LAPORAN PRAKTIKUM acara 1 dan

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI AKUATIK

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Niken Ayu S

(L1A017004)

Farakh Aura A (L1A017017)
Davi Pratama

(L1A017018)

Amar Noor H

(L1A017049)

Asisten:
Siti Khumaeroh


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018

DAFTAR ISI

ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN PERSIAPAN

DisusunOleh:
KELOMPOK 4
Niken Ayu S

(L1A017004)

Farakh Aura A (L1A017017)
Davi Pratama


(L1A017018)

Amar Noor H

(L1A017049)

Asisten:
Siti Khumaeroh

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018

I.
I.1.

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme yang tidak dapat

dilihat dengan mata telanjang untuk

meneliti apa saja yang terkandung di dalam

mikroorganisme. Dalam meneliti mikroorganisme diperlukan teknik atau cara – cara khusus
untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti
mikroorganisme baik sifat maupun karakteristiknya, tentu diperlukan adanya pengenalan alat
yang akan digunakan serta mengetahui cara penggunaan alat – alat yang berhubungan dengan
penelitian unutk memudahkan dalam melakukan penelitian (Dwidjoseputro, 2003).
Alat – alat yangigunakan dalam penelitian harus dalam keadaan steril atau bebas dari
kuman, bakteri, virus dan jamur. Perlu adanya pengetahuan tentang cara – cara atau teknik
sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat – alat yang digunakan memiliki teknik sterilisasi yang
berbeda (Dwidjoseputro, 2003). Laboratorium, seperti layaknya tempat bekerja harus dapat
memberikan kenyamanan, kesehatan dan keamanan kepada semua orang yang bekerja
didalamnya, termasuk pengelola laboratorium itu sendiri. Untuk itu, perlu studi kelayakan
mengenai perencanaan dalam merancang laboratorium kimia yang meliputi adanya prosedur
pengoperasian baku yang memerhatikan kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) dilaboratorium,

adanya ventilasi dan perlengkapan pelindung yang berfungsi baik, adanya penataan dan
pengelolaan bahan kimia dan peralatan laboratorium, serta adanya prosedur pengolahan limbah
laboratorium (Day & Underwood, 1998).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau mengetahui tentang
alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk
mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium
dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di
laboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada
pemahaman seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu
volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih benar (Day &
Underwood, 1998).

Dalam mengukur suatu zat atau benda hendaknya menggunakan suatu alat, alat yang
digunakan mengukur suatu zat dalam kimia adalah gelas ukur, akan tetapi hasil pengukuran dari
gelas ukur sangat kurang tepat, sehingga dalam penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu
contoh alat pengukuran lain yang mempunyai tingkat ketelitian lebih baik dari pipet isap, namun
pengukuran dengan pipet sendiri tidak terlepas dari kesalahan (Rohman, 1998).
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau
proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali

berdasarkan namanya.Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan
kata meter seperti thermometer,hygrometer dan spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang
disertai

dengan

informasi

tertulis,

biasanya

diberi

tambahan

“graph”

seperti


thermograph,barograph (Rohman, 1998).
Dari uraian tersebut,tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenai
kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam
penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum
biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak
digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan (Rohman,1998).
I.2.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :

1.

Mengenal dan mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium dalam praktikum
Mikrobiologi Industri.

2.

Mengetahui metode aseptis yang dipergunakan dalam praktikum Mikrobiologi Industri.


II.
II.1.

MATERI DAN METODE

Materi

II.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Inkubator, gelas ukur,
autoclave, oven, tabung reaksi, inkubator shaker, rak tabung reaksi, vortex, kompor
elektrik, mikroskop binokuler, timbangan digital, api bunsen, alumuniumfoil, spatula,
wrap, gelas beker, pipet tetes,
Erlenmeyer dan mikropipet.
II.2.
2.2.1

Metode
Cara kerja
Setiap alat yang disediakan diperhatikan, Jarum ose, petridish , tabung reaksi, dan lampu


bunsen caba digunakan.Petridish dibungkus dengan kertas paying sesuai cara yang akan
ditunjukan asisten.Kemampuan pada asisten ditunjukanPetridish dimasukan pada autoclave dan
tutup autoclave ( asisten akan menjelaskan bagian-bagian dari autoclave).Autoclave diletakan
diatas kompor.Kompor dinyalakan dan diamati udara yang akan keluar dari katup.Katup ditutup
ketika sudah banyak air yang keluar dan diamati jarum putunjuk temperatur.Nayala api kompor
dikecilkan saat jarum menunjukan temperature 121℃ sehingga temperaur setabil pada posisi
tersebut.Nyala api kompor dimatikan setelah 15 menit.

III.
3.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1.Nama Alat
No.

Nama Alat
Inkubaator


1
Oven
2

Inkubater Shaker

3

Vortex

4

Gambar

Mikroskop Binokuler

5

Pinset


6

Jarum Ose
7

Spreader

8

Mikrotube

9

Bunsen

10

Spatula


11

Gelas Beker

12

Erlenmeyer

13

Gelas Ukur

14

Tabung Reaksi

15

Rau Tabung Reduksi

16

Kompor Elektrik

17

Timbangan Digital

18

Alumunium Foil

19

Wrap

20

Pipet Tetes

21

Mikropipet

22

Autoclave

23

3.2.

Pembahasan
1. Inkubator
Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu
biakan. Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme
bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga
temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan

panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan
memberikan air di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba. Lingkungan
yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi
lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).
Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan
inkubator waterbath shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk
mengerami mikroba pada medium padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator
waterbath shaker digunakan untuk mengerami mikroba pada medium cair. Pengocokan
pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan
beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya prosedur
pengocokan pada proses inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur
di medium cair, seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan medium. Penggunaan
inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan jenis inkubator
yang lain. Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan merata kepada
kultur mikroba, karena penghantaran panas melalui air. Agitasi atau pergolakan air juga
akan meningkatkan aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga memiliki
kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi mikroba pada medium cair (Cappuccino &
Sherman, 2001).
Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal
tersebut disebabkan bakteri anaerob akan terbunuh jika terpapar dengan oksigen.
Inkubasi bakteri anaerob dapat dilakukan pada alat khusus yang mencegah kondisi
lingkungan yang kaya oksigen, yaitu alat yang disebut anaerobic jar. Anaerobic
jar mempunyai banyak tipe, salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik GasPak
system (Cappuccino & Sherman, 2001).
Prinsip kerja dari alat anaerobic jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah
dengan mengeluarkan oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak
Generator dan katalis. Sistem tersebut menggunakan bungkus kimia (GasPak Generator)
yang terdiri dari sodium bikarbonat dan sodium borohidrit, yang nantinya akan bereaksi
dengan air sehingga menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen. Proses penambahan air
dilakukan sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya. Setelah itu, paladium,
yang terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan air yang berasal dari hidrogen
dan oksigen residu. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan kandungan
karbon dioksida semakin meningkat, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang
kondusif untuk pertumbuhan bakteri anaerob (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello
dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

Untuk mengecek alat anaerobic jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat
menggunakan indikator biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan
seperti Pseudomonas aeruginosa dan Clostridium welchii. Indikator biologi dapat
digunakan untuk melihat kecukupan prosedur anaerob yang terjadi pada alat anaerob
jar. Namun, pengecekan dengan indikator biologi memerlukan waktu yang lama (harus
menunggu tahap inkubasi sampai selesai) dan hasilnya bergantung juga pada medium
yang digunakan (Watt dkk., 1976). Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan
adalah metilen biru. Metilen biru akan menjadi berkurang warnanya pada kondisi yang
kehilangan oksigen (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk.,
2010).
1. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah gelas yang berfungsi untuk mengukur volume larutan 10
hingga 2000 mL. Gelas ukur dapat digunakan untuk mengukur volume segala benda,
baik benda cair maupun benda padat pada berbagai ukuran volume. Bagian gelas ukur
yaitu tabung yang dilengkapi dengan bibir tuang dan kaki yang berbentuk heksagonal,
memiliki skala. Cara menggunakan gelas ukur yaitu gelas ukur dibersihkan dengan
aquadest sebanyak tiga kali lalu masukkan larutan kimia kedalamnya dengan pipet
sebanyak 10ml. Cara sterilisasinya di dalam autoklaf, ditutup dengan kertas lalu diikat
dengan benang godam.
2. Autoclave
Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan
memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan. Temperatur panas uap air pada tekanan
atmosfer hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan
adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15 lb/in 2) temperatur menjadi
121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih selama 15-20 menit
(Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi kultur
media, jarum suntik, dan larutan yang termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).
Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan
temperatur, tergantung material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat
autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C
(250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan
atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor
penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan
autoklaf akan memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur
media (Collins & Lyne, 2004).
Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau
tidak,diperlukan pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim

digunakan adalah endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai
karena sporanya dapat resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih
ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf sedang bermasalah. Cara
pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora bakteri dengan
material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip
ditempatkan di dalam medium cair. Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada
medium cair, berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses (Morello dkk., 2003).
3. Oven
Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda
dengan autoklaf, oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi.
Oven dapat mensterilkan barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran
udara panas tersebut didapatkan secara elektrik. Barang-barang yang disterilkan oleh
oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek metal (Collins & Lyne,
2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila diberikan panas
uap air (Harley & Prescott, 2002).
Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk
melakukan sterilisasi cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan
untuk melakukan sterilisasi pada oven, berkisar antara 160-170 °C. Apabila lebih dari
180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong (Harley & Prescott, 2002).
4. Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah gelas tahan panas yang berfungsi untuk melakukan suatu
reaksi kimia dan wadah penyimpanan medium atau larutan yang akan disterilkan. Bagian
tabung reaksi terdiri dari panjang jari-seperti kaca atau tabung plastik bening, terbuka di
bagian atas, biasanya dengan bulat berbentuk U bawah. Cara menggunakan tabung reaksi
adalah dibersihkan terlebih dahulu lalu dikalibrasi dengan aqua DM setelah itu lap
dengan kain lap atau kertas isap. Kemudian sampel yang akan direaksikan dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Lingkungan steril pada tabung reaksi dipertahankan dengan
adanya sumbat. Sumbat yang kita gunakan disini adalah sumbat kapas. Pemasangan
sumbat kapas pada tabung reaksi harus benar. Apabila terdengar bunyi blub pada saat
melepaskan sumbat maka sumbat itu telah benar. Alat ini dapat disterilisasikan dengan
dibungkus terlebih dahulu dengan kertas saring bagian atasnya lalu dibungkus dengan
kertas dan diikat, lalu dimasukkan ke dalam autoclave. (Rohman, 1998)

5. Inkubator Shaker

Shaker adalah alat yang digunakan untuk menghomogenkan dan menginkubasi
mikroba. Bagian inkubator shaker alat dilengkapi dengan pengaturan kecepatan
pengadukan dan lama waktu pengadukan serta timer. Prinsip kerjanya yaitu mengagitasi
pertumbuhan mikroba dengan kecepatan yang bisa diatur atau menghomogenkan isolatisolat dalam medium cair.
6. Rak Tabung Reaksi
Rak tabung ini bentuknya persegi panjang dengan permukaan papannya
berlubang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi agar posisi tabung
tetap tegak. Prinsip kerjanya yaitu meletakkan tabung reaksi tegak lurus dalam jumlah
banyak.
7. Vortex
Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk mencampur sejumlah bahan dalam
suatu botol. Prinsip kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan
pada botol sehingga berbagai campuran bahan yang ada di dalam botol tersebut menjadi
tercampur secara merata. Proses pencampuran bahan pada vorteks harus dilakukan di
ruangan mikrobiological safety cabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Collin &
Lyne, 2004).
8. Kompor Elektrik
Dalam penggunaannya di laboratorium kompor listrik ini berfungsi untuk
memanaskan larutan atau zat-zat kimia dengan aquadest agar zat kimia cepat larut dalam
aquadest. Cara kerja kompor listrik yaitu bila suatu tahanan R dihubungkan dengan
sumber tegangan V seperti yang ditunjukkan pada gambar, arus I akan mengalir melalui
tahanan tersebut. Sifat tahanan adalah apabila dialiri arus listrik maka tahanan tersebut
akan melepaskan panas
9. Mikroskop Binokuler
Mikroskop adalah alat optis yang digunakan untuk memperbesar bayangan objek
yang kecil. Ada dua macam mikroskop, yaitu mikroskop sederhana atau tunggal yang
hanya terdiri dari satu lensa serta mikroskop majemuk yang berisi 2 lensa. Mikroskop
terbagi atas 2 bagian besar yaitu bagian mekanik dan bagian optik. Bagian mekanik
terdiri dari tubus dan pengaturnya (kasar dan halus), revolver, pengatur kondensor dan
penggerak objek. Bagian optik terdiri dari lensa okuler, lensa objektif, kondensor dan
sumber cahaya. Selain kedua bagian tadi, pada mikroskop juga dikenal adanya
kondensor, dimana alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas cahaya yang masuk ke
dalam mikroskop. Prinsip kerjanya yaitu, meletakkan objek/preparat yang akan diamati di
atas meja sediaan dengan menggunakan kaca objek.
10.
Timbangan Digital

Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan
dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Timbangan
digital tersusun atas 3 bagian utama, yaitu load cell, weight
transmitter, weight indicator (display), dan catu daya (power supply).
Fungsinya setiap bagian bagian timbangan tersebut saling melengkapi
sehingga bisa mengukur massa dengan tepat. Prinsip kerjanya yaitu
meletakkan bahan pada timbangan tersebut kemudian melihat angka
yang tertera pada layar, dan angka itu merupakan berat dari bahan
yang ditimbang.

11.

Api Bunsen
Bunsen yaitu alat sterilisasi yang berbentuk botol pendek dengan badan yang
bundar. Dilengkapi dengan sumbu dan menggunakan spiritus sebagai bahan bakar.
Digunakan untuk memanaskan medium, mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat yang
terbuat dari platina dan nikrom seperti jarum platina dan ose. Cara menggunakannya
yaitu menyalakan Bunsen lalu memanaskan alat-alat tersebut di atas api sampai pijar.
Alat ini juga digunakan dalam pengerjaan secara aseptik yaitu dengan mendekatkan di
sekitar tempat pengerjaan mikrobia untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Prinsip
kerjanya yaitu mensterilkan dengan pijaran api kecil.
12.
Alumuniumfoil
Aluminium foil digunakan sebagai penutup erlenmeyer atau
tabung reaksi. Cara menggunakannya adalah ambil aluminium foil
secukupnya, letakkan pada bibir erlenmeyer maupun tabung reaksi
kemudian rekatkan sampai tertutup rapat
13.
Spatula
Spatula berfungsi untuk mengaduk bahan kimia atau
menghomogenkan medium yang akan dibuat. Bagian spatula terdiri
dari
batang
dan
alas
pengaduk.
Prinsip
kerjanya
yaitu
menghomogenkan dengan cara mengaduk larutan tersebut dengan
menggunakan batang pengaduk.
14.

Wrap
Wrap berfungsi untuk mencegah kontaminasi bakteri setelah
dilakukanya suatu kerja.
15.
Gelas Beker
Gelas beker berfungsi untuk menyimpan, memanaskan dan
mencampur larutan kimia dan medium meskipun skala tidak terlalu

tinggi. Gelas beker adalah sebuah wadah yang menyerupai tabung,
terbuat dari kaca atau pyrex, bentuknya tinggi dengan bibir tuang dan
memiliki kapasitas 50, 100, 150, 250, 400, 600, 1000, dan 2000 ml.
Prinsip kerjanya yaitu apabila ingin mencampurkan suatu senyawa
misal 1000 ml, maka kita pakai gelas kimia yang skala 1000 ml. Kita
hanya tinggal memasukkan senyawa yang akan dicampur.
16.

Pipet Tetes
Pipet digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan
yang akan digunakan dan dikeluarkan tetes per tetes. Pipet tetes
terbuat dari pipa kaca dan bagian ujungnya meruncing, dan dibagian
atas terdapat karet yang fungsinya untuk menghisap larutan yang
akan diambil. Cara kerjanya dengan cara menekan karet dibagian atas,
kemudian masukkan ujung pipet kedalam larutan yang akan diambil,
lepaskan karet penghisap dibagian atas saat ujung pipet sudah berada
di dalam larutan.
17.
Erlenmeyer
Labu erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan medium,
menyimpan larutan sisa, atau larutan yang akan dipergunakan, dan
tempat untuk menyimpan medium yang akan disterilkan. Labu
erlenmeyer ini memiliki bentuk kerucut dengan mulut sempit, memiliki
kapasitas 50, 100, 250, 500, 1000, dan 2000 ml. Prinsip kerjanya yaitu
sebagai wadah penyimpanan benda cair dengan jumlah besar dan
berskala yaitu dengan menyiapkan erlenmeyer yang sudah
dibersihkan lalu diisi dengan larutan yang akan di gunakan. Cara
mensterilkan labu erlenmeyer hampir sama dengan dengan tabung
reaksi, yaitu menutupnya dengan kapas sampai rapat, kemudian
dilapisi dengan aluminium foil. Kemudian dimasukkan ke dalam oven
18.

Mikropipet

Mikropipet beserta tipnya berfungsi memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Bagian dari
mikopipet yaitu tombol penekan, tombol pelepas tip, penunjuk skala
volume, batang mikropipet, dan ujung pipet. Cara kerjanya yaitu
dengan mengatur volume sesuai yang diinginkan, kemudian
Memasang tips dengan merek yang sama dengan pipetnya karena
tidak semua pipet cocok dengan tip yang tersedia selanjutnya tingal
mengambil atau mengeluarkan sampe yang kita ambil. Cara sterilisasi

mikropipet yaitu harus tetap dikalibrasi, karena dengan dikalibrasi
akan menjamin keakuratannya.
19.
Spreader
Spreader merupakan alat kaca yang berfungsi untuk
menyebar medium atau mikrobia pada cawan petri. spreader terdiri
dari dua bagian yaitu batang panjang silindris dan alas pengaduk
berbentuk segitiga pada ujung batangnya. Prinsip kerjanya yaitu,
medium atau mikrobia yang berada pada cawan petri diratakan
dengan menggunakan alat ini secara perlahan.
20. Petridish
Petridish yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini
digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Bagian petridish
terdiri dari wadah bulat dangkal yang terbuat dari kaca atau plastik yang memiliki tutup.
Cara kerjanya yaitu, medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan
menggunakan penutup cawan. Cara mensterilkan petridish adalah dengan
membungkusnya dalam kertas sampul coklat dengan posisi tutup cawan berada di atas
agar uap air tidak dapat masuk melalui celah antara cawan petri. Kemudian cawan petri
diletakkan dalam oven. Apabila cawan akan digunakan dalam suatu pengkulturan, maka
mulut cawan petri harus dibakar terlebih dahulu dengan memutarnya di dekat api bunsen.

IV.
4.1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :.
1. Dalam praktikum mikrobiologi terdapat berbagai alat yang berbedabeda fungsinya, oleh karena itu praktikan harus mengenal dan
mengetahui fungsi dan cara menggunakannya, agar dapat melakukan
praktikum dengan lancer dan benar.
2. Dalam praktikum mikrobiologi selain harus mengetahui cara
menggunakan dengan benar praktikum juga harus memperhatikan
metode aseptis karena ketika pengerjaan mikrobiologi, diperlukan
kondisi yang aseptik dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat
harus benar-benar steril.

4.2.

Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan dapat empelajari
terlebih dahulu kegunaan dan cara menggunakan alat agar ketika
praktikum praktikan dapa bekerja dengan mudah dan sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino & Sherman, 2001. Mikrobiologi pangan. Media Puustaka . Jakarta
Collins & Lyne. 2004.Microbiological Method Eighth edition. Patterson.London
Day & Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi Revisi, Terjemahan R. Soendoro
dkk. Erlangga. Jakarta
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Harley and Presscot. 2002. Laboratory Exercise in Microbiology. The kings. USA
Morello dkk., 2003.Laboratory Manual and Workbook in Microbiology. Louds. USA

Patching & Rose, 1970. Pentunjuk Mikrobiologi. Erlangga . Jakarta
Rohman, Taifiqur. 1998. Penanganan Bahan Kimia Dengan Alat Gelas Kimia Serta
Penanganan Korban Akibat Kontak Dengan Bahan Kimia. Makalah Seminar Pada
Pelatihan Dosen Biokimia. Banjarbaru
Tortra, dkk. 2010. Microbiology an Introduction .Addison Wesley.Canada
Watt.1976. Dasar-dasar Mikrobiologi. Gajah tunggal. Malang

ACARA II
PENGENALAN DAN PERSIAPAN MEDIA

DisusunOleh:
KELOMPOK 4
Niken Ayu S

(L1A017004)

Farakh Aura A (L1A017017)
Davi Pratama

(L1A017018)

Amar Noor H

(L1A017049)

Asisten:
Siti Khumaeroh

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Makhluk hidup yang ada dibumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat
dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya
dapat dilihan dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad renik)
merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Mikroorganisme mempengaruhi
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak positif
maupun negatif bagi kehidupan manusia (Kusnadi,2003). Medium ialah suatu bahan yang terdiri
atas campuran nutrisi (zat makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termasuk
bakteri patogen tanaman. Selain itu menumbuhkan mikrobia medium dapat digunakan pula
untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroba (Khaeruni dan Satrah, 2014).
Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan
mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks.
Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air,
karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).
Media dapat digolongkan berdasarkan atas susunan kimianya, sifat wujudnya dan
fungsinya. Penggolongan media berdasarkan susunan kimia :
1.

Media anorganik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik

2.

Media organik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan organik

3.

Media sintetik (media buatan). Yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti.

Media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan suatu mikroba
4.

Media non sintetik. Yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan

pasti. Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba
(Sutedjo,1996).
Penggolongan media berdasarkan sifat wujudnya
1.

Media cair yaitu media yang berbentuk cair

2.

Media padat. Yaitu media yang berbentuk padat. Media ini dapat berupa bahan organik

alamiah, misalnya yang dibuat dari kentang, wortel, dan lain-lain, atau dapat juga berupa bahan
anorganik misalnya silica gel
3.

Media padat yang dapat dicairkan, (semi solid), yaitu yang apabila dalam keadaan panas

berbentuk cair, sedangkan dalam keadaan dingin berbentuk padat, misalnya media agar
(Sutedjo,1996).

Sterilisasi merupakan metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari
mikroorganisme,atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme sangat
berbeda, dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba.Sterilisasi dengan
panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu
yang cukup lama untuk merusak mikroba dan aktivitas enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang
disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses
sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya (Irianto,
2006).
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya, sangat
membutuhkan energi dan bahan-bahan untuk membangun pertumbuhannya, seperti dalam
sintesa protoplasma dan bagian-bagisn sel yang lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien.
Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel memerlukan sejumlah kegiatan, sehingga
menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang terarah yang berlangsung di
dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di
dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang
disebut katalisator organik atau biasa disebut biokatalisator yang dinamakan enzim. Untuk dapat
memahami tentang nutrisi dan metabolisme ini, pengetahuan dasar biokimia angat dibutuhkan
(Natsir dan Sartini, 2006).
1.2.

TujuanTujuan praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui beberapa jenis media untuk kultivasi mikro organisme.
2. Mengetahui cara menyiapkan media sebelum digunakan untuk kultivikasi
Mikro organ.

II.
2.1.

MATERI DAN METODE

Materi
2.1.1.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbamgan

digital, erlenmeye, kompor listrik, tabung reaksi, autoclave , dan petridish
2.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah media
TSA (Trypticase Soy Agar), garam, aquades 50 mL, TCBSA (Thiosulfate
Citrate Bilesalt Sucrose), PDA (Potato Dextrose Agar), GSP ( Gelatin
Soy Agar), TSB (Trypticase Soy Broth)

2.2.

Metode
A. Simulasi menuangkan agar ke cawan
Usahakan semuanya dalam keadaan aseptis, nyalakan api bunsen, bakar bagian
pinggir cawan . Usahakan dalam menuang media langsung dituangkan dan tidak
menenpel antara mulut labu erlenmeyer dengan cawan, agar bakteri dari mulut labu
erlenmeyer tidak masuk dan posisi menuangkan dilakukan dibelakang api bunsen
agar tidak terkontaminasi bakteri. Usahakan posisi cawan tidak murni dan dalam
menuangkan agar ke dalam cawan petri diusahakan penuh sampai tidak kelihatan
permukaan cawannya lagi. Cawan petri yang telah berisi agar dibakar kembali beserta
bagian pinggirnya, letakkan cawan petri dengan posisi tidak miring.
B. Cara memasak atau membuat agar
Penggunaan TSA ( Trip Soy Agar ) 40 gr untuk 1 liter akuades, maka pada
praktikum kali ini menggunakan 2 gr TSA untuk 50 ml akuades. TSA untuk
menumbuhkan bakteri secara umum, TCBSA ,GSA, PDA , untuk menumbuhkan
bakteri secara spesifik. Langkah awal TSA ditimbang seberat 2 gr, lalu TSA
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. Ditambahkan akuades sebanyak 50 ml,
erlenmeyer yang telah berisi TSA dan akuades dilarutkan dengan cara di goyanggoyangkan, lalu mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil sampai rapat, lalu
dilubangi agar ketika dipanaskan dapat menguap. Siapkan kompor dengan suhu
normal 100 derajat celcius. Letakan erlenmeyer diatas kompor yang telah panas dan
tunggu hingga mendidih. Jika telah mendidih erlenmeyer diangkat dari atas kompor,
lalu digoyang-goyangkan, tunggu hingga gelembungnya hilang, lalu panaskan
kembali sampai terdapat gelembung lagi dan begitu seterusnya hingga terdapat
gelembung besar dengan jumlah gelembung sedikit dan dipinggir-pinggir dinding
yang menandakan media agar telah matang, lalu media agar didinginkan. Sebelum
digunakan/dituangkan erlenmeyer yang berisi media di strelisasi dengan autoclave
serta mengganti alumunium foil yang baru.

III.
3.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Hasil
N
o

Nama Media

Fungsi

1

TCBSA (Thiosulfate Citrate

Media spesifik untuk menumbuhkan

2

Bilesalt Sucrose)
PDA (Potato Dextrose Agar)

bakteri, Untuk mengisolasi.
Media untuk me numbuhkan fungi

3

GSP ( Gelatin Soy Agar)

Media umtuk menumbuhkkan

4

TSB (Trypticase Soy Broth)

aeromonas
Untuk isolasi dan untuk pertumbuhan

TSA (Trypticase Soy Agar)

bermacam mikroorganisme.
Mengamati morfologi koloni,

5

mengemangkan kultus murni, dan untuk
penghitungan jumlah bakteri

3.2.

Pembahasan

3.2.1. Komposisi Media
Media tumbuh bakteri yang umum digunakan untuk menumbuhkan bakteri
akuatik tawar adalah tryptic soy agar (TSA). Kandungan dari TSA terdiri atas agar,
tryptone, soytone dan sodium chloride. Kisaran harga TSA per 500 g yang biasa
digunakan antara Rp. 850.000–1.200.000 dengan dosis pemakaian 40 g/L. Berdasarkan
komposisi penyusun TSA, ada alternatif pengganti penyusun media nonselektif bakteri
yang dapat juga digunakan untuk bakteri akuatik. Secara umum kultur media bakteri

harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, vitamin atau bahan-bahan
yang dapat mendorong pertumbuhan bakteri seperti ekstrak daging atau ragi. Ekstrak
daging mengandung pepton atau protein terhidrolisi yang banyak mengandung senyawa
nitrogen sederhana. Selain pepton, keberadaan elemen mikro seperti Ca, Mn, Na, Mg, Zn,
Co, Fe, Cu juga dibutuhkan (Collin & Lyne, 2004).
PDA merupakan media komplek dan media diferensiasi untuk pertumbuhan
jamur dan yeast sehingga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur
dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk
koloni yang dapat diikat dan dihitung (Fardiaz, 1993). Selain itu PDA (Potato Dextrose
Agar) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta
khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Komposisi medianya adalah 20%
Kentang,Agar, 1 liter Aquades ,2% Peptone (Stanier, 2001)
Media ini digunakan untuk menumbuhkan jenis bakteri Vibrio sp.
Contoh-contoh bakteri yang dapat tumbuh dalam media TCBSA serta ciri khas
bakterinya

antara

lain, Vibrio cholerae (koloni bewarna kuning), Vibrio

parahaemolticus (koloni

bewarna

hijau

dengan

pusat

biru), Vibrio

mimicus dan Vibrio damsela (koloni bewarna hijau), Vibrio vulnificus (hijau:
85% atau kuning: 15%), Vibrio hollisae (hijau) komposisinya Yeast extract = 5
gram, Bacteriological Peptone = 10 gram, Sodium thiosulphate = 10 gram,
Sodium Citrate = 10 gram,Ox bile = 8 gram, Sucrose = 20 gram, Sodium
Chloride = 10 gram ,Broom Thymol Blue = 0,04 gram ,Thymol Blue = 0,04
gram, Agar = 14 gram.Aquadest = 1000mL,PH = 8,6 (Schlegel, 1994).
Trypticase Soy Broth (TSB) merupakan media yang diperkaya, fungsinya antara
lain untuk isolasi dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Namun media ini banyak
digunakan untuk mengisolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung
pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Komposisi dari Trypticase Soy Broth yaitu 3
gram peptone soymeal, 5 gram sodium chloride,17 gram peptone casein, 2,5 gram
dipottasium hydrogenophosphat, 2,5 gram D (+) glukosa ,Dikalium fosfat. Media TSB
mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi
nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam

mikroorganisme. Dextrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan
kesetimbangan

osmotik.

Dikalium

fosfat

ditambahkan

sebagai

buffer

untuk

mempertahankan Ph (Peristiwati ,2003).
Gelatin Phoshare Salt (GPS) agar adalah karbohidrat gelatin yang kompleks, dan
ditambahkan ke kaldu LB (kaldu Lysogeny, kaldu Luria, kaldu Lennox, atau media
Luria-Bertani), untuk membentuk gel bagi bakteri untuk tumbuh. LB Broth adalah media
yang kaya nutrisi yang paling banyak digunakan, untuk kultur dan pertumbuhan bakteri.
Ada beberapa formulasi berbeda dari kaldu Lb, tetapi komposisinya pada umumnya sama
dengan peptida dan kasein, elemen, mineral dan vitamin (Schlegel, 1994)
3.2.2. Preparasi Media
Pembuatan media TSA (Tryptone Soya Agar)
Sebanyak 40 gr TSA dilarutkan dalam 1 liter aquades lalu dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Lalu media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit.
Kemudian sebagian media dituang ke tabung reaksi (media agar miring) dan dalam
cawan petri (agar petri). Setelah mengeras, media diinkubasi selama 24 jam pada suhu
36oC, untuk agar petri diinkubasi secara terbalik (Hidayat,2006).
Pembuatan media TSB (Tryptone Soya Broth)
Melarutkan 30gr TSB ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam
Erlenmeyer. Kemudian media didiamkan dan tidak boleh dihomogenkan, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5ml. Lalu menyeterilkan media di autoklaf
dengan suhu 121oC selama 15 menit. Setelah itu menginkubasi media dalam suhu ruang
sampai saatnya digunakan (Hidayat,2006).
Pembuatan media TCBS (Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose)
Melarutkan 88gr TCBS ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam
Erlenmeyer.

Kemudian

media

dihomogenkan

dengan

menggunakan hotplate

stirrer sampai mendidih, sebelumnya masukkan magnet ke dalam Erlenmeyer yang akan
berfungsi sebagai pengaduk. Setelah itu mendinginkan media, lalu media dituang ke
dalam cawan petri. Saat dituang, cawan petri harus berada di dekat Bunsen agar steril.
Dan selanjutnya
(Hadioetomo,1990).

menginkubasi

terbalik

selama

24 jam

dalam

suhu kamar

Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Buang kulit kentang, cuci, lalu potong-potong kecil. Rebus dengan 1 L air sampai
kentang matang, tetapi jangan terlalu lama memasaknya. Saring air rebusan kentang
menggunakan kain saring atau penyaring teh/santan, dan tambahkan air sampai 1 L.
Tambahkan 20 g dextrose dan 15 g agar-agar, aduk-aduk, masukkan ke dalam penangas
air mendidih, ditutup, sambil sering diaduk-aduk selama 30 menit sampai semua agaragar larut. Ukur 10 mL media agar dalam keadaan panas, masukkan ke dalam tabung
reaksi steril dan tutup dengan kapas. Pengukuran dengan gelas ukur cukup 1 kali saja,
selanjutnya samakan tinggi media dalam tabung reaksi. Ikat kuat-kuat tabung reaksi
dengan menggunakan beberapa karet dan tutup kertas, lalu beri label nama media.
Sterilkan menggunakan autoklaf, suhu 121⁰C selama 15 menit. Untuk membuka tutup
autoklaf, tunggu sampai tekanan menunjukkan angka nol. Apabila tidak ada autoklaf,
bisa diganti dengan pressure cooker (alat presto) (Singleton, 2001).
Pembuatan media GSP
Agar GSP ditimbang sebanyak 18,21 g, lalu dituangkan kedalam erlenmeyer,
ditambahkan akuades sebanyak 250 ml, kemuudia dipanaskan kedalam autoclave sambil
diaduk sampai larut selama 15 menit pada suhu 45-50 C.
3.2.3. Spesifikasi Media
TSA merupakan media kultur universal , hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh
pada media ini. Tryticase Soy Agar digunakan untuk mengamati morfologi koloni,
pengembangan kultur murni , pertumbuhan untuk tes biokimia. TSA juga digunakan
untuk perhitungan jumlah bakteri (Kusnadi,2003)
TSB (Trypticase Soy Broth) adalah media brothdiperkaya untuk tujuan umum,
untuk isplasi, dan pertumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan
untuk isolaso bakteri patogen. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang
menyediakan asam aminodan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya mejadi media
bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dektrosa adalah sumber energi natrium
klorida mempertahankan keseimbngan osmotik. Dikalium fosfatditambahkan sebagai
buffer untuk mempertahankan Ph (Hadioetomo, 1990).
Media TCBS agar adalah jenis budaya agar plate selektif yang digunakan dalam
mikrobiologi labolatorium untuk mengisolasi Vibrio spp. Agar TCBS sangat selektif

untuk isplasi V. Cholerae dan V. Parahaemolyticus serta Vibrio lainnya. Penghambatan
bakteri gram positif dicapai oleh penggabungan empedu sapi, yang merupakan zat alami
yang mengandung campuran gram empedu , dankolat natrium , murni gram empedu.
Tiosulfat sodium berfungsi sebagai belerang sumber dan dalam kombinasi dengan besi
sitrat , mendeteksi hidrogen sulfida produksi. Sukrosa disertakan sebagai difermentasi
karbohidrat untuk metabolisme vibrio(Stanier, 2001).
Potato Dextrose Agar merupakan salah satu media yang baik digunakan untuk
memiakkan suatu mikroorganisme , baik itu berupa candawan/fungsi , bakteri , maupun
sel makhluk hidup. Media PDA merupakkan jenis media biakkan dan memiliki bentuk/
konsistensi padat (solid) yang sesuai untuk menumbuhkan bakteri. PDA berfungsi
sebagai media kapang (jamur) dan khamir. Selain itu media PDA digunakan untuk
enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan (Ratna,1993).
Media GSP digunakan sebagai media kultur penghitungan bakteri patogen. Cara
pembuatan media GSP adalah sebagai berikut : agar GSP ditimbang sebanyak 18,21 g,
lalu dituangkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan akuades sebanyak 250 ml, kemudian
dipanaskan ke dalam autoclaf sambil diaduk sampai larut Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia Hartini, et al. (2013) 195 selama 15 menit pada suhu 45-50oC. Selanjutnya
agar dituangkan ke dalam cawan hingga agar mengeras (Suriawiria,1986).

IV.
4.1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari praktikm kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam praktikum mikrobiologi terdapat beberapa jenis media
kultivikasi mikro organisme yaitu media TSA (Trypticase Soy Agar)
yang berfungsi untuk Mengamati morfologi koloni, mengembangkan
kultus murni, dan untuk penghitungan jumlah bakteri. TSB
(Trypticase Soy Broth) Untuk isolasi dan untuk pertumbuhan
bermacam mikroorganisme. TCBSA (Thiosulfate Citrate Bilesalt

Sucrose) Untuk mengisolasi. PDA (Potato Dextrose Aga) Untuk
mengisolasi.
PDA
(Potato
Dextrose
Agar)
Menstimulasi
pertumbuhan fungi dan media GSP (Gelatin Phoshare Salt) .
2. Cara menyiapkan media sebelum digunakan untuk kultivasi untuk
mikroorganisme adalah dengan menyiapkan cawan terlebih dahulu
disterilkan cawan yang akan digunakan lalu tahap selanjutnya
adalah memasak agar yang akan dijadikan medianya , menuangkan
agar yang sudah siap kedalam cawan dan terakhir mengautoclave
media agar yang sudah jadi.

4.2.

Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah agar praktikan menaati peraturan yang ada
didalam laboratorium agar memudahkan jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Cabel . 2008. Pengenalan alat dan Bahan. Erlangga. Jakarta
Collins & Lyne. 2004.Microbiological Method Eighth edition. Patterson.London
Fardiaz, S. 1993. AnalisisMikrobiologi Pangan Edisi Pertama Cetakan Pertama. Raja Grafindo.
Malang

Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.
Irianto. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Gramedia . Jakarta
Khaeruni & Sarah. 2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Erlangga . Jakarta
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA.
Natsir, Djide dan Sartini, 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar.Universitas Hasanuddin, Makassar.
Peristiwati dkk, 2003. Mikrobiologi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Ratna, 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia, Jakarta.
Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Singleton, P., dan Sainbury, D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular Biologi,
3rd Edition
Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World, terj. Jogjakarta : UGM Press
Suriawiria, Unus. 1986. Mikrobiologi. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka