncul dari karakteristik dan
masalah perkembangan murid. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan
merupakan pendekatan yang tepat digunakan di RA karena pendekatan ini
lebih berorientasi pada perkembangan ekologi murid.
Upaya memahami pribadi murid merupakan salah satu langkah
layanan bimbingan yang harus dilakukan oleh pembimbing, pemahaman
tersebut akan menjadi dasar memilih alternatif strategi dan teknik bimbingan
yang diberikan kepada murid tersebut. Dalam fungsi BK, pemahaman
individu, pencegahan dan pengembangan dilakukan untuk mencegah murid
terhadap perilaku atau kegiatan kearah negatif atau menyimpang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek-aspek pemahaman peserta didik?
2. Bagaimana strategi dan teknik tes untuk peserta didik?
3. Bagaimana strategi dan teknik non tes untuk peserta didik?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek apa saja dalam pemahaman peserta didik.
2. Untuk mengetahui strategi dan teknik tes untuk peserta didik.
3. Untuk mengetahui strategi dan teknik non tes untuk peserta didik.


1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

ASPEK-ASPEK PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
Peserta didik adalah dari kata bahasa arab yaitu Tilmidz yang
mengandung arti jamak adalah Talamid, yang mengandung arti adalah
murid, yang artinya adalah orang-orang yang membutuhkan pendidikan. Dan
menurut bahasa lainnya siswa adalah Thalib, jamaknya artinya artinya
adalah Thullab, yang berarti mencari, maksudnya merupakan orang-orang
yang sedang menuntut ilmu.
2.1.1. Pentingnya Akan Peserta Didik Dalam Bimbingan dan Konseling.
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
bimbingan adalah memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang
dihadapinya maupun latar belakang pribadinya. Upaya memahami pribadi
murid merupakan salah satu langkah layanan bimbingan yang harus

dilakukan oleh pembimbing, pemahaman tersebut akan menjadi dasar
memilih alternatif strategi dan teknik bimbingan yang diberikan kepada
murid tersebut.
Dalam

fungsi

BK,

pemahaman

individu,

pencegahan

dan

pengembangan dilakukan untuk mencegah murid terhadap perilaku atau
kegiatan kearah negatif atau menyimpang. Pemahaman individu dapat
dilakukan dengan 3 langkah utama: 1. Diagnosis, 2. Proknosis, 3. Treatment.


2

2.1.2 Prinsip-prinsip Pengumpulan dan Penyimpanan Data
a. Kelengkapan Data
Data

yang

lengkap

akan

mendukung

kelancaran

dan

keberhasilan pemberian layanan bimbingan dan konseling. Data

yang dikumpulkan hendaknya mencakup data :
b. Relevansi Data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan
dengan kebutuhan dan layanan bimbingan dan konseling supaya
dapat dianalisis, dipadukan, dan dikelompokkan sesuai dengan
karakteristik dan tuntutan masing-masing jenis layanan.
c. Keakuratan Data
Data yang akurat berhubungan dengan prosuder dan teknik
pengumpulan data, Empat hal yang berkenaan dengan pengumpulan
data ini, yaitu:
 Validitas data
 Validitas instrument
 Proses pengumpulan data yang benar atau yang bersifat objektif
 Analisis data yang tepat
d. Efisensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah , selanjutnya disimpan dalam kartu
atau buku catatan pribadi (cumulative record). Sekarang data
tersebut disimpan secara elektronik dalam komputer (soft file/CD)
sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data
yang luas.


3

e. Efektivitas penggunaan data
2.1.3 Macam-macam Data
a. Kecakapan
1. Kecakapan Potensial (potential ability)
a. Abilitas dasar umum (general intelligence) atau kecerdasan
jamak, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual.
b. Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat,
aptitudes) : bilangan, (numerical abilities), bahasa(verbal
abilities), tilikan ruang (spatial abilities), tilikan hubungan
social

(social

abilities)

serta


gerakan

motoris

(motorical/kinesthetic abilities).
2. Kecakapan actual (actual ability)
a. Kepribadian
1. Fisik dan kesehatan
2. Psikhis:
a. Aku (self) dan kesadaran diri, kesehatan mental,
kemandirian.
b. Afektif : Emosi (perasaan, simpati, empati,
senang, rasa bersalah, takut/cemas/khawatir, marah
dan permusuhan), sikap, minat, motivasi.
c. Karakter, watak dan temperamen.

4

d. Kebiasaan : hidup, belajar, bekerja, kebiasaan
buruk.

e. Hubungan sosial.
f. Aspirasi sekolah dan pekerjaan, cita-cita, harapan
masa depan, rencana lanjutan studi.
3. Kegiatan.
4. Keunggulan-keunggulan dalam bidang.
5. Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih.
6. Latar belakang (keluarga : kondisi sosial ekonomi
keluarga, status sosial keluarga, hubungan sosial
psikologis).
7. Agama dan moral.
8. Lingkungan masyarakat.

2.2.

STRATEGI DAN TEKNIK DAN TEKNIK TES UNTUK
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
Teknik tes atau sering juga disebut sistem testing merupakan usaha
pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur
atau mentes. Peters & Shertzer (1971: 349) mengartikan tes sebagai suatu
prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku

individu, dan menggambarkan (mendeskripsikan) tingkah laku itu melalui
skala angka atau sistem kategori.

5

Pengumpulan data testing, sifatnya mengukur atau pengukuran
(measurement),

menggunakan

instrumen

yang

standar

dan

akan


menghasilkan skor atau angka-angkahasil ukur yang menunjukkan tingkat
kemampuan, atau kekuatan dari aspek yang diukur dengan berpegang pada
standar tertentu. Secara keseluruhan macam tes untuk keperluan bimbingan
dan konseling, dikelompokkan ke dalam empat kelompok tes, yaitu : tes
kecerdasan, tes bakat, dan tes hasil belajar.

2.2.1. Tes Kecerdasan.
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat
abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu
(murid) untuk berprilaku yang jelas tujuannya; berpikir rasional; dan
berhubungan dengan lingkungannya secara efektif (Shertzer & Stone,
1971 : 239). Singgih D. Gunarsa (1991) mengemukakan beberapa
rumusan kecerdasan, yaitu sebagai berikut :
a. Kecerdasan merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang
(murid) yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan
dan masalah-masalah yang timbul.
b. Kecerdasan adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang
tampil dalam kelancaran tingkah laku.
c. Kecerdasan meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan

bertambahnya pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan
mempergunakannya secara efektif.

6

Dengan demikian, tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang
sistematis

dengan

menggunakan

instrumen

untuk

mengetahui

kemampuan umum individu terutama menyangkut kemampuan
berpikirnya. Nana Syaodih S. (2007 : 198), menegaskan bahwa yang

diukur dalam tes kecerdasan adalah kecakapan yang berkenaan dengan
kemampuan untuk memahami, menganalisis, memecahkan masalah,
dan mengembangkan sesuatu dengan menggunakan rasio atau
pemikirannya.
KLASIFIKASI KECERDASAN INDIVIDU (MURID)
Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kecerdasan murid,
diantaranya dapat digunakan Test Binet-Simon (verbal test), yang
dipersiapkan untuk anak yang berusia mulai 3 (tiga) tahun sampai
dengan 15 (lima belas) tahun. Tes Binet-Simon, memperhatikan dua
hal berikut :
Pertama, umur kronologis (cronological age disingkat CA);
yaitu umur seseorang (murid) sebagaimana yang ditunjukkan dengan
hari kelahirannya atau lamanya iahidup sejak tanggal lahirnya.
Kedua, umur mental (mental age disingkat MA); yaitu umur
kecerdasan sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan
akademik. Dengan demikian tingkat intelegensi ditunjukkan dengan
perbandingan kecerdasan atau disebut dengan istilah ”Intelligence
Quotient” yang biasa disingkat IQ. Perbandingan kecerdasan itu adalah
umur mental dibandingkan dengan umur kronologis, sehingga
diperoleh rumus sebagai berikut :
IQ = MA : CA, atau dapat dituliskan :
IQ = MA x 100
7

CA
Apabila tes tersebut diberikan kepada umur tertentu dan murid
dapat menjawab dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya
(MA) sama dengan umur kalender (CA), maka nikai IQ yang didapat
murid tersebut sama dengan 100. Nilai ini menggambarkan
kemampuan murid yang normal. Murid yang berumur, misalnya 6
tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak umur 5 tahun, akan
didapati nilai IQ di bawah 100 dan ia dinyatakan sebagai murid
berkemampuan di bawah normal; sebaliknya bagi murid umur 5 tahun
tetapi telah dapat menjawab dengan benar.
Tes yang diperuntukkan bagi anak umur 6 tahun, maka nilai IQ
murid tersebut itu di atas 100, dan ia dikatakan sebagai murid yang
cerdas. Selain teknik tes di atas, masih terdapat tes kecerdasan lainnya
seperti Test PM (Progressive Matrices), yaitu alat yang mengukur
inteligensi secara non-verbal yang diberikan kepada anak yang berusia
diantara 9-15 tahun. (Rich & Anderson, dalam Anne Anastasi, 1988).
Tes ini menggunakan gambar sebagai butir-butir soalnya, karena
menggunakan gambar maka dapat digunakan bagi anak yang belum
dapat membaca dan menulis. Ada dua macam tes PM, yaitu tipe
pertama PM berwarna bagi anak sampai usia 10 tahun dan PM tidak
berwarna untuk usia 11 tahun ke atas.
2.2.2 Tes Bakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan antara murid
yang satu dengan murid yang lain dalam tingkat kemampuan atau
prestasi mereka dalam bidang musik, seni, mekanik, pidato,
kepemimpinan, dan olah raga serta bidang-bidang lainnya. Bimbingan
dan konseling hendaknya dirancang tidak hanya memperhatikan
8

kemampuan murid untuk belajar tetapi juga perlu mempertimbangkan
kecakapan khusus atau bakat murid. Bakat merupakan kemampuan
khusus individu yang dapat berkembang melalui belajar atau latihan.
Seorang murid yang kurang berprestasi dalam mata-mata
pelajaran tertentu, mungkin bukan disebabkan karena kecerdasannya
rendah, tetapi karena kurang berbakat dalam mata pelajaran tersebut.
Tes bakat atau aptitude tes, mengukur kecerdasan potensial
yang bersifat khusus murid. Ada dua jenis bakat, yaitu bakat sekolah
(scholastic aptitude) dan bakat pekerjaan-jabatan (vocatinal aptitude).
Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang
mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran.
Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan
potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan. Hasil
pengukuran bakat sangat penting, baik bagi penguasaan bidang-bidang
ilmu, perencanaan pembelajaran, dan lanjutan studi, maupun bagi
perencanaan, pemilihan dan persiapan jabatan-karir.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam
tes, seperti :
1. Rekonik. Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi
dan berpikir mekanis.
2. Tes Bakat Musik. Tes ini mengukur kemampuan murid dalam
aspek-aspek suara, nada, ritme, warna bunyi dan memori.
3. Tes Bakat Artistik. Tes ini mengukur kemampuan menggambar,
melukis dan merupa (mematung).

9

4. Tes Bakat Klerikal (perkantoran). Tes ini mengukur kemampuan
”kecepatan dan ketelitian”.
5.

Tes Bakat yang Multifaktor. Tes bakat mengukur berbagai

kemampuan khusus, yang telah lama digunakan adalah DAT
(Differential Attitude Test). Tes ini mengukur delapan kemampuan
khusus, yaitu :
a. Berpikir verbal, yang mengungkapkan kemampuan nalar yang
dinyatakan secara verbal.
b. Kemampuan bilangan, yang mengungkap kemampuan berpikir
dengan menggunakan angka-angka:
c.Berpikir abstrak, yang mengungkap kemampuan nalar yang
dinyatakandengan menggunakan berbagai bentuk diagram, yang
bersifat non-verbal atau tanpa angka-angka.
d. Hubungan ruang, visualisasi dan persepsi, yang mengungkap
kemampuan untuk membayangkan dan membentuk gambar-gambar
dari objek-objek dengan hanya melihat gambar di atas kertas yang rata.
e.Kecepatan dan ketelitian, yang mengungkapkan kemampuan
ketelitian dan kecepatan seseorang dalam membandingkan dan
memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama, atau angka-angka.
f.Berpikir

mekanik,

yang

mengungkapkan

kemampuan

serta

pemahaman mengenai hukum-hukum yang mendasari alat-alat, mesinmesin dan gerakangerakannya.
g.Penggunaan bahasa-pengucapan, yang mengungkap kemampuan
mengeja kata-kata umum.

10

h.Penggunaan

bahasa-menyusun

kalimat,

yang

mengungkap

kemampuan pemakaian kata-kata dalam kalimat, seperti tanda baca
dan tata bahasa.
2.2.3. Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests).
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang
dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotor. Nana Syaodih S. (2007 : 201), menegaskan bahwa tes
pretasi belajar mengukur tingkat penguasaan pengetahuan atau
kemampuan murid berkenaan dengan bahan atau komptetensi yang
telah dipelajarinya.
Shertzer & Stone (1971 : 235), mengemukakan bahwa penggunaan
teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru di MI/ SD bertujuan
untuk :
a. Menilai kemampuan belajar murid.
b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
c. Mengecek kemajuan belajar murid.
d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
e. Memperbaiki teknik mengajar guru.
f. Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Materi tes sesuai dengan mata-mata pelajaran yang telah diajarkan,
baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Pengukuran penguasaan
materi yang bersifat teori atau pengetahuan, umumnya menggunaka tes
tertus, baik berbentuk uraian/essay ataupun tes objektif, atau mungkin
11

adakalanya pula menggunakan tes lisan. Pengukuran penguasaan
kompetensi atau materi yang bersifat praktik menggunakan tes
perbuatan dan atau penilaian hasil karya, baik karya tulis, rupa ataupun
benda.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran
atau kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi :
a. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak
kesulitan murid, dalam mata pelajaran yang diajarkannya, misalnya
berhitung dalam Matematika, dan membaca dalam Bahasa Indonesia.
b. Tes prestasi belajar kelompok yang baku, dan
c. Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam
bentuk ulangan sehari-hari.
2.3. STRATEGI DAN TEKNIK NON TES UNTUK PEMAHAMAN
PESERTA DIDIK
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang
dirancang untuk memahami pribadi murid, yang umumnya bersifat
kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat yang bersifat mengukur
tapi menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau mendskripsikan
saja. Hasil penghimpunan data ini tidak berbentuk skor atau angkaangka yang menunjukkan kualifikasi berdasarkan standar tertentu
tetapi berupa deskripsi atau gambaran tentang sifat-sifat, karakteristik,
tingkah laku,peristiwa yang dialami murid.

12

2.3.1 Observasi (pengamatan)
Teknik atau cara penghimpunan data untuk mengamati suatu
kegiatan , perilaku, atau perbuatan murid yang diperoleh
langsung dari kegiatan yang sedang dilakukan murid. Data
yang dikumpulkan berupa fakta- fakta tentang perilaku dan
aktivitas yang dapat diamati atau nampak dari luar, sedangkan
aktivitas yang tidak nampak dapat dilakukan dengan
melakukan observasi. Observasi sifatnya mengamati dan alat
yang paling pokok adalah panca indera terutama indera
penglihatan.
Ciri- Ciri :
 Dilakukan sesuai tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
 Direncanakan secara sistematis
 Hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
 Perlu diperiksa ketelitiannya.
Jenis Observasi :
 Observasi Sehari- hari (daily observation)
Observasi yang tidak direncanakan dapat dikerjakan sambil
mengerjakan tugas rutin guru (mengajar), juga tidak memiliki
pedoman dan dilaksanakannya secara insidental, juga tidak
dipersiapkan kapan akan dilakukan dan bagaimana prosesnya.
Hasil pencatatan ini disebut catatan anekdot (anecdotal
record).Contoh: Guru mengamati perilaku murid pada saat
mengikuti pelajaran sehari- hari baik dikelas maupun diluar
kelas.
 Observasi Sistematis (systematical observation)

13

Observasi yang direncanakan dengan seksama memiliki
pedoman yang berisi tujuan, tempat, waktu dan butir
pertanyaan yang menggambarkan tingkah laku murid yang
sedang di observasi. Jmlah murid yang di observasi idealnya
seorang murid saja dan maksimal 3 murid.
 Observasi Partisipatif (Participative observation)
Observasi dimana seorang guru turut serta dalam
melakukan apa yang dikerjakan oleh para murid. Contoh :
Guru mengamati perilaku murid tertentu pada saat proses
belajar mengajar berlangsung, kegiatan ekstra kurikuler,
karyawisata,latihan olahraga, dll. Keuntungan melakukan
obervasi ini adalah murid tidak mengetahui kalau dirinya
sedang diobservasi sehingga menampilkan perilaku yang
natural/ alamiah/ wajar.Kelemahannya diantaranya guru harus
melakukan dua kegiatan sekaligus, maka ketelitian observasi
sedikit terganggu. Pencatatan hasil observasi tidak dilakukan
saat observasi dilaksanakan dapat mengakibakan catatan
menjadi tidak lengkap dan banyak terlupakan.
 Observasi Non-Partisipatif (non paticipative observation)
Observasi dimana guru tidak ikut serta dalam kegiatan
murid.Contoh : guru mengamati tingkah laku murid yang
sedang belajar dengan guru lain, mengerjakan tugas, bermain
di halaman sekolah. Observasi ini dilengkapi dengan pedoman
wawancara. Keuntungan observasi ini adalah pengamatan dan
pencatatan lebih teliti karena guru tidakmengerjakan pekerjaan
lain. Kelemahannya adalah mungkin murid mengetahui jika
sedang di observasi, mereka akan memperlihatkan perilaku

14

yang tidak sesungguhnya. Maka observasi ini sebaiknya
dilakukan dari jauh.
Kelebihan Observasi;
a. Dapat dipergunakan untuk memperhatikan berbagai gejala
tingkah laku murid
b. Observasi memungkinkan pencatatan serempak dengan
kejadian yang penting
c. Baik digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang
diperoleh dari teknik lain.
d. Pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa utuk
berkomunikasi dengan objek yang ditelaah.
Kelemahan Observasi;
a. Banyak hal yang tidak bisa diamati secara langsung
b. Apabila murid mengetahui bila sedang di observasi cenderung
melakukan kegiatan yang dibuat- buat,
c. Timbulnya kejadian yang akan diobservasi tidak selalu dapat
diramalkan

sebelumnya

sehingga

pengamat

sukar

menentukan waktu yang tpat untuk melakukan obsrvasi.
d. Tergantung pada faktor- faktor yang tidak dapat dikontrol.
Data dari Observasi bagi kepentingan Bimbingan dan
Konseling :
a. Kegiatan belajar dikelas: disiplin belajar, perhatian dalam
belajar, cara mengikuti pelajaran, cara bertanya dan
menjawab pertanyaan, penyajian hasil kegiatan, pengerjaan
tugas, kejujuran pad saat ujian.

15

b. Kegiatan di luar kelas: belajar dan berlatih di perpustakaan,
kunjungan karyawisata.
c. Kegiatan ekstrakurikuler : keorganisasian, keolahragan,
kesenian, keagamaan, sosial.
d. interaksi sosial di sekolah: interaksi dengan guru, sesama
murid,teman dalam kegiatan khusus(upacara, piknik).
Penggunaan
a.

Sasaran
Sasaran obeservasi adalah tingkah laku konseli. Yang
meliputi :

·

Ekspresi verbal/ non verbal

·

Aspek perilaku individu, kelompok dan situasinya

·

Waktu, lokasi, penampakan eksterior (cara berjalan, gaya
pakaian), gaya bahasa

b.

Cara Penggunaan observasi.
Agar observasi bisa dilakukan dengan baik, maka perlu
dilakukan perencanaan secara cermat dalam bentuk pedoman
observasi

a.

Menetapkan tujuan observasi

b.

Memastikan dan memahami materi observasi

c.

Menggali variabel-variabel observasi yaitu bagian penting
dari apa yang akan diobservasi. Misal yang akan diobservasi
adalah siswa maka variabelnya misalnya gaya berpakaian,
cara berjalan.

d.

Menggali sub variabel

e.

Menetapkan indikator, yang memaknai karakteristik yang ada
pada variabel yang dapay dijadikan bahan untuk menyusun
panduan obervasi.

16

f.

Alat bantu obeservasi antaa lain dafta riwayat kelakuan,
catatan anekdot, daftar cek , skala penilaian, alat bantu
mekanik (recorder)

2.3.2. Wawancara (Interview)
Teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi
langsung dengan responden( orang yang dimintai informasi).
Kelebihan :
 Teknik yang paling tepat untuk mengugkapkan keadaan
pribadi murid secara mendalam
 Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
 Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
 Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan
teknik lain
Kekurangan :
 Tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara
singkat
 Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
 Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewanwancara.
Macam- macam wawancara :
a. Wawancara pengumpulan data( informational interview)
Merupakan tanyajawab yang dilakukan antara guru dengan
murid dengan maksud untuk mendapatkan data atau fakta
murid
b. Wawancara konseling (counseling interview)

17

Dialog antara guru dengan murid dengan maksud membantu
murid memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
c. Wawancara disiplin (diciplinary interview)
Proses wawancara yang dilakukan seorang guru untuk
menegakkan disiplin
d. Wawancara penempatan (placement interview)
Wawancara yang diadakan dengan maksud membantu dalam
penempatan di kelas, dalam kelompok, ekstrakurikuler,
latihan, dll.
Data yang menggunakan teknik wawancara hendaknya
dibatasi karena bersifat individual, maka tidak mungkin
melakukan wawancara dalam waktu terlalu lama.
Penggunaan Wawancara
a.

Sasaran
Sasaran terkait subjek yang akan diwawancarai adalah
Konseli dan klien, selain itu juga guru mata pelajaran, wali
kelas siswa, orang tua atau narasumber yang terkait
permasalahan siswa.
Sasaran terkait objek yang didapat antara lain :
· Latar belakang keluarga (data org tua, suasana keluarga)
· Riwayat sekolah (jenjang pendidikan yang pernah diikuti)
· Minat terhadap suatu bidang
· Pengalaman diluar sekolah (organisasi)
· Kesehatan jasmani (penyakit, gangguan alat indra dsb)

b.

Cara menggunakan teknik wawancara
· Persiapan pertanyaan
· Tujuan dan maksud wawancara harus disampaikan kepada
konseli
18

· Berpegang pada urutan fase dalam wawancara (fase
pembukaan mencptakan suasana yang menyenakgan, fase inti
diajukan pertanyaan sesuai informasi, fase pentutup ucapan
terima kasih
· Menunjukan sikap yang serasi
· Bertidak asertif selama proses wawancara berlangsung
· Merumuskan pertayaan dalam corak bahasa yg jelas dan
mudah ditangkap
· Tidak memaksa siswa untuk yang sulit berbicara atau lambat
bicara untuk memberikan penjelasan yang terlalu panjang
lebar.
· Membatasi lamanya wawncara
· Menghindari

perumusan

pertanyaan

yang

sugestif

(pertanyaan tetutup )yang jawabannya ya / tidak
· Waspada tentang informasi yang diberikan tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya
· Mencatat seperlunya

2.3.3. Angket (kuesioner)
Alat pengumpul data (informasi) melalui komunikasi tidak
langsung yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar
pertanyaan yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan responden (murid).
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
 Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
 Susunlah kalimat sederhana tapi jelas

19

 Hindarkan pemakaian kata –kata yang sulit dipahami
 Hindarkan pertanyaan- pertanyaan yang tidak perlu
 Pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
 Hindarkan kata- kata yang bersifat negatif dan menyinggung
perasaan responden(murid)

jenis-jenis Angket
Ada pelbagai macam angket. Berikut ini akan
dijelaskan satu persatu:
1.Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan
sebagai berikut.
a.Angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung
diberikan kepada orang yang dimintai pendapat atau
jawabannya atau responden yang ingin diselidiki. Jadi, kita
mendapatkan data dari sumber pertama (first resource), tanpa
menggunakan perantara untuk memperoleh jawaban.
Misalnya: angket siswa.
b. Angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan
kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang keadaan
seseorang. Jenis angket ini membutuhkan perantara untuk
mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari
sumber pertama Misalnya: angket orangtua tentang anaknya,
angket guru tentang siswanya, dan lain-lain
2. Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan
sebagai berikut.

20

a. Angket berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaanpertanyaan beserta jawabannya yang jelas, singkat, dan
konkret
b. Angket tidak berstruktur, ialah angket yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban yang
bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.
3. Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan
sebagai berikut.
a.Pertanyaan terbuka (open questions), yaitu angket yang
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya.
Biasanya jenis angket ini digunakan apabila ingin
mendapatkan opini. Contoh::
”Menurut pendapat Anda, ciri-ciri kepribadian manakah yang
cocok sebagai profil ketua kelas?”
b.Pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaanpertanyaan yang membuat

responden tinggal memilih

jawaban yang telah disediakan di dalam angket itu. Jadi,
jawabannya terikat. Responden tidak dapat memberikan
jawaban secara bebas seperti yang mungkin dikehendaki oleh
responden. Biasanya jika masalah yang hendak dicari
jawabannya sudah jela,s maka orang akan menggunakan jenis
angket ini.
Contohnya:
“Pernahkah Anda menjadi ketua kelas?”
a. Pernah b. Tidak pernah

21

c. Kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed
questionaire), yaitu jika jawabannya sudah ditentukan,
kemudian disusul pertanyaan terbuka.
Contoh:
Pernahkah Anda mendapat penjelasan tentang jenis-jenis gaya
belajar?
a. Pernah b. Tidak pernah
Jika pernah, gaya belajar Anda sekarang termasuk gaya
belajar yang mana?
4. Menurut bentuk jawabannya, angket dibedakan
sebagai berikut.
a. Jawaban tabuler, yaitu responden diminta menjawab
dengan mengisi kolom-kolom pada tabel yang sudah tersedia.
b. Jawaban berskala, yaitu jawaban terhadap pertanyaan
disusun berjenjang di mana responden diminta menyatakan
pembenaran atau penolakan terhadap setiap pertanyaan sikap,
sehingga diperoleh gambaran tentang derajat kecakapan,
keadaan sikap dan keadaan diri responden.
Contoh:
”Penguasaan berhitung dalam pelajaran matematika saya
adalah:”
Baik

Cukup

Kurang

c. Jawaban dengan cek, yaitu responden menjawab dengan
cara memilih salah satu dari pilihan-pilihan yang tersedia.
Pertanyaan diurai dalam bentuk daftar, dan tugas responden
hanyalah membubuhkan tAnda-tAnda cek sesuai dengan
petunjuk yang diberikan. Jenis jawaban ini disebut juga
dengan jawaban pilihan gAnda.
22

Contoh:
”Apakah alasan Anda masuk Kuliah?”
a.untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
b.disuruh oleh orangtua
c. disuruh oleh kakak/ saudara
d. karena ajakan teman
e.untuk memperoleh pekerjaan
f.atas nasihat guru
g. tidak tahu
h. ……………..
d. Jawaban kategorikal, yaitu responden diminta memilih satu
diantara dua pilihan yang tersedia. Dapat juga dikatakan
bahwa jawaban kategorikal ini bentuk jawaban benar-salah.
Contoh:
“Apakah Anda mengikuti les?”
Ya Tidak
“Orangtua saya sangat memperhatikan kebutuhan belajar
saya”
Benar Salah
2.3.4. Catatan Anekdot
Merupakan

catatan

otentik

hasil

observasi

yang

menggambarkan tingkah laku murid dalam situasi khusus.
Dengan anekdot guru dapat;
 Memperoleh

pemahaman

perkembangan murid

23

yang

lebih

tepat

terhadap

 Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala
tingkah laku murid
 Memudakan dalam menyesuaikan diri dengan kebuthan
murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat, diantaranya:
 Objektif, catatan dibuat secara rinci tentang perilaku murid.
Untuk mempertahankan objektivitas catatan sebaiknya dibuat
sendiri oleh guru, pencatatan dilakukan segera setelah
peristiwa terjadi, deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan
dari tafsiran pencatatan sendiri.
 Deskriptif, catatan yang menggambarkan diri murid secara
lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid.
 Selektif, situasi yang dicatat

dalah situasi yang relevan

dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian
guru dengan situasi kondisi murid.
2.3.5. Otobiografi (Riwayat atau Karangan Pribadi) dan Catatan
Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi
murid yang sifat nya rahassia tentang pengalaman hidupnya,
cita-citanya, keadaan keluarganya, dsb. Karangan pribadi ini
merupakan cara untuk memahami keadaan pribadi murid
yang pada umumnya bersifat rahasia.
Penggunaan Otobiografi mempunyai beberapa
kelemahan :


Seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa
yang berarti bagi murid sendiri tetapi belum tentu berarti
untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan
konseling

24



Peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan



Ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang
sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan hal
yang sesuai.



Seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya
dibaca oleh orang lain
Karangan pribadi dalam pembuatannya dibagi menjadi
dua, yaitu :



Terstruktur
Karangan pribadi yang disusun berdasarkan tema (judul) yang
telah ditentukan sebelumnya.
Contoh : Cita-citaku, Keluargaku, Liburanku.



Tidak Terstruktur
Karangan pribadi yang dibuat secara bebas, tidak ditentukan
kerangka karangan sebelumnya.

2.3.6. Sosiometri
Teknik ini bertujuan memperoleh informasi tentang
hubungan atau interaksi social (saling penerimaan atau
penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok,
kegiatan ekstra kurikuler, organisasi kesiswaan,dll. Melalui
teknik ini guru dapat mengetahui tentang :


Murid yang popular (banyak disenangi teman)



Yang terisolir ( tidak dipilih/ tidak disenangi teman)



Klik ( kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid)
Sosiometri dapat digunakan untuk:

25



Memperbaiki hubungan insani (humam relation) diantara
anggota-anggota kelompok tertentu (murid-murid di kelas).



Menentukan kelompok belajar atau kerja



Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid)
dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

2.3.7. Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari
perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan
mendalam serta mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang
datanya diperoleh dari berbagai pihak , seperti dari setiap guru,
ornga tua, dokter, atau pihak yang berwenang.
Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memahami pribadi
murid dengan lebih menyeluruh, dan membantunya agar murid
dapat menegembangkan dirinya secara optimal.
Dalam pelaksanaan studi kasus ini dapat ditempuh langkahlangkah:


Menemukan murid yang bermasalah



Memperoleh data



Menganalisis data



Memberikan layanan bantuan.

2.3.8. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau
pelengkap dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahas
permasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,

26

kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
siswa (konseli).
Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa
(konseli) harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk
masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan
pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk
dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian
masalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya mengandalkan
pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara
kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap
kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan
yang dihadapi siswa (konseli).
Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutup. Artinya, tidak semua pihak bisa
disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang
dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan
permasalahan siswa (konseli) yang boleh dilibatkan dalam
konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul
dalam konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk
diketahui oleh para peserta konferensi.
Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan”
yang akan menentukan hukuman bagi siswa. Misalkan,
konferensi kasus untuk membahas kasus narkoba yang dialami
siswa X. Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan
bersifat “mengadili” siswa yang bersangkutan, yang ujungujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan
tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan

27

bagaimana cara terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari
ketergantungan narkoba.
Tujuan Secara umum, tujuan diadakan konferensi
kasus yaitu untuk mengusahakan cara yang terbaik bagi
pemecahan masalah yang dialami siswa (konseli) dan secara
khusus konferensi kasus bertujuan untuk:
1.Mendapatkan konsistensi, kalau guru atau konselor ternyata
menemukan berbagai data/informasi yang dipandang saling
bertentangan atau kurang serasi satu sama lain (cross check
data)
2.Mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam
menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pelik yang
menyangkut diri siswa (konseli) guna memudahkan
pengambilan keputusan
3.Mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari
komitmen peran dari para peserta konferensi tentang
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya
pengentasannya.
2.3.9. Kunjungan Rumah (Home Visit)
Home Visit adalah salah satu tehnik pengumpul data
dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk
melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan
tehnik lain (WS.Winkel, 1995).
Tujuan Home Visit.

28

1.Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah dan
masyarakat.
2.Mengumpulkan data yang berharga tentang latar belakang
kehidupan anak dan keluarganya, mengumpulkan data dapat
berarti mendapat data baru atau mengecek betul tidaknya data
yang diperoleh melalui metode lain.
3.Lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila
informasi yan dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket
dan wawancara informasi.
4.Untuk membicarakan kasus seorang siswa bila memerlukan
kerjasama dengan orang tua.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Keberhasilan proses bimbingan belajar di sekolah antara
lain ditentukan oleh ketepatan penahaman bimbingan terhadap
karakteristik perkembangan murid yang datanya diperoleh
dengan menggunakan teknis tes dan non tes.
29

Teknis tes merupakan upaya pembimbingan untuk
memahami murid dengan menggunakan alat-alat yang sifatnya
mengukur. Yang dikategorikan kedalam: tes kecerdasan, tes
bakat dan tes prestasi belajar.
Teknis non tes merupakan prosedur pengumpulan data
yang dirancang untuk memahami murid bersifat kualitatif,
menggunakan alat yang bersifat mendeskripsikan saja. Yang
dikategorikan kedalam: Observasi, Wawancara, Angket,
Catatan Anekdot, Otobiografi, Sosiometri dan Studi Kasus.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Amin &Setiawati. (2009). Bimbingan Konseling, Jakarta:
Dirjen Dikti Depdikbud
http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/teknik-nontes-untukmemahami-peserta.html
http://gratisananda.blogspot.com/2012/12/pemahaman-individuteknik-non-tes_9244.html

30

http://bkthesix.blogspot.com/2011/11/kunjungan-rumah-bimbingankonseling.html

31