BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum - Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

  Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes RI, 2010). Persyaratan kesehatan yang ditetapkan untuk air minum meliputi aspek fisika, kimia, dan biologi. Pengetahuan bahwa air mungkin mengandung beberapa unsur yang tidak diinginkan adalah titik tolak untuk menetapkan pedoman dan peraturan untuk kualitas air minum. Konsentrasi ditetapkan secara internasional dan di banyak negara untuk menjamin keamanan air minum (Kozisek, 2005). Di Indonesia juga telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan instansi yang berwenang. Baku Mutu Air Minum Menurut Menkes RI dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/1975

  Syarat-syarat Minimal Maksimal Maksimal

  No Unsur-unsur Satuan diperbolehkan dianjurkan diperbolehkan Fisika

  1 Suhu C

  2 Warna Unit -

  5

  50

  3 Bau

  4 Rasa - - - -

  5 Kekeruhan Unit

  • Kimia

  5

  25

  6

  • Derajat 6,5 9,2 - keasaman
  • 7 Zat mg/l 500 1500 padat/jumlah

  8 Zat organik mg/l - -

  10 sebagai KmnO

  4

  9 Karbon mg/l - - - oksida sebagai CO

  2

  agresif

  10 Kesadahan D 5 -

  10

  • 11 Kalsium mg/l

  75 200 sebagai Ca 12 - Magnesium mg/l 30 150 sebagai Mg 13 mg/l 0,1 Besi/jumlah 1 -

  Fe

  • 14 Mangan (Mn) mg/l 0,05 0,5
  • 15 Tembaga mg/l 0,05 1,5

  (Cu)

  16 Zink (Zn) mg/l 1,00 15 -

2.2 Manfaat Air Minum

  Air adalah zat gizi yang sangat vital dan paling banyak dibutuhkan tetapi tidak ada cadangan air dalam tubuh sehingga lebih sering dikonsumsi. Kita dapat hidup tanpa makanan selama beberapa minggu, tetapi tanpa air, kita tidak dapat hidup dan akan mengalami dehidrasi dalam beberapa hari. Dua per tiga dari tubuh kita adalah air, dan kebanyakan dari kita mungkin tidak mengetahui pentingnya air minum yang bersih. Air merupakan senyawa yang paling banyak dalam tubuh manusia. Air sangat penting untuk pencernaan dan transpor makanan ke dalam sel, pembuangan sisa-sisa metabolisme, sirkulasi cairan tubuh seperti darah dan cairan limfe, pelumas untuk sendi dan organ dalam, dan untuk regulasi suhu tubuh (Silalahi, 2011; Fox, 1998).

  Jika air cukup banyak di dalam tubuh, jaringan-jaringan di dalam tubuh akan bekerja secara efisien dan mudah. Akan tetapi, jika konsumsi air terbatas, maka tubuh akan mengambil air dari beberapa jaringan di dalam tubuh untuk melindungi sel-sel dan organ yang berbeda, yang akan mengakibatkan rasa sakit, kerusakan sel dan berbagai masalah kesehatan. Ketika seseorang sudah berumur, mereka akan kehilangan perasaan haus dan menjadi semakin dehidrasi. Kita sering keliru akan haus menjadi lapar dan melainkan kita mengonsumsi air, kita mengonsumsi makanan yang menyebabkan penambahan berat badan. Rasa haus sebaiknya dihilangkan dengan air. Semakin kita memperhatikan kebutuhan terus- menerus tubuh akan air, tubuh kita akan semakin sehat. Mengalami “mulut kering” menunjukkan bahwa tubuh kita mengalami dehidrasi yang tinggi. Tubuh manusia terdiri dari 25% zat padat dan 75% air, jaringan otak terdiri dari 85% air

  Air merupakan senyawa kimia utama dalam tubuh manusia. Oleh karena itu diperlukan asupan harian air minum yang cukup. Untuk pria dewasa, jumlah air yang dikonsumsi adalah 3,7 liter per hari sedangkan untuk wanita dewasa, jumlah air yang dikonsumsi adalah 2,7 liter per harinya. Sedangkan untuk orang yang cenderung lebih aktif, terutama olahragawan atau atlet membutuhkan air yang lebih banyak per harinya terutama untuk yang berada di lingkungan panas (Sawka, 2005). Kelelahan akan terjadi selama latihan yang lama disebabkan oleh berkurangnya atau penipisan dari glikogen otot, berkurangnya kadar glukosa darah dan dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi berkurangnya cairan dan elektrolit (garam kalium dan natrium dalam darah) yang akan menyebabkan penurunan daya tahan kinerja. Kondisi ini harus diatasi dengan asupan air minum, air mineral atau larutan campuran karbohidrat dan elektrolit (Silalahi, 2011).

  Air berperan sangat penting di dalam berbagai proses metabolisme di dalam tubuh baik sebagai medium/pelarut atau sebagai substrat serta sebagai hasil di dalam reaksi dalam metabolisme. Pada metabolisme energi (karbohidrat, lemak, dan protein) dihasilkan energi sebanyak 40% diubah dalam bentuk ATP (Adenosine Triphosphate), sedangkan sebanyak 60% diubah menjadi panas. Maka peningkatan aktivitas akan menaikkan suhu badan dan selanjutnya akan menyebabkan fungsi sistem enzimatis menjadi tidak efektif. Air berfungsi mengatur suhu tubuh dengan melepaskan panas melalui keringat dan penguapan untuk menurunkan suhu tubuh (Silalahi, 2011).

  Jika jumlah panas meningkat di dalam tubuh, air di sekitar jaringan penguapan melalui pori kulit. Untuk menguapkan air diperlukan energi, sehingga saat terjadi penguapan, panas diserap dari kulit. Proses ini merupakan proses yang utama dalam tubuh untuk menurunkan suhu badan (Silalahi, 2011).

  Setiap liter penguapan akan menyerap 600 kalori dari tubuh. Jadi dapat dipahami bahwa jika seseorang demam akan membutuhkan lebih banyak energi dan cairan. Penguapan berlangsung cepat jika kelembaban sekitar badan rendah dan akan terasa lebih nyaman, tetapi pada kondisi panas dan lembab akan menyebabkan rasa kurang nyaman (Silalahi, 2011).

2.3 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

  Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan mineral dikelompokkan menjadi dua, mineral utama (mineral makro) dan mineral mikro (trace minerals). Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Mineral mikro sangatlah penting untuk menopang hidup kita, walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit. Tapi, jika kita mengalami kekurangan mineral mikro ini, akibatnya bisa mempengaruhi kesehatan kita seluruhnya. Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang dan gigi, natrium berfungsi dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk memperlancar kontraksi otot (Yunasri, 2012).

  Kesadaran akan pentingnya mineral dan unsur penting lainnya dalam air yang hampir atau tidak mengandung mineral sama sekali. Air demineral tanpa penambahan mineral tidak sesuai untuk air minum karena sangat agresif terhadap wadah atau pipa penyalur yang terbuat dari logam, tidak memberi rasa dan tidak mengandung mineral tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah mineral berdampak negatif terhadap mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral dan air dalam tubuh (Kozisek, 2005; Silalahi, 2011).

  Meskipun air minum bukanlah sumber utama kalsium dan asupan magnesium, pentingnya asupan mineral tambahan dari air minum dapat lebih besar daripada kontribusi gizinya yang dinyatakan sebagai proporsi dari total asupan mineral harian (Kozisek, 2005).

  Jika air rendah mineral diminum, usus akan memberikan mineral ke air ini yang diambil dari cadangan dalam tubuh, dikeluarkan bersama mineral dari tubuh.

  Jadi air rendah mineral akan mengencerkan mineral yang terlarut dalam cairan tubuh. Gejala mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi efek akut dapat terjadi jika mengonsumsi air demineralisasi dalam jumlah yang banyak sesudah latihan fisik yang berat, efek hiponatremia yang akut bisa terjadi (Silalahi, 2011).

  Kandungan mineral yang tinggi dalam air minum sangat mempengaruhi penyerapan zat esensial dan zat non-esensial. Jika kandungan zat esensial yang diperlukan tinggi, maka penyerapan zat non-esensial akan sedikit atau bahkan tidak ada, dan akan diekskresi dari tubuh. Sebagai contoh, jika kandungan kalsium dan magnesium (zat esensial) dalam air minum tinggi, maka tubuh akan menyerap kalsium dan magnesium, sedangkan zat non-esensial seperti timbal akan tubuh akan menyerap logam lain yang mungkin berada dalam maknan dan minuman yang dikonsumsi seperti timbal dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan (Fox, 1998).

2.3.1 Kalsium

  Kalsium diperlukan semua sel. Kalsium di dalam tubuh 99% berada sebagai penopang struktur di dalam tulang dan gigi. Kalsium adalah mineral yang paling besar jumlahnya, sekitar 40% (1,2 kg) dari semua mineral di dalam tubuh. Kalsium terdapat dalam sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan sel. Kalsium diserap sebanyak 25% yang ada dalam makanan, tetapi orang muda dan bayi lebih banyak menyerap kalsium. Biasanya usus mampu membatasi penyerapan kalsium sesuai kebutuhan yaitu 1000 mg sampai 1200 mg bagi orang dewasa per hari.

  Remaja membutuhkan lebih tinggi yaitu 1300 mg/hari. Defisiensi kalsium menyebabkan osteoporesis. Sebagian besar penderita penyakit ini tak dapat disembuhkan dengan meningkatkan kalsium saja, pengobatan dan pencegahan yang tepat bagi yang tulangnya belum begitu rapuh ialah dengan merangsang pembentukan tulang lewat latihan, disertai suplementasi kalsium (McGilvery dan Goldstein, 1996; Silalahi, 2011).

  Asupan kalsium paling tinggi adalah 2500 mg/hari. Asupan kalsium yang melebihi 2500 mg/hari dapat menyebakan batu ginjal, iritasi pada ginjal dan beberapa organ, sakit kepala, gagal ginjal, dan penurunan absorbsi mineral lain (Wardlaw dan Hampl, 2007).

  Kalsium bukan hanya untuk tulang, kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi impuls syaraf dan metabolisme sel. dari tulang untuk memenuhi jumlah kalsium untuk mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Asupan kalsium yang rendah juga dapat menyebabkan hipertensi dan menambah resiko penyakit kanker seperti kanker kolon. Batas maksimum kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan batu ginjal (Kozisek, 2005; Silalahi, 2011).

  Berdasarkan World Health Organization, kadar minimum kalsium yang dianjurkan dalam air minum adalah 20 mg/l dan kadar optimumnya adalah 40-80 mg/l (

  Kožišek,2005). Sedangkan menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 kadar maksimal kalsium yang dianjurkan dalam air minum adalah 75 mg/l dan kadar maksimal kalsium yang diperbolehkan adalah 200 mg/l.

2.3.2 Magnesium

  Magnesium mempunyai peranan penting sebagai kofaktor dan aktifator lebih dari 300 reaksi enzimatik, termasuk glikolisis, metabolisme ATP, transport mineral seperti natrium, kalium dan kalsium melalui membran, sintesis protein dan asam nukleat serta kontraksi otot. Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% - 60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan intraseluler, juga sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi magnesium adalah memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).

  Defisiensi magnesium akan menyebabkan denyut jantung yang tidak mungkin karena terganggunya pompa natrium-kalium. Gejala defisiensi magnesium pada manusia yang pernah dilaporkan meliputi sifat mudah tersinggung, mudah bingung, keadaan semikoma dan aritmia jantung. Magnesium dibutuhkan sebanyak 310 - 400 mg/hari. Latihan fisik dapat menyebabkan kekurangan magnesium, yang selanjutnya dapat mengganggu metabolisme energi dan kemampuan kerja fisik. Magnesium berperan untuk meningkatkan performa atlet (McGilvery dan Goldstein, 1996; Silalahi, 2011).

  Asupan harian magnesium paling tinggi adalah 350 mg/hari. Asupan yang lebih tinggi dari itu dapat menyebabkan diare. Juga menyebabkan gagal ginjal, lemah lesu, mual, susah bernafas, dan hingga kematian (Wardlaw dan Hampl, 2007).

  Berdasarkan World Health Organization, kadar minimum magnesium yang dianjurkan dalam air minum adalah 10 mg/l dan kadar optimumnya adalah

  20-30 mg/l (Kozisek, 2005). Sedangkan, menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 kadar maksimum magnesium yang dianjurkan adalah 30 mg/l dan kadar maksimum magnesium yang diperbolehkan adalah 150 mg/l.

  Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kandungan kalsium dan magnesium dalam air minum telah dilakukan oleh Pasaribu (2013), dan oleh Florencia (2014) dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel air minum yang diteliti adalah air minum isi ulang (AMIU) dan air mineral dalam kemasan. Kadar kalsium dan magnesium yang diperoleh dari sampel air minum isi ulang dan air mineral dalam kemasan secara spektrofotometri serapan atom dapat dilihat pada Tabel 2.

  Kadar Mineral No. Sampel Magnesium Sumber

  Kalsium (mg/l) (mg/l)

  AMIU Tanpa Merek Teknik

  1. 6,5113 ± 0,34 1,7817 ± 0,08 Filterisasi

  I AMIU Tanpa a

  2. Merek Teknik 14,3137 ± 0,24 3,1492 ± 0,14 FilterisasiII

  AMIU Tanpa

  3. Merek Teknik 10,4956 ± 0,20 3,1408 ± 0,05 Filterisasi III

  Aqua 40,8789 ± 0,28 14,7650 ± 0,11 4. Amoz 30,6852 ± 0,29 19,9454 ± 0,15 5. Air Minum Isi b

  11,6847 ± 0,09 6,9720 ± 0,07 6. Ulang I

  Air Minum Isi 25,6405 ± 0,20 12,9050 ± 0,08 7. Ulang II

  Keterangan: a = Pasaribu (2013), b = Florencia (2014)

2.4 Penetapan Kadar Mineral dalam Air Minum

  2.4.1 Titrasi Kompleksometri

  Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam- garam logam, yang penentuannya adalah berdasarkan pembentukan kompleks atau ion kompleks. Kompleks ini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi sebuah ion logam, kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan pentiter yang sering digunakan (Day dan Underwood, 1998).

  Untuk penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan akan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini adalah hitam eriokrom, mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2007).

  2.4.2 Spektrofotometri Serapan Atom

  Metode yang dipilih untuk penetapan kadar kalsium, dan magnesium dalam air minum adalah metode spektrofotometri serapan atom, pemilihan ini didasarkan pada ketelitian alat, kecepatan analisis, pelaksanannya relatif sederhana, mempunyai kepekaan yang tinggi dan interferensinya sedikit.

  Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Atom-atom mengalami transisi bila menyerap energi. Energi akan dipancarkan ketika atom tereksitasi kembali ke tingkat energi dasar, dan detektor akan mendeteksi energi terpancar tersebut. Cuplikan yang diukur oleh AAS adalah berupa larutan, biasanya air sebagai pelarut. Di dalam AAS, nyala berguna untuk pembentukan atom sedangkan hollow cathode menjadi sumber energi untuk AAS. Hollow cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Hendayana, dkk. 1994; Gandjar dan Rohman, 2007).

  Lampu katoda berongga (hollow cathode lamps) merupakan sumber yang paling terkenal terutama untuk spektofotometri serapan atom. Lampu katoda tersedia dalam bentuk single-element dan multiple-element. Lampu ini mempunyai masa hidup yang relatif panjang, tetapi akan rusak setelah beberapa ratus jam penggunaan, dan setelah penyimpanan yang sangat lama. Lampu katoda diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen berikut ini (Gandjar dan Rohman, 2007): a.

  Sumber cahaya Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang dianalisis.

  b.

  Nyala Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ± 2500ºC, dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu 3000ºC, yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsur-unsur seperti alumunium atau kalsium.

  Monokromator Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalam lampu katode rongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam sampel tersebut.

  d.

  Detektor Detektor biasanya digunakan untuk mengukur intensitas cahya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya berupa sel fotosensitif.

  e.

  Readout

  Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

  sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Pemilihan bahan bakar dan gas pengoksidasi serta komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom:

  1. Gangguan Kimia Pembentukan atom gas dengan energi dasar yang merupakan dasar metode spektroskopi ini dapat dihalangi oleh dua macam gangguan kimia: a. Pembentukan senyawa stabil

  Pembentukan senyawa stabil menyebabkan disosiasi analit tidak sempurna atau pembentukan senyawa stabil di dalam nyala. Contoh sifat-sifat ini ditunjukkan oleh: - Pembentukan oksida stabil dari titan, vanadium, dan alumunium.

  Gangguan-gangguan kimia biasanya dapat dihindarkan oleh salah satu cara berikut.

  Menaikkan Suhu Nyala

  Suhu tinggi sering menyebabkan pembentukan atom-atom gas bebas, contoh alumunium oksida lebih mudah berdisosiasi di dalam nyala asetilen- nitrogen oksida daripada di dalam nyala asetilen-udara. Gangguan kalsium- alumunium yang bersal dari pembentukan kalsium aluminat juga dapat dihindari dengan bekerja pada suhu yang lebih tinggi daripada nyala asetilen-nitrogen oksida.

  Menggunakan Zat Pembebas (Releasing Agent)

  Proses ini berdasarkan reaksi M―X + R R―X + M dengan M―X adalah garam yang sukar berdisosiasi, R adalah zat pembebas. Proses ini akan berhasil kalau R―X lebih stabil daripada M―X. Contoh, di dalam penentuan kalsium dengan adanya posfat, penambahan larutan klorida atau strontium klorida berlebih kedalam larutan cuplikan, menyebabkan pembentuakan strontium posfat, kemudian kalsium dapat ditentukan di dalam nyala asetilen- udara tanpa gangguan posfat.

  b. Ionisasi Atom-atom Gas pada Tingkat Energi Dasar Ionisasi atom-atom gas di dalam nyala akan mengurangi intensitas

  M M + e absorbsi di dalam spektroskopi serapan. Oleh karena itu perlu mengurangi nitrogen oksidasi dapat menyebabkan ionisasi unsur seperti unsur-unsur logam alkali: kalsium, stronsium, dan barium. Ionisasi unsur yang ditentukan dapat dikurangi dengan zat penahan ionisasi; biasanya berupa larutan yang mengandung kation dengan potensial ionisasi lebih rendah daripada analit (Hendayana, dkk.

  1994).

2.5 Validasi Metode Analisis

  Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

2.5.1 Kecermatan (accuracy)

  Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.

  Menurut Harmita (2004), perhitungan perolehan kembali ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: % Perolehan kembali = (C F A )/ ( C* A ) x 100

  • – C C = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

  F

  C A = konsentrasi sampel sebenarnya

  C* = konsentrasi analit yang ditambahkan A

  2.5.2 Keseksamaan (precision)

  Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

  Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16% dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32% (Harmita, 2004).

  2.5.3 Selektivitas (Spesifitas)

  Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004).

  2.5.4 Linearitas dan Rentang

  Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matemati yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

2.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

  Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).