0 Cara Melatih dan Meningkatkan Kreatifi

10 Cara Melatih dan Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia Dini
1. Membuat Anak Agar Berkreasi Setiap Hari
Untuk menunjukkan kepedulian kita pada sang buah hati dalam berkreasi, marilah kita ajarkan
buah hati kita untuk membuat sesuatu yang kreatif. Misalnya dengan menggambar, melipat
kertas, bermain game ( porsi yang semestinya), bermain permainan-permaian edukatif,
bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi.
Usahakanlah untuk bisa menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang pernah
dilakukan oleh sang buah hati, sehingga anak tidak merasa bosan dan terpacu untuk lebih
berpikiran kreatif.
2. Buat Anak Menggunakan Kedua Sisi Tubuh
Bagaimana caranya? Yaitu dengan melatih anak melakukan sesuatu menggunakan kedua sisi
tubuh. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menggambar atau mewarnai
menggunakan tangan yang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Misalnya, buah hati kita biasa menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitas sehari-hari
(menulis, sikat gigi, makan, dll). Maka kita ajari mereka menggunakan tangan kiri saat
menggambar. Akan lebih baik lagi bila dalam aktivitas sehari-hari pun mereka juga terlatih untuk
menggunakan tangan yang bergantian. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan
otak kanan dan kiri.

3. Memiliki Tokoh yang Bisa Diteladani dan Diidolakan
Dengan memperkenalkan banyak tokoh dunia yang telah sukses, anak-anak menjadi tahu

berbagai macam kepribadian dan prestasi dari orang lain. Hal ini sangat penting. Kenapa?
Karena anak-anak suka sekali meniru orang lain.

Tokoh-tokoh ini bisa seorang pahlawan, penemu, rohaniwan, dan tokoh-tokoh lain yang bisa
menjadi teladan buat sang buah hati. Jangan sampai buah hati kita hanya mengidolakan tokohtokoh kartun atau film (seperti Tom and Jerry, Superman, Batman, dll). Hal ini memang tidak
dilarang, namun akan lebih baik bila tokoh-tokoh tersebut adalah seseorang yang nyata sehingga
bisa menumbuhkan motovasi anak untuk meniru hal-hal yang baik di dalam diri tokoh tersbut,
lalu diteladani dalam kehidupan yang nyata.
4. Meningkatkan Perbedaharaan Kata pada Anak
Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam
memahami seseuatu. Misalnya pada saat membaca. Bila buah hati kita banyak mengetahui
makna kata yang dia baca di dalam sebuah artikel, maka mereka akan lebih mudah memahami isi
artikel yang ia baca. Dengan mengerti isi artikel yang ia baca, maka pengetahuan si kecil pun
menjadi lebih luas.
5. Melatih Kemapuan Mendengar Anak
Secara pribadi, sebagai guru bahasa Inggris, saya sering menggunakan media audio sebagai
media pembelajaran anak. Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat
tersebut saya gunakan saat melatih kemampuan mendengar anak-anak dalam belajar bahasa
Inggris.
Agar indera pendengaran bisa terlatih dengan baik, alangkah lebih baik bila kita sering-sering

mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau cerita lalu menanyakan hal-hal yang berhubungan
dengan lagu atau cerita tersebut (misalnya dengan cara tebak-tebakan).
6. Menggunakan Warna-Warni Saat Bermain dan Belajar
Mengapa mainan anak-anak berwarna-warni? Mungkin sebagian dari kita warna-warni hanya
digunakan untuk menarik minat anak-anak untuk membeli mainan yang ditawarkan. Namun
sebenarnya ada fungsi lain yang lebih bermanfaat.
Warna-warni yang biasa dipakai dalam mainan anak ternyata juga bisa mengaktifkan otak kanan.
Jadi pada saat buah hati kita belajar menulis, menggambar, dan mewarnai, usahakan
menggunakan pensil atau peralatan lain yang berwarna-warni.
7. Melatih Ketelitian Anak
Saat anak melihat sebuah gambar jerapah, akan lebih mudah bagi anak untuk mengatakan bahwa
itu adalah seekor jerapah, daripada melihat kaki jerapah yang panjang dan meminta anak
menyebutkan alasan kenapa kaki jerapah begitu panjang.
Mengapa hal ini sangat penting? Karena dengan membiasakan anak untuk belajar sesuatu secara
lebih mendetail atau kompleks, maka anak-anak akan menjadi lebih termotivasi untuk “mengenal

secara lebih” tentang sesuatu yang sudah mereka ketahui. Sehingga kelak setelah mereka
dewasa, mereka tidak hanya tertarik untuk menggunakan sesuatu yang telah ada, namun
menemukan hal-hal baru lain tentang sesuatu yang pernah ia pakai dan menciptakan sesuatu
yang baru lewat sesuatu yang telah ada (semoga bahasanya bisa dipahami).

8. Memberikan Liburan yang Kreatif
Liburan yang kreatif tidak harus mahal, namun yang terpenting adalah sesuai dengan minat anak.
Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi rumah,
membuat kreasi pernik-pernik, dan masih banyak lagi.
Bila perlu kita juga mengajak anak berlibur di luar rumah, misalnya ke tempat wisata yang
memiliki permainan outbound. Anak-anak aktif biasanya akan menyukai hal ini, karena segala
“emosi dan jiwa” mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, dari pembinaan kakak
outbound, anak akan mendapatkan banyak pelajaran tentang arti kerjasama, toleransi, sosialisasi,
dan lain-lain. Anak aktif juga harus memiliki moral dan etika yang baik kan? Selain itu
diperlukan juga….
9. Jangan Terlalu Tegang Kaku Dalam Mendidik
Suasana keluarga yang terlalu serius dan kaku, biasanya juga kurang mendukung kreatifitas anak
untuk bisa berkembang. Gurauan dan humor-humor kecil sangatlah penting di dalam sebuah
keluarga.
Kita bisa mengajak buah hati kita bercanda pada saat-saat santai, membacakan cerita humor,
menceritakan pengalaman sehari-hari yang lucu, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa
membuat anak merasa rileks saat bertemu dengan orang tuanya.
Hal ini juga akan membuat anak merasakan suka cita saat berada di dalam rumah, sehingga
anak-anak kita pun bisa lebih ekspresif terutama yang berhubungan dengan kreatifitas yang dia
minati dan bakat yang dimiliki.

10. Melatih Kemampuan Otak Kanan
Dengan mengajak anak-anak bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan berbagai macam kegiatan
kreatif lainnya, kemapuan otak kanan akan bekerja dengan lebih optimal.
Di sekolah, biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan bila
kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang, maka anak-anak tidak
hanya akan berpeluang mendapatkan prestasi di bidang akademisa saja, melainkan bisa meraih
prestasi-prestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian.

Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a.

Teori Psikoanalisis

b.

Teori Humanistik

c.


Teori Cziksentmihalyi

1.

Teori Psikoanalisis
Pribadi kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis,

yang dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak
disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Teori ini terdiri dari:
a.

Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence
mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan
menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab
utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadi
sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
Macam mekanisme pertahanan:
- Represi


- regresi

- Konpensasi

- Proyeksi

- Sublimasi

- Pembentukan reaksi

- Rasionalisasi
- Identifkasi
- Introjeksi
b.

Teori Ernst Kris

- Pemindahan
- Kompartementalisasi


Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi
seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah
mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar.
Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bias “seperti anak” dalam
pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalamasalah serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka m ampu malihat
masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi
demi bertahannya ego (Regression in The Survive of The Ego)
c.

Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran
kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas
tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni dan
karya-karya baru lainnya.

2.

Teori Humanistik
Teori Humanistik melikat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis


tingkat tinggi. Teori Humanistik meliputi:
a.

Teori Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri
dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:



Kebutuhan fsik/biologis



Kebutuhan akan rasa aman



Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta




Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri



Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri



Kebutuhan estetik

Kebutuhan-kebutuhan

tersebut

mempunyai

urutan


hierarki.

Keempat

Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “defciency”. Kedua Kebutuhan berikutnya
(aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses
perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang
yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka
mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (fash of insight)
b.

Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:

1.

Keterbukaan terhadap pengalaman

2.


Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)

3.

Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis sangat
baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya
kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut uga merupakan
dorongan dari dalam (internal press) untuk kreasi.

3.

Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi

genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka
terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah
menjadi pemusik.
a.

Minat pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.

b.

Akses terhadap suatu bidang

Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang
yang diminati sangat membantu pengembangan bakat.
c.

Access to a feld
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokohtokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir,
mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang
diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orangorang penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa
untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa
yang perlu untuk mencapau tujuannya.

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif menurut Csikszentmihalyi
Csikszentmihalyi mengemukakan 10 pasang cirri-ciri kepribadian kreatif yang
seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
a.

Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fsik yang memungkinkan mereka
dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bias
tenang dan rileks, tergantung situasinya.

b.

Pribadi kretaif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf.
Mereka nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anakanak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dalam ketidakmatangan
emosional dan mental. Mampu berfkir konvergen sekaligus divergen.

c.

Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.

d.

Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap
bertumpu pada realitas.

e.

Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa
kehilangan sentuhan masa lalu.

f.

Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.

g.

Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat
yang sama

h.

Pribadi kreatif menunjukkan lecenderungan androgini psikoogis, yaitu mereka
dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin)

i.

Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang (passionate) bila
menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian

karya

mereka.
j.

Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika
mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa
gembira yang luar biasa.

C. Teori-teori Tentang Press

Kreativitas agar dapat terwujud diperlukan dorongan dari individu
(motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.

Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap

individu

memiliki

kecenderungan

atau

dorongan

mewujudkan

potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu
membentuk hubungan-hubungan baru denganlingkungannya dalam upaya manjadi
dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon 1982)
b.

Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kretaivitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk
tumbuh, bibit unggul memerlukan kokdisi yang memupuk dan memungkinkan bibit
itu mengembangkan sendiri potensinya. Bagaimana cara menciptakan lingkungan

eksternal yang dapat memupuk dorongan dalam diri anak (internal) untuk
mengembangkan kreativitasnya?
Menurut

pengalaman

Carl

Rogers

dalam

psikoterapi

adalah

dengan

menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis.
1.

Keamanan psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling berhubungan:



Menerima

individu

sebagaimana

adanya

dengan

segala

kelabihan

dan

keterbatasannya.
 Mengusahakan suasana

yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada / tidak

mengandung efek mengancam. Evaluasi selalu mengandung efek mengancam yang
menimbulkan kebutuhan akan pertahanan ego.
 Memberikan pengertian secara empatis. Dapat menghayati perasaan-perasaan anak,
pemikiran-pemikirannya, dapat melihat dari sudut pandang anak dan dapat
menenrimanya, dapat memberikan rasa aman.

2.

Kebebasan psikologis
Apabila guru mengijinkan atau memberi kebebasan kepada anak untuk
mengekspresikan secara simbolis (melalui sajak atau gambar) pikiran atau
perasaannya. Ini berarti mmebrei kebebasan dalam berfkir atau merasa apa yang
ada dalam dirinya.

D. Teori Tentang Proses Kreative

Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif
meliputi 4 tahap :

1.

Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya
kepada orang lain.
2. Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu
melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan
masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra
sadar.
3. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha
Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
4. Tahap Verifkasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru
tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.
Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi
(pemikiran kritis).

E.

Pengembangan Kreativitas
1. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut
termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow
(Munandar, 1999) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang
yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.
2. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
untuk menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang
sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.
Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau
pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan
yang diberikan. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu
sendiri perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes (fexibility), lancar
(fuency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan
kembali (redefnition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan
oleh Guilford (Supriadi, 2001).
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu.

4. Kreativitaslah

yang

memungkinkan

manusia

meningkatkan

kualitas

hidupnya. Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah
perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan,
metode atau model pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang saat ini
sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas
mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi
dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran (Ratnaningsih, 2003).
Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan seharihari (kontekstual).

Teori Pembentukan Pribadi Kreatif
1. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang
biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai
seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan
memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:
• Sigmund Freud
Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya
tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme
pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme
pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi
justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
• Ernest Kris
Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku
sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil
atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
• Carl Jung
Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting
dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh
masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan,
teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan
kelanjutan dari eksistensi manusia.
2. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis
tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas
pada usia lima tahun pertama.
• Abraham Maslow
Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata
sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki
kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
• Carl Rogers
Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap
pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patoka pribadi
seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsepkonsep.
C. Teori-Teori tentang ‘Press’
kreativitas membutuhkan adanya dorongan dari dalam diri individu (motivasi
intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
1. Motivasi untuk Kreativitas
Dorongan ada pada setiap individu dan bersifat universal ada dalam diri individu itu
sendiri namun membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.

2. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif
Menurut Rogers, penciptaan kondisi keamanan psikologis dan kebebasan psikologis
memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.

Berbagi macam permainan kreatif yang dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan kecerdasan majemuk
Pertama, Memasak (Fun Cooking)
Permainan ini dapat berupa membuat minuman dengan sirup, dalam permainan ini
anak diajak mengukur, menakar, mengenal warna. Dengan demikian kegiatan ini
akan mengembangkan kecerdasan logis matematis, dan sekaligus
mengembangkan keterampilan motorik. Selain itu, menghias nasi kuning dengan
wortel, timun, telur anak mengenal jenis-jenis makanan bergizi, mengenal warna,
bentuk nama bahan makanan. Kecerdasan yang dikembangkan adalah kecerdasan
kinestetik.
Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat dari suasana kelas yang ceria. Anak melihat
dan mengenal macam-macam alat memasak /makan, membuat anak antusias
untuk mencoba. Saat kegiatan berlangsung dapat dilihat kreativitas masing-masing
anak, hal ini menunjukkan bahwa suasana belajar seperti ini akan mampu
memotivasi anak untuk mengembangkan daya kreativitas, kemandirian, dan
inisiatif.
Kedua, Kegiatan bermain dengan objek kreatif
Bermain dengan objek kreatif sebagai contoh membuat aneka bentuk dari plastisin.
Dari kegiatan ini anak akan berusaha menjadi yang terbaik, sehingga kecerdasan
yang dimilikinya turut membantu menciptakan hasil yang maksimal, dan disini guru
perlu memberi motivasi. Menggambar bebas dengan tema tertentu yang
disesuaikan tema yang diajarkan. Dalam hal ini akan bervariasi hasilnya sesuai
dengan kreativitas masing-masing. Anak yang kreatif akan lebih baik hasilnya dari
pada yang kurang, namun demikian disini anak akan belajar dari teman-teman
yang lebih kreatif, sehingga anak berusaha mengembangkan diri. Kecerdasan apa
saja yang akan berkembang dari berbagai permainan tersebut? kadang kita
memandang suatu kegiatan hanya melihat hasilnya saja. Kita lupa bahwa dari satu
kegiatan menggambar misalnya dalam menggambar ada beberapa kecerdasan
yang dapat kita kembangkan misalnya, kecerdasan visual spasial, intrapersonal,
mungkin juga kecerdasan naturalis.
Kegiatan bermain yang kreatif akan memberi kontribusi terhadap perkembangan
kecerdasan majemuk, maka guru TK/ PAUD hendaknya dapat menerapkannya
dalam proses pembelajaran. Pemilihan kegiatan bermain bagi guru penting sekali
hal ini akan menentukan keberhasilan dalam menanamkan pengetahuan kepada
anak. Pemilihan kegiatan yang tepat, sesuai dengan tema, tujuan pembelajaran,
serta kemampuan anak akan memudahkan mereka untuk melakukannya. Dengan
demikian kalau anak mampu melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran berarti anak berkembang kecerdasannya.

Di samping itu guru hendaknya mau menerima inovasi, memiliki kepekaan dan
melihat setiap hal yang ada di sekitarnya untuk dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
belajar melalui bermain agar anak dapat mengalaminya secara langsung dan nyata,
sehingga berkembang kreativitasnya.