BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Agency Theory - Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Agency Theory

  Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara pemegang

  saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan.

  Apabila manajer mementingkan kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan.

  Konflik keagenan ini timbul karena terjadi pemisahan antara fungsi pengelolaan dan kepemilikan (Syahyunan, 2013:7). Konflik antara pihak manajemen serta pemegang saham ini dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan yang terkait. Oleh karena adanya mekanisme inilah maka akan menimbulkan biaya yaitu biaya agensi (Haryono, 2005).

  Agency cost yaitu biaya yang meliputi biaya pengawasan (monitoring),

  biaya ikatan (bonding), dan biaya sisa (residual). Biaya pengawasan terhadap aktivitas manajer, biaya ikatan dalam meyakinkan manajer bekerja untuk kepentingan pemegang saham tanpa perlu pengawasan, biaya sisa merupakan perbedaan return yang diperoleh karena perbedaan keputusan investasi antara pemegang saham dan manajemen.

  Untuk mengurangi agency cost ada beberapa alternatif, antara lain: a.

  Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wijayaningtyas, 2009). Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan; b. Meningkatkan dividend payout ratio. Akibatnya manajemen harus mencari dana dari luar untuk melakukan investasi. Penelitian mereka menyatakan bahwa pembayaran dividen akan mengurangi aliran kas perusahaan akibatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasinya akan mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan; c. Meningkatkan pendanaan hutang (Sartono, 2010). Penurunan utang dapat menurunkan besarnya konflik antar pemegang saham dengan manajemen; d.

  Institutional investor sebagai pihak yang memonitoring agen (Moh’d, et al.

  1998 dalam Wahidahwati, 2002) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti institutional investor dapat mengurangi biaya keagenan karena dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen; e.

  Menggunakan free cash flow untuk membayar dividen kas (Jensen, 1976 dalam Ullah, 2012) sehingga menghindari manajemen untuk melakukan tindakan demi kepentingan pribadinya yang dibiayai perusahaan.

2.1.2 Kebijakan Dividen

  Menurut Weston dan Copeland (2005:122), “Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada pemegang saham”. Besar kecilnya dividen akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

  Adapun jenis-jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham, yaitu:

  1. Dividen tunai (cash dividend) yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya dividen tunai lebih disukai para pemegang saham dan pembagian dividen tunai ini sering dilakukan oleh perusahaan perseroan.

  2. Dividen saham (stock dividend) yaitu dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham berupa saham, bukan dalam bentuk uang tunai.

  3. Dividen kekayaan (property dividend) yaitu pembayaran dividen dengan bentuk barang (aset selain kas). Barang yang dibagi adalah barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak mengganggu keberlangsungan operasi perusahaan.

  4. Scrip dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Pembayaran akan dilakukan perusahaan sesuai dengan perjanjian yang tercantum pada surat tersebut.

  5. Liquidating dividend yaitu pembayaran dividen dengan mengurangi modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

  Kebijakan dividen perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan. Setiap perusahaan memiliki keputusan yang berbeda-beda. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Besar kecilnya dividen sangat tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh dan proporsi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen atau dividend payout ratio (Sartono 2010:73). Perubahan dividen diartikan sebagai sinyal bagi prospek perusahaan di masa datang. Dengan demikian dividen diartikan oleh pasar sebagai sinyal positif dan sebaliknya pengurangan dividen digunakan sebagai sinyal negatif bagi prospek perusahaan (Wijayaningtyas, 2009).

  Menurut Sutrisno (2000:322), ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham, yaitu:

  1. Posisi Solvabilitas perusahaan

  Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal.

  2. Posisi likuiditas perusahaan

  Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend

  payout ratio kecil, karena sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas.

  3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

  Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.

  4. Rencana perluasan

  Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Konsekuensinya akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya dapat diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio.

  5. Kesempatan investasi

  Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan karena dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi.

  6. Stabilitas pendapatan

  Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil.

  7. Pengawasan terhadap perusahaan

  Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan pemilik dalam mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividen.

  Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen yang dibayarkan. Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai (cash dividend) yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno 2000:323). Bentuk kebijakan dividen tersebut, adalah: 1.

  Kebijakan pemberian dividen stabil Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pemberian yang stabil ini dilakukan untuk dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

  2. Kebijakan dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

  3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, dan sebaliknya apabila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.

  4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

  Dalam perkembangannya muncul beberapa teori tentang kebijakan dividen. Menurut Sartono (2010:282), terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan.

  1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen)

  Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

  Modigliani-Miller (MM) menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

  2. The Bird in The Hand Theory

  Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki risiko yang sama, oleh sebab itu tingkat risiko pendapatan mereka di masa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan dividen, tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru.

3. Tax Preference Theory

  Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.

  Karena dividen cenderung dikenaka pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Selain teori diatas terdapat beberapa teori lain mengenai kebijakan dividen, yaitu: a.

  Information Content Hypothesis Teori ini menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Modigliani-Miller yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa datang. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen.

  b.

  Clientile Effect Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.

2.1.3 Struktur Kepemilikan (Ownership Structure)

  Menurut Sudana (2011:11), “Struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan”.

  Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Struktur kepemilikan merupakan komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside shareholders dan outside shareholders

  (Haryono, 2005). Struktur kepemilikan yang menyebarluas umumnya hanya terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Di negara-negara maju lainnya dan negara-negara berkembang, umumnya perusahaan masih dikendalikan oleh keluarganya (Siregar dan Utama, 2005). Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)

  Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan didalam perusahaan dan mengendalikan kepentingan dalam perusahaan direktur dan komisaris (Pujiati dan Widanar, 2009).

  Hartoro dan Dorkas (2007) dalam Wijayaningtyas (2009) mengungkapkan bahwa ada dua jalan menjadi insider yaitu pertama, pihak manajemen membeli atau memberi sebagian saham perusahaan. Kedua, apabila pihak manajemen sekaligus pemilik seratus persen perusahaan menjual sebagian porsi kepemilikannya kepada public.

  Agency problem potensial terjadi dalam perusahaan di mana manajer

  memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan dengan konsekuensi potensial terjadi konflik keagenan (Sartono, 2010). Oleh karena itu, salah satu alternatif dalam mengurangi biaya keagenan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham.

  Kepemilikan manajerial merupakan insentif bagi para manajer dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengelola hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen yang tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga perlu peningkatan dividen (Wijayaningtyas, 2009).

2.1.3.2 Kepemilikan Institusional ( Institutional Ownership)

  Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain (Wijayaningtyas, 2009). Kepemilikan saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunity manager, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scoot, 2000 dalam Dewi, 2008).

  Menurut Putri dan Nasir (2006) kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi kepemilikan saham institusional maka akan mengurangi biaya keagenan dan perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang rendah.

2.1.4 Leverage

  Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk

  penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi dan

  

leverage keuangan. Perusahaan menggunakan leverage operasi dan keuangan

  dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya (Suharli Michell, 2006). Dengan demikian, akan meningkatkan keuntungan bagi para pemegang saham.

  Ada beberapa macam rasio leverage yang bisa dihitung, salah satu diantaranya adalah rasio total hutang terhadap total aktiva. Debt to total asset

  

ratio merupakan rasio antara total hutang (total debt) baik hutang dalam jangka

  pendek (current liability) maupun hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total asset) baik aktiva lancar dan aktiva tetap maupun aktiva lainnya. Semakin besar rasio DAR menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin besarnya rasio DAR, maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang karena sebagian digunakan untuk membayar bunga, maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (Rachmad, 2013).

  Menurut Hanafi (2008:81) bahwa rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Al ajmi dan Hussain (2011) menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah. Ada beberapa alasan, yang pertama hutang dapat mempengaruhi kemampuan beberapa perusahaan untuk membayar dividen. Hal ini disebabkan karena perusahaan membiayai kegiatan bisnisnya melalui hutang sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kedua, pada beberapa perjanjian hutang berlaku pembatasan dalam pembagian dividen oleh kreditur.

2.1.5 Return on Asset (ROA)

  Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan.

  Menurut Sartono (2010:201), “Return on asset merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva untuk memperoleh pendapatan.

  Nilai ROA yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding aset yang relatif tinggi. Investor akan menyukai nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar (Andriyani, 2008). Solberg dan Zorn (1992) dalam Wahidahwati (2002) menemukan bahwa profitabilitas yang lebih tinggi bisa diperkirakan menghasilkan dividen yang lebih tinggi. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.

2.1.6 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  Perusahaan besar memiliki kemudahan dalam mengakses untuk memasuki pasar modal, sehingga perusahaan memiliki kemudahan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Menurut Haruman (2008) Ukuran perusahaan (Firm Size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukannya yaitu ukuran perusahaan yang diukur natural logaritma of sales berpengaruh terhadap dividen dengan arah positif.

  Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah masuk ke pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar dividen tinggi untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005) atau

  natural log capitalization (Chen dan Steiner, 1999 dalam Sari, 2010).

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain: Stouraitis (2004) melakukan penelitian dengan judul The Impact of

  

Ownership Structure on the Dividend Policy of Japanese Firms with Free Cash

Flow Problem selama tahun 1999-2000. Metode penelitian yang digunakan dalam

  penelitian adalah OLS, 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (manajerial dan institusional) dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  Nuringsih (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indonesian

  

Capital Market Directory tahun 1995-1996. Metode penelitian yang digunakan

  dalam penelitian adalah metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif den signifikan dengan kebijakan dividen sama halnya dengan penelitian Stouraitis (2004). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar keterlibatan manajer dalam kepemilikan manajerial menyebabkan aset tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga menginginkan dividen yang semakin besar. Pengaruh positif juga ditunjukkan pada hubungan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan dividen. Sedangkan utang dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dewi (2008) yang melakukan penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Objek penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002-2005. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sehingga berlawanan dengan penelitian Stouraitis (2004) dan Nuringsih (2005). Kebijakan hutang, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  Penelitian lain yang dilakukan Afza (2010) yang meneliti dengan judul

  Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend

policy in Pakistan. Objek penelitian pada seluruh sektor dari KSE dengan sampel

  100 perusahaan pada periode tahun 2005-2007. Metode penelitian yang digunakan yaitu regresi OLS. Penelitian ini menggunakan size, leverage, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (individu dan manajerial), size, dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen sedangkan operating cash flow sebagai proksi dari arus kas memiliki pengaruh positif dan signifikan sedangkan profitabilitas dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Pribadi dan Djoko (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh

  Cash position , Firm size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset

  terhadap Dividend Payout Ratio. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai 2011. Metode penelitian menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ownership (institutional ownership) dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan variabel firm size dan cash position berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout

  

ratio , namun growth opportunity berpengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap dividend payout ratio.

  Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) dengan judul

  Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, profitability, Firm Size, and

Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value . Objek penelitian

  pada perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2011. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kesempatan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  

Peneliti/ Teknik Hasil

No Judul Variabel Tahun Analisis Penelitian

1 Stouraitis/ The Impact of Dependen: Regresi:

  1. Kepemilikan

2004 Ownership Kebijakan persamaan manajerial

Structure on the Dividen OLS berpengaruh Dividend Policy Independen: (Ordinary positif dan of Japanese

  1. Struktur Least signifikan Firms with Free Kepemilikan, Square), terhadap Cash Flow

  2. Free Cash dan 2SLS kebijakan Problem Flow (Two Stage dividen

  Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/ Tahun Judul Variabel Teknik Analis Hasil Penelitian Least Square)

  Kebijakan utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  5. Ukuran

perusahaan

Analisis regresi berganda 1.

  

4. Profitabilitas

  3. Kebijakan hutang

  

2. Kepemilikan

institusional

  

1. Kepemilikan

managerial

  Kebijakan Dividen Independen:

  3 Dewi/ 2008 Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Dependen:

  2. ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 3.

  2. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  4. Ukuran

perusahaan

Analisis Regresi Berganda 1.

  3. ROA

  2. Kebijakan utang

  

1.Kepemilikan

manajerial

  Kebijakan Dividen Independen:

  2 Nuringsih/ 2005 Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Dependen:

  3. Free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  2. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan

  Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/ Judul Variabel Teknik Hasil

Tahun Analisis Penelitian

terhadap kebijakan dividen 3. Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  4. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 5. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  Afza/ 2010 Struktur Dependen: Analisis 1.

  Kepemilikan

  4 Kepemilikan Kebijakan regresi manajerial

  dan Arus Kas Dividen berpengaruh sebagai Independen: negatif dan Determinan dari

  1.Struktur signifikan Corporate kepemilikan terhadap Dividend

  2.Arus Kas kebijakan Policy . Bebas dividen

  Kontrol: 2.

  Arus kas

  1. Size, berpengaruh

  2. Leverage, positif dan

  3. Profitabilitas signifikan terhadap kebijakan dividen

  3. Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Teknik

Analisis

  Kepemilikan Manajerial, Financial Leverage , Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Investment Opportunity terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Dependen:

  2. Investment opportunity berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

  1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

  Analisis regresi berganda

  5. Investment

opportunity

  4. Ukuran

perusahaan

  

3. Profitabilitas

  2. Financial leverage

  

1. Kepemilikan

manajerial

  2. Nilai

Perusahaan

Independen:

  1. Kebijakan Dividen

  6 Rizqia, Siti, dan Sumiati/ 2013 Pengaruh

  Hasil Penelitian

  4. Cash position berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.

  3. Firm size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

  2. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

  Ownership (institutional ownership ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

  5. ROA Regresi OLS 1.

  4. Ownership

  3. Growth

opportunity

  2. Firm size

  

1. Cash position

  Dependen: Dividend Payout Ratio Independen:

  5 Pribadi dan Djoko/ 2012 Analisis Pengaruh Cash Position , Firm size ,Growth Opportunity , Ownership , dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio

  3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Judul Variabel Teknik Hasil

  

Tahun Analisis Penelitian

  4. Financial leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  5. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  6. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  7. Investment opportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai nilai perusahaan

  8. Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual

  Kepemilikan manajerial berupa saham perusahaan akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Manajer mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer akan cenderung membayar dividen yang rendah kepada pemegang saham. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membagikan dividen. Hal ini dikarenakan sumber dana internal dinilai lebih efisien daripada sumber dana eksternal. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, manajer melakukan pembagian dividen yang tinggi untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor.

  Penelitian yang dilakukan oleh Afza (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen.

  Kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Berdasarkan penelitian Bathala et al. (1994) dalam wijayanintyas (2009) mengindikasikan bahwa kepemilikan institusional dapat menggantikan peranan utang sebagai monitor agent dalam mengurangi biaya keagenan. Menurut Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Sistem kepemilikan institusional pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam tiap periode, karena bisa saja keputusan yang diambil oleh pihak perusahaan akan berdasarkan kemauan dari pihak institusional yang mempunyai kepemilikan yang lebih besar. Jika kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan jumlahnya besar, maka akan lebih memilih untuk mengalokasikan keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Storaitis (2004) mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Ullah, et al. (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dan Djoko (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Maka dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Debt to total asset (DAR) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

  Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan mengurangi agency cost of

  

debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan

  membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasi. Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam Nuringsih (2005), menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan dividen. Penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan perusahaan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Penellitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian leverage mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Rasio return on asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Menurut Lintner (1956) dalam Rachmad (2013) jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang semakin tinggi keuntungannya, maka manajer cenderung membagikan dividen yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi suatu laba perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula arus kas atau ketersediaan kas di dalam perusahaan, sehingga manajer dapat menggunakan labanya untuk dibagikan kepada pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Pribadi dan Djoko (2012) mengatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian ROA mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Ukuran atau besarnya perusahaan dapat peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Pembayaran dividen besar dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan di mata investor potensial maupun aktual. (Nuringsih, 2005). Perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar lebih mudah memasuki pasar modal.

  Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan. Penelitian yang dilakukan Dewi (2008) mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Al Gharaibeh (2013) juga mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Variabel Independen Variabel Dependen

  Kepemilikan Manajerial Kebijakan Dividen

  Kepemilikan Institusional

  Variabel Kontrol Return on Asset Leverage

  Ukuran Perusahaan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah:

  1. Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  2. Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  3. Leverage memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  4. Return on Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  5. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.