MAKALAH TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK D

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan teori entitas, perusahaan atau suatu organisasi
merupakan entitas yang berdiri sendiri dan terpisah dari pemiliknya.
Akuntansi hadir untuk menjamin pertanggungjawaban dan akuntabilitas
suatu

entitas

atas

pengelolaannya

terhadap

pihak-pihak

yang

berkepentingan. Oleh karena itu, kehadiran akuntansi pada organisasi

sektor publik yaitu sebagai alat pengendalian transaksi keuangan dan juga
mendukung pencapaian tujuan organisasi sektor publik.
Akuntansi

terdiri

dari

proses pengidentifikasian, pengakuan,

pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi atau kejadiankejadian ekonomi yang menghasilkan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum, teknik-teknik akuntansi
meliputi tiga hal yaitu pengakuan, pengukuran dan pengungkapan.
Pengakuan meliputi proses pengidentifikasian dengan memastikan bahwa
suatu transaksi atau kejadian apakah merupakan kejadian ekonomi.
Pengakuan juga meliputi pengidentifikasian apakah suatu transaksi
kejadian ekonomi sudah bisa diakui atau belum berdasarkan kriteria
tertentu yang berlandaskan pada asumsi basis akuntansi yang digunakan.
Selanjutnya, pengukuran yaitu apakah kejadian ekonomi tersebut dapat
diukur dengan ukuran moneter atau nilai uang dan jika tidak maka

transaksi tersebut tidak akan dicatat. Pengungkapan meliputi pencatatan
jurnal hingga penyusunan laporan keuangan.
Akuntansi sektor publik merupakan salah satu jenis akuntansi. Oleh
karena itu, teknik-teknik akuntansi pada organisasi sektor publik secara
umum sama dengan teknik-teknik akuntansi keuangan pada sektor
swasta yang mana terdiri dari pengakuan, pengukuran dan pencatatan
atau pengungkapan. Meskipun begitu, pemahaman terhadap teknik-teknik
akuntansi sektor publik tetap menjadi perlu mengingat karakteristik
organisasi sektor publik yang berbeda dengan organisasi sektor swasta.

1

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Teori Akuntansi Sektor Publik?
2. Bagaimana Fokus Pengukuran, Sistem Pencatatan Dan Basis
Akuntansi Sektor Publik?
3. Bagaimana konsep dari akuntansi dana?
4. Bagaimana basis akuntansi dan fokus pengukuran?
5. Bagaimana Teknik akuntansi dana?

6. Bagaimana budgetary accounting, commitment accounting ?
7. Bagaimana siklus akuntansi sektor publik?
C. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Teori Akuntansi Sektor Publik;
2. Untuk mengetahui Fokus Pengukuran, Sistem Pencatatan Dan Basis
Akuntansi Sektor Publik;
3. Untuk mengetahui konsep dari akuntansi dana;
4. Untuk mengetahui basis akuntansi dan fokus pengukuran;
5. Untuk mengetahui Teknik akuntansi dana;
6. Untuk mengetahui budgetary accounting, commitment accounting;
7. Untuk mengetahui siklus akuntansi sektor publik.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi
keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu

teori perlu didukung oleh berbgai riset yang didalamnya terdapat hipotesahipotesa yang diuji kebenarannya. Teori memiliki tiga karakteristik dasar,
yaitu :
1. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang
ada (the ability of explain)
2. Kemampuan untuk memprediksi (the ability of predict)
3. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given
phenomena).
Pada dasarnya terdapat tiga tujuan mempelajari teori akuntansi,
yaitu :
1. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada
2. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang
saat ini dilakukan
3. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok,
yaitu ilmu murni, ilmu deskriptif, ilmu derivative, ilmu sinoptis, dan ilmu
terapan. Ilmu terapan adalah disiplin ilmu yang secara khusus terpisah
dari disiplin ilmu yang lain, namun bisa juga kombinasi dari berbagai
prinsip yang diambil dari disiplin ilmu lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan praktis ilmu tersebut, contohnya ilmu akuntansi.
Jika dikaitkan dengan bangunan dari suatu ilmu (body of language),

akuntansi sektor publik dikatakan memiliki teori yang mapan apabila
terpenuhi beberapa persyaratan. Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar
(basic concept) sebagai landasan ilmu tersebut (philosophical foundation),
postulat, teori, konsep, prinsip, standar dan praktik aplikasi. Akuntansi
sektor publik sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu akuntansi.

3

Oleh karena itu, pengembangan teori akuntansi publik sangat tergantung
pada perkembangan ilmu akuntansi.
Pengembangan

akuntansi

sektor

publik

dilakukan


untuk

memperbaiki praktik yang saat ini dilakukan. Hal ini terkait dengan upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan sektor publik, yaitu laporan
keuangan yang mampu menyajikan informasi keuangan yang relevan dan
dapat diandalakan (reliable). Untuk menghasilkan laporan keuangan
sektor publik yang relevan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala
(constraints) yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut
adalah :
1. Obyektivitas
Obyektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan
laporan keuangan yang relevan. Laporan keuangan disajikan oleh
manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah dicapai oleh
manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal
yang menjadi stakeholder organisasi.
Seringkali terjadi masalah objektivitas laporan kinerja disebabkan oleh
adanya benturan kepentingan manajemen dengan kepentingan
stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik

akuntansi

yang

sama

untuk

menghasilkan

laporan

keuangan

organisasi selama beberapa periode waktu secara berturut-turut.
Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode
akuntansi merupakan hal yang sangat penting karena organisasi
memiliki orientasi jangka panjang (going concern) sedangkan laporan
keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu periode. Oleh karena

itu, agar tidak terjadi keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi
oleh pihak eksternal, maka organisasi perlu konsisten dalam
menerapkan metode akuntansinya.

4

3. Daya Banding
Laporan

keuangan

sektor

publik

hendaknya

dapat

diperbandingkan antar periode waktu dan dengan instansi lain yang

sejenis. Kendala daya banding terkait dengan obyektifitas karena
semakin obyektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi
daya bandingannya karena dengan dasar yang sama akan dapat
dihasilkan laporan yang berbeda.
4. Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial,
politik serta untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan
tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian laporan terkait dengan
lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk menghasilkan
laporan keuangan.
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya Semakin
banyak informasi yang dibutuhkan, semakin banyak pula biaya yang
dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam Penyajian laporan keuangan
bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi
keputusan, atau jika informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan

keputusan yang berbeda. Penentuan materialitas memang bersifat
pertimbangan subjektif (subjective judgement), namun pertimbangan
tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangn
yang

digunakan

merupakan

mendasarkan pada teknik tertentu.

5

professional

judgement

yang

B. FOKUS PENGUKURAN, SISTEM PENCATATAN DAN BASIS

AKUNTANSI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1. Fokus Pengukuran
Akuntansi keuangan sektor publik adalah salah satu jenis
akuntansi maka dalam akuntansi keuangan sektor publik juga terdapat
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan
transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi pada organisasi sektor publik.
Proses pengidentifikasian adalah pengidentifikasian transaksi ekonomi
agar dapat membedakan transaksi yang bersifat ekonomi dan yang
tidak. Transaksi yang bersifat ekonomi adalah segala aktivitas yang
berhubungan dengan . Oleh karena itu, proses pengidentifikasian
berkaitan erat dengan proses pengukuran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pengukuran adalah proses
penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos
dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan
keuangan menggunakan nilai historis atau sebesar nilai wajarnya. Aset
dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi
yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban tersebut atau
nilai nominal. Pengukuran pos-pos laporan keuangan pemerintah
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata
uang asing harus dikonversi terlebih dahulu dan kemudian dinyatakan
dalam mata uang rupiah.
2. Sistem Pencatatan
Akuntansi keuangan sektor publik merupakan salah satu jenis
akuntansi

yang

di

dalamnya

tentu

terdapat

juga

proses

pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksitransaksi ekonomi yang terjadi di organisasi sektor publik. Proses
selanjutnya

setelah

pengidentifikasian

dan

pengukuran

adalah

pencatatan. Sementara itu, sistem pencatatan di dalam akuntansi

6

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem pencatatan single entry, double
entry dan triple entry.
a. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan
sistem tata buku tunggal atau tata buku. Pada sistem ini, pencatatan
transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi
yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan
dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
pengeluaran. Pencatatan semacam ini disebut pembukuan dan
merupakan bagian kecil dari akuntansi.
Sistem pencatatan single entry atau tata buku memiliki beberapa
kelebihan yaitu sederhana dan mudah dipahami. Akan tetapi, sistem ini
memiliki kelemahan antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang
memudahkan penyusunan laporan), sulit untuk menemukan kesalahan
pembukuan yang terjadi dan sulit dikontrol.
Sebelum era reformasi, landasan hukum bagi pelaksanaan
akuntansi pemerintahan adalah Undang-Undang (UU) No. 5 Tahun
1974, PP No. 5 dan 6 Tahun 1976 dan Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA) Tahun 1981. Pengelolaan keuangan pemerintahan
pada era pra reformasi tersebut menggunakan sistem pencatatan
single entry. Satu-satunya laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya berupa
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disajikan berdasarkan
sumbangan perhitungan anggaran dari departemen/lembaga yang
disusun secara manual dan menggunakan sistem pencatatan single
entry. Akibatnya, pemerintah tidak memiliki catatan mengenai aset
tetap, piutang, utang dan ekuitas dari suatu entitasnya pada saat itu.
Oleh karena itu, pada era tersebut, pemerintah tidak pernah
menampilkan

neraca

sebagai

bentuk

laporan

keuangan

merupakan gambaran mengenai posisi keuangan pemerintah.

7

yang

b. Double Entry
Sistem pencatatan double entry atau juga disebut dengan tata
buku berpasangan adalah sistem pencatatan di mana transaksi
ekonomi di catat dua kali. Oleh karena itu, pada sistem pencatatan
double entry terbagi dua sisi yaitu debit di sisi kiri dan kredit di sisi
kanan. Setiap pencatatan transaksi harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi sebagai berikut.
Aset = Utang + Ekuitas
Aset + Belanja = Utang + Ekuitas Dana + Pendapatan
Pada sistem pencatatan double entry organisasi sektor publik,
termasuk pemerintah, transaksi yang berakibat bertambahnya aset
akan dicatat pada sisi debit sedangkan yang berakibat berkurangnya
aset dicatat pada sisi kredit. Hal yang sama juga dilakukan dalam
mencatat

belanja.Sementara

untuk

utang,

ekuitas

dana

dan

pendapatan dicatat di sisi debit jika suatu transaksi mengakibatkannya
berkurang

dan

dicatat

di

sisi

kredit

jika

suatu

transaksi

mengakibatkannya bertambah.
Kelemahan yang dimiliki sistem pencatatan

single entry

menyebabkan pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik
beralih ke sistem pencatatan double entry.Berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 29 Tahun 2002 yang
kemudian ditetapkan oleh PP No. 24 Tahun 2005 mengenai standar
akuntansi pemerintahan, sistem pencatatan yang resmi digunakan
sejak itu adalah sistem pencatatan double entry.
c. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan
dengan menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah
dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi, sementara sistem
pencatatan double entry dijalankan pada pemerintahan, pejabat
penatausahaan keuangan (PPK) satuan kerja pemerintah daerah
(SKPD) maupun bagian keuangan atau satuan kerja pengelola

8

keuangan daerah (SKPKD) juga mencatat transaksi tersebut pada buku
anggaran, sehingga pencatatan tersebut berefek pada sisa anggaran.
3. Basis Akuntansi
Salah satu proses dalam akuntansi yang penting adalah
masalah pengakuan (recognition). Proses ini berkaitan dengan kapan
suatu transaksi ekonomi diakui kemudian dicatat. Berdasarkan PP No.
71 Tahun 2010, pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam
catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan
pembiayaan, sebagaimana yang termuat dalam laporan keuangan
entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam
pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang
terpengaruh oleh kejadian atau perisitiwa terkait.
Pengakuan dapat disimpulkan sebagai penentuan kapan suatu
transaksi dicatat. Oleh karena itu, dalam penentuan tersebut,
digunakan bebagai basis/dasar akuntansi. Basis akuntansi adalah
himpunan dari standar-standar akuntansi yang menetapkan kapan
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya harus diakui
untuk tujuan pelaporan keuangan. Secara umum, basis akuntansi
terbagi atas dua jenis yaitu basis kas dan basis akrual. Akan tetapi,
basis akuntansi pada organisasi sektor publik, khususnya pemerintah,
meliputi basis kas, basis kas modifikasian, basis kas menuju akrual
dan basis akrual.
a. Basis Kas
Basis kas hanya mengakui arus kas masuk dan kas keluar.
Basis kas menetapkan pengakuan transaksi ekonomi hanya dilakukan
apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan kas. Apabila suatu
transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi
tersebut tidak dicatat.
Basis kas digunakan di berbagai organisasi sektor publik. Basis
kas telah digunakan dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia

9

selama era pra reformasi. Hal ini dikarenakan pada era tersebut
pemerintah hanya fokus pada perhitungan anggaran negara yang
mana dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan
basis kas bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada
saat kas diterima dan belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat kas dikeluarkan.
Keunggulan basis kas adalah mencerminkan pengeluaran yang
aktual, riil dan objektif. Akan tetapi dengan basis kas, tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu kegiatan, program atau aktivitas tidak dapat diukur
dengan baik. Oleh karena itu, muncul basis kas modifikasian di mana
organisasi tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aset dan
utang yang timbul.
b. Basis Kas Modifikasian
Menurut butir (12) dan (13) Lampiran XXIX (tentang Kebijakan
Akuntansi) Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa basis
kas modifikasian (modified cash basis) adalah kombinasi basis kas
dengan basis akrual. Pada saat itu, transaksi penerimaan atau
pengeluaran kas dicatat pada saat uang diterima atau dibayar
sedangkan pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui
transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan
atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum
terealisasi. Oleh karena itu, penerapan basis akuntansi ini menuntut
bendahara pengeluaran mencatat transaksi dengan basis kas selama
tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun
anggaran berdasarkan basis akrual.
c. Basis Kas Menuju Akrual
Menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, basis kas menuju akrual adalah ketika pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan
aset, utang dan ekuitas dana dicatat dengan basis akrual. Oleh karena
itu, pada PP No. 24 Tahun 2005, laporan keuangan pemerintah hanya

10

meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat kas diterima dan belanja diakui pada saat
kas dikeluarkan. Sedangkan basis akrual untuk neraca berarti bahwa
aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar. Governmental Accounting
Standards

Board

(GASB)

merekomendasikan

penerapan

basis

akuntansi yang tidak murni berdasarkan basis kas dan basis akrual.
GASB sangat memperhatikan fokus perhitungan akuntansi dan basis
akuntansi.
d. Basis Akrual
PP No. 71 Tahun 2010 hadir menggantikan PP No. 24 Tahun
2005 sebagai standar akuntansi pemerintahan yang baru. Keberhasilan
penerapan basis akrual dalam laporan keuangan pemerintah Selandia
Baru memberikan dorongan perubahan basis akuntansi di Indonesia.
Basis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
dapat dipercaya, lebih akurat, komperhensif dan relevan untuk
pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Pengaplikasian basis akrual di dalam akuntansi sektor publik
pada dasarnya untuk menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pelayanan publik dan harga pelayanan yang
dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan sektor swasta
karena orientasi organisasi sektor publik difokuskan pada optimalisasi
pelayanan publik.
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, pemerintah pusat dan
daerah harus menerapkan akuntansi berbasis akrual penuh (full
accrual) selambat-lambatnya pada tahun 2015. Basis akrual adalah
basis akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan bukan hanya pada

11

saat kas atau setara kas diterima atau dibayar). Oleh karena itu,
transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan
akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
Ragam laporan dalam konsep akrual tidak dibuat seragam. Tiap
organisasi

sektor

publik

mempunyai

daftar

laporan

yang

memungkinkan jumlahnya berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
yang terjadi lebih disebabkan karena perbedaan kerja antar organisasi.
Namun,

persamaannya

terjadi

dalam

proses

pelaporan

posisi

keuangan dan pelaporan operasional di berbagai organisasi karena
alur penerimaan dan pembayaran yang konsisten antar organisasi.
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, laporan keuangan yang
wajib dihasilkan pemerintah pusat dan daerah terbagi atas dua jenis
pelaporan yaitu pelaporan finansial dan pelaporan pelaksanaan
anggaran. Pelaporan finansial meliputi neraca, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan, laporan operasional dan laporan
perubahan ekuitas. Sementara itu, pelaporan pelaksanaan anggaran
meliputi laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo
anggaran lebih. Pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam
pelaporan finansial diakui berdasarkan basis akrual. Sedangkan,
pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran diakui berdasarkan basis yang ditetapkan dalam anggaran
pendapatan belanja negara/daerah (APBN/D).
Penerimaan

dan pengeluaran

dalam laporan

operasional

berhubungan dengan penerimaan dan pemasukannya, yang berarti
bahwa basis akrual memberikan alat ukur untuk barang dan jasa yang
dikonsumsi, diubah dan diperoleh. Basis akrual juga menunjukkan
gambaran pendapatan dan sebagai alat ukur modal. Akan tetapi, basis
akrual membutuhkan pertimbangan subjektivitas dalam penentuan pos
dan besaran transaksi yang dicatat dan membutuhkan prosedur
administrasi yang rumit serta peluang manipulasi keuangan yang sulit
dikendalikan.

12

C. KONSEP AKUNTANSI DANA
1. Pengertian Akuntansi Dana
Pada organisasi sector publik masalah utama yang dihadapi
adalah pencarian sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana
dan peran anggaran sangat penting dalam organisasi sector publik.
Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian “dana”
dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap – tiap dana tersebut harus
ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan
harus diambilkan dari satu laci dan tagihan lainnya diambil dari laci
lainnya. Namun saat ini “ dana” dimaknai sebagai entitas anggaran dan
entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan
utang diperhitungkan didalamnya.
Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter
(1947) untuk tujuan organisasi bisnis. Pada waktu itu ia melihat bahwa
antara perusahaan pribadi dengan perusahaan badan memiliki
beberapa

kelemahan.

Kelemahan

tersebut

adalah,

pertama

perusahaan perorangan (milik pribadi) kurang menguntungkan bila
dibandingkan dengan perusahaan yang dimiliki publik (perseroan
terbatas). Kedua, adanya kesalahan dalam memahami makna entitas.
Berdasarkan kedua hal tersebut Vatter berpendapat bahwa reporting
unit harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan organisasi dilihat
sebagai satu rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan
organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari
laporan keuangan dana yang menjadi bagian organisasi.
Pengertian dana berdasarkan GASB (1999 par.208) adalah:
“A fiscal and accounting entity with a self balancing set of
accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities ang residual equitities or balances, and change
therein, which are segregated for the purposes of carrying on specific
activities or attaining ceratin objectives in accordance with special
regulations, restrictions, and limitations.”

13

Perbandingan antara akuntansi dana pada organisasi bisnis
dengan organisasi sektor publik digambarkan sbb:
Organisasi
Bisnis

Organisasi Sektor Publik
Dana 1
Dana 2
A= U + SD
A = U + SD
Dana 3
Dana 4
A= U + SD
A= U + SD
aktiva
utang jangka
tetap
panjang

A = U + KB

Keterangan
A = aktiva
SD = saldo dana
--------- organisasi

secara

KB = kekayaan bersih
U - Utang
keseluruhan yang mana

laporan

konsolidasian biasanya tidak tersedia.
Sistem

akuntansi

pemerintah

yang

dilakukan

dengan

menggunakan konsep dana memrlukan suatu unit kerja sebagai entitas
akuntansi (accounting entity) dan entitas anggaran (budget entity) yang
berdiri sendiri. Penggunaan akuntansi dana merupakan salah satu
perbedaan utama antara akuntansi pemerintahan dengan akuntansi
bisnis. Sistem akuntansi dana adalah metode yang menekankan pada
pelaporan pemanfaatan dana, bukan pelaporan itu sendiri.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan akuntansi sektor
publik:
a. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Digunakan untuk mencatat nilai aktiva utang, perubahan aktiva
bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan
yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini
digunakan pada organisasi pemerintahan (governments funds)
b. Dana yang tidak dapat lagi dibelanjakan (nonexpectable funds)

14

Untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang dan modal untuk
kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada
organisasi bisnis (properiority funds)
2. Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai
berikut
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan
akuntansi yang kita kenal pada akuntansi keuangan yang digunakan
dalam perusahaan komersial yang berupa
AKTIVA = KEWAJIBAN = EKUITAS
Di sini terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana
dan ekuitas. Di perusahaan, selisih antara aktiva dan utang adalah
ekuitas yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan
tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di organisasi sektor
publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan siapapun
karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi
sektor public
D. BASIS AKUNTANSI DAN FOKUS PENGUKURAN
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus
pengukuran (measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan
transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Contoh, bila organisasi
mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika transaksi tersebut
memiliki dampak ekonomi yang substantif. Kalau yang diadopsi adalah
basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang berhubungan dengan
transaksi tersebut diterima atau dibayarkan.
Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa
yang akan dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa
saja yang diakui secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep
basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan
salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain. Contoh, kalau

15

basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannnya juga atas kas saja,
sehingga implikasinya hanya kativa lancar kas yang dilaporkan dalam
neraca. Perubahan dalam aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak
diakui. Misalkan sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp 200
juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis kas dengan fokus
pengukuran sumber daya jangka pendek adalah:
Belanja Kendaraan

200.000.000

Kas

200.000.00

0
Dengan

cara

tersebut,

pemerintah

tidak

akan

melaporkan

kendaraan sebagai aktiva di neracanya. Pemerintah akan mencatat baik
kenaikan maupun penurunan kas di Laporan Pendapatan dan Belanja
Dana (Fund’s Statement or Revenues and Expenditure) atau laporan yang
sebanding yang menjelaskan perubahan dalam saldo dana. Dampaknya,
kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli, yang nantinya
akan ditutup ke ekuitas dana (fund balance).
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti
diharuskan untuk perusahaan, maka fokus pengukurannya biasanya
meliputi semua sumber daya ekonomi dan neracanya akan melaporkan
semua aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak lancar. Perubahan
dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka panjang diakui sebagai
pendapatan atau beban. Misalnya sebuah organisasi membeli kendaraan
seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis akrual
penuh adalah:
Kendaraan

200.000.000

Kas

200.000.00

0
Di banyak lingkungan pemerintahan, basis akuntansi dan fokus
pengukuran menjadi permasalahan tersendiri muncul karena banyak
entitas pemerintahan yang menggunakan anggaran dengan berbasis kas
sehingga dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis kas pula.
Dalam konteks tersebut, dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis

16

kas yang akan menghasilkan informasi yang bersifat jangka pendek.
Permasalahan muncul karena entitas tersebut juga dituntut untuk
menyusun neraca yang juga menyajikan informasi yang bersifat jangka
panjang (aktiva tetap dan utang jangka panjang). Dengan kata lain, dalam
lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan
basis kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah
berkembang basis akuntansi yang disebut dengan basis kas yang
dimodifikasi (cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian
kendaraan senilai Rp 200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan,
yaitu:
 Belanja Kendaraan

200.000.000

Kas

200.000.000

 Kendaraan

200.000.000

Ekuitas Dana

200.000.000

Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntutan fokus pengukuran
jangka panjang.
Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan
kewajiban jangka panjang di neraca dananya, entitas tersebut harus
melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan kewajiban tersebut.
Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua sumber
daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas aktiva
dan kewajiban yang ada di neraca saja. Oleh karena itu, entitas wajib
membuat catatan akuntansi atas semua aktiva dan kewajiban serta
memasukkan dalam laporan keuangan suatu skedul yang tidak hanya
menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut namun juga
menunjukkan perubahannya dalam tahun tersebut.

17

E. TEKNIK AKUNTANSI
Teknik-teknik akuntansi sektor publik merupakan teknik-teknik
akuntansi keuangan yang diadopsi oleh organisasi sektor publik. Teknik
akuntansi sektor publik meliputi akuntansi dana, akuntansi anggaran dan
akuntansi komitmen. Pada dasarnya, teknik-teknik akuntansi tersebut
tidak bersifat mutually exclusive yaitu penggunaan salah satu teknik
akuntansi tidak menolak penggunaan teknik lainnya. Oleh karena itu,
suatu organisasi sektor publik dapat menggunakan teknik akuntansi yang
berbeda-beda dan bahkan dapat menggunakan teknik akuntansi yang
berbeda secara bersama-sama.
Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi sektor publik,
yaitu:
1.

Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang

menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat
serta

berpasangan.

Akuntansi

anggaran

banyak

digunakan

oleh

organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan
menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan
anggaran

dalam

siklus

perencanaan–

pengendalian–pertanggung

jawaban.
2.

Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui

transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi
akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui
pendapatan

ketika

faktur

dikeluarkan.

Akuntansi

komitmen

dapat

digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Berhubungan dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen
berfokus pada pesanan yang telah dibuat.

18

3.

Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Organisasi sektor publik membuat dana-dananya (funds) ke dalam

sistem akuntansi, dimana pemasukan yang dimiliki akan diklasifikasikan
ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu.
Akuntansi dana digunakan untuk mengendalikan dana yang terikat atau
dibatasi penggunaannya (restricted fund) tersebut sekaligus untuk
menjamin adanya ketaatan dan persyaratan yang ada.
4.

Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas

diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash
basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan objektif.
Dalam GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena
tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis,
tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas
tidak dapat diukur dengan baik.
5.

Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas.

Teknik akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan
yang lebih dapat dipercaya, lebih akrual, komprehensif dan relevan untuk
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Basis akrual
diterapkan berbeda antara proprietary fund (fund accrual) dengan
governmental fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur
dalam proprietary fund, sedangkan expenditure fokus pada general funds.
Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode
akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan
dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah
untuk menentukan cost of service and charging for service, yaitu untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan

19

pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan
kepada publik.
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi
berbasis akrual
a. Basis kas: Penerimaan kas – Pengeluaran kas = Perubahan kas.
b. Basis akrual: Pendapatan – Biaya = Rugi/ Laba.
c. Pendapatan: Penerimaan kas selama satu periode akuntansi –
Saldo awal piutang + Saldo akhir piutang.
d. Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo
awal utang + Saldo akhir utang.
F. BUDGETARY ACCOUNTING, COMMITMENT ACCOUNTING
1.

Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang

menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat
serta

berpasangan.

Akuntansi

anggaran

banyak

digunakan

oleh

organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan
menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan
anggaran

dalam

siklus

perencanaan–

pengendalian–pertanggung

jawaban. Dalam teknik ini, anggaran dan realisasi harus selalu
dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi jika terdapat
varians (selisih). Tetapi akuntansi anggaran lebih menekankan pada
bentuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari akun itu sendiri.
Kelemahan dari teknik ini antara lain:
a. Teknik ini sangat kompleks, Akan lebih mudah dan lebih
komprehensif jika akun-akun yang ada menunjukkan pendapatan
dan biaya aktual, dan anggaran menunjukkan pendapatan dan
biaya dianggarkan.
b. Organisasi menggunakan format pelaporan dan perlakuan yang
berbeda karena level agregasi dan perbandingan antara anggaran
dan aktual yang terjadi.

20

c. Seberapa sering, atau seberapa intensifkah laporan keuangan
membandingkan antara anggaran dengan yang aktual terjadi dan
menjelaskan perbedaannya.
2.

Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui

transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi
akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui
pendapatan

ketika

faktur

dikeluarkan.

Akuntansi

komitmen

dapat

digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Berhubungan dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen
berfokus pada pesanan yang telah dibuat. Agar manajer dapat
mengendalikan anggaran, maka manajer perlu mengetahui berapa besar
anggaran

yang

telah

dilaksanakan

atau

digunakan

jika

dihitung

berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi komitmen berfokus
pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan
pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konversi
dari akuntansi komitmen menjadi akrual biasa pada akhir tahun adalah
sebagai berikut:
Pesanan yang dibuat

xxx

Belanja ABC

xxx

Belanja XYZ

xxx

Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat tetapi fakturnya
belum diterima pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun
anggaran yang baru sehingga akun yang dicatat kembali menjadi
komitmen yang dicatat.

21

G. SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi,
yaitu aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk
disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya
yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam
mengambil keputusan. Penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertanggung-jelaskan serta dapat diterima
secara umum, didasari pada prinsip akuntansi, prosedur-prosedur,
metode-metode, serta teknik-teknik yang tercakup dalam ruang lingkup
akuntansi. Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat disebut
sebagai siklus akuntansi.
“…..Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi
keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan….”
Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan
keuangan organisasi suatu periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi
terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan selama periode
tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya dimulailah
siklus

akuntansi

mulai

dari

penjurnalan

transaksi

atau

kejadian,

pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan
pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode
termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada
periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan
dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih
lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
1. Proses Pencatatan Siklus Akuntansi
Sekali lagi siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur
kegiatan akuntansi dalam suatu periode, mulai dari pencatatan
transaksi pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan
penutupan pembukuan secara keseluruhan, dan siap untuk pencatatan
transaksi periode selanjutnya. Alur proses siklus akuntansi dapat
dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
22

Tahap-tahap dalam Siklus Akuntansi

Sumber : Bastian: 2006:214
Urutan perancangan komponen siklus akuntansi meliputi:

Urutan

siklus

akuntansi

menunjukkan

posisi

strategis

dari chart of account (bagan perkiraan/daftar akun). Untuk dapat
menyediakan data, setiap transaksi perlu diklasifikasikan, diringkas,
dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Mulai dari kegiatan
pencatatan sampai dengan penyajian disebut proses akuntansi yang
terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pencatatan dan pengolongan

23

Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal. Transaksitransaksi yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku
jurnal khusus.
b. Peringkasan/pengikhtisaran
Transaksi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam
buku jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan
dibukukan dalam rekening-rekening buku besar.
c. Penyajian/Pelaporan
Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku
besar akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu
neraca, laporan surplus defisit, laporan arus kas dan laporan
perubahan ekuitas. Penyerderhanaan pekerjaan penyusunan
laporan keuangan biasanya dilakukan melalui neraca lajur
(kertas kerja).
Proses akuntansi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi
transaksi

secara

kronologis.

Tembusan

bukti-bukti

pembukuan

dibukukan ke dalam buku pembantu setiap terjadi transaksi. Setiap
bulan atau periode tertentu, buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke
akun-akun dalam buku besar. Setiap akhir periode dari buku besar
disusun laporan-laporan keuangan. Sistem akuntansi yang baik dapat
memastikan berjalannya proses penyusunan laporan keuangan,
seperti:
1. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari
setiap transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan dalam
buku jurnal.
2. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama,
merupakan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi-

24

transaksi sesuai dengan tanggal terjadinya (kronologis), dan
sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti pembukuan. Apabila
suatu transaksi yang sama sering terjadi, biasanya dibuatkan buku
jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat suatu jenis transaksi
tertentu seperti jurnal pengeluaran kas, dan lain-lain.
Akun-akun, buku besar, dan catatan yang ada dalam buku jurnal
akan dipindahkan ke dalam akun-akun yang sesuai. Akun-akun ini
disusun dalam format yang akan memudahkan penyusunan laporan
keuangan. Kumpulan dari akun-akun ini disebut sebagai buku besar.
Akun-akun dalam buku besar ini bisa diklasifikasikan menjadi
kelompok akun riil, nominal, dan campuran.
Akun riil adalah akun-akun aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang
merupakan pos-pos neraca, sehingga akun-akun riil itu merupakan
akun-akun neraca. Akun nominal adalah akun-akun pendapatan,
biaya, dan surplus/defisit yang merupakan pos-pos dalam laporan
surplus/defisit, sehingga akun-akun nominal itu merupakan akun
surplus/defisit.
Akun campuran adalah akun-akun yang saldonya mengandung
unsur-unsur akun riil dan nominal. Setiap akhir periode, akun-akun
campuran ini perlu dianalisis dan dipisahkan menjadi akun riil dan
nominal. Contoh akun-akun campuran adalah akun pembantu kantor
yang didalamnya terdiri dari jumlah bahan pembantu yang digunakan
dan persediaan bahan pembantu.
2. Proses Pencatatan Siklus Akuntansi Sektor Publik
Ketika melakukan pencatatan akuntansi, basis akuntansi dan fokus
pengukuran merupakan duahal yang penting. Basis akuntansi
menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakuiatau
dicatat, sedangkan fokus pengukuran menentukan aset atau kewajiban
apa saja yang akandiakui dalam neraca. Kedua hal ini juga saling
berkaitan. Ketika basis kas dipilih, maka transaksi dicatat pada saat
kas diterima dan dibayarkan sehingga hanya akun kas dan ekuitas
yang dilaporkan dalam Neraca. Lain halnya ketika basis akrual yang

25

digunakan,

transaksi

akan

dicatat jika secara

ekonomi telah terjadi, tanpa harus

menunggu

kas diterima atau dibayarkan.Akibatnya, dengan basis akrual ini, akunakun yang dilaporkan dalam Neraca tidak sebatas akunkas saja,
namun

semua

sumber

daya

yang

dimiliki,

utang,

dan

ekuitas.Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah informasi
yang disajikan dalam Neraca akan lebih komprehensif karena
mempresentasikan seluruh sumber daya yang dimiliki entitas.
Sayangnya, basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan
oleh semua entitas akuntansi.Entitas pemerintah merupakan entitas
yang

memiliki

karakteristik

unik

dalam

basis

akuntansinya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang
mengatur StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP), basis akuntansi
yang digunakan entitas pemerintah adalah basis kas menuju akrual
(cash toward accrual ). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas
dana dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan
Realisasi Anggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari penggunaan basis kas
menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari.
Untuk

memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan

bagai-

mana jurnal korolari ini digunakan.
Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan
senilai 100.000.000 secara tunai. Karena segala pengeluaran yang
melibatkan kas harus disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan cara:
Dr. Belanja Kendaraan

Rp100.000.000

Cr. Kas

Rp 100.000.000

Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun
riil yang akan disajikan dalam Neraca. Akibatnya,apabila hanya jurnal
tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan sebagai
bagianaktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah

26

harus disajikan dengan basis akrualatau memperesentasikan semua
sumber daya yang dimiliki dan tidak terbatas kas saja. Karena itulah,
dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal korolari sebagai solusi
penerapan basis kasmenuju akrual ini. Masih mengacu pada transaksi
di atas, maka pencatatan yang sebaiknya adalah:
Dr. Belanja Kendaraan

Rp. 100.000.000

Cr. Kas
Rp. 100.000.000
Jurnal Korolari:
Dr. Kendaraan

Rp. 100.000.000

Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap
Rp. 100.000.000
Dengan adanya jurnal korolari, belanja kendaraan telah sesuai
dicatat dengan basis kas dan disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan basis akrual
karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana
akun yang disajikandalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana,
tetapi juga aset tetap seperti kendaraan.
Contoh lain, misalnya Pemerintah Daerah melakukan pinjaman
kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp 50.000.000 yang akan jatuh
tempo dalam lima tahun mendatang dengan bunga pinjaman 10% per
tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15
januari. Jurnal yang akandibuat pada akhir tahun berdasarkan basis
akrual adalah pengakuan utang bunga yaitu sebesar Rp5.000.000
(10%*Rp50.000.000). Jurnalnya sebagai berikut:
Jurnal Korolari:
Dr.

Ekuitas

dana

yang

harus

disediakan

untuk

pembayaranbungaRp 5.000.000
Cr. Utang bunga
Rp 5.000.000
Sedangkan jurnal yang dibuat ketika pembayaran bunga (15
Januari) adalah:

27

Dr. Belanja bunga

Rp 5.000.000

Cr. Kas

Rp 5.000.000

Dr. Utang bunga

Rp 5.000.000

Cr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran
bunga Rp 5.000.000
Pencatatan transaksi tersebut telah sesuai dengan SAP karena
telah menyajikan akun Neraca dengan basis akrual dan menyajikan
akun Laporan Reliasasi Anggaran dengan basis kas.Maka dapat
disimpulkan, jurnal korolari ini penting supaya transaksi yang
melibatkan akun riilselain kas bisa tetap disajikan dalam Neraca dan
disisi lain komponen Laporan RealisasiAnggaran seperti pendapatan,
belanja, dan pembiayaan tetap dapat pula disajikan.
Dalam kaitannya

dengan

anggaran

APBN maupun

APBD,

perencanaan manajerial, serta proses pengawasan dalam entitas
pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam bagan
alir dibawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem
pengendalian

manajemen

entitas

akuntansinya.

BAB III
PENUTUP
28

pemerintah

dengan

sistem

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai teknik akuntansi sektor publik
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Fokus pengukuran meliputi proses penetapan nilai uang (moneter)
untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan yang mana menggunakan nilai historis atau sebesar nilai
wajarnya
2. Sistem

pencatatan

pada

akuntansi

berkaitan

erat

dengan

bagaimana suatu transaksi ekonomi dicatat. Sistem pencatatan
meliputi sistem pencatatan single entry, double entry dan triple
entry.
3. Basis akuntansi adalah himpunan dari standar-standar akuntansi
yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan.
Basis

akuntansi

pada

organisasi

sektor

publik,

khususnya

pemerintah, meliputi basis kas, basis kas modifikasian, basis kas
menuju akrual dan basis akrual.
4. Teknik-teknik akuntansi sektor publik meliputi akuntansi dana,
akuntansi anggaran dan akuntansi komitmen. Akuntansi dana
berkaitan dengan basis kas dan proses pengendalian anggaran.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi dan mencatatnya pada
saat order dilakukan. Sedangkan akuntansi anggaran merupakan
teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan
jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan.

B. SARAN

29

Keberhasilan

penerapan

standar

akuntasi

bergantung

kepada

pemahaman pemakainya terhadap konsep-konsep yang mendasari
penyusunan standar tersebut. Oleh karena itu, kami merasa perlu
diadakannya

pelatihan

mengenai

teknik-teknik

akuntansi

secara

organisasi sektor publik, yaitu teknik-teknik akuntansi seperti proses
pengukuran,

pengakuan,

pencatatan

hingga

penyusunan

laporan

keuangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan laporan
keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik sebagai
organisasi yang menggunakan dana masyarakat untuk kepentingan non
profit.

DAFTAR PUSTAKA

30

Teknik

akuntansi

sektor

publik.2014.

http://hamtox.blogspot.co.id.

Diakses Tanggal 30 September 2017.
Teori dan Teknik akuntansi sector publik. 2013. http://matkulakuntansijami.blogspot.co.id. Diakses Tanggal 30 September 2017.
Teknik akuntansi keuangan sector publik. 2011. http://blogbermanfaatnez.blogspot.co.id. Diakses Tanggal 30 September 2017.
Teknik

akuntansi

sector

publik.

2016.

https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com. Diakses Tanggal
30 September 2017.
Teknik-teknik

akuntansi

keuangan

sector

public.

2011.

http://miftasepta17.blogspot.co.id. Diakses Tanggal 30 September
2017.

31