BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Industri - Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Industri

  Ekonomi Industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu Ekonomi yang satu ini membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisaiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri.

  Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor – faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. (Jaya, 2001 : 3) Pengaruh faktor Internasional terhadap pembangunan industri suatu Negara sebagai berikut: a.

  Tingkat seluruh aktivitas ekonomi, yang terkait dengan dunia Internasional, turut mempengaruhi tingkat pertumbuhan industri di Negara sedang berkembang b. Keadaan modal untuk investasi, baik berupa investasi langsung maupun pinjaman, dipengaruhi pula oleh faktor internasional.

  c.

  Perubahan teknologi akan mempengaruhi kemampuan kompetisi suatu Negara d.

  Perubahan organisasi pada perusahaan industri manufaktur, baik perluasan usaha maupun peningkatan kapasitas produksi, dapat mempengaruhi tingkat pembangunan industri di suatu Negara. (Kuncoro, 2007:2)

2.2 Perbankan

  Undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan memberikan pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas peredaran dan pembayaran uang. Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat (Untung, 2000:13) Undang-undang nomor 7 tahun 1992 (pasal 1 ayat 1) tentang bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan hukum atau tidk boleh berbentuk usaha perseorangan. Penegasan seperti itu dapat dilihat pada ketentuan pasal 21 Undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang menentukan bentuk hukum bank, yaitu perusahaan perseroan, perusahaan daerah, koperasi dan Perseroan Terbatas (PT) (Ibid:14)

2.2.1 Fungsi bank di Indonesia

  Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus. Bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan yaitu lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut merupakan penjabaran dari pasal 4 Undang-undang tahun 1992 yaitu bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. (Ibid) Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh pemerintah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan sector-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Ibid)

2.2.2 Jenis Bank di Indonesia

  Dalam undang-undang perbankan No. 7 Tahun 1992, hanya ada dua jenis bank, yaitu : a.

  Bank Umum b. Bang Perkreditan Rakyat Pengertian dari kedua jenis bank tersebut tercantum pada pasal 1 (1 dan 2), yaitu: Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakayat adalah bank yang memberikan simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang diperamakan dengan itu. (Ibid:15) Melihat dari fungsinya, bank umum mempunyai fungsi sebagai berikut: a.

  Mengumpulkan dana yang sementara menggangguruntuk dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli surat berharga (financial investment) b. Mempermudah lalu lintas pembayaran uang c. Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara belum digunakan, misalnya menghindari risiko hilang, kebakaran, dan lain-lain d. Menciptakan kredit (created money deposit), yaitu dengan cara menciptakan money deposit (deposito yang sewaktu-waktu dapat diuangkan) daari kelebihan cadangannya (excess reserves) (Ibid:16)

2.2.3 Tugas Suatu Bank atau Tanggung Jawab Banker

  Kasus United Dominations Trust LTD v. Kirwood (1996), Lord Denning menyebutkan bahwa tugas suatu bank atau seorang banker adalah sebagai berikut: a.

  Menyediakan safe custody terhadap dana pihak ketiga b. Menyediakan rekening-rekening untuk pihak nasabah c. Bertindak sebagai agen untuk pungutan-pungutan tertentu d. Untuk membayar cek yang ditarik oleh nasabah.

  Tugas dan tanggung jawab suatu bank dapat juga diperinci sebagai berikut: a.

  Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bills of

  change dan lain-lain instrumen perbankan b.

  Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut apabila diminta oleh pihak nasabah c.

  Meminjamkan uang kepada nasabah d. Menjaga kerahasia an account nasabah dalam hubungan dengan kerahaiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh undang- undang e. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut terpisah satu sama lain. f.

  Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang

  reasonable untuk menutup rekening tersebut. (Ibid:17)

2.3 Pengertian Kredit

  Menurut undang-undang No.7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan (Untung, 2000 : 1) Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada kehidupan yang akan dating (Ibid)

2.3.1 Fungsi kredit

  Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberi kredit, secara material dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuaan karena dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan. (Ibid:4) Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam perdgangan, mempunyai fungsi sebagai berikut: a.

  Meningkatkan daya guna uang b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi e. Meningkatkan kegairahan berusaha f. Meningkatkan pemerataan pendapatan g.

  Meningkatkan hubungan international

2.3.2 Peraturan Bank Indonesia Tentang Kredit Perbankan a.

  Peraturan Bank Indonesia No: 8/13/PBI/2006 tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia nomor 7/3/PBI/2005 tentang batas maksimum pemberian kredit Bank Umum :

  • Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal Bank.
  • Pihak Terkait adalah perseorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan pengendalian dengan Bank, baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan.

  • Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga b.

  Peraturan Bank Indonesia No: 14/22/PBI/2012 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah:

  • Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah • Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

  • Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah • Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah Kredit atau Pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan

  )

  Menengah. (www.bankindonesia.com

2.4 Ekonomi Kreatif

  Pergeseran dari Era Pertanian lalu Era Industrialisasi, disusul oleh era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi infokom serta globalisasi ekonomi, telah menggiring peradaban manusia kedalam suatu arena interaksi sosial baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. (Kementrian perdagangan Republik Indonesia, 2014:1) Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi infokom seperti internet, email, SMS, Global System for Mobile communications (GSM) telah menciptakan interkoneksi antar manusia yang membuat manusia menjadi semakin produktif. Globalisasi di bidang media dan hiburan juga telah mengubah karakter, gaya hidup dan perilaku masyarakat menjadi lebih kritis dan lebih peka atas rasa serta pasar pun menjadi semakin luas dan semakin global. (Ibid) Sisi lain yang muncul dari fenomena tersebut adalah kompetisi yang semakin keras. Kondisi ini mengharuskan perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se-efisien mungkin. Konsentrasi industri berpindah dari negara barat ke negara-negara berkembang di Asia karena tidak bisa lagi menyaingi biaya murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan efisiensi industri negara Jepang. Negara-negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa mengandalkan supremasi dibidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif, sehingga kemudian pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, yang populer disebut Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif. (Ibid)

  Ekonomi Kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. (Ibid) Industri kreatif adalah industri yang dihasilkan dari pemanfaatan kreativitas, keahlian dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja dan peningkatan kualitas hidup. Beberapa contoh pendekatan definisi ekonomi kreatif di dunia:

  1. Department for Culture, Media and Sport (DCMS) Inggris, mengklasifikasikan industri kreatif kedalam industri yang berbasis budaya dan hak cipta.

  2. Symbolic Text Model, mengklasifikasikan industri kreatif menjadi industri berbasis budaya inti, industri kultural periferal dan industri budaya perbatasan.

  3. World Intellectual Property Organization (WIPO), menggunakan pendekatan hak kekayaan intelektual meliputi jenis industri yang memiliki hak cipta seperti periklanan, piranti lunak, dan lain-lain. Metode ini banyak diaplikasikan di Negara Uni Eropa dan Amerika Serikat

  4. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), mendefinisikan industri kreatif sebagai aktivitas yang berpusat pada pengetahuan, berfokus namun tidak terbatas pada seni, memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan dari hasil penjualan atau hak kekayaan intelektual.

5. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization

  (UNESCO), membedakan ekonomi kreatif menjadi core cultural domains meliputi museum, galeri, seni pertunjukan, festival, desain, penerbitan, televisi dan radio, film and fotografi dan media interaktif; dan expanded

  

cultural domains meliputi alat musik, peralatan sound system, arsitektur,

  periklanan dan peralatan cetak, piranti lunak, dan perangkat keras audio visual.

  6. Americans for the Arts Model, memasukkan periklanan, arsitektur, sekolah dan jasa seni, desain, film, museum, kebun binatang, musik, seni pertunjukan, penerbitan, tv dan radio serta seni rupa sebagai bagian dari industri kreatif. (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014:17)

  Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan (nurturance

  

environment ); pasar (market) dan pengarsipan (archiving). Ekonomi kreatif tidak

  hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia.

  Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari Ekonomi Kreatif, yang terdiri dari core creative industri, forward dan backward linkage creative . Core creative industri adalah industri kreatif yang penciptaan nilai

  industri

  tambah utamanya adalah pemanfaatan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut, core creative industri membutuhkan output dari industri lainnya sebagai input. Industri yang menjadi input bagi core creative

  industri disebut sebagai backward linkage creative industri. Output dari core

  juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang disebut

  creative industri

  sebagai forward linkage creative industry. (Ibid : 18)

  

Pentingnya pola pikir kreatif di masa depan dikemukakan oleh Daniel H. Pink (2005). Pink

menjelaskan bahwa secara umum telah terjadi pergeseran kebutuhan dalam masyarakat. Pada abad ke- 18 hingga abad ke-20, individu dihadapkan pada keterbatasan sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja dengan pekerjaan yang bersifat sekuensial, literal, fungsional, tekstual dan analitik.

Namun saat ini dan di masa mendatang kemampuan yang berkaitan dengan estetika, kontekstual,

sintesis, dan visualisasi diyakini sebagai kemampuan yang penting dalam menggerakkan

  

perekonomian maupun menciptakan kualitas hidup bagi masyarakat. (Kementrian Pariwisata

  dan Ekonomi Kreatif, 2014 : 6) Beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola pikir kreatif di masa mendatang:

  1. Abundance. Teknologi yang semakin maju dan globalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinteraksi telah memberikan masayarakat kemudahan untuk mendapatkan kebutuhannya. Masyarakat mengalami kecukupan sumber daya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa Negara.

  Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produksi yang sama harus berusaha untuk membuat seuatu yang unik sehingga tidak mudah disubstitusi oleh produk lain.

  2. Asia. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di Asia telah mengakibatkan biaya produksi lebih murah di Asia. Tenaga kerja yang berlimpah menjadikan para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke Asia karena dengan kualitas yang sama, upah tenaga kerja lebih murah di Asia.

  3. Automation. Tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja di negara lain, tetapi juga bersaing dengan teknologi. Revolusi industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus rela kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan mesin. Tantangan saat ini adalah apabila pekerjaan kita dapat digantikan oleh komputer, mesin, robot, atau teknologi lain, maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa yang akan datang. (Ibid) Sejalan dengan perkembangannya, maka pendekatan definisi ekonomi kreatif di setiap negara berbeda, namun semua mengaitkan ekonomi kreatif dengan industri kreatif. (Ibid) Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007-pun menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut: Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut‚ Subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas adalah: 1.

  Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamphlet, edaran, brosur, dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

  2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban

  

design, landscape architecture ) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,

misalnya: arsitektur taman, desain interior).

  3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan - barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

  4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

  Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi masal).

  5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

  6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

  7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron dan eksibisi film.

  8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi dan distribusi dari rekaman suara.

  10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

  11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsector ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanka cek giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem.

  13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara telivisi (seperti games, kuis, reality show,

  infotainment , dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televise dan

  radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

  14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora (Kementrian perdagangan Republik Indonesia, 2014:6)

2.5 Penelitian Terdahulu

  Syofwan, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten

  Langkat: Studi kasus Bank BRI Kecamatan Gebang”. Semakin tinggi modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana setiap kenaikan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat.

  Selanjutnya, Meydianawathi, (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analasis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”. Selain dana yang tersedia (DPK), perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPLs), serta perbandingan laba terhadap total asset (ROA).

  Kemudian, Kajian Leemhannas RI (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Kreatif guna Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional”. Dalam pengembangan ekonomi kreatif masih dihadapkan beberapa permasalahan, antara lain masih lemahnya koordinasi dan integrasi antara kementrian dan lembaga terkait, perubahan mindset dan visi para kepala daerah dalam mengembangkan potensi sumberdaya, aksebilitas, perlindungan, pendidikan dan latihan.

  Terakhir penelitian oleh Prameswari, (2010) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Industri Kreatif untuk Meningkatkan Daya Saing

  Pelaku Ekonomi Lokal”. Industri kreatif semestinya mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah dan lembaga lain sehingga pengembangan industri kreatif tersebut sampai saat ini belum dapat dimaksimalkan untuk peningkatan perekonomian lokal masyarakat. Hal ini tidak sejalan dengan teori Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang menyatakan bahwa perlunya peran pemerintah, pelaku usaha dan stakeholder dalam pengembangan suatu industri kecil.

  2.6 Kerangka Konseptual

  Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bank

  Kredit Perbankan Pelaku Usaha Ekonomi

  Kreatif di Kota Medan Modal

  Pendapatan Usaha

  Usaha Pertumbuhan Usaha

  Ekonomi Kreatif

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  (Dibuat oleh peneliti)

  2.7 Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Penulis mengemukakan hipotesis yaitu, Kredit perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan usaha ekonomi kreatif di kota Medan.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Gaya Hidup, Harga, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Smartphone Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 8

Pengaruh Gaya Hidup, Harga, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Smartphone Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 1 11

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 10

BAB II PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK PADA MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA SUKU HAINAN DI KOTA MEDAN A. Dasar Hukum Pengangkatan Anak - Kedudukan Anak Angkat Perempuan Terhadap Harta Warisan Di Kalangan Etnis Tionghoa Suku Hainan Di Kota Medan

0 0 49

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Kedudukan Anak Angkat Perempuan Terhadap Harta Warisan Di Kalangan Etnis Tionghoa Suku Hainan Di Kota Medan

0 0 31

2.1 Text mining - Klasifikasi Novel Sesuai dengan Genre Menggunakan TF-IDF

1 4 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekonomi Syariah - Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara

0 0 25

Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara

0 0 14