Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil (2)

DIURETIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam tubuh kita, volume dan komposisi cairan intestinal harus tetap
berada pada batas-batas tertentu agar sel-sel dapat berfungsi dengan normal.
Karena perubahan dari volume dan komposisi cairan nintestial dapat
menimbulkan kelainan fungsi tubuh.
Ginjal adalah organ yang memproduksi dan mengeluarkan urin dari
dalam tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Untuk
mempertahankan homeostatis, ekskresi air dan elektrolit pada asupan harus
melebihi ekskresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan
diikat dalam tubuh. Jika asupan kurang dari ekskresi maka jumlah zat dalam
tubuh akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk mengubah ekskresi natrium
sebagai respont terhadap perubahan asupan natrium akan sangat besar. Hal ini
sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya seperti klorida, kalium,
kalsium, hidrogen, magnesium, dan fosfat. Walaupun kerjanya pada ginjal,
diuretik bukan ‘obat ginjal’,artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau

menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal
jika diperlukan dialysis, tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan
senyawa

ini.

AYU MELINDA
15020140081

Beberapa

diuretika

pada

awal

pengobatan

justru


NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi
glomerulussehingga memperburuk insufisiensi ginjal.
B.

Tujuan Percobaan
Untuk menentukan efek obat diuretik yaitu furosemid dan spironolakton
pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) berdasarkan parameter pengukuran
volume urin.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin.Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretic
adalah

untuk

memobilisasi

cairan

edema,

yang

berarti


mengubah

keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel
kembal imenjadi normal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT
(hydrochlorothiazide) dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan
jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah),
dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan
diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing
manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik, 2007).
Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah
diuresis

mempunyai

dua

pengertian,


pertama

menunjukkan

adanya

penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan
jumlah pengeluaran (kehilangan) zat- zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik
adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal (Elisabeth, 2007).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat

penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu (Ganiswara, 2007) :
1.

Diuretik osmotik

2.

Penghambat mekanisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport

elektrolit di tubuli ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007) :
1.

Penghambat karbonik anhidrase.

2.

Benzotiadiazid


3.

Diuretik hemat kalium

4.

Diuretik kuat
Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari

nefron ginjal. Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus.
Kerja dari setiap diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan
antara titik tangkap kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen
tersebut (Katzung, 2001).
Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan
osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai
berikut (Dwiyana, 2002) :

AYU MELINDA
15020140081


NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
1.

Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin dan
zat lain yang bersifat racun.

2.

Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak air
yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air sehingga lebih
banyak lagi urin yang diekskresikan. Bila tubuh kehilangan banyak air,
ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urin pekat).

3.

Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengatur
ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang berlebihan dan
menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang.


4.

Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan urin
yang bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang bersifat
asam.
Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam zat

yang diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut adalah rennin dan
eritropoetin (Dwiyana, 2002).
Mekanisme Transpor Tubulus ginjal (Mycek, 2001) :
1. Tubulus Proksimal
Dalam tubulus proksimal yang berada dalam korteks ginjal, hampir
semua

glukosa,

bikarbonat,

asam


amino

dan

metabolit

lain

direabsorbsi.Sekitar dua pertiga jumalah Na+ juga direabsorbsi di tubulus
proksimal, klorida dan air mengikuti dengan pasif untuk mempertahankan
keseimbangan elektrik dan osmolaritas. Bila tidak untuk reabsorbsi ekstensif
air dan zat- zat yang terlarut di dalamnya pada tubulus proksimal, maka
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
mamalia akan segera mengalami dehidrasi dan kehilangan osmolaritas

normalnya.
2. Ansa Henle Pars Desendens.
Sisa filtrate yang isotonis, memasuki ansa Henle pars desendens dan
terus ke dalam medulla ginjal. Osmolaritas meningkat sepanjang bagian
desendens dari ansa henle karena mekanisme arus balik.Hal ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam tiga kali lipat dalam cairan
tubulus.
3. Ansa Henle Pars asendens.
Sel- sel epitel tubulus asendens unik Karena impermeable untuk air.
Reabsorbsi aktif ion- ion Na+, K+, dan CI- dibantu oleh suatu kotransporter
Na+/K+/CI-/, Mg++ dan Ca++. Jadi, pars asendens merupakan bagian
pengencer dari nefron.
4. Tubulus Distal
Sel- sel tubulus distal juga impermeable untuk air.Sekitar 10 % dari
natrium klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter Na +/CI-,
yang sensitive terhadap diuretik tiazid.Selain itu, ekskresi Ca++ diatur oleh
hormone paratiroid pada bagian tubulus ini.
5. Tubulus dan duktus renalis rektus.
Sel- sel utama dan sel- sel interkalasi dari tubulus renalis rektus
bertanggung jawab untuk pertukaran Na+, K+ dan untuk sekresi H+ dan
reabsorbsi

K+.Stimulasi

reseptor

aldosteron

pada

sel-

sel

utama

menyebabkan reabsorbsi Na+ dan sekresi K+.
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu
sebagai berikut (Sjafaraenan, 2005):
1.

Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan
oleh Kapsula Bowman.

2.

Penyerapan kembali atau absorbsi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh.
Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontraktil proksimal hingga
Henle.

3.

Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam
tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini berlangsung disepanjang tubulus
kontrotus distal hingga kaliktifus.
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yakni

(Tjay,2002):
a.

Diuretik lengkungan : Furosemid, bumetanida dan etakrinat.
Obat- obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak singkat.Banyak
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada edema otak dan paru- paru.

b.

Diuretik Tiazid : HCT, klortalidon, mefrusida, indapamida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.

c.

Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton,
amilorida dan triamteren.
Efek obat- obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi
dengan diuretik lainnya guna menghemat ekskresi kalium.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
d.

Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol
Obat- obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli sehingga
reabsorbsi air juga terbatas.Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi
air tinggi dan relatif sedikit ekskresi Na+.

e.

Penghambat anhidrasi karbonat : asetazolamid
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal
sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresi lebih banyak,
bersamaan dengan air.
“Loop” Diuretik menghambat kontraspor Na+/K+/Cl- dari membrane

lumen pada pars asendens ansa henle. Karena itu, resorbsi Na +/K+/Cl- menurun.
“Loop” diuretik merupakan obat diuretic yang paling efktif , karena pars
asenden benranggung jawab untuk absorbs 25-30% NaCl yang disaring dan
bagian distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi keniakan muatan Na +
obatnya yaitu Bumatanid, furosemid, torsemid dan asam ekrinat merupakan
empat diuretik yang efek utamanya pada asendens ansa henle (Harvey, 2013).
Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banyak digunakan. Derivat
Tiazid bekerja terutama pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorbsi Na +
dengan menghambat kontraspoter Na+/Cl- pada membrane lumen . Obat-obat
ini memiliki sedikit efek pada tubulus proksimal. Akibatnya oabt-obat ini
meningkatkn konsentrasi Na+dan Cl- pada ciran tubulus. Keseimbangan asam
basa biasanya tidak dipengaruhi katena tempat kerja derivate tiazid ialah
membran lumen. Contoh dari obat ini yaitu Klorotiazid (Harvey, 2013).

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Diuretik Hemat Kalium contoh obatnya yaitu Spironolakton, amilorid
dan Triamteren. Diuretik ini bekerja pada segmen yang berperan terhadap
aldosteron pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteon
menstimulasi reabsorbsi Na+, membangkitkan poten sial negative kedalam
lumen , yang mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen (dan kemudian
ekskresinya). Diuretik hemat kalium menurunkan reabsorbsi Natrium dengan
mengantagonis (Spironolakton) atau memblok kanal Na+ (Amilorid dan
triamteren). Hal ini meyebabkan potensial aksi listrik epitel tubulus menurun,
sehingga gaya untuk sekresi K+ berurang (Gunawan, 2012).
Diuretik osmotik, sejumlah zat kimia yang sederhana dan hidrofilik
disaring glomerulus, seperti matinol dan urea menyebabkan berbagai derajat
dieresis. Hal ini terjai karena kemampuan zat-zat ini untuk mengangkut air
bersama kedalam cairan tubulus. Bila zat-zat yang tersaring berikutnya
mengalami sedikit atau tidak direabsorbsi sama sekali kemudian zat yang
disaring akan menyebabkan peningkatan keluaran urine. Hanya dalam jumlah
kecil dari garam-garam yang ditambahkan dapat juga diekskresikan karena
diuretik osmotic digunakan untuk meningkatkan

ekskresi air dari pada

ekskresi Na+maka obat-obat ini tidak berguna untuk mengobati terjadinya
retensi Na+ . Obat-obat ini digunakan untuk memelihara aliran urine dalam
keadaan toksisk akut setelah manelan zat-zat beracun yang berpotensi
menimbulkan kegagalan ginjal akut (Harvey, 2013).
Penghambat Karbonik Anhidrase bekerja menurunkan reabsorbsi
bikarbonat pada tubulus proksimal malalui inhibisi katalisis hidrasi CO 2 dan
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
reaksi dehidrasi . Oleh Karen aitu , ekskresi HCO 3-, Na+ dan H2O meningkat.
Kehilangan HCO3- menyababkan asidois metabolic dan efek obat menjadi selflimitingpada saat bikarbonat darah turun Na+ yang dialirkan ke nefron distal
meningkat sekresi K+. Contoh obatnya yaitu Asetazolamid , (Gunawan, 2012).
Khasiat antihipertensi diuretik berawal dari efeknya meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan
cairan ekstrasel.Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung
sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi (Ganiswara, 1995).
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtraf glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama
dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan
kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi
air dan zat terlarut spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zatzat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus (Guyton, 2004).
Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan
osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai
berikut (Dwiyana, 2002) :
1. Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin dan
zat lain yang bersifat racun.
2. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak air
yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air sehingga lebih

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
banyak lagi urin yang diekskresikan. Bila tubuh kehilangan banyak air,
ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urin pekat).
3. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengatur
ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang berlebihan dan
menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang.
4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan urin
yang bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang bersifat
asam.
5. Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam zat
yang diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut adalah rennin
dan eritropoetin.
B. Uraian Bahan dan Obat
1. Uraian bahan
a.

Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama lain

: Air suling

RM

: H2O

BM

: 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak mempunyai rasa.

b.

Na-CMC (Dirjen POM, 1979 : 401)
Nama Resmi

: NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain

: Natrium karboksilmetilselulosa

Pemerian

: Serbuk atau butiran, putih atau

AYU MELINDA
15020140081

kuning

gading,

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
tidak berbau dan hampir tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan

: Mudah

mendispersi

dalam

air,

membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)
P, dalam eter P,dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai pelarut

2. Uraian Obat
a. Furosemid
Golongan

: Loop Diuretik (Harvey, 2013)

Indikasi

: Sangat efektif pada keadaan udema di otak dan
paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral
dalam 0,5-1 jam bertahan 4-6 jam, intravena dalam
beberapa menit, 2-5 jam lamanya (Tjay, 2010)

Kontraindikasi

: Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, antara
lain

hipotensi,

hiponatremia,

hipokalemia,

hipokalsemia, dan hipomagnesemia (Gunawan,
2012).
Efek samping

: Pendengaran bisa mendapat pengaruh buruk,
hiperurisemia, hipovolemia akut, dan deplesi
kalsium (Harvey, 2013).

Interaksi obat

: Penghambat ACE, obat-obat rema, kortikosteroida,
aminoglikosida, antidiabetika oral (Tjay, 2010)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Dosis

: Pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu atau
pada insufisiensi ginjal sampai 250-2000 mg sehari
dalam 2-3 dosis (Tjay, 2010)

Farmakodinamik

: Menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di
ansa henle asendens bagian epitel tebal (Gunawan,
2012)

Farmakokinetik

: Loop diuretic diberikan per oral atau parental.
Durasi kerja obat-obat ini relative singkat 2 sampai
4 jam. Obat-obat ini disekresikan di urin (Harvey,
2013)

b. Spironolakton
Golongan

: Diuretik Hemat kalium (Harvey, 2013)

Indikasi

: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk
pengobatan hipertensi dan edema yang refrakter
(Gunawan, 2012).

Kontraindikasi

: Hiperkalemia, mual, letargi, dan kebibungan
(Harvey, 2013)

Efek samping

: Spironolakton

sering

menyebabkan

gangguan

lambung dan dapat menyebabkan ulkus peptikum
(Harvey, 2013).
Dosis

: Dosis oral 1-2 dd 25-100 mg pada waktu makan
(Tjay, 2010)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Farmakodinamik

: Mencegah translokasi kompleks reseptor menjadi
nucleus

pada

sel

target,

dengan

demikian,

kompleks ini tidak bisa berikatan dengan DNA
(Harvey, 2013)
Farmakokinetik

: Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit
metabolit aktif, antara lain kanrenon, yang
diekskresikan melalui kemih dan tinja. Plasma t1/2
nya sampai 2 jam, kanrenon 20 jam (Tjay, 2010)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia,
kanula, kandang fisiologi, labu ukur 10 ml, spoit injeksi 1 ml dan 3 ml dan
stopwatch,.
B. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest,
furosemide, Na-CMC 1% dan spironolakton.
C. Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum adalah tikus
(Rattus norvegicus).
D. Pembuatan Bahan
Pembuatan Na-CMC 1% b/v
1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1gram
2. Dipanaskan 100 mL air suling hingga suhu 70oC
3. Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang
telah dipanaskan kemudian diaduk hingga homogen
4. Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam
lemari pendingin
E. Pembuatan Obat
a. Furosemide

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang Furosemide sebanyak 50 mg
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
4. Dilarutkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda (pengenceran
pertama)
5. Dihomogenkan
6. Dispoit sebanyak 2,984 mL
7. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
8. Dicukupkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda (pengenceran
kedua)
9. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol vial dan diberi etiket.
10. Dimasukan ke dalam lemari pendingin
b. Spironolakton
1.

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2.

Ditimbang Spironolakton sebanyak 67,04 mg

3.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

4.

Dilarutkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda

5.

Dihomogenkan lalu diberi etiket.

6.

Dimasukan ke dalam lemari pendinginn

F. Perlakuan Hewan Coba
1.

Disiapkan alat dan bahan

2.

Disiapkan 2 ekor tikus kemudian dibagi menjadi 2 kelompok

3.

Diberikan air hangat sebanyak 5 mL

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
4.

Dilakukan pemberian obat : Tikus 1 diberikan obatfurosemid sesuai
dengan

VP

nya

secara

oral

dan

Tikus

2

diberikan

obat

spironolaktonsesuai dengan VP nya secara oral
5.

Diukur volume urine setelah menit ke 0, 30, 60 dan 90

6.

Dicatat volume urin dari masing-masing tikus

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
Obat

Berat badan

Vp

Spironolakton

159 g

3,97 mL

0’
-

Furosemide

137 g

3.45 mL

-

Volume urin
30’
60’
90’
1,1 mL
-

1,8 mL

1,3 mL

Pembahasan
Diuretik merupakan obat-obatan yang dapata meningkatkan laju aliran
urin.Golongan obat ini menghambat penyerapan ion Na pada bagian-bagian
tertentu dari ginjal. Oleh karena itu terdapat perbedaan tekanan osmotic yang
menyebabkan air ikut tertarik sehingga produksi urin semakin bertambah.
Terdapat golongan-golongan dari diuretic yang memiliki efektivitas yang
bervariasi mulai dari golongan diuretic hemak K yang hanya mengekskresikan 2%
ion Na sampai golongan diuretic loop yang dapat mengekskresikan sampai 2 %
ion Na.
Fungsi dari diuretic secara umum sesuai dengan definisi yaitu meningkatkan
laju aliran urin yang selanjutnyameningkatkan urin. Adapaun dari diuretic itu
sendiri terdapat beberapa golongan diantaranya:Diuretik Tiazid, Diuretik Loop,
Diuretik Hemat ,Diuretik Karbonik Antihidrase, Diuretik Osmotik.
Berdasarkan pembagian golongan diuretic dapat dijelaskan sebagai
berikut :Diuretic Tiazid : merupakan golongan yang umum digunakan seluruh
obat –obat golongan ini bekerja pada tubulus disatl ginjal dan memiliki efek
diuretic yang sama. Salah satu obatnya yaitu Hydroclorothiazid
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Diuretic Loop : bekerja pada hengung henle ginjal. Memiliki efektivitas
tertinggi dalam mengeluarkan ion Na dan Cl dari tubuh yang selanjutnya tentu
diikuti dengan meningkatnya jumlah produksi urin. Salah satu contoh obatnya
yaitu Furosemide
Diuretic hemat Kalium : bekerja pada tubulus pengumpul ginjal untuk
mencegah penyerapan kembali ion Na dan pengeluaran ion K. obat golongan ini
sering digunakan untuk mengobati hipertensi dan sering dikombinasikan dengan
diuretic tiazid. Salah satu contoh obatnya yaiu amiloride
Penghambat karbonik anhydrase : acetazolamide merupakan obat yang
bekerja sebagai penghambat enzim karbonik anhydrase pada tubulus proksimal
ginjal. Obat golongan ini sering digunakan untuk fungsi lain. Selain da=iuretik
karena efektiviitasnya yang rendah dibandingkan diuretic tiazid
Diuretic osmotic : merupakan sibstansi kimia sederhana yang disaring dan
keluar melalui ginjal. Obat golongan ini dapat memberikan efek diuretic karena
kemmapuannya dalam mmbawa cairan bersamaan dengan keluarnya substansi ini
ketubulus ginjal.Diuretic osmotic merupakan tatalaksana utama dalam mengatasi
peningkatan tekanan di dalam otak, keracunan obat, dan trauma.Salah satu contoh
obatnya yaitu mannitol.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan efek daari obat
diuretic, yaitu furosemide fan spironolakton pada hewan coba tikus (Rattus
novergic)berdasarkan parameter pengukuran volume urin.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu , alat ; gelas kimia, kanula,
kandang fisiologi, labu ukur 10 mL, spoit injeksi 3 mL dan 5 mL dan stopwatch.
Bahan ; furosemide dan spironolakton.
Adapun mekanisme kerja dari obat yang pertama yaitu furosemide sebagai
penghantar pembawa ion Na dan K pada membrane numinal.
Adapun mekanisme kerja dari obat yang kedua yaitu spironalakton sebagai
penghambat kompetitif efek timbal-balik alfosteron reseptor.
Adapun pada percobaan pertama diuretic pada kelompok II dengan
menggunakan obat spironolakton dengan Berat badan 159 g dan volume
pemberian 3,975 mL.sebelum penginduksian obat, tikus diinduksikan dengan air
hangat sesuai dengan volume pemberian maksimal yaitu sebanyak 5 mL.
kemudian, setelah diinduksikan dengan air hangat ditunggu beberapa menit.
Selanjutnya diinduksikan dengan obat spironolakton sebanyak 3,975 mL, lalu
dihitung pada menit ke 0, 30,60, dan 90. Hasil percobaan ii dnegna menggunakan
obat spironalkton yaitu pada menit ke 0,30, dan 60 tikus belum menghasikan urin
sedangkan pada menit ke 90 tikus menghasilkan urin sebanyak 1,1 mL.
Adapun pada percobaan pertama diuretic pada kelompok III dengan
menggunakan obat furosemide dengan Berat badan 137 g dan volume pemberian
3,42 mL. sebelum penginduksian obat, tikus diinduksikan dengan air hangat
sesuai dengan volume pemberian maksimal yaitu sebanyak 5 mL. kemudian,
setelah diinduksikan dengan air hangat ditunggu beberapa menit. Selanjutnya
diinduksikan dengan obat furosemide sebanyak 3,42 mL, lalu dihitung pada menit
ke 0, 30,60, dan 90. Hasil percobaan ini dengan menggunakan obat furosemide
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
yaitu pada menit ke 0,dan 30 tikus belum menghasikan urin sedangkan pada
menit ke 60 tikus menghasilkan urin sebanyak 1,8 mL.dan 90 tikus menghasilkan
urin sebanyak 1,3 mL.
Sesuai dari pengamatan dan perbandingan literature.Pada percobaan
pertama dengan obat spironolkatin sudah sesuai karena berdasarkan literature
dimana mekanisme kerja obat tersebut yaitu sebagai penghambat kompetiif efek
timbal-balik alfesteron-reseptor, jadi pada percobaann ini tikus (Rattus novegic)
tidak cepat mengeluarkan urin karena obat yang diinduksikan efeknya
menghambat. Jadi, pada menit ke 0, 30 dan 60 tikus belum mengeluarkan urin
tetapi pada menit ke 90 tikus mengeluarkan urin sebanyak 1,1 mL.
Sedangkan pada percobaan dengan obat furosemide.Berdasarkan literature
sudah sesuai dimana obat tersebut sebagai penghantar pembawa ion Na dan K
pada membrane numinal.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaann ini yaitu :
1. Obat spironolkaton efek obat yang dihasilkan sudah sesuai dengan literature
dan hasil yang diperoleh hanya ada pada menit ke 90 yaitu 1,1 mL
2. Obat furosemide efek obat yang dihasilkan sudah sesuai dengan literature dan
hasil yang diperoleh hanya ada pada menit ke 60 yaitu 1,8 mL dan pada menit
ke 90 1,3 mL.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
LAMPIRAN
A.

Skema Kerja
2 ekor tikus

Diberikan air hangat 5 ml

Furosemid

Spironolakton

Diukur volume urine setelah menit 0, 30, 60 dan 90

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
B. Perhitungan dosis
1. Furosemid = 40 mg, Beratetiket rata – rata = 161,3 mg
Dosisdewasa

40 mg
= 60 kgBB
= 0,6 mg/kgBB
37
= 0,6 mg/kgBB × 6

Dosistikus

= 3,7 mg/kgBB
Dosismaksimal

3,7 mg
= 1000 g ×200 g
= 0,74 mg

Larutan stock

10 mL
= 2 mL × 0,74 mg
= 3,7 mg/10 mL

BYD

=

3,7 mg/10 mL
×161,3 mg
40 mg

= 14,92025 mg
Pengenceran :
50 mg



10 mL (50 mg/10 mL)

X

X

=

→ 10 mL (14,92025 mg/10mL)

14,92025mg
× 10 mL
50mg

= 2,984 mL/10mL

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
2. Spironolakton 100 mg, Beratetiket rata – rata = 652,8 mg
Dosisdewasa

100 mg
= 60 kgBB
= 1,6mg/kgBB

Dosistikus

37
= 1,6 mg/kgBB × 6
= 10,27mg/kgBB

Dosismaksimal

10,27 mg
= 1000 g ×200 g
= 2,054 mg

Larutan stock

10 mL
= 2 mL × 2,054 mg
= 10,27 mg/10 mL

BYD

=

10,27 mg/10 mL
×652,8 mg
100 mg

= 67,04 mg

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

DIURETIK
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 2.Makassar : FF UMI
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. Farmakologi Dan Terapi, FKUI.
Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Dwiyana, Z. 2002. Diktat Kuliah Biologi Dasar.Universitas Hasanuddin :
Makassar.
Elisabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. UI: Jakarta
Ganiswara, G. S., dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press : Jakarta.
Guyton, 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.EGC : Jakarta.
Harvey, Richard , dkk. 2013, “ Farmakologi Ulasan Bergambar”, Jakarta : EGC
Katzung, G, Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika :
Jakarta.
Mary J., Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC: Jakarta
Sjafaraenan, 2005.Diktat Anatomi Fisiologi Manusia.Unhas, Makassar.
Tjay, T., H., dan Rahardja, K., 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media
Komputindo Gramedia : Jakarta.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH