BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan 2.1.1 Pengertian Pendapatan - Analisa Pengakuan Pendapat Dan Beban Pada RSUP. H. Adam Malik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendapatan

2.1.1 Pengertian Pendapatan

  Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva kedalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dilakukan perusahaan. Pada perusahaan industri, pendapatan timbul terutama dari penjualan barang jadi. Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul terutama dari penjualan barang dagang. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain.

  Pendapatan menurut Soemarso (2005 : 230) diartikan sebagai “Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

  Menurut Suwardjono (2007 : 81) dalam kaitannya dengan operasi perusahaan yang utama, pendapatan diklasifikasikan menjadi komponen sebagai berikut : 1.

  Pendapatan Operasional Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. Nama pendapatan operasi ini dipengaruhi oleh jenis usaha perusahaan. Untuk perusahaan jasa pendapatan disesuaikan dengan bidang usaha perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan dan menanamkan pendapatannya dengan pendapatan angkutan.

  Untuk perusahaan perdagangan atau manufaktur, yang memperoleh pendapatannya dari menjual barang atau produk, pendapatan operasinya disebut dengan penjualan (sales revenue) 2. Pendapatan Nonoperasi

  Pendapatan nonoperasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini sering disebut dengan pendapatan lain-lain dan untung (other revenues and gains). Contoh pos yang termasuk dalam pendapatan nonoperasi antara lain: pendapatan bunga, pendapatan dividen, untung penjualan aktiva tetap, dan untung penjualan aktiva investasi.

3. Untung Luar Biasa

  Untung nonoperasi yang sifatnya luar biasa kejadiannya maupun jumlahnya biasanya diperoleh perusahaan akibat kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen. Contohnya adalah suatau perusahaan memperoleh ganti rugi yang besar karena memang dalam perkara pengadilan dalam kasus pelanggaran hak paten. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan perusahaan dalam suatu periode. Pendapatan menjadi sangat penting karena pendapatan merupakan objek atas kegiatan perusahaan. Pengertian pendapatan bermacam-macam tergantung dari sisi mana kita meninjau pengertian pendapatan tersebut.

  Menurut Harahap (2007 : 76) “Pada umumnya pendapatan ditafsirkan sebagai berikut yaitu :

1. Arus masuk net asset sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa 2.

  Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan 3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa dari perusahaan selama periode tertentu”.

  Perbedaan itu timbul akibat perbedaan pandangan terhadap yang dianggap termasuk dalam revenue.

  Menurut Nafarin (2004 : 449) “Pendapatan merupakan kenaikan kotor dalam modal sendiri (modal pemilik) yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada langganan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.

  Pengertian pendapatan menurut Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 70) “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal Rumah Sakit selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan

  Kesimpulannya bahwa pendapatan merupakan seluruh peningkatan jumlah aktiva atau pengurangan suatu kewajiban yang berasal dari penjualan barang dagangan atau aktivitas usaha lainnya dalam satu periode kecuali peningkatan aktiva yang timbul akibat pemberian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman dan koreksi laba rugi periode yang lalu.

2.1.2 Jenis Pendapatan

  Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa, termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan. Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul dari penjualan barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan terutama diperoleh dari penjualan produk selesai. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan dari penyerahan jasa kepada pihak lain. Pendapatan umumnya merupakan sesuatu yang diterima oleh perusahaan yang menambah harta perusahaan tersebut tetapi penambahan itu terjadi bukan karena adanya pembelian investasi oleh perusahaan.

  Adapun jenis pendapatan dari suatu kegiatan perusahaan dapat digolongkan menjadi pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.

  Pendapatan operasional timbul dari hasil kegiatan usaha dan operasional perusahaan baik dari hasil penjualan barang dagang maupun penjualan jasa dan kegiatan utama perusahaan lainnya.

  Pendapatan operasional adalah pendapatan yang berasal dari aktivitas utama. Pendapatan dari sumber ini jumlahnya cukup material dan terjadi berulang- ulang (rutin). Adapun jenis pendapatan untuk operasional untuk tiap perusahaan

  Pada dasarnya jenis pendapatan operasional timbul dari berbagai cara yaitu: a. Pendapatan timbul dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan tersebut tanpa penyerahan jasa telah diproduksi.

  b.

  Pendapatan diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya hubungan yang telah disetujui.

  c.

  Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan para investor.

  Pendapatan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan. Pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan yang jumlahnya tidak material dan sering terjadi. Pendapatan diterima tersebut tidak ada hubungannya dengan aktivitas normal perusahaan dan biasanya disebut sebagai pendapatan lain- lain.

  Jenis pendapatan non operasional terdiri atas : 1.

  Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahan oleh pihak lain.

  Contohnya : Pendapatan bunga, sewa, royalty.

2. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva di luar barang dagangan atau hasil produksi.

  Contohnya : Penjualan surat berharga, penjualan aktiva hak berwujud.

2.2 Beban

2.2.1 Pengertian Beban

  Beban dapat diartikan sebagai pemakaian barang dan jasa dalam proses aktivitas menghabiskan barang atau jasa dan nilai-nilai barang dan jasa ini menjadi habis pada saat produk perusahaan ditransfer kepada pembeli.

  Menurut Skousen (2004 : 123) “Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban atau kombinasi keduanya yang berskala dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa merupakan operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.

  Menurut Warren (2005 : 63) “beban (expenses) adalah aktiva atau jasa yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan. Contoh-contoh beban meliputi beban upah, beban sewa, beban perlengkapan, beban utilitas dan beban rupa-rupa”.

  Menurut Nafarin (2004 : 451) “Beban merupakan nilai sesuatu yang secara langsung dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh hasilan.

  Dengan kata lain beban adalah harga pokok yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis”.

  Menurut Soemarso (2005 : 234) : Beban adalah penurunan modal bruto sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Penurunan modal bruto dapat terjadi melalui penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban. Penentuan beban-beban mana yang harus dimasukkan dan dicatat dalam suatu periode harus didasarkan atas konsep bahwa beban dikeluarkan atau terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan. Konsep lain, beban terjadi karena suatu pengeluaran sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Dengan kata lain beban harus dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh pendpaatan.

  Menurut Soemarso (2004 : 235) terdapat 2 macam cara untuk mencatat dan melaporkan beban yang terjadi yaitu :

1. Menghubungkan dengan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan.

  Beberapa beban tertentu mempunyai hubungan langsung dengan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan. Contoh beban macam ini adalah Harga Pokok Penjualan.

  Kadang-kadang suatu beban tidak dapat dihubungkan langsung dengan barang atau jasa yang merupakan sumber pendapatan. Sebagian besar beban administrasi dan umum serta beban-beban penjualan termasuk dalam kategori ini. Dalam keadaan demikian pencatatan beban dihubungkan dengan berlalunya waktu.

  a.

  Langsung pada saat terjadinya b.

  Melalui alokasi tertentu Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2007 :14,78): Defenisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetap. Menurut Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 85) “Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan aktiva bersih”.

  Pendapat lain tentang beban adalah penggunaan atau pemakaian atau pemakaian barang dan jasa di dalam proses mendapatkan pendapatan. Beban merupakan habisnya jasa factor yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pembuatan atau penjualan produk perusahaan.

  Beban seringkali disamakan dengan biaya (cost). Namun sebenarnya terdapat perbedaan diantara keduanya, biaya adalah pengeluaran yang habis masa manfaatnya, jadi masih harus dibebankan pengeluaran yang habis masa manfaatnya, jadi masih harus dibebankan pada periode berikutnya sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan sudah seluruhnya dibebankan pada periode berjalan.

2.2.2 Jenis Beban

  Beban merupakan arus kelaur dan berkurangnya harta perusahaan tetapi penurunan itu bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik modal. Beban umumnya muncul dari penjualan, proses produksi, penyerahan jasa ataupun kegiatan lainnya yang merupakan operasi normal perusahaan dalam periode tertentu.

  Secara umum, beban dapat digolongkan atas 2 jenis yaitu : 1.

  Beban Langsung Beban langsung yaitu beban yang secara langsung dikaitkan dengan pendapatan dalam periode diakui pendapatan.

  Contohnya: biaya bahan baku dna tenaga kerja pabrik, beban komisi penjualan, beban garansi atas produk yang dijual.

2. Beban Tidak Langsung

  Beban tidak langsung adalah beban yang tak berhubungan secara langsung dengan penjualan produk dan jasa merupakan beban periode dan beban alokasi. Contoh: beban administrasi umum, beban penyusutan dan beban amortisasi. Menurut Pedoman Akunatnsi Rumah Sakit (2003 : 87) Beban yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit dapat berasal dari: a.

  Beban pelayanan adalah beban yang timbul untuk pelaksanaan aktivitas pelayanan rumah sakit. Beban pelayanan antara lain terdiri dari :

  1. Beban jasa pelayanan 2.

  Beban pegawai 3. Beban penyusutan sarana medic 4. Beban pemeliharaan sarana medic 5. Beban asuransi 6. Beban penelitian medic b. Beban program adalah beban yang timbul untuk pelaksanaan program yang ditetapkan oleh penyimbang. Beban program terdiri dari :

  1. Beban pegawai dan tenaga ali 2.

  Beban pelatihan 3. Beban penelitian 4. Beban rapat c.

  Beban administrasi dan umum adalah beban yang timbul dari aktivitas yang tidak berkaitan langsung dengan aktivitas pelayanan normal atau pelaksanaan program yang ditetapkan penyumbang. Beban administrasi dan umum terdiri dari :

1. Beban administrasi kantor

  Beban pemeliharaan

2.3 Pengakuan Pendapatan dan Beban

2.3.1 Pengakuan Pendapatan

  Pengakuan adalah proses secara formal untuk mencatat dan menggabungkan suatu pos di dalam perkiraan dan laporan keuangan satu kesatuan. Pengakuan mencakup uraian pos itu dalam kata-kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang-kadang digunakan bergantian didalam literature dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan sumber daya bukan kas dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.

  Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 15) : Pengakuan merupakan proses pembentukan yang memenuhi definisi unsur serta criteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dna mencantumkannya ke dlaam neraca atau laba rugi. Pos yang memenuhi criteria tersebut harus diakui dalam neraca ataupun laporan laba rugi. Kelalaian untuk memakai pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.

  Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 paragraf 19 (2007 : 23,5) menyatakan bahwa : Bila hasil suatutransaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : a.

  Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. b.

  Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.

  c.

  Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

  d.

  Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut Menurut Skousen, dkk (2004 : 231) “Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :

  1. Telah direalisasikan (realized) atau dapat direalisasikan (realizable).

  2. Sudah dihasilkan melalui penyelesaian yang substansial atas aktivitas yang terlibat dalam proses menghasilkan tersebut”.

  Dalam bahasa sederhana, pendapatan diakui apabila perusahaan yang menghasilkan pendapatan telah menyerahkan barang dan jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dan ketik pelanngan telah melakukan pembayaran yang apsti (dapat direalisasikan) kepada perusahaan. Jadi perusahaan telah melaksanakan kesepakatan, dna konsumen mempunyai kemauan untuk membayar”.

  Namun demikian beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa untuk pengakuan pendapatan sebenarnya tidak harus selalu terjadi pertukaran namun juga dianggap kritis adalah apabila bahwa pengukuran yang objektif dapat juga dicapai jika pertukaran terjadi atau tidak, di samping proses laba memang benar telah diselesaikan.

  Menurut Harahap (2007 : 78) Pendapatan diakui secara 1.

  Accrual basis Pengakuan revenue secara akrual basis berarti bahwa revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan), pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan piutang.

  a.

  Revenue umunya diakui selama kegiatan produksi dalam hal sebagai berikut : 1)

  Sewa, bunga, komisi dianggap diakui sebagai revenue berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menjelaskan tentang kenaikan bertahap dari klaim kepada pelanggan.

  2) Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan dengan taksiran biaya seluruh proyek.

  a) Revenue dari cost plus fixed contract, kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang tetap ditambah biaya-biaya tertentu.

  b) Perubahan aset sebagai akibat pertumbuhan yang menimbulkan 2.

  Critical Event Basis Dalam metode ini yang diperhatikan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan, kejadian kritis itu dapat berupa : a.

  Pada saat penjualan b.

  Pada saat selesainya proyek c. Pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan

  Menurut Warren (2005 : 128) dasar pengakuan pendapatan atau revenue secara umum ada dua cara yaitu :

  1. Dasar Kas (Cash Basis) Pada dasar kas, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi apda periode dimana kas diterima atau dibayar. Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas diterima dari klien. Laba (rugi) bersih merupakan selisih antara penerimaan kas (pendapatan dan pengeluaran kas (beban).

  2. Dasar Akrual (Acrual Basis) Pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan (earned). Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari pelanggan selama periode ini.

  Menurut Soemarso (2005 : 231) Ada empat kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat diakuinya pendapatan yaitu :

1. Pada saat dilakukan penjualan

  Pendapatan biasanya diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli. Pada saat ini dikirimkan faktur tagihannya. Tetapi apabila antara penyerahan barang dengan penerimaan barang terdapat tenggang waktu, maka pendapatan dapat diakui pada saat penjual menyerahkan barangnya kepada perusahaan pengangkutan. Pada saat ini penjual sudah dapat mengirimkan faktur tagihannya. Syarat penjualan demikian dsebut loko gudang (penjual) atau free on board. Pada syarat penjualan yang disebut franko gudang (pembeli) atau cost, freight and insurance pendapatan diakui pada saat barang diterima pembeli. Pada saat itu dapat dibuatkan faktur tagihan. Pengakuan barang yang dijual. Barang-barang yang telah diserahkan oleh pihak penjual dan telah diterima oleh pihak pembeli belum merupakan pendapatan apabila hak pemilikan barang masih di tangan penjual. Contoh keadaan ini adalah barang-barang yang dikirimkan pada saat konsinyasi. Pada saat pembayaran telah diterima

  Pendapatan dapat pula baru diakui pada saat pembayaran atas penjualan diterima. Contoh cara ini adalah pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh dokter, pengacara dan perusahaan-perusahaan lain dimana jasa-jasa professional merupakan sumber pendapatannya. Secara teoritis cara ini kurang dapat diterima. Keuntungannya terletak oada kesederhanaan dan dapat dihindarinya kerugian dari piutang- piutang tak tertagih. Cara tersebut tidak diperkenankan bagi pengakuan pendapatan yang berasal dari penjualan barang. Pengakuan pendapatan pada saat pembayaran hanya dapat dilakukan bila terdapat ketidakpastian yang besar mengenai tertagihnya piutang. Ketidakpastian itu biasanya berhubungan dengan belum berpindahnya hak atau resiko atas barang sampai dilunasinya pembayaran. Ada kemungkinan pembatalan atas transaksi penjualan yang telah dilakukan.

  3. Saat bagian tahap produksi diselesaikan Pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, pekerjaan yang harus diselesaikan dapat berlangsung sampai tiga atau empat tahun. Dalam keadaan demikian, seolah-olah pendapatan baru dihasilkan pada akhir tahun keempat. Akan tetapi, mengakui pendapatan macam ini sekaligus pada akhir diselesaikannya pekerjaan akan menghasilkan laba atau rugi menjadi sangat berfluktuasi. Cara ini tidak dapat menggambarkan kemajuan perusahaan secara benar. Demikian juga halnya bila pendapatan diakui pada saat kontrak pekerjaan ditandatangani. Oleh karena itu, pendapatan diakui dan dicatat sesuai dengan bagian-bagian kontrak yang telah diselesaikan. Metode pengakuan pendapatan demikian disebut metode persentase penyelesaian. Cara ini dimungkinkan bila beban untuk menyelesaikan kontrak dan tahap kemajuan penyelesaian kontrak dapat ditaksir dengan baik. Apabila taksiran demikian tidak dapat dpertanggungjawabkan, dianjurkan untuk menggunakan metode kontrak selesai.

  4. Saat selesainya produksi Untuk barang yang nilai pasarnya sudah tertentu pemasarannya terjamin atau untuk barang yang sudah dipastikan akan terjual dengan harga tertentu (berdasarkan kontrak penjualan), pendapatan dapat diakui pada saat selesainya produksi. Contohnya adalah perusahaan konstruksi yang menggunakan metode kontrak selesai. Dengan cara ini, pendapatan baru diakui pada saat pekerjaan konstruksi (produksi) telah diselesaikan.

  Menurut Weygandt, dkk (2002 : 4) Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip :

  1. Pendapatan dari penjualanan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan kepada pelanggan. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih.

  a.

  Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, royalty, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.

  b.

  Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.

  Menurut Pedoman akuntansi Rumah Sakit (2003 : 73) “Pendapatan diakui pada saat aktivitas pelayanan jasa telah diberikan atau barang telah diserahkan kepada pengguna jasa”.

  Menurut Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 71) “Pendapatan diakui kalau kenaikan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban”.

  Pengakuan pendapatan di rumah sakit berdasarkan atas Pedoman Akuntansi Rumah Sakit yang berdasarkan atas ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 156.

  Acuan yang digunakan dalam penyusunan Pedoman Akuntansi Rumah Sakit adalah :

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 156 2.

  Peraturan pemerintah yang mengatur tentang rumah sakit 3. Standar Akuntansi keuangan

  Pengakuan pendapatan menurut Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 70): Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aktiva bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatkan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penurunan kewajiban.

  1. Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi : a.

  Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

  b.

  Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang terjadi.

  c.

  Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.

  d.

  Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.

2. Pendapatan diakui pada saat aktivitas pelayanan jasa telah diberikan atau barang telah diserahkan kepada pengguna jasa atau pembeli barang.

2.3.2 Pengakuan Beban

  Setelah pendapatan dari periode akuntansi diakui sesuai dengan prinsip pendapatan, prinsip penandingan diterapkan untuk mengakui beban periode tersebut.

  Perusahaan dalam melaksankan operasinya menggunakan sumber daya yang digunakan haruslah dialokasikan dalam hal ini sebagai beban. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

  Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama, misalnya berbagai komponen biaya yang membentuk beban pokok penjualan diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun penerapan konsep ini dalam kerangka dasar tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban.

  Menurut Skousen (2004 : 234) : “Untuk menentukan laba, tidak hanya criteria pengakuan pendapatan saja harus terpenuhi prinsip pengakuan beban harus didefenisikan dengan jelas. Sebagian beban langsung dihubungkan dengan pendapatan sehingga dapat diakui pada periode yang sama dengan pendapatan terkait. Pengeluaran lain tidak dapat segera diakui sebagai beban karena berhubungan dengan pendapatan di masa yang akan dating sehingga dilaporkan sebagai aktiva. Sebagian beban lagi, tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan tertentu dan diakui pada periode di mana beban tersebut dibayarkan atau terjadi”.

  Menurut Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 86) “Beban diakui apabila pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau depanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva”.

  Dalam Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (2003 : 85) diatur ketentuan sebagai berikut :

  1. Beban diakui dalam laporan laba rugi apabila penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Hal berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.

  2. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.

  3. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.

  4. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva.

  5. Beban dan kerugian diakui pada saat terjadinya yaitu a.

  Pada saat pengeluaran kas jika pengeluaran tersebut tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva dalam neraca.

  b. c.

  Pada saat terjadi penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan nilai aktiva. Pengakuan beban umumnya terkait pada pengakuan pendapatan. Pengakuan beban disebut juga prinsip penandingan. Prinsip penandingan (matching principle) menyatakan bahwa beban harus dikaitkan dengan pendapatan pada periode di mana usaha untuk memperoleh pendapatan dilakukan.

  Beban tidak diakui ketika kas dibayarkan, atau ketika kas dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau ketika barang diproduksi. Tetapi, beban diakui ketika tenaga kerja (jasa) atau barang benar-benar berkontribusi terhadap pendapatan. Pengakuan beban dibagi menjadi tiga kategori yaitu 1.

  Pengaitan atau penandingan langsung Mengaitakan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu sering disebut proses pengaitan atau penandingan.

  2. Alokasi sistematik dan rasional Kategori pengakuan beban ini melibatkan aktiva yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Beban aktiva seperti gedung, peralatan, paten, dan asuransi dibayar di muka disebar ke sepanjang periode masa manfaat dengan cara yang sistematik dan rasional.

  3. Pengakuan dengan segera Banyak beban yang tidak terkait dengan pendapatan tetapi terjadi untuk mendapatkan barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Namun, terkadang sulit untuk menentukan periode akuntansi di mana beban berkontribusi terhadap pendapatan. Oleh karena itu, beberapa pendekatan dibuat

  Biaya adalah sumber dari beban. Biaya akan menjadi beban pada saat biaya digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Biaya yang akan menghasilkan pendapatan hanya pada periode akuntansi berjalan segera dibebankan. Beban-beban ini dilaporkan sebagai beban operasional di laporan laba-rugi. Misalnya biaya untuk periklanan, gaji penjualan, dan perbaikan. Beban-beban ini sering disebut harga perolehan (biaya) yang kedaluwarsa (experied cost).

  Biaya yang akan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi di masa mendatang diakui sebagai asset. Misalnya persedian barang dagang, beban dibayar dimuka, dan asset pabrik. Biaya-biaya ini disebut harga perolehan (biaya) yang belum kedaluwarsa (unexpired cost). Biaya perolehan yang belum kedaluwarsa berubah menjadi beban dalam dua cara: 1.

  Harga pokok penjualan. Harga perolehan (biaya) yang ditanggung sebagai persediaan barang dagang menjadi beban ketika persediaan itu terjual.

  Biaya-biaya ini dibebankan sebagai harga pokok penjualan pada periode ketika penjualan terjadi. Oleh karena itu, terdapat penandingan langsung antara beban dengan pendapatan.

  2. Beban operasional. Harga perolehan (biaya) yang belum kedaluwarsa lainnya menjadi beban operasional melalui penggunaan atau konsumsi (seperti pada kasus persediaan toko).

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Tinjauan penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah penelitian dari Enda Restawati (2004), yang melakukan Propinsi Riau dan penelitian dari Meta Yana noselia Torong (2004) mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut SAK No. 23 pada RSUD. Dr. Djoelham Binjai dan penelitian dari Junita I T (2003) mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK No. 23 pada RSU. Mutiara Medan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian Enda Restawati, Meta Yana Noselia Torong dan Junita I T menganalisis pengakuan dan pengukuran pendapatan sedangkan penelitian yang dilakukan penulis adalah menganalisis pengakuan pendapatan dan beban pada RSUP. H. Adam Malik. Penulis melakukan analisis terhadap pendapatan dan beban yang ada pada RSUP. H. Adam Malik sedangkan pada penelitian terdahulu hanya menganalisis pengakuan dan pengukuran pendapatan, tidak melakukan analisis pengakuan terhadap beban yang ada di rumah sakit.

  Tabel 1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No. Nama Judul Metode Hasil Peneliti Penelitian Analisis Penelitian

  1 Enda Pengakuan dan Deskriptif Pengakuan Restawati Pengukuran dan (2004) Pendapatan Pengukuran

  Menurut pendapatan Pernyataan pada ruang Standar

  ICU Akuntansi RSUD Keuangan Propinsi (SAK) Riau telah No. 23 Pada sesuai Ruang ICU dengan Rumah Sakit SAK No. 23.

  Umum Daerah Pendapatan Propinsi Riau diakui pada saat rumah sakit telah memberikan jasa kepada pasien dan pendapatan diukur dengan nilai wajar sesuai dengan pengorbanan yang diberikan rumah sakit kepada pasien.

  Menurut Erlina (2007 : 28) “Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting telah diketahui dalam masalah tertentu. No.

  2

  3 Nama Peneliti Meta Yana Noselia Torong (2004) Junita I T (2003)

  Judul Penelitian Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut SAK No 23 Pada RSUD. Dr. Djoelham Binjai Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No.

  23 Pada RSU Mutiara Medan

  Metode Analisis Deskriptif Deskriptif

  Hasil Penelitian Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan sudah sesuai SAK No. 23 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan sudah sesuai PSAK No. 23

2.5 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya serta tinjauan teoritis yang membangun konsep variable penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

  RSUP. H. Adam Malik adalah perusahaan yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Perusahaan memperoleh pendapatan dari jasa yang diberikan pada masyarakat. Pendapat berkaitan erat dengan beban. Pendapatan dan beban berhubungan dengan aktiviras utama suatu perusahaan. Karakteristik utama beban adalah beban yang terjadi di dalam proses pembentukan pendapatan. Pengakuan menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan maupun beban. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan dan beban. Data perusahaan dalam hal ini RSUP. H. Adam Malik terutama laporan keuangan perusahaan yang menggambarkan jumlah pendapatan setiap periodenya perlu dilakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban, dengan cara laporan keuangan yang telah dibuat dibandingkan dengan suatu standar yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan dan akhirnya akan dihasilkan sebuah kesimpulan mengenai bagaimana sebenarnya pengakuan pendapatan dan beban di RSUP. H. Adam Malik.

  Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

  Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

  Pendapatan Beban Pengakuan Pandapatan dan Beban

  Laporan Keuangan, lampiran dan Keterangan Lainnya dari RSUP. H. Adam Malik

  Standar Akuntansi Keuangan tentang pengakuan pendapatan dan beban

  Kesimpulan