laporan praktikum anatomi reproduksi bet

Hasil dan Pembahasan
Organ reproduksi betina terletak di rongga pinggul atau sering
disebut cavum pelvis. Berdasarkan asalnya secara embrionik organ
reproduksi betina berasal dari dua sex sekunder organ genital. Organ
genital pertama yaitu embrio yang berdiferensiasi menjadi ovarium dan
organ genital yang kedua adalah saluran reproduksi yang berasal dari
duktus Mullerian (Bearden et al, 2004). Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan ukuran organ reproduksi betina dapat dilihat pada tabel berikut.
Nama Organ
Vulva
Vestibulum
Portio vaginalis cervices
Portio uteri
Cervix uteri
Corpus uteri
Cornue uteri
Oviduk
Mesovarium
Ovarium

Panjang

(cm)
10
10
12
9,5
6
11
18
4,2
3

Lebar
(cm)
8,5
5
3

Tinggi
(cm)
0,7


Ket.
-

Gambar 1. Organ Reproduksi Betina
Ovarium. Ovarium yaitu organ reproduksi utama pada betina yang
berwarna kelabu dengan permukaan yang tidak teratur (Ganong, 2003).
Ovarium terletak di rongga abdomen lebih tepatnya di bagian pelvis antara
vena lliaka eksterna dan ureter (Rasjidi, 2008). Kedua ovarium melekat
pada uterus lewat ligamentum ovarii yang berjalan dari permukaan

posterior uterus di dekat cornue uteri (Ettinger and Edward, 2010).
Ovarium pada ternak yang sedang mengalami proses pembentukan folikel
berbeda dengan ovarium pada biasanya. Folikel tumbuh secara konstan
sesuai pertumbuhan dan pematangan (Campbell et al., 2003).
Ovarium digantung oleh ligamen yang luas atau disebut broad
ligamentum yang banyak terdapat syaraf dan pembuuh darah. Ligamen ini
berfungsi sebagai suolai nutrien yang diprlukan ovarium dan saluran
reproduksi (Alcheck and Liane, 2010). Ligamen penggantung ovarium
disebut mesovarium (Nalbandov, 1995). Bentuk ovarium sangat bervariasi

sesuai dengan spesies. Bentuk ovarium dibagi menjadi dua yaitu
politokous dan monotokous. Bentuk ovarium politokous menyerupai buah
berry. Ciri hewan yang memiliki bentuk ovarium politokous yaitu
melahirkan beberapa anak pada satu kebuntingan. Hal ini terjadi karena
dalam perkembangan dan pertumbuhan folikel saat kebuntingan terjadi
secara bersamaan monotokous bentuknya mendekati bulat telur atau
ovoid. Ciri hewan yang memiliki bentuk ovarium monotokous yaitu hanya
melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan. Contohnya adalah sapi
dan kerbau (Ettinger and Edward, 2010).
Ukuran ovarium tergantung umur dan status reproduksinya
(Campbell et al., 2003). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
pengukuran ovarium pada sapi Jawa dengan berat 325 kg dan umur 2
tahun menghasilkan panjang 3 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 0,7 cm. Sobari
et al. (2012) menyatakan bahwa panjang ovarium 2,89 cm, lebar 1,88 cm,
sedangkan untuk tinggi tidak diukur, sedangkan (Alcheck and Liane, 2010)
menyatakan bahwa ovarium sapi memiliki panjang 4 cm, lebar 2 cm dan
ketebalan atau tinggi 1 hingga 2 cm. Berdasarkan hasil praktikum dengan
literatur tersebut ukuran panjang, lebar, dan tinggi ovarium tidak jauh
berbeda. Faktor yang mempengaruhi ukuran ovarium tiap spesies yaitu
umur, berat badan, jenis ransum dan status reproduksi (Bearden et al.,

2004).

Ovarium

Gambar 2. Ovarium
Oviduk. Oviduk atau tuba fallopi merupakan saluran yang
menghubungkan ovarium dengan tanduk uterus. Fungsi oviduk yaitu
sebagai transpor ovum dan spermatozoa. Selain sebagai saluran
transpor, oviduk berfungsi sebagai tempat fertilisasi. Oviduk terdiri atas
tiga segmen yaitu infundibulum, ampulla, dan isthmus. Infundibulum
berbentuk seperti corong yang melebar dibagian atas dan menyempit di
bagian bawah. Corong tersebut disebut fimbria yang berfungsi sebagai
penangkap ovum setelah ovulasi. Infundibulum berasal dari mukosa, dan
sel mukosa pada infundibulum bersilia. Bagian tengah yaitu ampulla yan
memiliki diameter 3 sampai 5 mm dan memiliki total panjang setengah
dari panjang oviduk. Mayoritas sel pada mukosa ampulla bersilia, tetapi
beberapa sel sekretori tidak diemukan silia tersebutsetelah melewati silia
pada ampulla ovum akan turun ke bawah menuju saluran yang ketiga
yaitu isthmus. Saluran yang menghubungkan antara ampulla dan isthmus
disebut ampulla isthmus junction dimana proses fertilisasi terjadi. Isthmus

diameternya lebih kecil dari ampulla yaitu 0,5 sampai 1 mm. Rasio sel
sekretori tertinggi yaitu isthmus. Isthmus berhbungan dengan uterus yang
duhubungkan oleh saluran yang disebut urotubal junction. Secara umum
aktivitas oviduk dirangsang oleh hormon esterogen dan inhibitornya
adalah progesteron (Bearden et al., 2004). Nalbandov (1995) menyatakan

bahwa oviduk berada dalam lipatan-lipatan yang disebut mesosalpink,
sedangkan mesosalpink juga melekat pada ligamen ovarium.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan panjang oviduk
yaitu 18 cm. Bearden et al. (2004) menjelaskan bahwa panjang oviduk
yaitu sekitar 20 sampai 30 cm, yang dipengaruhi oleh spesies dan umur.
Hal yang berbeda dijelaskan oleh Campbell et al. (2003) yang
menyatakan bahwa panjang oviduk adalah 11 sampai 13 cm.

Oviduk

Gambar 3. Oviduk
Uterus. Uterus adalah saluran yang muskuler yang digunakan
untuk menerima ovum dan tempat perkembangan embrio. Uterus terletak
di dinding abdomen, digantung oleh ligamen yang disebut mesometrium

(Alcheck and Liane, 2010). Uterus atau dalam bentuk jamak disebut uteri
dimulai dari uterotubal junction hingga bagian serviks. Fungsi dari uterus
yaitu memelihara dan memberi nutrisi kepada embrio atau fetus. Sebelum
embrio melekat pada uterus, nutrien datang dari yolk embrio atau dari
uterine milk, yang disekresikan oleh kelenjar lapisan mukosa oleh uterus.
Setelah terikat oleh uterus, nutrien dan produk buangan disalurkan
diantara maternal, embrio, dan jaringan darah oleh plasenta (Bearden et
al., 2004).
Terdapat empat tipe uterus yang ada pada ternak. Bentuk yang
pertama yaitu bicornuate uterus. Bentuk ini biasa ditemukan pada sapi,
kambing, dan domba. Kharakteristiknya yaitu tubuh uterus yang kecil
hanya pada kanal servik anterior dan panjang kedua tanduk uterus. Kuda

memiliki bentuk bipartide uterus. Bagian anterior dari kanal servik dan dua
tanduk uterus tidak terlalu panjang dan memisah. Ketika kuda bunting
tubuh fetus berada pada kedua tanduk,meskipun fetus tidak memenuhi
tubuh uterus ada spesies monotokous dengan tipe uterus bicornue.
Duplex uterus teridiri atas dua tanduk uterus dengan kanal serviks
memisah dan membuka ke vagina. Tipe uterus seperti ini banyak
ditemukan pada kelinci, babi guinea, dan hewan kecil lainnya. Simple

uterus berbentuk seperti buah pear, tidak memiliki tanduk uterus, biasanya
terdapat pada uterus manusia dan primata lainnya (Bearden et al., 2004).

(Bearden et al. 2004)
Gambar 4. Macam-macam bentuk uterus
Plasenta memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan
bentuk uterusnya. Berbagai bentuk plasenta yaitu plasenta difusa,
plasenta kotiledonaria, plasenta zonaria, dan plasenta diskodial. Plasenta
difusa atau disebut juga plasenta membaranosa diselubungi lapisan tipis
villi korionik. Contoh plasenta ini pada kuda dan babi. Plasenta
kotiledonaria berbentuk seperti gumpalan agak besar, biasa ditemukan di
sapi. Plasenta zonaria berbentuk mengikat seperti ikat pinggang
mengelilingi bagian tengah embrio, biasa ditemukan pada anjing dan
kucing. Plasenta diskodial berbentuk cakram, sebaran vili terbats pada

suatu daerah korion tertentu, biasa ditemukan pada manusia dan
rodentisia (Foster, 2015).
Uterus terdiri dari tiga bagian, yaitu cornu uteri atau tanduk uterus
yang merupakan bagian uterus yang berhubungan langsung dengan
oviduk, corpus uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan

implantasi dan tempat pembentukan PGF2α yang berfungsi untuk
melisiskan corpus luteum dan bagian yang ketiga adalah cervix uteri
(Rogers, 2010). Berdasarkan percobaan yang dilakukan panjang corpus
uteri yaitu 6 cm sedangkan cornue uteri 21 cm. Hasil yang diperoleh tidak
jauh berbeda dengan penjelasan Nickel et al. (2010) yang menyatakan
bahwa panjang uterus sapi secara keseluruhan yaitu 25 cm. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut yaitu umur, berat badan, jenis ransum
dan status reproduksi (Bearden et al., 2004).
Caput uteri

Corpus
uteri

Cervix uteri

Gambar 5. Uterus
Serviks. Serviks merupakan otot sfinkter yang terletak antara
uterus dan vagina (Nalbandov, 1995). Serviks memiliki dinding yang tebal
dan inelastik. Fungsi dari serviks yaitu mencegah kontaminan masuk ke
dalam uterus, membuat lendir dari semen dan digunakan untuk transport

spermatozoa, bagian semen akan menurun proses pematangan pada
kuda dan babi (Bearden et al., 2004). Serviks terletak di antara cornue

uteri dan portio vaginalis cervices merupakan bagian kranial dari abdomen
(Nickel et al., 2010)
Serviks akan membuka ketika sperma masuk dan bertemu sel telur
pada proses fertilisasi, selain itu juga terjadi ketika ternak mengalami
proses melahirkan (Campbell et al., 2003). Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan panjang serviks 9,5 cm dan lebar 8,5 cm. Bearden et al.
(2004) menjelaskan bahwa panjang serviks pada ternak, rangenya sekitar
5 cm hingga 10 cm, sedangkan lebarnya 2 cm hingga 5 cm. Pengukuran
tersebut telah mendekati literatur, namun panjang serviks menurut
Campbell et al. (2003) panjang serviks sekitar 4 sampai 7 cm. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor yaitu jenis dan umur ternak.
Kanal serviks pada sapi, kambing, dan domba memilik bagian
transfer yang terkunci secara bersamaan yang disebut sebagai cincin
anular. Cincin ini berfungsi untuk melindungi uterus dari kontaminan
(Bearden et al., 2004). Oleh karena itu saluran serviks selalu tertutup
kecuali saat estrus dan melahirkan. Hewan yang sedang bunting, cairan
serviks akan mengeras dan menyumbat saluran yang akan membentuk

sumbat serviks. Sebelum kelahiran sumbatan tersebut akan mencair, dan
serviks mengalami relaksasi. Perusakan sumbat serviks pada sapi
buntung biasanya akan mengakibatkan aborsi dan mumifikasi fetus
(Nalbandov, 1995).
Serviks

Gambar 6. Serviks

Vagina. Vagina berbentuk tubulus, memiliki dinding yang tipis, dan
relatif elastik (Bearden et al., 2004). Vagina merupakan organ reproduksi
yang terletak diantara vestibula dan serviks (Campbell et al., 2003).
Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi. Vagina terbagi menjadi dua
bagian yaitu vestibulum (bagian luar) dan vagina posterior (meluas dari
muara uterus sampai serviks). Vestibulum saluran persimpangan antara
sistem urinaria dan sistem reproduksi (Campbell et al., 2003). Dinding otot
vagina kurang berkembang apabila dibandingkan dengan sistem duktus
yang lain. Dinding otot vagina terdiri atas lapisan otot longitudinal dan
lapisan otot sirkuler yang tebal (Nalbandov, 1995).
Betina yang memiliki siklus yang normal, sel-sel epitelium yang
membatasi vagina mengalami perubahan secara periodik, yang dikontrol

oleh hormon-hormon yang diekskresikan oleh ovarium. Tidak ditemukan
kelenjar dalam vagina. Lendir pada umumnya ditemukan pada lumen, dan
menjadi sangat banyak pada betina yang sedang birahi. Betina yang
masih dara dapat ditemukan sebuah lipatan yang membentuk batas
antara bagian depan vagina dengan vestibulum yang disebut dengan
hymen (Nalbandov, 1995). Vagina memiliki dua saluran yaitu saluran
buntu atau yang disebut diverticulum suburethralis dan saluran urin atau
disebut orivicium urethra externa (Patel and Christopher, 2006).
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan panjang
vestibulum yaitu 10 cm dan portio vaginalis cervices yaitu 12 cm. Bearden
et al. (2004) menjelaskan bahwa panjang vagina pada sapi dan kuda
memilik rentangan 25 sampai 30 cm dan pada kambing, domba, dan babi
sekitar 10 sampai 15 cm. Panjang vestibulum pada sapi berkisar antara
10 sampai 12 cm, portio vaginalis cervices pada sapi betina dewasa yang
tidak bunting adalah 25 sampai 30 cm. Hal berbeda dijelaskan oleh
Campbell et al. (2003) yang menjelaskan bahwa panjang vagina yaitu
sekitar 30 cm pada ternak. Faktor yang mempengaruhi perbedaan
tersebut yaitu umur, berat badan, jenis ransum dan status reproduksi
(Bearden et al., 2004).

portio vaginalis cervices

hymen

Vestibulum

Gambar 7. Vagina
Vulva. Vulva disebut juga organ genital eksternal, terdiri atas
vestibulum dan labia. Vestibulum saluran persimpangan antara sistem
urinaria dan sistem reproduksi.

Vestibulum berkaitan dengan vagina

dengan membentuk externa urethral orifice. Lubang buntu yang terletak
di posterior external urethral orifie disebut suburethral divertikulum. Labia
terdiri atas dua bagian yaitu labia mayora dan labia minora. Labia mayora
terletak pada vulva bagian luar, sedangkan labia minora terletak di vulva
bagian dalam. Labia mayora homolog dengan skrotum pada jantan. Labia
mayora pada sapi tertutup oleh rambut dar sel mukosa. Labia minora
homolog dengan preputium pada jantan. Vulva berfungsi sebagai saluran
pembuka eksternal pada sistem reproduksi (Bearden et al., 2004).
Panjang vulva berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu
10 cm. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bearden et al. (2004) yang
menyatakan bahwa panjang vulva sapi dan kuda sekitar 10 sampai 12 cm.
Hal yang sama dinyatakan oleh Campbell et al. (2003) bahwa panjang
vulva juga 10 cm.

Vulva

Gambar 8. Vulva
Klitoris. Klitoris yaitu organ yang homolog dengan kelenjar penis
pada jantan. Klitoris terdiri dari jaringan erektil dan menyalurkan saraf
sensori, yang digunakan untuk ereksi saat estrus. Klitoris terletak pada
bagian terluar dari vulva (Foster, 2015). Saat tidak berada pada
kebuntingan klitoris digunanakan sebagai deteksi siklus estrus (Bearden
et al., 2004). Saat siklus estrus klitoris bisa membengkak karena
bertambah besarnya aliran darah yang menuju klitoris (Nalbandov, 1995).

Klitoris

Gambar 9. Klitoris
Siklus estrus. Estrus didefinisikan sebagai periode ketika betina
menerima pejantan dan siap untuk proses kebuntingan panjang periode
estrus bervariasi pada tiap spesies. Estrus berakhir pada 12 hingga 18
jam pada sapi. Siklus estrus berbeda tiap individu. Periode estrus paling
pendek pada sapi yaitu sekitar 10 hingga 12 jam (Bearden et al., 2004).

Fase estrus hipotalamus terstiulasi untuk melepaskan Gonadotrophin
Releasing Hormone (GRH). Gonadotrophin merangsang pertumbuhan
folikel yang dipengaruhi oleh Folikel Stimulating Hormone (FSH) sehingga
terjadi ovulasi. Kandungan FSH lebih rendah daripada kandungal LH.
Saat estrus ternak biasanya terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan
kata lain sedang mencari perhatian pejantan (Sari et al., 2008).
Vagina smear yaitu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina. Setiap siklus
estrus memiliki tipe sel yang berbeda. Perbedaan tipe sel ini digunakan
untuk mengetahui fase estrus dari periode satu ke periode berikutnya atau
disebut siklus estrus (Guyton and Hall, 2000). Lama estrus pada sapi
normal yaitu sekitar 18 hingga 24 hari yang dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase luteal 14 sampai 18 hari dan fase folikuler 4 sampai 6 hari (Forde et
al., 2010). Yusuf (2012) menyatakan bahwa fase estrus dibagi menjadi 4
fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus dimulai
dengan regresi corpus luteum dan penurunan konsentrasi hormon
progesteron untuk memulai periode estrus.Estrus didefinisikan sebagai
periode waktu ketika ternak betina menerima jantan untuk perkawinan.
Panjang periode estrus bervariasi diantara spesies. Sebagai contoh, lama
estrus pada sapi adalah 12 sampai 18 jam. Periode metestrus dimulai
pada saat berhentinya estrus dan berlangsung sekitar tiga hari.
Keutamaan periode ini adalah merupakan periode pembentukan corpu
luteum (CL) (corpora lutea pada multiovulasi). Ovulasi terjadi selama
periode ini pada sapid an kambing. Juga sebuah fenomena yang dikenal
sebagai “metesrous bleeding” yang terjadi pada sapi, dan hal ini terjadi
pada sekitar 90% pada sapi dara dan 45% pada induk sapi. Diestrus
dikarakterisasi sebagai periode di dalam siklus ketika corpus luteum
berfungsi secara penuh. Pada sapi dimulai sekitar hari kelima siklus,
dimana pertama kali dideteksi terjadinya peningkatan konsentrasi hormon
progesteron, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari ke-16

atau 17. Periode ini dikenal sebagai periode persiapan uterus untuk
kebuntingan.
Beberapa sapi juga bisa mengalami birahi atau estrus tenang. Saat
birahi tenang semua fenomena histologis dan fisiologis yang normal dapat
teramati termasuk ovulasi, namun respon psikologis untuk perkawinan
tidak tampak. Selama masa estrus serviks mensekresikan lendir dalam
jumlah terbanyak dan tercair. Lendir tersebut memiliki pH 6,6 hingga 7,5
(rata-rata 6,9), pH ini tetap stabil sepanjang siklus (Nalbandov, 1995).
Gangguan pada reproduksi betina. Berbagai gannguan pada
organ reproduksi yaitu cacat anatomi saluran reproduksi. Cacat ini dibagi
menajdi du yaitu cacat bawaan dan cacat perolehan. Cacat kongenital
atau bawaan dapat terjadi pada ovarium dan saluran reproduksinya.
Gangguan tersebut meliputi Hipoplasia ovaria (ovarium mengecil),
Agenesis ovaria (ovarium tidak terbentuk). Cacat perolehan misalnya
Hemorrhagian ovari (pendarahan pada indung telur), Oophrotis (radang
pada indung telur (Mulyadi and Marsandi, 2007).
Gangguan lainnya yaitu subestrus dan birahi tenang. Subestrus
yaitu suatu keadaan dimana gejala birahi berlangsung singkat atau
pendek yaitu sekitar 3 sampai 4 jam dan disertai ovulasi. Birahi tenang
yaitu suatu keadaan sapi dengan aktivitas ovarium dan ovulasi namun
tidak disertai gejala estrus. Penyebab kejadian ini yaitu rendahnya
kandungan esterogen yang disekresikan (Mulyadi and Marsandi, 2007).
Infeksi juga merupakan gangguan pada sistem reproduksi salah
satunya yaitu endometritis (radang uterus). Endometritis yaituperadangan
pada dinding rahim (endometrium) karena kontaminasi bakteri saat
puerpurium. Gejalanya meliputi keluarnya lendir jernih keputihan hingga
kuning yang berlebihan. Uterus mengalami pembesaran dan dalam jangka
pendek akan menurunkan kesuburan (Mulyadi and Marsandi, 2007).

Kesimpulan
Secara anatomi alat reproduksi ternak sapi Jawa betina terdiri atas
ovarium, oviduk, uterus, serviks, vagina, vulva dan klitoris masing masing
bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam sistem reproduksi.
Pengukuran organ reproduksi pada sapi jawa yaitu ovarium yang
digunakan saat praktikum memiliki panjang 3 cm, oviduk 18 cm, serviks
21 cm, vagina 20 cm, dan vulva 10 cm. Hasil ukuran ini sesuai dengan
kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi ukuran organ reproduksi yaitu
spesies, umur dan siklus estrus ternak tersebut, jenis dan bangsa, genetik
dan kondisi lingkungan.