BAB 7 IBADAH PUASA - 07 puasa wajib

BAB 7 IBADAH PUASA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7. Memahami tatacara puasa 7.1 . Menjelaskan ketentuan puasa wajib 7.2 . Memperaktekkan puasa wajib 7.3 . Menjelaskan ketentuan puasa sunnah Senin – Kamis, Syawal, dan Arafah 7.4 . Memperaktikkan puasa sunnah Senin – Kamis, Syawal, dan Arafah

  Dalam rangka membina manusia agar menjadi manusia yang bertakwa, maka kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk beribadah dan beramal shalih. Bentuk dari ibadah tidak hanya melakukan aktifitas tertentu, seperti shalat menunaikan zakat, menolong, dan sebagainya. Allah SWT juga memberikan kepada kita bentuk ibadah dengan cara menahan sesuatu. Layaknya bermain sepak bola, untuk menjadi pemenang, suatu tim tidak hanya pandai dalam menyerang, namun juga harus kuat dalam bertahan. Puasa merupakan ibadah yang membina manusia agar mampu bertahan dan mengendalikan diri. Bagaimana tata cara berpuasa yang baik? Untuk lebih jelasnya ikutilah pembahasan berikut ini!

PUASA WAJIB A.

   Ketentuan Puasa Wajib 1.

   Pengertian Puasa

  Menurut bahasa puasa berarti menahan. Pengertian ini diambil dari nazar Siti Maryam (Ibu Nabi Isa) kepada Allah bahwa ia akan berpuasa. Firman Allah ;

  ( : ) 26 ﱘ ﺮ ﻣ ﺎﻴ ﺴ ِ ﻧ ﹺﺇ ﻡ  ﻮ  ﻴ ﻟ ﹾ ﺍ  ﻢّﻠ ﹶ ﻛﹸﺃ ﻦﹶ  ﻠ ﻓ ﹶ ﺎﻣ  ﻮ ﺻ ﹺﻦﻤ ﺣﺮ ﻠ ﻟ  ﺕ ﺭ ﺬ ﹶ ﻧ ﻲّﹺﻧ ﹺﺇ Artinya :”Aku bernazar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih akan berpuasa “ (QS. Maryam : 26 ).

  Puasa wajib menurut bahasa adalah menahan melakukan sesuatu yang hukumnya wajib, baik karena diperintah maupun karena nazar secara pribadi. Sedangkan menurut istilah, puasa wajib berarti menahan sesuatu yang membatalkan puasa. Semenjak terbitnya fajar hingga terbenam matahari disertai niat karena diperintahkan Allah. Konsekuensinya, siapa melakukan puasa secara ikhlas seraya mengharapkan ridha Allah, akan memperoleh pahala. Dan bagi siapa yang meninggalkannya dengan sengaja bukan karena uzur/ (halangan) syar’i, maka diancam siksa.

2. Hukum Puasa

  Hukum puasa yang dimaksud adalah hukum puasa wajib. Sedangkan yang dimaksud dengan wajib adalah puasa Ramadan, puasa kifarat, dan puasa nazar. Ketiga hukum puasa di atas, hukumnya wajib dilakukan. Konsekuensinya, apabila dilakukan secara sempurna dan ikhlas akan memperoleh pahala dari Allah. Sebaliknya, bila tidak dilakukan dengan sengaja, padahal sebetulnya mampu, akan diancam dengan siksa tertentu.

  3. Syarat-syarat Puasa

  Syarat berarti segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu. Contoh : syarat syah salat adalah suci dan hadas kecil dan besar, menutup aurat, menghadap kiblat, dan seterusnya. Sedangkan rukun berarti segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang pada waktu melakukan jenis pekerjaan tertentu.

  Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak melakukan puasa, yaitu : 1). beragama Islam 2). balig 3). mampu

  Umat Islam yang tidak mampu berpuasa boleh tidak berpuasa. Ketidakmampuan itu karena sebab uzur syar’i dan bukan sebab yang dibuat-buat. Seperti sakit, musafir, dan pekerja berat. Karena Allah tidak membebani kepada hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Firman Allah :

  ( 286 : ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ ) ﺎ ﻬ ﻌ ﺳ  ﻭ ﱠﻻﹺﺇ ﺎﺴﹾ ﻔ  ﻧ ﷲﺍ ُ ﻒّﻠ  ﹶ ﻜ ﻳ ﹶ ﻻ

  Artinya :“Allah tidak membebani kewajiban kepada seseorang kecuali sesuai dengan

  kesanggupannya” (QS. Al Baqarah : 286)

  Sekalipun ada rukhsah atau keringanan tetapi umat Islam yang sedang sakit, musafir, dan pekerja berat tetap berpuasa. Lebih baik berpuasa pada bulan Ramadhan karena bulan itu dengan bulan yang lain sangat berbeda. Firman Allah :

  ( 184 : ) ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ ﻥ ﹶ ﻮ ﻤﹶ ﻠ ﻌ   ﺗ ﻢ  ﺘ ﻨ  ﹸﻛ ﹾ ﻥﹺﺇ ﻢﹸﻜﹶ  ﻟ  ﺮ ﻴ  ﺧ ﺍ   ﻮ ﻣ ﻮ ﺼ ﺗ ﻥﹶ ﹾ ﺃ  ﻭ

  Artinya : “ … dan jika kami semua berpuasa, itu lebih baik bagimu, jika kamu

  mengetahui … (QS Al Baqarah : 184)

  4). Suci dari Haid dan Nifas Syarat ini hanya berlaku bagi kaum hawa sedangkan laki-laki tidak memiliki uzur tersebut. Seorang perempuan yang sedang tidak suci karena haid atau nifas, boleh tidak berpuasa hingga suci. Namun harus tetap mengqada sejumlah hari yang ditinggalkan pada hari lain.

  4. Rukun Puasa Rukun puasa berarti segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang yang sedang berpuasa.

  Rukun puasa ada dua, yaitu : 1). Niat

  Niat dalam puasa wajib adalah sebelum fajar setiap malam. Tanpa dilakukan setiap malam sebelum fajar maka tidak syah puasanya “ (HR. Ahmad).

  Namun, kalau puasa sunah niat dapat dilakukan pada siang hari sebelum tergelincir matahari. Dengan catatan pada pagi harinya belum berniat.

  2). Menahan diri Umat Islam yang sedang berpuasa harus mampu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

  Apabila seseorang berpuasa melakukan sesuatu yang membatalkan, maka batallah puasanya. Bahkan kalau sesuatu itu adalah hubungan suami istri, di samping puasanya batal juga terkena kifarat atau denda berpuasa dua bulan berturut-turut.

5. Batalnya Puasa

  Puasa seseorang menjadi batal (tidak sah) apabila dia melakukan hal-hal sebagai berikut : 1). makan dan minum dengan sengaja 2). muntah-muntah dengan sengaja 3). haid atau Nifas 4). mengeluarkan sperma atau mani 5). memasukkan sesuatu selain makanan melalui mulut 6). terbersit niat untuk berbuka/membatalkan puasa sebelum waktu berbuka tiba.

B. Macam-macam Puasa Wajib

  Puasa wajib merupakan puasa yang hukum pelaksanaannya wajib. Maksudnya kalau puasa itu dikerjakan mendapatkan pahala dan kalau ditinggalkan berdosa. Adapun puasa wajib dalam ajaran Islam ada tiga macam, yaitu puasa Ramadhan, nazar, dan kifarat.

1. Puasa Ramadhan

  Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Puasa ini wajib dilakukan oleh seluruh umat Islam yang sudah dewasa, berakal sehat, dan mampu melaksanakannya selama satu bulan penuh.

  Firman Allah SWT :

  

 ﻢﹸﻜﱠﻠ ﻌ  ﻟ ﹶ ﻢﹸﻜﻠ  ﺒ  ﻗ ﹶ  ﻦﻣ ﻦ  ﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ﻰﹶ ﻠ ﻋ   ﺐﺘ ﹸﻛ ﺎ ﻤﹶ ﻛ  ﻡ ﺎ ﻴ ّﺼﻟ ﺍ ﻢﹸﻜ  ﻴ ﻠ ﹶ ﻋ   ﺐﺘ ﹸﻛ ﺍ  ﻮ ﻨ ﻣ  ﺃ ﻦ  ﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ﺎ ﻬﻳ ﺃ ﹶ ﺂ ﻳ 

( 183 : ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ )

  ﻥ ﹶ ﻮﹸﻘ ﺘ  ﺗ

  Artinya : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan

  kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah : 183)

  Berdasarkan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran tentang puasa ternyata juga telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada umat-umat tedahulu. Sedangkan puasa Ramadhan sendiri mulai diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada tahun 2 Hijriyah. Dan untuk memperkaya wawasan kita terhadap puasa Ramadhan, berikut ini akan diuraikan beberapa hal penting menyangkut puasa Ramadhan.

  a. Niat Puasa Ramadhan Niat berpuasa Ramadhan berbeda ketentuannya dengan puasa sunah. Seseorang yang berpuasa Ramadhan harus sudah berniat untuk berpuasa sebelum terbit fajar shidiq. Boleh juga berniat setelah shalat tarawih. Jika sampai fajar shidiq belum atau lupa berniat maka puasanya tidak sah.

  Sedangkan puasa sunah niatnya boleh sesudah terbit fajar sampai sebelum zuhur. Hadits Rasulullah SAW :

  ( ) ﺔ ﺴﻤﳋﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ ﻪ  ﻟ ﹶ ﻡ  ﺎ ﻴ ﺻ ﹶ ﻼﹶ ﻓ ﹺﺮ  ﺠﹶ ﻔ ﻟ ﹾ ﺍ ﻞ ﹶ ﺒ ﻗ ﹶ ﻡ  ﺎ ﻴ ّﺼﻟ ﺍ ﹺﻊﻤ ﺠ ﻳ  ﻢﹶ ﻟ  ﻦ ﻣ

  Artinya :“Barang siapa yang tidak berniat puasa (Ramadhan) pada malamnya sebelum terbit

  fajar, maka tiada puasa baginya.” (HR. Lima Imam Ahli Hadits)

  Apabila diucapkan bunyi niat puasa Ramadhan adalah :

  Artinya : “Saya berniat puasa Ramadhan esok hari untuk menjalankan kewajiban di bulan

  Ramadhan tahun ini karena mentaati perintah Allah Ta’ala.”

  b. Orang-orang Yang Diperbolehkan Tidak Berpuasa 1). Orang yang sakit (dengan penyakitnya itu menjadikan ia tidak mampu berpuasa) dan orang yang sedang dalam perjalanan jauh.

  ; Orang yang sakit wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di lain hari ketika sakitnya sudah sembuh. ; Orang yang sedang dalam perjalanan wajib mengganti sejumlah puasa yang ditinggalkannya pada kesempatan yang lain. ; Walaupun mereka boleh tidak berpuasa tetapi kalau tetap berpuasa hal ini lebih utama dan dicintai oleh Allah SWT.

  2). Orang yang lanjut usia dan orang yang sakit menahun ; Kedua golongan orang kemungkinan kecil mengganti puasa pada kesempatan lain. Oleh karena itu, Allah SWT tidak mewajibkan menggantinya dengan puasa pada kesempatan yang lain tetapi cukup dengan membayar fidyah (memberi makan seorang fakir/miskin) kalau dia mampu.

  3). Orang yang sedang hamil atau menyusui ; Dalam Kitab “Bidayatul Mujtahid”, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa orang yang hamil atau menyusui diperbolehkan tidak berpuasa. Namun dia harus menggantinya pada kesempatan yang lain atau membayar fidyah.

  Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dan Hadits Rasulullah SAW :

  ﻪ ﻧ  ﻮﹸﻘ  ﻴ  ﻄ ﻳ ﻦ  ﻳ ﺬﱠﻟ ﺍ ﻰﹶ ﻠ ﻋ  ﻭ  ﺮ ﺧﹸﺃ  ﹴ ﻡ ﺎﻳ ﺃ ﹶ ﻦﻣ  ﺓ ﹲ ﺪﻌ ﻓ ﹶ ﺮ ﹴ ﻔ ﹶ ﺳ ﻰﻠ  ﻋ   ﻭﹶ ﺃ ﺎﻀ ﻳ ﹺﺮ ﻣ  ﻢﹸﻜ  ﻨ ﻣ ﻥﺎﹶ ﹶ ﻛ  ﻦ ﻤﹶ ﻓ ﻥﹺﺇ ﹾ  ﻢﹸﻜﹶ ﻟ  ﺮ  ﻴ ﺧ ﺍ   ﻮ ﻣ ﻮ  ﺼ ﺗ ﻥﹶ ﹾ ﺃ ﻭ ﻪ  ﻟ ﹶ ﺮ  ﻴ  ﺧ   ﻮ ﻬﹶ ﻓ ﺍ ﺮ  ﻴ  ﺧ  ﻉﻮﹶ ﻄ ﺗ  ﻦ ﻤﹶ ﻓ ﻦ ﹴ ﻴ  ﻜ ﺴﻣ ﻡ  ﺎ ﻌ ﻃ ﹲ ﹶ ﺔ ﻳ  ﺪﻓ  ( 184 : ) ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ ﹶ ﻥ ﻮ ﻤﹶ ﻠ  ﻌ ﺗ   ﻢ ﺘ  ﻨ ﹸﻛ

  Artinya : “Barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia bebuka)

  maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah yaitu memberi makan kepada seorang miskin. Barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kamu apabila kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 184) ﹺﺮ ﻓ ﺎ ﺴ ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹺﻦ ﻋ  ﻊ ﺿ ﻭ ﱠﻞ ﺟ ﻭ ﺰ  ﻋ َﷲﺍ ﱠﻥﹺﺇ  ﷲﺍ ِ ﹸﻝ ﻮ ﺳ ﺭ ﹶ ﻝﺎﹶ ﻗ ﺲ ﹴ ﻧ ﺃ ﹶ ﻦ  ﻋ

  ( ) ﺔ ﺴﻤﳋﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ ﻡ  ﻮﺼﻟ  ﺍ ﹺﻊﺿ ﺮ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﻭ ﻰﻠ  ﺒ  ﺤﹾ  ﻟ ﺍ ﹺﻦ ﻋ ﻭ ﺓ ﹶ ﻼﺼﻟ ﺍ ﺮ  ﻄ ﹾ ﺷ ﻭ  ﻡ ﻮﺼﻟ  ﺍ

  Artinya : “Dari Anas, Rasulullah SAW berkata : Sesunggunya Allah Azza wa Jalla

  memberi (keringanan) puasa dan (kemudahan) shalat bagi musafir dan keringanan puasa kepada wanita hamil dan menyusui.” (HR. Lima Imam Ahli Hadits)

  c. Keutamaan Puasa Ramadhan Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia dan penuh dengan keutamaan. Pada bulan ini amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Dikatakan dalam hadis bahwa semua pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat.

  : َﺀ ﺎـ ﺟ ﺍ ﹶ ﺫ ﹺﺇ ﹶ ﻝﺎـﹶ ﻗ ﻢﱠﻠ  ﺳ  ﻭ ﻪ  ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ  ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻰﱠﻠ ﺻ ﻪ  ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻝﻮ ﹶ ﺳ ﺭ ﱠﻥﹶ ﺃ  ﻪ  ﻨ  ﻋ  ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻲﺿ  ﺭ ﺓ ﹶ ﺮ  ﻳ  ﺮ  ﻫ ﻲﹺﺑ  ﹶ ﺃ ﻦ  ﻋ ) ﻱﺭ ﺎﺨﺒ ﻟ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ  ﲔﻃﺎ ﻴ ﺸﻟ ﺍ ﺕ ﺪّﻔ  ﺻ ﻭ ﹺﺭ ﺎﻨ ﻟ ﺍ  ﺏ ﺍ ﻮ  ﺑ ﺃ ﹶ ﺖ ﹶ  ﻘ ّﻠ ﹸﻏ ﻭ ﺔ ﻨ ﺠﹾ  ﻟ ﺍ  ﺏ ﺍ  ﻮ ﺑ ﺃ ﹶ  ﺖ  ﺤّﺘ ﹸﻓ ﹸﻥﺎ ﻀ ﻣ  ﺭ

  ( ﻢﻠ ﺴﻣ ﻭ Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan- syaitan dibelenggu ( HR Bukhari dan Muslim) Pada bulan Ramadhan Allah SWT juga meberi keistimewaan berupa malam al Qadar (Lailatul Qadar). Namun lailatul qadar ini tidak ditunjukkan secara pasti kapan datangnya, Yang pasti pada salah satu malam pada bulan Ramadhan adalah merupakan l;ilatu qadar. Orang yang melaksanakan ibadah pada malam ini, maka pahalanya lebih baik daripada pahala beribadah serinu bulan atau lebih dari 83 tahun.

  Firman Allah dalam Al Quran ( 3 : ) ﺭ ﺪﻘ ﻟ ﺍ ﺮ ﹴ ﻬ  ﺷ ﻒﹾ ﻟ ﺃ ﹶ  ﻦﻣ  ﺮ  ﻴ ﺧ ﹺﺭ  ﺪﹶ  ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ ﹸﺔ ﹶ ﻠ  ﻴ ﻟ ﹶ

  Artinya : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr : 3)

  Dalam sebuah hadits Rasulullah saw memberikan rambu-rambu bahwa lailatl qadar jatuh pada sepuluh malam terakhir, yakni mulai malam tanggal 21 Ramadhan. Hadis 666

  :

ﹺﺭ  ﺪﹶ ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ ﺔ ﹶ ﹶ ﻠ ﻴ  ﻟ ﹶ ﺍ ﻭﺮ   ﺤ ﺗ ﻢﱠﻠ  ﺳ  ﻭ ﻪ  ﻴ ﻠ ﹶ ﻋ   ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻰﱠﻠ  ﺻ ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﹸﻝﻮ ﺳ ﺭ ﹶ ﻝﺎﹶ ﻗ  ﺖ ﹶ ﻟ ﺎﹶ ﻗ ﺎ ﻬ ﻨ  ﻋ  ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ ﻲﺿ  ﺭ ﹶ ﺔ  ﺸﺋ ﺎ ﻋ  ﻦ ﻋ

( ﻢﻠ ﺴﻣ ﻭ ﻱﺭ ﺎﺨﺒ ﻟ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ ) ﻥﺎ ﹶ ﻀ ﻣ ﺭ   ﻦﻣ ﹺﺮ ﺧﺍ  ﻭَﻷﹾ ﺍ ﹺﺮ  ﺸ ﻌ ﻟ ﹾ ﺍ ﻲﻓ

  Artinya : “Diriwayatkan dari Siti Aisyah r.a katanya : Rasulullah s.a.w bersabda: Carilah Lailatulqadar pada sepuluh hari yang terakir di bulan Ramadan “ (HR Bukhari dan Muslim) Karena keutamaan bulan Ramadhan yang demikian besar, maka disamping menjalankan puasa Ramadhan, umat Islam diperintahkan juga untuk memperbanyak berzikir, tadarus al Quran, berinfak, shalat sunah, serta menampilkan akhlak yang mulia sepanjang bulan Ramadhan.

2. Puasa Nazar

  Puasa nazar adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai nazar (janji kebaikan yang pernah diucapkan) ketika keinginannya terpenuhi. Misalnya, seorang siswa bernazar, “kalau aku menjadi juara kelas aku akan berpuasa selama dua hari”. Maka, ketika pembagian rapor dia betul-betul menjadi juara kelas, dia harus menepati nazarnya itu, yakni berpuasa dua hari.

  Hukum bernazar sendiri adalah boleh (mubah). Namun, ketika apa yang didambakannya terpenuhi maka sesuatu yang menjadi nazarnya (seperti puasa tadi) menjadi wajib hukumnya. Waktu pelaksanaan puasa nazar adalah sesegera mungkin setelah keinginan yang didambakannya itu terpenuhi. Dan lamanya puasa nazar ini sesuai dengan yang pernah dinazarkannya dahulu. Akan tetapi seyogyanya nazar itu tidak memberatkan diri sendiri; bernazarlah sesuai dengan

3. Puasa Kifarat

  Puasa kifarat adalah puasa denda seperti denda yang diberlakukan bagi seseorang yang berpuasa melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan. Lamanya puasa kifarat untuk hal tersebut adalah dua bulan berturut-turut dan hukumnya wajib.

PUASA SUNAH

  Puasa sunah banyak sekali macamnya, namun dalam pembahasan ini akan diuraikan 3 macam puasa sunah yaitu puasa Senin Kamis, puasa Syawal, dan puasa Arafah.

A. Puasa Senin dan Kamis

  Puasa sunah senin – kamis adalah puasa sunah yang dilakukan tiap-tiap hari senin atau kamis. Puasa senin – kamis disunahkan karena hari senin adalah awal dibukakannya amal dan

hari kamis adalah hari ditutupnya buku amal. Sehingga diharapkan di hari itu berawal yang

baik. Oleh karena itu Rasulullah saw sangat menyukainya sebagaimana sabdanya yang

berbunyi :

  :

ﻥﹶ ﹾ ﺃ ﺐﺣﹸﺄ ﹶ ﻓ ﹴ ﺲ ﻴ ﻤ ﺧ  ﻭ ﹺﻦ ﻴ  ﻨ ﹾ ﺛ ﺍ ﱠﻞﹸﻛ ﹸﻝﺎ ﻤ ﻋَﻷﹾ ﺍ ﺽ  ﺮ ﻌ  ﺗ  ﻢﱠﻠ  ﺳ ﻭ ﻪ  ﻴ  ﹶ ﻠ ﻋ ُ  ﷲﺍ ﱠﻞ ﺻ ِ ﷲﺍ ﹸﻝ ﻮ ﺳ ﺭ ﻝﺎﹶ ﹶ ﻗ

( ) ﻯﺬﻣ ﺮ ﺘ ﻟ ﺍ ﻭ ﺪﲪﺃ ﻩ ﺍ ﻭﺭ ﻢﺋ  ﺎ ﺻ ﺎ ﻧ ﹶ ﺃ  ﻭ  ﻲﻠ ﻤ  ﻋ  ﺽ ﺮ ﻌ  ﻳ

  Artinya : “Rasulullah bersabda : Ditempakan amal-amal umatku pada hari Senin dan Kamis dan aku senang amalku ditempakan, maka aku berpuasa” . (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

  Sebagaimana hadits di atas, maka dapat diperoleh hikmah puasa Senin – Kamis, antara lain :

  1. Terjaga dari berbuat dosa yang telah lalu

  2. Diampuni dosa-dosanya yang telah lalu

  3. Tercatat dalam buku amal tergolong yang beruntung

  4. Dekat kepada Allah swt. Sehingga doanya banyak yang dikabulkan (mustajabah) Adapun niat puasanya sebagai berikut :

  a. Puasa Sunah Senin ٰﱃﺎ ﻌ ﺗ  ﷲ ِ ﺔ ﹰ ﻨ  ﺳ ﹺﻦ ﻴ ﻨ  ﹾ ﺛ ﻹﹾ ِ ﺍ ﹺﻡ  ﻮ ﻳ  ﺪﹶ ﻏ  ﻡ  ﻮ ﺻ  ﺖ  ﻳ ﻮ  ﻧ

  Artinya : “Saya berniat berpuasa pada hari senin, sunah karena Allah ta’ala”

  b. Puasa Sunah Kamis ﻰﹶ ﻟ ﺎ ﻌ ﺗ  ﻪ ﹼﻠ ﻟ ﹰ ﺔ ﻨ ﺳ ﹺﺲﻤﹶ  ﳋﹾ ﺍ ﹺﻡ ﻮ  ﻳ ﺪﹶ  ﻏ  ﻡ ﻮ  ﺻ  ﺖ  ﻳ ﻮ  ﻧ Artinya : “Saya berniat puasa pada hari Kamis, sunah karena Allah ta’ala”. B. Puasa Sunah Syawal ƒ Puasa sunah syawal adalah puasa yang dilakukan pada bulan syawal (enam hari setelah Idul Fitri) yakni tanggal 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 syawal atau tidak menentu tanggalnya yang penting jumlahnya 6 hari. ƒ Puasa syawal ini amat besar manfaatnya sehingga dianjurkan untuk dilaksanakan bagi umat Islam, sebagaimana sabda Nabi :

  ِ ﷲﺍ ﹺﻝ ﻮ ﺳ ﺭ  ﻦ ﻋ ﹴ ﺏ  ﻮﻳ ﹶ ﺃ  ﻲﹺﺑ ﹶ ﺃ  ﻦ ﻋ  ﹶ ﻝﺎﹶ ﻗ :  ﻦﻣ ﺎﺘ ﺳ  ﻪ  ﻌ  ﺒ  ﺗ ﹶ ﺃ ﻢﹸﺛ ﹶ ﻥﺎ ﻀ ﻣ  ﺭ  ﻡ ﺎ ﺻ  ﻦ ﻣ ﹺﺮ  ﻫﺪﻟ ﺍ  ﻡ ﺎ ﻴ ﺻ  ﻚﻟ ﺬﹶ ﻓ ﹴ ﻝﺍ ﻮ ﺷ

  )

ﺀ ﺎﺴﻨ ﻟ ﺍ ﻭ ﻯﺭ ﺎﺨﺒ ﻟ ﺍ ﻻﺇ ﺔ ﻋﺎﻤﳉﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ

(

  Artinya :“Dari Abu Ayub, dari Rasulullah SAW berkata : barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, yang demikian itu (pahalanya) seperti puasa setahun.” (HR. Jama’ah kecuali Bukhari dan Nasa’i).

  

ƒ Sebagaimana hadist di atas, hikmah puasa 6 hari di bulan Syawal, bagi yang

melakukannya akan mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya puasa setahun. ƒ Adapun pelaksanaannya sebagaimana puasa wajib, hanya saja niatnya berbeda.

  Niat puasa syawal sebagai berikut : ﻰﹶ ﻟ ﺎ ﻌ  ﺗ ﻪ ﹼﻠ ﻟ ﹰ ﺔ ﻨ  ﺳ ﹺﻝﻮﺸﻟ ﺍ ﹺﺮ  ﻬ ﺷ ﹺﻡ  ﻮ ﻳ  ﺪﹶ ﻏ  ﻡ  ﻮ ﺻ  ﺖ  ﻳ  ﻮ ﻧ

  Artinya : “Saya berniat puasa di hari bulan Syawal sunah karena Allah ta’ala” .

C. Puasa Hari Arafah ƒ Puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 di bulan haji (Zulhijjah).

  ƒ Disunahkannya mengerjakan puasa sunah ini karena Allah memuliakan hari di mana

seluruh jamaah haji berkumpul di Padang Arafah bertasbih, tahmid dan memohon

kepada Allah swt. Arafah salah satu maqomul mustajabah (tempat yang mustajab

untuk berdoa)

  ƒ Puasa ini sangatlah dianjurkan kepada umat Islam mengingat besarnya hikmah, sebagaimana hadits berikut :  ﻢﱠﻠ  ﺳ ﻭ ﻪ  ﻴ ﹶ ﻠ  ﻋ ُ ﷲﺍ ﻰﱠﻠ  ﺻ ِ ﷲﺍ ﹸﻝ ﻮ ﺳ ﺭ ﹶ ﻝﺎﹶ ﻗ ﹶ ﺓ  ﺩﺎ ﺘ ﹶ ﻗ ﻰﹺﺑ ﹶ ﺃ  ﻦ ﻋ :

  ﹺﻦ ﻴ  ﺘ  ﻨ  ﺳ  ﺮ ﹸﻔ ﹾ ﻜ ﻳ ﹶ ﺔ ﹶ ﻓ  ﺮ  ﻋ ﹺﻡ  ﻮ ﻳ  ﻡ  ﻮ ﺻ : ﹰ ﺔ ﹶ ﻠ ﹺﺒ ﹾ ﻘ  ﺘ  ﺴ ﻣ  ﻭ ﹰ ﺔ  ﻴ ﺿﺎ ﻣ

  ) ﻢﻠ ﺴﻣ ﻩ ﺍ ﻭﺭ (

  Artinya : “Dari Abu Qatadah, Rasulullah saw berkata : Puasa hari Arafah itu menghapus (dosa) dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang” . (HR. Muslim).

  

ƒ Sebagaimana hadits di atas, bagi orang yang melakukannya akan memperoleh ampunan

selama dua tahun, yakni ampunan terhadap dosa-dosa yang dilakukan tahun yang telah lalu, dan ampunan terhadap dosa-dosa yang akan dilakukan tahun yang akan datang. ƒ Adapun tata cara puasa sebagaimana puasa wajib, hanya niatnya berbeda. ƒ Niat puasa sunah Arafah sebagai berikut :

  ﻰﹶ ﻟ ﺎ ﻌ  ﺗ ﻪ ﹼﻠ ﻟ ﹰ ﺔ ﻨ  ﺳ ﺔ ﹶ ﻓ  ﺮ  ﻌ ﻟ ﹾ ﺍ ﹺﻡ  ﻮ ﻳ ﻰﻓ  ﺪﹶ ﻏ  ﻡ  ﻮ ﺻ  ﺖ  ﻳ  ﻮ ﻧ