KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN Kesiapsiagaan Siswa Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi Di SMP N 1 Gantiwarno Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten.
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA
GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN
GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN
ARTIKEL PUBLIKASI
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Geografi
Disusun Oleh:
RISTIYANI
A 610 100 054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI
BENCANA GEMPA BUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO
KECAMATAN GANTIWARNO
KABUPATEN KLATEN
Oleh :
Ristiyani
A 610 100 054 Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Telp 085728641100, E-mail: ristyayha@gmail.com
ABSTRAK
SMP N 1 Gantiwarno adalah salah satu sekolah menengah yang berada di
kecamatan gantiwarno kabupaten klaten yang mengalami kerusakan cukup berat
akibat gempabumi jogja yang terjadi 27 Mei 2006. Tujuan Penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi : (1) Tingkat kesiapsiagaan siswa berkenaan dengan
bencana gempabumi, dan (2) Tingkat kerusakan bangunan sekolah yang
ditimbulkan akibat gempabumi jogja. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa sebanyak 642 siswa. Dengan mengambil
sampel sebanyak 86 siswa dengan teknik pengambilan sampel adalah
Proportionete Stratified Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
angket, teknik dokumentasi, teknik observasi, wawancara. Teknik analisa data
yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif melalui scoring. Persyaratan
uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) tingkat
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana gempabumi siswa dalam
kategori kurang siap, dengan diperoleh nilai persentase 39, 53%, dan (2) tingkat
kerusakan bangunan sekolah rusak berat 33,66%, rusak sedang 30%, dan rusak
ringan 33,33%.
Kata Kunci : Kesiapsiagaan Siswa, Bencana Gempa Bumi
mengurangi
PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa
atau
rangkaian
mengancam
kehidupan
peristiwa
dan
dan
yang
mengganggu
oleh faktor alam dan/ faktor nonalam
maupun
faktor
manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. (Undangundang Nomor 24 Tahun 2007 dalam
umum
faktor
penyebab terjadinya bencana adalah
karena
adanya
interaksi
antara
ancaman (hazard) dan kerentanan
(vulnerability). Ancaman bencana
menurut Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 adalah suatu kejadian
atau
peristiwa
yang
bisa
menimbulkan bencana. Kerentanan
terhadap dampak atau risiko bencana
adalah kondisi atau karakteristik
biologis, geografis, sosial, ekonomi,
politikk, budaya dan teknologisuatu
masyarakat di suatu wilayah untuk
jangka
waktu
tertentu
untuk
mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan
menanggapi dampak bahaya tertentu.
Gempa
bumi
merupakan
suatu gejala fisik atau kejadian alam
yang umumnya
ditandai
dengan
bergetar/berguncangnya
bumi
(Krishna S. Pribadi :2008). Istilah
gempa
bumi
macam
terdapat
apabila
beberapa
dilihat
dari
penyebabnya, antara lain gempa
bumi
tektonik,
gempa
vulkanik,
gempa runtuhan, gempa imbasan dan
Krishna S. Pribadi :2008).
Secara
masyarakatv
penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik
kemampuan
yang
gempa buatan. Gempa bumi tektonik
disebabkan karena adanya gerakan
pertemuan lempeng tektonik indoaustralia serta penunjaman lempeng
tektonik.
Gempa
vulkanik
disebabkan oleh desakan magma ke
permukaan. Gempa runtuhan banyak
terjadi di pengunungan yang runtuh,
gempa imbasan biasanya terjadi di
sekitar
dam
dikarenakan
(penahan
fluktuasi
air
air)
dam
(penahan air) dan gempa buatan
adalah gempa yang dibuat oleh
manusia seperti ledakan nuklir atau
ledakan
untuk
mencari
bahan
mineral.
1
Indonesia merupakan negara
yang memiliki tingkat kerawanan
bencana yang paling tinggi, secara
3. Menyiapkan
perlengakapan
darurat saat terjadi bencana.
4. Bagaimana
memberikan
merupakan
pertolongan pertama pada orang
negara kepulauan yang terletak pada
yang terluka saat terjadi bencana.
geografis
indonesia
pertemuan tiga lempeng tektonik
yaitu
lempeng
eurasia,
lempeng
indo-australia, dan lempeng pasifik.
5. Upaya-upaya
terutama pemulihan mental.
Wilayah
terus
Gantiwarno
Kabupaten Klaten adalah salah satu
bergejolak.
kecamatan yang berada di klaten
Kesiapsiagaan adalah tindakan yang
yang terkena dampak paling besar
dilakukan
akibat
raksasa”
yang
dilakukan
untuk pemulihan secara cepat,
Disadari atau tidak, area pertemuan
lempeng tektonik bagaikan “tungku
yang
dalam
rangka
Gempabumi
jogja
pada
mengantisipasi suatu bencana untuk
tanggal 27 mei 2006 karena adanya
memastikan bahwa tindakan yang
pergerakan lempeng tektonik Indo-
dilakukan dapat dilaksanakan secara
Australia
tepat dan efektif pada saat dan
penunjaman lempeng tektonik di
setelah terjadi bencana.
samudra indonesia yang terletak 37
dan
Eurasia
serta
Hal-hal yang dapat dilakukan
km di selatan Yogyakarta pada
umtuk meningkatkan kesiapsiagaan
kedalaman 33km. Gelombang gempa
dalam menghadapi bencana, antara
akibat pergerakan lempeng tektonik
lain :
tersebut merambat ke segala arah
1. Pelatihan mengenai bagaimana
sehingga, gelombang itu mengenai
menyelamatkan diri sendiri dan
sesar (patahan) kali oya, kali opak,
orang lain di sekitar kita saat
kali progo dan sesar tali jiwo yang
terjadi bencana.
mengakibatkan empat sesar ini patah
2. Koordinasi antara pihak-pihak
lagi. Dalam kejadian bencana gempa
terkait, siapa melakukan apa saat
bumi di jogja pada tanggal 27 mei
keadaan darurat, serta upaya
tahun 2006 menimbulkan dampak
evakuasi ke tempat yang aman.
kerugian materiil maupun korban
jiwa.
2
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi
tingkat
kuantitatif
pengambilan
menggunakan
data
Kuesioner (angket)
kesiapsiagaan kesiapsiagaan siswa
yang dibagikan kepada responden
dalam
bencana
yang memuat variabel penelitian
gempabumi di SMP N 1 Gantiwarno
yakni kesiapsiagaan siswa dalam
Kecamatan Gantiwarno kabupaten
menghadapi gempa bumi dengan
Klaten
mengidentifikasi
parameter : pengetahuan dan sikap,
besarnya tingkat kerusakan yang
kebijakan dan panduan, rencana
ditimbulkan akibat gempabumi jogja
tanggap darurat, sistim peringatan
di SMP N 1 Gantiwarno Kecamatan
dini, dan mobilisasi sumberdaya.
Gantiwarno Kabupaten Klaten.
Serta wawancara mengenai tingkat
METODE PENELITIAN
kerusakan
menghadapi
dan
Metode penelitian yang akan
digunakan dalam kegiatan penelitian
adalah
penyelidikan
pengamatan/
yang
kritis
untuk
sekolah
akibat
gempabumi jogja 2006 silam kepada
guru.
Teknik
ini adalah metode survai. Metode
Survai
di
pengumpulan
data
pada penelitian ini menggunakan
metode
angket,
dokumentasi,
mendapatkan keterangan yang terang
observasi, serta wawancara. Teknik
dan baik terhadap suatu persoalan
analisa data yang digunakan dalam
tertentu dan di dalam suatu daerah
penelitian
tertentu ( S. Margono, 2010). Dengan
kesiapsiagan siswa di SMP N 1
pengambilan sampel sebanyak 86
Gantiwarno
siswa
sampel
sebagai
responden
dari
ini
analisis
tingkat
yang sudah diambil
yakni
analisis
deskriptif
populasi 642 siswa yang ada di SMP
kuantitatif. Dengan mengkategorikan
N 1 Gantiwarno dan menggunakan
berdasarkan aspek yang dinilai untuk
Kuesioner (angket), observasi, serta
mengetahui
wawancara
siswa dalam menghadapi bencana
sebagai
alat
kesiapsiagaan
gempa bumi secara keseluruhan dan
pengumpulan data.
Penelitian
tingkat
ini,
peneliti
menganalisis
kesiapsiagaan
siswa
menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan penghitungan
deskriptif.
rata-rata yaitu dengan menggunakan
Dimana
penelitian
3
nilai
indeks
Pemberian
kesiapsiagaan.
score
dari
kuesioner
siswa 65-79 dikategorikan siap,
55-64 hampir siap, 40-54 kurang
siap,
diberi kriteria:
dan
apabila
nilai
“Ya” diberi score 1
kesiapsiagaan siswa ≤ 40 maka
“Tidak” diberi score 0
dapat
Indeks =
dilakukan
penghitungan
maka
klasifikasikan
di
tingkat
kesiapsiagaan siswa berdasarkan
nilai indeks yang bersumber Jan
Sopaheluwakan dkk, 2006 yaitu
sebagai berikut :
dikategorikan
belum
siap. Serta analisa data yang
kedua adalah analisis tingkat
kerusakan
tingkat
sekolah.
kerusakan
Analisis
bangunan
sekolah di SMP N 1 Gantiwarno
adalah analisis diskriptif. Dalam
sekolah
Indeks Kesiapsiagaan
Nilai
tersebut
menggunakan
Kategori
Indeks
pengumpulan
peneliti
teknik
data
dengan
wawancara. Kemudian data yang
1.
80-100
Sangat Siap
2.
65-79
Siap
3.
55-64
Hampir Siap
4.
40-54
Kurang Siap
5.
< 40 (0-39)
Belum Siap
Sumber: Jan Sopaheluwakan dkk, 2006
Soal
tersebut
pengambilan data kerusakan di
Tabel 3.4
No.
bahwa
kesiapsiagaan siswa disekolah
X 100
Setelah
disimpulkan
yang
diberikan
ada di buat tabel dan dianalisis
secara deskriptif.
HASIL
SMP N 1 Gantiwarno adalah
salah satu sekolah menengah di
Kabupaten klaten yang terletak di
responden berjumlah 38 butir
kecamatan
gantiwarno
soal. Apabila nilai kesiapsiagaan
berbatasan
dengan
dari responden ≥80 maka tingkat
gunungkidul. Kecamatan Gantiwarno
kesiapsiagaan
sekolah
merupakan salah satu kecamatan
sangat
yang berada di klaten yang dilalui
siap. Hasil nilai kesiapsiagaan
jalur subduksi dan dilalui jalur
tersebut
siswa
dikategorikan
yang
kabupaten
4
tektonik yang rawan sekali terhadap
sumberdaya. Maka, berikut rincian
gempa bumi. Bencana gempabumi
hasil penelitian :
tektonik yang terjadi di Yogyakarta
a. Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII
pada pukul 05.55 WIB pada hari
sabtu wage tanggal 27 mei 2006
C
Kesiapsiagaan
siswa
dalam
yang mengakibatkan kerugian dan
menghadapi bencana gempabumi
kerusakan baik materi maupun non
didapat
materi yang menimpa warga jogja
kesiapsiagaan dengan parameter
dan
daerah
pengetahuan dan sikap, kebijakan
klaten merupakan daerah yang ikut
dan panduan, sistim peringatan
merasakan kerusakan dan kerugian
dini, rencana tanggap darurat,
akibat gempa tersebut salah satunya
mobilisasi
adalah
dihitung
sekitarnya.
Dimana
wilayah
gantiwarno.
melalui
sumberdaya
menggunakan
Terjadinya gempa tersebut wilayah
kesiapsiagaan.
gantiwarno
diperoleh
memiliki
kerusakan
kuesioner
Hasil
dengan
dan
indeks
analisis
persentase
infrastruktur bangunan, sarana dan
56,25% termasuk dalam kategori
prasarana sekolah, kerusakan jiwa
hampir siap. Hal ini dikarenakan
dan harta benda yang cukup berat.
banyaknya siswa yang mengikuti
Berikut peta administrasi kecamatan
ekstrakurikuler
gantiwarno
kesiapsiagaan dalam menghadapi
mengenai
bencana gempabumi (pelatihan
simulasi), banyaknya siswa yang
pernah mengikuti latihan simulasi
bencana baik di sekolah ataupun
luar sekolah sedangkan siswa
tidak mendapatkan buku panduan
Analisis kesiapsiagaan siswa
berdasarkan parameter pengetahuan
tentang
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi bencana gempabumi.
dan sikap, kebijakan dan panduan,
rencana
tanggap
peringatan
dini
darurat,
serta
sistim
mobilisasi
5
b. Kesiapsiagaan Siswa Kelas VIII
mobilisasi
dihitung
C
Kesiapsiagaan siswa dalam
sumberdaya
menggunakan
kesiapsiagaan.
Hasil
indeks
analisis
menghadapi bencana gempabumi
diperoleh
didapat
kuesioner
53,13% termasuk dalam kategori
kesiapsiagaan dengan parameter
kurang siap. Kesiapsiagaan kelas
pengetahuan dan sikap, kebijakan
IX ini lebih kurang dibandingkan
dan panduan, sistim peringatan
kesiapsiagaan siswa kelas VII dan
dini, rencana tanggap darurat,
kelas VIII yang hampir siap. Hal
mobilisasi
dan
ini dikarenakan sedikitnya siswa
indeks
yang pernah mengikuti pelatihan
dihitung
melalui
sumberdaya
menggunakan
kesiapsiagaan.
diperoleh
Hasil
dengan
analisis
persentase
dengan
dan
persentase
simulasi,
siswa
tidak
mendapatkan
buku
panduan
59,58% termasuk dalam kategori
tentang
hampir siap. Hal ini dikarenakan
menghadapi bencana gempabumi
banyaknya
siswa
serta
mengikuti
simulasi
kebencanaan
maupun
luar
baik
yang sudah
siswa
tidak
dalam
mengikuti
pelatihan
kegiatan ekstrakurikuler mengenai
sekolah
kesiapsiagaan dalam menghadapi
serta
bencana gempabumi (pelatihan
di
sekolah
banyaknya siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler
kesiapsiagaan
mengenai
kesiapsiagaan dalam menghadapi
simulasi).
d. Kesiapsiagaan Siswa SMP N 1
Gantiwarno
Hasil
bencana gempabumi.
c. Kesiapsiagaan Siswa Kelas IXC
siswa
skor
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi
Kesiapsiagaan siswa dalam
bencana gempabumi diperoleh
menghadapi bencana gempabumi
persentase 39, 53% termasuk
didapat
kuesioner
dalam kategori kurang siap.
kesiapsiagaan dengan parameter
Apabila hasil persentase tersebut
pengetahuan dan sikap, kebijakan
dihubungkan dengan RPP IPS
dan panduan, sistim peringatan
kelas VII/1 dengan kompetensi
dini, rencana tanggap darurat,
dasar
melalui
mendeskripsikan
6
keragaman bentuk muka bumi,
mencapai 36,66% rusak berat
proses
dan
dengan total 11 ruang meliputi
dampaknya terhadap kehidupan.
ruang kelas dan laboratorium,
Siswa mendapatkan materi dasar
30% rusak sedang dengan total 9
pembentukan
ruang meliputi 4 ruang kelas,
pembentukan
muka
bumi,
penyebab terjadinya gempabumi,
perpustakaan,
hingga akibat yang ditimbulkan
ruang pertemuan, ruang gudang
oleh gempabumi. Akan tetapi
serta ruang pramuka, 33,33%
bersamaan dengan materi yang
rusak ringan dengan total 10
didapatkan
mengenai
ruang yang meliputi 4 ruang
penyebab terjadinya gempabumi
kelas, ruang tu, ruang guru, ruang
hingga akibat yang ditimbulkan
kepala sekolah, ruang uks, masjid
oleh gempabumi tidak dibarengi
dan
dengan cara penyelamatan diri
hipotesis
saat
bencana
berbunyi tingkat kerusakan yang
Materi
ditimbulkan akibat gempabumi
tersebut hanya di dapatkan pada
jogja 27 mei tahun 2006 di SMP
saat siswa masih duduk di kelas
N 1 Gantiwarno kabupaten klaten
VII. Adanya korban siswa pada
mengalami
saat terjadi bencana gempabumi
berat,
terjadi
kurangnya
bangunan sekolah yang cukup
mengenai
berat mencapai 36,66% yang
siswa
terjadi
gempabumi(mitigasi).
karena
pengetahuan
siswa
ruang
lab.
Komputer,
osis.
yang
Sehingga
sebelumnya
kerusakan
terbukti.
cukup
Kerusakan
kesiapsiagaan yang di dapat di
mencakup
lingkungan sekolah maupun luar
kesehariannya digunakan sebagai
sekolah.
aktivitas
2 . Kerusakan Bangunan Sekolah
mengajar
ruang
kegiatan
kelas
belajar
berimbas
pada
kerusakan
lumpuhnya pembekajaran. Pada
sekolah yang didapat melalui
saat pemulihan bangunan sekolah
wawancara dengan pihak sekolah
pembelajaran
akibat gempabumi pada tanggal
lapangan
yang
terletak
27 mei tahun 2006 silam yang
dibelakang
sekolah
dengan
Tingkat
dilakukan
di
7
darurat
pertemuan, 1 ruang gudang serta
berlangsung selama ≤ 3 bulan
1 ruang pramuka. 10 ruang rusak
dan pulang lebih awal dari jam
ringan terdiri dari 4 ruang kelas,
yang
dari
1 ruang tu, 1 ruang guru, 1 ruang
tetapi
kepala sekolah, 1 masjid dan 1
tidak
ruang osis.
menggunakan
tenda
sudah
sekolah.
ditentukan
Akan
pembelajaran
tersebut
efektif karena lapangan tersebut
juga
digunakan
oleh
warga
sekitar sebagai tempat evakuasi
korban bencana.
KESIMPULAN
1. Tingkat
dalam
kesiapsiagaan
menghadapi
gempabumi
berada
siswa
bencana
pada
klasifikasi kurang siap dengan
nilai persentase 39,53%. Adapun
penyebarannya
tiap tingkatan
kelas yakni : kelas VII C dengan
nilai persentase 56,25 % hampir
siap, kelas VIII C dengan nilai
persentase 59,58 % hampir siap,
kelas IX dengan nilai persentase
53,13 % kurang siap.
2. Tingkat
kerusakan
bangunan
sekolah diperoleh 11 ruang rusak
berat terdiri dari 10 ruang kelas
dan 1 laboratorium ipa. 9 ruang
rusak sedang terdiri dari 4 ruang
kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
laboratorium komputer, 1 ruang
8
DAFTAR PUSTAKA
Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi Kerusakan Lingkungan Kebijakan Dan
Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik.Bandung. Bandung :
Alfabeta
Hidayati, Deni. 2008.
Jurnal kependudukan indonesia .Kesiapsiagaan
Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam Di Indonesia.
Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurjanah. 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
PB, Bakornas. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya
di Indonesia. Jakarta Pusat: Direktorat Mitigasi Lakhar Bakornas PB.
Pribadi, Krishna S, Engkon K Kertapati, Diah Kusumaastuti, Hamzah Latief,
Hendra Grandis, Imam A. Sadinun, Soebagiyo Soekarnen, Herman Aji
Wibowo, Retno Dewi, Ayu Krishna Juliawati, Novya Ekawati, Bayu
Novianto. 2008. Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga Bencana.
Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-Institut Teknologi Bandung.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Sabarno, Hari. 2003. Keptusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Dan Penanganan Pengungsi
di Daerah. Menteri Dalam Negeri RI : Jakarta
Sopaheluwakan Jan, Deny Hidayati, Haryadi Permana, Krisna Pribadi, Febrin
Ismail, Koen Mayers, Widayatun, Titik Handayani, Del Alfriadi Bustami,
Daliyo, Fitranita, Laila Nagib, Ngadi, Yugo Kumoro, Irana Rafliana, Teti
Argo, Deny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI
UNESCO.
Sudibyakto. 2000. Jurnal penelitian.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta:
Fakultas
Geografi
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widonartyas, Ardin. 2013. Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Gempabumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Skripsi,
Yogyakarta: UMS.
GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN
GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN
ARTIKEL PUBLIKASI
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Geografi
Disusun Oleh:
RISTIYANI
A 610 100 054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI
BENCANA GEMPA BUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO
KECAMATAN GANTIWARNO
KABUPATEN KLATEN
Oleh :
Ristiyani
A 610 100 054 Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Telp 085728641100, E-mail: ristyayha@gmail.com
ABSTRAK
SMP N 1 Gantiwarno adalah salah satu sekolah menengah yang berada di
kecamatan gantiwarno kabupaten klaten yang mengalami kerusakan cukup berat
akibat gempabumi jogja yang terjadi 27 Mei 2006. Tujuan Penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi : (1) Tingkat kesiapsiagaan siswa berkenaan dengan
bencana gempabumi, dan (2) Tingkat kerusakan bangunan sekolah yang
ditimbulkan akibat gempabumi jogja. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa sebanyak 642 siswa. Dengan mengambil
sampel sebanyak 86 siswa dengan teknik pengambilan sampel adalah
Proportionete Stratified Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
angket, teknik dokumentasi, teknik observasi, wawancara. Teknik analisa data
yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif melalui scoring. Persyaratan
uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) tingkat
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana gempabumi siswa dalam
kategori kurang siap, dengan diperoleh nilai persentase 39, 53%, dan (2) tingkat
kerusakan bangunan sekolah rusak berat 33,66%, rusak sedang 30%, dan rusak
ringan 33,33%.
Kata Kunci : Kesiapsiagaan Siswa, Bencana Gempa Bumi
mengurangi
PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa
atau
rangkaian
mengancam
kehidupan
peristiwa
dan
dan
yang
mengganggu
oleh faktor alam dan/ faktor nonalam
maupun
faktor
manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. (Undangundang Nomor 24 Tahun 2007 dalam
umum
faktor
penyebab terjadinya bencana adalah
karena
adanya
interaksi
antara
ancaman (hazard) dan kerentanan
(vulnerability). Ancaman bencana
menurut Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 adalah suatu kejadian
atau
peristiwa
yang
bisa
menimbulkan bencana. Kerentanan
terhadap dampak atau risiko bencana
adalah kondisi atau karakteristik
biologis, geografis, sosial, ekonomi,
politikk, budaya dan teknologisuatu
masyarakat di suatu wilayah untuk
jangka
waktu
tertentu
untuk
mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan
menanggapi dampak bahaya tertentu.
Gempa
bumi
merupakan
suatu gejala fisik atau kejadian alam
yang umumnya
ditandai
dengan
bergetar/berguncangnya
bumi
(Krishna S. Pribadi :2008). Istilah
gempa
bumi
macam
terdapat
apabila
beberapa
dilihat
dari
penyebabnya, antara lain gempa
bumi
tektonik,
gempa
vulkanik,
gempa runtuhan, gempa imbasan dan
Krishna S. Pribadi :2008).
Secara
masyarakatv
penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik
kemampuan
yang
gempa buatan. Gempa bumi tektonik
disebabkan karena adanya gerakan
pertemuan lempeng tektonik indoaustralia serta penunjaman lempeng
tektonik.
Gempa
vulkanik
disebabkan oleh desakan magma ke
permukaan. Gempa runtuhan banyak
terjadi di pengunungan yang runtuh,
gempa imbasan biasanya terjadi di
sekitar
dam
dikarenakan
(penahan
fluktuasi
air
air)
dam
(penahan air) dan gempa buatan
adalah gempa yang dibuat oleh
manusia seperti ledakan nuklir atau
ledakan
untuk
mencari
bahan
mineral.
1
Indonesia merupakan negara
yang memiliki tingkat kerawanan
bencana yang paling tinggi, secara
3. Menyiapkan
perlengakapan
darurat saat terjadi bencana.
4. Bagaimana
memberikan
merupakan
pertolongan pertama pada orang
negara kepulauan yang terletak pada
yang terluka saat terjadi bencana.
geografis
indonesia
pertemuan tiga lempeng tektonik
yaitu
lempeng
eurasia,
lempeng
indo-australia, dan lempeng pasifik.
5. Upaya-upaya
terutama pemulihan mental.
Wilayah
terus
Gantiwarno
Kabupaten Klaten adalah salah satu
bergejolak.
kecamatan yang berada di klaten
Kesiapsiagaan adalah tindakan yang
yang terkena dampak paling besar
dilakukan
akibat
raksasa”
yang
dilakukan
untuk pemulihan secara cepat,
Disadari atau tidak, area pertemuan
lempeng tektonik bagaikan “tungku
yang
dalam
rangka
Gempabumi
jogja
pada
mengantisipasi suatu bencana untuk
tanggal 27 mei 2006 karena adanya
memastikan bahwa tindakan yang
pergerakan lempeng tektonik Indo-
dilakukan dapat dilaksanakan secara
Australia
tepat dan efektif pada saat dan
penunjaman lempeng tektonik di
setelah terjadi bencana.
samudra indonesia yang terletak 37
dan
Eurasia
serta
Hal-hal yang dapat dilakukan
km di selatan Yogyakarta pada
umtuk meningkatkan kesiapsiagaan
kedalaman 33km. Gelombang gempa
dalam menghadapi bencana, antara
akibat pergerakan lempeng tektonik
lain :
tersebut merambat ke segala arah
1. Pelatihan mengenai bagaimana
sehingga, gelombang itu mengenai
menyelamatkan diri sendiri dan
sesar (patahan) kali oya, kali opak,
orang lain di sekitar kita saat
kali progo dan sesar tali jiwo yang
terjadi bencana.
mengakibatkan empat sesar ini patah
2. Koordinasi antara pihak-pihak
lagi. Dalam kejadian bencana gempa
terkait, siapa melakukan apa saat
bumi di jogja pada tanggal 27 mei
keadaan darurat, serta upaya
tahun 2006 menimbulkan dampak
evakuasi ke tempat yang aman.
kerugian materiil maupun korban
jiwa.
2
Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi
tingkat
kuantitatif
pengambilan
menggunakan
data
Kuesioner (angket)
kesiapsiagaan kesiapsiagaan siswa
yang dibagikan kepada responden
dalam
bencana
yang memuat variabel penelitian
gempabumi di SMP N 1 Gantiwarno
yakni kesiapsiagaan siswa dalam
Kecamatan Gantiwarno kabupaten
menghadapi gempa bumi dengan
Klaten
mengidentifikasi
parameter : pengetahuan dan sikap,
besarnya tingkat kerusakan yang
kebijakan dan panduan, rencana
ditimbulkan akibat gempabumi jogja
tanggap darurat, sistim peringatan
di SMP N 1 Gantiwarno Kecamatan
dini, dan mobilisasi sumberdaya.
Gantiwarno Kabupaten Klaten.
Serta wawancara mengenai tingkat
METODE PENELITIAN
kerusakan
menghadapi
dan
Metode penelitian yang akan
digunakan dalam kegiatan penelitian
adalah
penyelidikan
pengamatan/
yang
kritis
untuk
sekolah
akibat
gempabumi jogja 2006 silam kepada
guru.
Teknik
ini adalah metode survai. Metode
Survai
di
pengumpulan
data
pada penelitian ini menggunakan
metode
angket,
dokumentasi,
mendapatkan keterangan yang terang
observasi, serta wawancara. Teknik
dan baik terhadap suatu persoalan
analisa data yang digunakan dalam
tertentu dan di dalam suatu daerah
penelitian
tertentu ( S. Margono, 2010). Dengan
kesiapsiagan siswa di SMP N 1
pengambilan sampel sebanyak 86
Gantiwarno
siswa
sampel
sebagai
responden
dari
ini
analisis
tingkat
yang sudah diambil
yakni
analisis
deskriptif
populasi 642 siswa yang ada di SMP
kuantitatif. Dengan mengkategorikan
N 1 Gantiwarno dan menggunakan
berdasarkan aspek yang dinilai untuk
Kuesioner (angket), observasi, serta
mengetahui
wawancara
siswa dalam menghadapi bencana
sebagai
alat
kesiapsiagaan
gempa bumi secara keseluruhan dan
pengumpulan data.
Penelitian
tingkat
ini,
peneliti
menganalisis
kesiapsiagaan
siswa
menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan penghitungan
deskriptif.
rata-rata yaitu dengan menggunakan
Dimana
penelitian
3
nilai
indeks
Pemberian
kesiapsiagaan.
score
dari
kuesioner
siswa 65-79 dikategorikan siap,
55-64 hampir siap, 40-54 kurang
siap,
diberi kriteria:
dan
apabila
nilai
“Ya” diberi score 1
kesiapsiagaan siswa ≤ 40 maka
“Tidak” diberi score 0
dapat
Indeks =
dilakukan
penghitungan
maka
klasifikasikan
di
tingkat
kesiapsiagaan siswa berdasarkan
nilai indeks yang bersumber Jan
Sopaheluwakan dkk, 2006 yaitu
sebagai berikut :
dikategorikan
belum
siap. Serta analisa data yang
kedua adalah analisis tingkat
kerusakan
tingkat
sekolah.
kerusakan
Analisis
bangunan
sekolah di SMP N 1 Gantiwarno
adalah analisis diskriptif. Dalam
sekolah
Indeks Kesiapsiagaan
Nilai
tersebut
menggunakan
Kategori
Indeks
pengumpulan
peneliti
teknik
data
dengan
wawancara. Kemudian data yang
1.
80-100
Sangat Siap
2.
65-79
Siap
3.
55-64
Hampir Siap
4.
40-54
Kurang Siap
5.
< 40 (0-39)
Belum Siap
Sumber: Jan Sopaheluwakan dkk, 2006
Soal
tersebut
pengambilan data kerusakan di
Tabel 3.4
No.
bahwa
kesiapsiagaan siswa disekolah
X 100
Setelah
disimpulkan
yang
diberikan
ada di buat tabel dan dianalisis
secara deskriptif.
HASIL
SMP N 1 Gantiwarno adalah
salah satu sekolah menengah di
Kabupaten klaten yang terletak di
responden berjumlah 38 butir
kecamatan
gantiwarno
soal. Apabila nilai kesiapsiagaan
berbatasan
dengan
dari responden ≥80 maka tingkat
gunungkidul. Kecamatan Gantiwarno
kesiapsiagaan
sekolah
merupakan salah satu kecamatan
sangat
yang berada di klaten yang dilalui
siap. Hasil nilai kesiapsiagaan
jalur subduksi dan dilalui jalur
tersebut
siswa
dikategorikan
yang
kabupaten
4
tektonik yang rawan sekali terhadap
sumberdaya. Maka, berikut rincian
gempa bumi. Bencana gempabumi
hasil penelitian :
tektonik yang terjadi di Yogyakarta
a. Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII
pada pukul 05.55 WIB pada hari
sabtu wage tanggal 27 mei 2006
C
Kesiapsiagaan
siswa
dalam
yang mengakibatkan kerugian dan
menghadapi bencana gempabumi
kerusakan baik materi maupun non
didapat
materi yang menimpa warga jogja
kesiapsiagaan dengan parameter
dan
daerah
pengetahuan dan sikap, kebijakan
klaten merupakan daerah yang ikut
dan panduan, sistim peringatan
merasakan kerusakan dan kerugian
dini, rencana tanggap darurat,
akibat gempa tersebut salah satunya
mobilisasi
adalah
dihitung
sekitarnya.
Dimana
wilayah
gantiwarno.
melalui
sumberdaya
menggunakan
Terjadinya gempa tersebut wilayah
kesiapsiagaan.
gantiwarno
diperoleh
memiliki
kerusakan
kuesioner
Hasil
dengan
dan
indeks
analisis
persentase
infrastruktur bangunan, sarana dan
56,25% termasuk dalam kategori
prasarana sekolah, kerusakan jiwa
hampir siap. Hal ini dikarenakan
dan harta benda yang cukup berat.
banyaknya siswa yang mengikuti
Berikut peta administrasi kecamatan
ekstrakurikuler
gantiwarno
kesiapsiagaan dalam menghadapi
mengenai
bencana gempabumi (pelatihan
simulasi), banyaknya siswa yang
pernah mengikuti latihan simulasi
bencana baik di sekolah ataupun
luar sekolah sedangkan siswa
tidak mendapatkan buku panduan
Analisis kesiapsiagaan siswa
berdasarkan parameter pengetahuan
tentang
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi bencana gempabumi.
dan sikap, kebijakan dan panduan,
rencana
tanggap
peringatan
dini
darurat,
serta
sistim
mobilisasi
5
b. Kesiapsiagaan Siswa Kelas VIII
mobilisasi
dihitung
C
Kesiapsiagaan siswa dalam
sumberdaya
menggunakan
kesiapsiagaan.
Hasil
indeks
analisis
menghadapi bencana gempabumi
diperoleh
didapat
kuesioner
53,13% termasuk dalam kategori
kesiapsiagaan dengan parameter
kurang siap. Kesiapsiagaan kelas
pengetahuan dan sikap, kebijakan
IX ini lebih kurang dibandingkan
dan panduan, sistim peringatan
kesiapsiagaan siswa kelas VII dan
dini, rencana tanggap darurat,
kelas VIII yang hampir siap. Hal
mobilisasi
dan
ini dikarenakan sedikitnya siswa
indeks
yang pernah mengikuti pelatihan
dihitung
melalui
sumberdaya
menggunakan
kesiapsiagaan.
diperoleh
Hasil
dengan
analisis
persentase
dengan
dan
persentase
simulasi,
siswa
tidak
mendapatkan
buku
panduan
59,58% termasuk dalam kategori
tentang
hampir siap. Hal ini dikarenakan
menghadapi bencana gempabumi
banyaknya
siswa
serta
mengikuti
simulasi
kebencanaan
maupun
luar
baik
yang sudah
siswa
tidak
dalam
mengikuti
pelatihan
kegiatan ekstrakurikuler mengenai
sekolah
kesiapsiagaan dalam menghadapi
serta
bencana gempabumi (pelatihan
di
sekolah
banyaknya siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler
kesiapsiagaan
mengenai
kesiapsiagaan dalam menghadapi
simulasi).
d. Kesiapsiagaan Siswa SMP N 1
Gantiwarno
Hasil
bencana gempabumi.
c. Kesiapsiagaan Siswa Kelas IXC
siswa
skor
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi
Kesiapsiagaan siswa dalam
bencana gempabumi diperoleh
menghadapi bencana gempabumi
persentase 39, 53% termasuk
didapat
kuesioner
dalam kategori kurang siap.
kesiapsiagaan dengan parameter
Apabila hasil persentase tersebut
pengetahuan dan sikap, kebijakan
dihubungkan dengan RPP IPS
dan panduan, sistim peringatan
kelas VII/1 dengan kompetensi
dini, rencana tanggap darurat,
dasar
melalui
mendeskripsikan
6
keragaman bentuk muka bumi,
mencapai 36,66% rusak berat
proses
dan
dengan total 11 ruang meliputi
dampaknya terhadap kehidupan.
ruang kelas dan laboratorium,
Siswa mendapatkan materi dasar
30% rusak sedang dengan total 9
pembentukan
ruang meliputi 4 ruang kelas,
pembentukan
muka
bumi,
penyebab terjadinya gempabumi,
perpustakaan,
hingga akibat yang ditimbulkan
ruang pertemuan, ruang gudang
oleh gempabumi. Akan tetapi
serta ruang pramuka, 33,33%
bersamaan dengan materi yang
rusak ringan dengan total 10
didapatkan
mengenai
ruang yang meliputi 4 ruang
penyebab terjadinya gempabumi
kelas, ruang tu, ruang guru, ruang
hingga akibat yang ditimbulkan
kepala sekolah, ruang uks, masjid
oleh gempabumi tidak dibarengi
dan
dengan cara penyelamatan diri
hipotesis
saat
bencana
berbunyi tingkat kerusakan yang
Materi
ditimbulkan akibat gempabumi
tersebut hanya di dapatkan pada
jogja 27 mei tahun 2006 di SMP
saat siswa masih duduk di kelas
N 1 Gantiwarno kabupaten klaten
VII. Adanya korban siswa pada
mengalami
saat terjadi bencana gempabumi
berat,
terjadi
kurangnya
bangunan sekolah yang cukup
mengenai
berat mencapai 36,66% yang
siswa
terjadi
gempabumi(mitigasi).
karena
pengetahuan
siswa
ruang
lab.
Komputer,
osis.
yang
Sehingga
sebelumnya
kerusakan
terbukti.
cukup
Kerusakan
kesiapsiagaan yang di dapat di
mencakup
lingkungan sekolah maupun luar
kesehariannya digunakan sebagai
sekolah.
aktivitas
2 . Kerusakan Bangunan Sekolah
mengajar
ruang
kegiatan
kelas
belajar
berimbas
pada
kerusakan
lumpuhnya pembekajaran. Pada
sekolah yang didapat melalui
saat pemulihan bangunan sekolah
wawancara dengan pihak sekolah
pembelajaran
akibat gempabumi pada tanggal
lapangan
yang
terletak
27 mei tahun 2006 silam yang
dibelakang
sekolah
dengan
Tingkat
dilakukan
di
7
darurat
pertemuan, 1 ruang gudang serta
berlangsung selama ≤ 3 bulan
1 ruang pramuka. 10 ruang rusak
dan pulang lebih awal dari jam
ringan terdiri dari 4 ruang kelas,
yang
dari
1 ruang tu, 1 ruang guru, 1 ruang
tetapi
kepala sekolah, 1 masjid dan 1
tidak
ruang osis.
menggunakan
tenda
sudah
sekolah.
ditentukan
Akan
pembelajaran
tersebut
efektif karena lapangan tersebut
juga
digunakan
oleh
warga
sekitar sebagai tempat evakuasi
korban bencana.
KESIMPULAN
1. Tingkat
dalam
kesiapsiagaan
menghadapi
gempabumi
berada
siswa
bencana
pada
klasifikasi kurang siap dengan
nilai persentase 39,53%. Adapun
penyebarannya
tiap tingkatan
kelas yakni : kelas VII C dengan
nilai persentase 56,25 % hampir
siap, kelas VIII C dengan nilai
persentase 59,58 % hampir siap,
kelas IX dengan nilai persentase
53,13 % kurang siap.
2. Tingkat
kerusakan
bangunan
sekolah diperoleh 11 ruang rusak
berat terdiri dari 10 ruang kelas
dan 1 laboratorium ipa. 9 ruang
rusak sedang terdiri dari 4 ruang
kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
laboratorium komputer, 1 ruang
8
DAFTAR PUSTAKA
Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi Kerusakan Lingkungan Kebijakan Dan
Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik.Bandung. Bandung :
Alfabeta
Hidayati, Deni. 2008.
Jurnal kependudukan indonesia .Kesiapsiagaan
Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam Di Indonesia.
Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurjanah. 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
PB, Bakornas. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya
di Indonesia. Jakarta Pusat: Direktorat Mitigasi Lakhar Bakornas PB.
Pribadi, Krishna S, Engkon K Kertapati, Diah Kusumaastuti, Hamzah Latief,
Hendra Grandis, Imam A. Sadinun, Soebagiyo Soekarnen, Herman Aji
Wibowo, Retno Dewi, Ayu Krishna Juliawati, Novya Ekawati, Bayu
Novianto. 2008. Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga Bencana.
Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-Institut Teknologi Bandung.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Sabarno, Hari. 2003. Keptusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Dan Penanganan Pengungsi
di Daerah. Menteri Dalam Negeri RI : Jakarta
Sopaheluwakan Jan, Deny Hidayati, Haryadi Permana, Krisna Pribadi, Febrin
Ismail, Koen Mayers, Widayatun, Titik Handayani, Del Alfriadi Bustami,
Daliyo, Fitranita, Laila Nagib, Ngadi, Yugo Kumoro, Irana Rafliana, Teti
Argo, Deny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI
UNESCO.
Sudibyakto. 2000. Jurnal penelitian.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta:
Fakultas
Geografi
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widonartyas, Ardin. 2013. Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Gempabumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Skripsi,
Yogyakarta: UMS.