PENDAHULUAN Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film “Catatan Akhir Sekolah” Dalam Perspektif Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Analisis Semiotika).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu
proses pemberdayaan peserta didik, membangun sumber daya manusia yang
berkualitas,
serta
mengembangkan
kreativitas peserta
didik.
Pendidikan
merupakan usaha berkesinambungan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. Oleh karena itu pendidikan perlu
mendapatkan perhatian, penanganan, prioritas secara baik oleh pemerintah,
masyarakat, serta orang tua.
Menurut Djamarah (2000:22) “Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan
untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan
tujuan”. Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan yang
memiliki tujuan dan ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut,
maka dalam pelaksanaanya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di
setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem yang
integral.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab 1 pasal 1:
1
2
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Setiap proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan
hasil belajar. Dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik
dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor interen dari peserta didik itu
sendiri. Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar peserta didik
mengalami perkembangan dan peningkatan.
Pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat
relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara. Krisis
tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, kebiasaan
menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang
lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas (Akhwan, 2011: 1).
Keberhasilan pendidikan karakter tergantung banyak pihak, diantaranya;
komitmen pemerintah dan masyarakat, kurikulum, peran media massa termasuk
industri televisi nasional dan film. Dewasa ini, perkembangan film di Indonesia
semakin diterima oleh masyarakat, baik melalui pandangan yang positif maupun
pandangan yang negatif. Banyaknya film yang dibuat untuk menghibur
masyarakat, terdapat beberapa film yang memberikan pesan-pesan di dalamnya.
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan
antara film dan masyarakat selalu dipahami. Artinya, film selalu mempengaruhi
3
dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di dalamnya. Kritik yang
muncul didasarkan bahwa film adalah potret dari masyarakat, di mana film itu
dibuat.
Sebuah karya film mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat di
sekitarnya misalnya nilai moral masyarakat, nilai keagamaan, dan nilai budaya
dari sebuah peradapan masyarakat. Karya film secara langsung maupun tidak
langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang.
Film-film yang sering muncul baik di dalam televisi, VCD maupun di
bioskop, biasanya film yang mempunyai pesan-pesan moral bahkan ada cerita
yang diangkat dari suatu pandangan masyarakat mengenai hal-hal yang bernuansa
mistik. Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut
movie (gambar
berpindah).
Film, secara kolektif, sering disebut ‘sinema‘. Gambar-hidup adalah bentuk
seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera,
dan/atau oleh animasi (Ikhsan, 2008: 2). Film-film yang beredar sekarang ini
seringkali hanya menarik perhatian masyarakat sesaat saja. Namun di antara filmfilm remaja dan film-film mistik yang banyak beredar di perfilman nasional,
masih ada sebuah film yang mempunyai makna tersendiri untuk masyarakat
khususnya anak sekolah, yaitu film “ Catatan Akhir Sekolah”, kenangan kita akan
balik ke masa kala masih mengenakan seragam putih abu-abu. Banyak yang tejadi
di masa penuh pencarian jati diri. Berbagai peristiwa yang di hadirkan dalm film
tentang kehidupan remaja ini membuat kita seperti sedang menyaksikan kisah kita
4
sendiri. Tidak dipungkiri bahwa masa sekolah itu menyenangkan, menjengkelkan,
menyedihkan, semua menjadi satu. Kisah dimasa sekolah inilah yang cukup
banyak menjadi tema film lokal maupun film dari luar.
Film ” Catatan Akhir Sekolah” bukan sekadar tontonan belaka. Sebagai
media massa, tentunya film membawa dan menawarkan suatu pesan moral
tertentu yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Selain itu, film dapat
membawa ideologi, nilai, dan budaya tertentu. Film menawarkan pesan moral
yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada penontonnya yang mayoritas
anak-anak remaja. Pesan moral tersebut merupakan ideologi yang terkonstruksi
dalam isi film “Catatan Akhir Sekolah” itu sendiri. Melalui film ini juga, anakanak remaja diharapkan dapat belajar perilaku-perilaku moral yang sesuai dengan
norma dan nilai.
Merebaknya isu-isu moral dikalanangan remaja
seperti penggunaan
narkotika dan obat-obat terlarang, tawuran pelajar, pornografi, pemerkosaan,
merusak milik orang lain, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain, sudah menjadi
masalah sosial yang yang sampai saat ini belum tuntas (Budiningsih, 2004: 1).
Masalah tersebut menggalami pergeseran dari masalah sosial yang nantinya
merujuk kemasalah kriminalitas. Dalam kehidupan sekolah sering terjadi
ketimpangan sosial yang menjadikan orang cenderung untuk melakukan hal -hal
yang tidak baik.
Perbuatan moral pertama kali didasari dari hati manusia itu sendiri. Jika hati
merasa tidak puas akan apa yang dimilikinya akan dilakukan dengan perbuatan,
baik perbuatan yang benar maupun perbuatan yang salah. Persoalan-persoalan
5
semacam itu juga terdapat dalam realita di lingkungan sekolahan. Bertolak dari
uraian di atas, maka melalui kajian semiotika terhadap film ”Catatan Akhir
Sekolah” diharapkan mampu menciptakan konstruksi-konstruksi ideologi melalui
pesan-pesan yang mengandung muatan pendidikan karakter moral. Berdasarkan
uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”Konstruksi Pendidikan
Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam Perspektif Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Analisis Semiotik)”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam
penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian harus
mengetahui terlebih dahulu permasalah yang ada. Dengan adanya permasalahan
yang jelas maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahn sebagai berikut: “Bagaimanakah Konstruksi Pendidikan Karakter
Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam Perspektif Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan? (Analilis Semiotika)”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan merupakan pedoman untuk mewujudkan sebuah aktivitas yang akan
dilaksanakan sehingga dapat dengan jelas dirumuskan. Pada penelitian ini perlu
adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan
diteliti, sehingga peneliti akan dapat bekerja terarah dalam mencari data sampai
6
langkah pemecahan masalahnya. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi dan
rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah “Mendiskripsikan
Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam
Perspektif Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Analilis Semiotika)”.
D. MANFAAT ATAU KEGUNAAN PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi pengembangan
pendidikan karakter.
b. Menambah cakrawala pengetahuan khususnya mengenai wacana pendidikan
karakter moral pada peserta didik melalui media film.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang
berguna bagi peserta didik terhadap pendidikan karakter moral dalam film.
b. Memberi pengetahuan dan informasi kepada calon guru khususnya guru
pendidikan kewarganegaraan maupun masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan karakter moral bagi peserta didik disekolah.
E. DAFTAR ISTILAH
1. Konstruksi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konstruksi adalah
“susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata”. Menurut
Suharsono dan retnoningsih (2005:263),kontruksi berarti “cara membuat,
menyusun bangunan-bangunan, jembatan dan sebagainya; susunan dan
7
hubungan kata dalam kalimat atau dalam kelompok kata”. Dari beberapa
pengertian di atas maka pengertian kontuksi adalah susunan atau bentukbentuk mendasari segala sesuatu.
2. Pendidikan karakter. Menurut Hadiwardoyo, 1994: 13 pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanam nilai-nilai karakter kepada warga sekolah (warga
masyarakat) yang mencakupi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaaan;
sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah
semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan
sekolah,
pelaksanaan
aktivitas
atau
kegiatan
kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah.
3. Moral. Moral merupakan sesuatu keinginan yang disampaikan oleh pembuat
film kepada penonton yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya dan makna yang disarankan lewat film (Nurgiyantoro, 2007: 322 ). Hal
itu disampaikan pembuat film secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk
penyampaian secara tidak langsung maksudnya pesan moral yang disampaikan
oleh pembuat film secara tersirat artinya penonton harus dapat mencari dan
mengetahui apa yang disampaikan oleh pembuat film. Sedangkan penyampaian
8
secara langsung mak sudnya penonton sudah mengetahui pesan moral yang
disampaikan pembuat film karena sudah ada dalam cerita film.
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita
berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas
menyangkut pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia (Poespoprodjo,
1998: 102).
4. Pembelajaran Kewarganegaraan. Menurut Warsita sebagaimana dikutip oleh
Rusman (2012:93) “pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Selain
itu, menurut Sagala (2006:61), “pembelajaran adalah membelajarkan peserta
didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dapat disimpulkan sebuah proses mengajarkan kepada peserta didik untuk
belajar mengenai program pendidikan yang berorientasi pada sikap dan
pemikiran yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu
proses pemberdayaan peserta didik, membangun sumber daya manusia yang
berkualitas,
serta
mengembangkan
kreativitas peserta
didik.
Pendidikan
merupakan usaha berkesinambungan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. Oleh karena itu pendidikan perlu
mendapatkan perhatian, penanganan, prioritas secara baik oleh pemerintah,
masyarakat, serta orang tua.
Menurut Djamarah (2000:22) “Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan
untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan
tujuan”. Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan yang
memiliki tujuan dan ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut,
maka dalam pelaksanaanya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di
setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem yang
integral.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab 1 pasal 1:
1
2
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Setiap proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan
hasil belajar. Dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik
dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor interen dari peserta didik itu
sendiri. Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar peserta didik
mengalami perkembangan dan peningkatan.
Pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat
relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara. Krisis
tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, kebiasaan
menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang
lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas (Akhwan, 2011: 1).
Keberhasilan pendidikan karakter tergantung banyak pihak, diantaranya;
komitmen pemerintah dan masyarakat, kurikulum, peran media massa termasuk
industri televisi nasional dan film. Dewasa ini, perkembangan film di Indonesia
semakin diterima oleh masyarakat, baik melalui pandangan yang positif maupun
pandangan yang negatif. Banyaknya film yang dibuat untuk menghibur
masyarakat, terdapat beberapa film yang memberikan pesan-pesan di dalamnya.
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan
antara film dan masyarakat selalu dipahami. Artinya, film selalu mempengaruhi
3
dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di dalamnya. Kritik yang
muncul didasarkan bahwa film adalah potret dari masyarakat, di mana film itu
dibuat.
Sebuah karya film mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat di
sekitarnya misalnya nilai moral masyarakat, nilai keagamaan, dan nilai budaya
dari sebuah peradapan masyarakat. Karya film secara langsung maupun tidak
langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang.
Film-film yang sering muncul baik di dalam televisi, VCD maupun di
bioskop, biasanya film yang mempunyai pesan-pesan moral bahkan ada cerita
yang diangkat dari suatu pandangan masyarakat mengenai hal-hal yang bernuansa
mistik. Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut
movie (gambar
berpindah).
Film, secara kolektif, sering disebut ‘sinema‘. Gambar-hidup adalah bentuk
seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera,
dan/atau oleh animasi (Ikhsan, 2008: 2). Film-film yang beredar sekarang ini
seringkali hanya menarik perhatian masyarakat sesaat saja. Namun di antara filmfilm remaja dan film-film mistik yang banyak beredar di perfilman nasional,
masih ada sebuah film yang mempunyai makna tersendiri untuk masyarakat
khususnya anak sekolah, yaitu film “ Catatan Akhir Sekolah”, kenangan kita akan
balik ke masa kala masih mengenakan seragam putih abu-abu. Banyak yang tejadi
di masa penuh pencarian jati diri. Berbagai peristiwa yang di hadirkan dalm film
tentang kehidupan remaja ini membuat kita seperti sedang menyaksikan kisah kita
4
sendiri. Tidak dipungkiri bahwa masa sekolah itu menyenangkan, menjengkelkan,
menyedihkan, semua menjadi satu. Kisah dimasa sekolah inilah yang cukup
banyak menjadi tema film lokal maupun film dari luar.
Film ” Catatan Akhir Sekolah” bukan sekadar tontonan belaka. Sebagai
media massa, tentunya film membawa dan menawarkan suatu pesan moral
tertentu yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Selain itu, film dapat
membawa ideologi, nilai, dan budaya tertentu. Film menawarkan pesan moral
yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada penontonnya yang mayoritas
anak-anak remaja. Pesan moral tersebut merupakan ideologi yang terkonstruksi
dalam isi film “Catatan Akhir Sekolah” itu sendiri. Melalui film ini juga, anakanak remaja diharapkan dapat belajar perilaku-perilaku moral yang sesuai dengan
norma dan nilai.
Merebaknya isu-isu moral dikalanangan remaja
seperti penggunaan
narkotika dan obat-obat terlarang, tawuran pelajar, pornografi, pemerkosaan,
merusak milik orang lain, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain, sudah menjadi
masalah sosial yang yang sampai saat ini belum tuntas (Budiningsih, 2004: 1).
Masalah tersebut menggalami pergeseran dari masalah sosial yang nantinya
merujuk kemasalah kriminalitas. Dalam kehidupan sekolah sering terjadi
ketimpangan sosial yang menjadikan orang cenderung untuk melakukan hal -hal
yang tidak baik.
Perbuatan moral pertama kali didasari dari hati manusia itu sendiri. Jika hati
merasa tidak puas akan apa yang dimilikinya akan dilakukan dengan perbuatan,
baik perbuatan yang benar maupun perbuatan yang salah. Persoalan-persoalan
5
semacam itu juga terdapat dalam realita di lingkungan sekolahan. Bertolak dari
uraian di atas, maka melalui kajian semiotika terhadap film ”Catatan Akhir
Sekolah” diharapkan mampu menciptakan konstruksi-konstruksi ideologi melalui
pesan-pesan yang mengandung muatan pendidikan karakter moral. Berdasarkan
uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”Konstruksi Pendidikan
Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam Perspektif Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Analisis Semiotik)”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam
penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian harus
mengetahui terlebih dahulu permasalah yang ada. Dengan adanya permasalahan
yang jelas maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahn sebagai berikut: “Bagaimanakah Konstruksi Pendidikan Karakter
Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam Perspektif Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan? (Analilis Semiotika)”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan merupakan pedoman untuk mewujudkan sebuah aktivitas yang akan
dilaksanakan sehingga dapat dengan jelas dirumuskan. Pada penelitian ini perlu
adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan
diteliti, sehingga peneliti akan dapat bekerja terarah dalam mencari data sampai
6
langkah pemecahan masalahnya. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi dan
rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah “Mendiskripsikan
Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah Dalam
Perspektif Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Analilis Semiotika)”.
D. MANFAAT ATAU KEGUNAAN PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi pengembangan
pendidikan karakter.
b. Menambah cakrawala pengetahuan khususnya mengenai wacana pendidikan
karakter moral pada peserta didik melalui media film.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang
berguna bagi peserta didik terhadap pendidikan karakter moral dalam film.
b. Memberi pengetahuan dan informasi kepada calon guru khususnya guru
pendidikan kewarganegaraan maupun masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan karakter moral bagi peserta didik disekolah.
E. DAFTAR ISTILAH
1. Konstruksi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konstruksi adalah
“susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata”. Menurut
Suharsono dan retnoningsih (2005:263),kontruksi berarti “cara membuat,
menyusun bangunan-bangunan, jembatan dan sebagainya; susunan dan
7
hubungan kata dalam kalimat atau dalam kelompok kata”. Dari beberapa
pengertian di atas maka pengertian kontuksi adalah susunan atau bentukbentuk mendasari segala sesuatu.
2. Pendidikan karakter. Menurut Hadiwardoyo, 1994: 13 pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanam nilai-nilai karakter kepada warga sekolah (warga
masyarakat) yang mencakupi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaaan;
sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah
semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan
sekolah,
pelaksanaan
aktivitas
atau
kegiatan
kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah.
3. Moral. Moral merupakan sesuatu keinginan yang disampaikan oleh pembuat
film kepada penonton yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya dan makna yang disarankan lewat film (Nurgiyantoro, 2007: 322 ). Hal
itu disampaikan pembuat film secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk
penyampaian secara tidak langsung maksudnya pesan moral yang disampaikan
oleh pembuat film secara tersirat artinya penonton harus dapat mencari dan
mengetahui apa yang disampaikan oleh pembuat film. Sedangkan penyampaian
8
secara langsung mak sudnya penonton sudah mengetahui pesan moral yang
disampaikan pembuat film karena sudah ada dalam cerita film.
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita
berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas
menyangkut pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia (Poespoprodjo,
1998: 102).
4. Pembelajaran Kewarganegaraan. Menurut Warsita sebagaimana dikutip oleh
Rusman (2012:93) “pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Selain
itu, menurut Sagala (2006:61), “pembelajaran adalah membelajarkan peserta
didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dapat disimpulkan sebuah proses mengajarkan kepada peserta didik untuk
belajar mengenai program pendidikan yang berorientasi pada sikap dan
pemikiran yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.