Pola Pemberian Obat Asma Bronkiale Di Kalangan Para Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.
ABSTRAK
POLA PEMBERIAN OBA T ASMA BRONKIALE
01 KALANGAN PARA OOKTER FAKUL T AS KEOOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANA THA DAN RUMAH SAKIT
IMMANUEL
: 1. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP.
: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
Andri Setiawan, 2003; Pembimbing I
Pembimbing II
Panduan terapi Asma Bronkiale telah dikeluarkan oleh Global Initiative
for Asthma (GINA) dan Perhimpunan Ookter Paru Indonesia (POPI).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah responden
mengetahui adanya panduan terapi Asma dan sumber informasinya, apakah
responden selalu mengikutinya, jenis obat yang sering diberikan serta untuk
mengetahui pola penggunaan Kortikosteroid.
Metode penelitian merupakan deskriptif sederhana yaitu studi kasus yang
mana sumber data menggunakan data primer (kuesioner) dan sekunder (buku,
jllrnal dan internet).
Hasil penelitian melipllti keadaan responden
yang mana 87,5 %
mengetahui adanya panduan terapi Asma, 46,94 % mengetahui GINA, 79,59 %
tidak selalu mengikutinya, 59,18 % tidak selalll mengikuti perkembangan terbaru,
50 % informasi terapi berasal dari seminar, 83,67 % tidak mengikuti panduan
tepat sarna, 70,73 % modifikasi terapi berdasarkan pemikiran dan pengalaman,
69,64 % paling sering memberikan obat bentuk tablet, 60,71 % memberikan
Salblltamol sebagai pelega, 69,64 % tidak selalu memberikan Kortikosteroid,
60,71 % Kortikosteroid yang paling sering diberikan berupa tablet oral, 26,77 %
memberi Kortikosteroid terhadap semua derajat Asma.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa sebagian besar responden telah
mengetahui adanya pedoman terapi Asma dan mengetahui informasinya dari
seminar. Meskiplill demikian, sebagian responden tidak selalu mengikutinya tepat
sarna, mereka melakukan modifikasi berdasarkan pemikiran dan pengalaman.
Sebagian besar responden memberikan obat bentuk tablet, yang paling sering
adalah Salbutamol. Kortikosteroid belum banyak digunakan oleh responden.
Penlliis menyarank:an agar responden lebih mengetahlli dan mengikuti
perkembangan terapi Asma Bronkiale. Selain itu, agar seminar mengenai Asma
Bronkiale lebih banyak diadakan lagi.
IV
ABSTRACT
THE PA ITERN OF MEDICA TlONS PRESCRIBED
FOR ASTHMA BRONCHIALE THERAPY BY DOCTORS
IN MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE
AND IMMANUEL HOSPITAL
Andri Setiawan, 2003; rt Tutor
2nd Tutor
: 1. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP.
: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
The guidelines for Asthma theraphy have been establish by Global
Initiaive for Asthma (GINA) and Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
The objectives of this study was to know about the guidelines for Asthma
therapy, to know their sources of information, to know whether they follow the
guidelines, to know the kind of drugs they often prescribed for Asthma therapy,
and also to know about the pattern of Corticosteroid usage.
The method of this study was a simple descriptive method with case study
observation technique using primary data (questionnaire) and secondary data
(books, journals and internet).
The result of this study were information about the respondents, which are
87.5% know about the guidelines for Asthma therapy, 46.97% know about GINA,
79.59% don't always follow the guidelines, 59.18% don't always follow the
newest progress about Asthma, 50% get the iriformation about Asthma therapy
from the seminars, 83.67% don't follow the guidelines exactly the same, 70.73%
do some modification
in Asthma therapy based on their logic and their
experiences,
69.64% prescribe
oral tablet most often, 60.71% prescribe
Salbutamol as a reliever drug, 69.64% don't always prescribe Corticosteroid,
60.71 % of the respondents who prescribe Corticosteroid most times prescribe it in
the form of oral tablet, and 26.77% prescribe Corticosteroid for any stage of
Asthma.
From this study, it was cone/uded that the most of respondents have
already known about the guidelines for asthma therapy and most of them get the
information from the seminars. Nevertheless,
some of the respondents don't
always follow the guidelines exactly the same. They usually do some modifications
of therapy based on their logic and their experiences. Most of them prescribed
medication in the form of oral tablet, and the most qften used medication is
Salbutamol. Corticosteroid is rarely used by the respondents.
The writer suggested that the respondents should know more and should
follow the newest progress of asthma therapy. Besides, the writer also suggested
that more seminars about asthma should be done.
v
DAFTAR ISI
JUOUL OALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
SURATPERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKA TA
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR LAMPIRAN
iv
v
vi
viii
x
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi MasaIah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis..
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.5. Metode Penelitian
1.6. Lokasi dan Waktu
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Oefinisi Asma Bronkiale
2.2. Prevalensi..
2.3. Klasifikasi
2.3.1. Klasifikasi Berdasarkan
2.3.2. Klasifikasi Berdasarkan
2.3.3. Klasifikasi Berdasarkan
2.4. Patogenesis
2.4.1. Hiperiritabilitas Saluran
1
1
2
...
2
2
2
3
4
4
Etiologi
Pola Waktu Serangan
Berat Penyakit
Napas Yang Tidak Spesifik
2.4.2. Inflamasi Saluran Napas ...
5
6
7
7
8
2.5. Patofisiologi .
2.6. Gejala Klinis.
2.7. Diagnosis
2.8. Diagnosis Banding
2.9. Komplikasi..
2.10. Obat-Obat Anti Asma
2.10.1. Obat Pelega ...
2.10.2. Obat Kontroler
2.11. Pengobatan Fannakologis Berdasarkan Anak Tangga
BAB III. Metode, Bahan Dan Cara Kerja
3.1. Metode Penelitian
3.2. Bahan
V111
8
9
9
10
11
11
13
16
... 19
19
3.3. Cara KeIja
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Biodata Responden
4.2. Pola Penatalaksanaan Asma Yang Diberikan Responden
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFT AR PUST AKA
RIW AYAT HIDUP
... 20
22
29
29
... 30
34
IX
DAFTAR
TABEL
TabeI2.1.
Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit
Tabel 4.1.1.
Jenis Kelamin
TabeI4.1.2.
Umur
TabeI4.1.3.
Profesi
TabeI4.1.4.
Lamanya Praktek
TabeI4.1.5.
Status Ikatan Kerja
Tabel 4.2.1.
Pengetahuan
responden
mengenm
adanya
panduan (guide line) terapi Asma.
TabeI4.2.2.
Jenis panduan terapi Asma yang diketahui responden.
TabeI4.2.3.
Frekuensi responden mengikuti
panduan terapi Asma.
TabeI4.2.4.
Frekuensi
mengikuti
responden
perkembangan
terbam mengenai pedoman terapi Asma.
TabeI4.2.5.
Sumber
responden
mendapatkan
informasi
ten tang
penatalaksanaan Asma.
TabeI4.2.6.
Responden
menggunakan
pedoman
sarna
dengan
yang
tertera dalam pedoman terapi Asma.
TabeI4.2.7.
Hal yang
mendasari
responden
menggunakan
panduan
terapi tidak sarna atau modifikasi sendiri.
Tabel4.2.8.
Bentuk obat yang paling sering diberikan oleh responden.
TabeI4.2.9.
Jenis obat yang paling
sering
diberikan
oleh
responden
sebagai pelega serangan Asma.
Tabel4.2.1O.
Frekuensi
responden
memberikan
Kortikosteroid
pada
penderita penyakit Asma.
TabeI4.2.11.
Bentuk
Kortikosteroid
mana
yang
paling
senng
responden berikan.
Tabel4.2.12.
Tingkat derajat Asma yang diberi kortioksteroid oleh responden.
x
DAFTAR LAMPmAN
Lembar kuesioner ...
......
31
Xl
BABI
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Asma mempakan penyakit yang menjadi masalah kompleks di berbagai
belahan dunia, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Meskipoo
perkembangan kedokteran khususnya di bidang penyakit pam maju pesat namun
hal ini belum cukup mampu mengendalikan permasalahan
penyakit Asma,
bahkan jumlah penderitanya dari taboo ke tahun semakin bertambah.
Asma dapat timbuI pada berbagai usia, dapat terjadi pada laki-Iaki mauplID
perempuan. Jika seseorang menderita Asma maka ia akan menghadapi beragam
permasalahan, muIai dari masalah klinis hingga masalah sosial.
Betapa rumitnya permasalahan
Asma ini maka para tenaga medis
khususnya para dokter dituntut untuk dapat memberikan penanganan yang terbaik
dalam hal penatalaksanaannya.
Maka dari itu bermunculan panduan-panduan
mengenai terapi Asma yang dikeluarkan oleh badan-badan kesehatan baik dalam
skala negara mauplm dunia. Panduan-panduan
itu antara lain panduan yang
dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) dan PerhimplIDan Dokter
Pam Indonesia (POPI). Pelaksanaan panduan tersebut berganttmg pada dokter
sebagai klinisi yang menangani Asma. Oengan memperhatikan semua aspek
dalam penanganan Asma baik dari segi penderita, tenaga medis, maupoo faktor
lingkungan maka penderita diharapkan akan mendapatkan kualitas hidup yang
setara dengan orang normal.
1.2. Identifikasi Masalah
I. Apakab para dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
dan Rumah Sakit Immanuel (responden) mengetahui adanya panduan terapi
Asma serta dari mana sumber informasinya?
2. Apakah para responden selalu mengikuti panduan terapi Asma?
1
2
3. Jenis obat manakah yang sering diberikan responden kepada penderita Asma?
4. Bagaimanakah pola penggunaan kortikosteroid yang diberikan responden pada
penderita Asma?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian
obat Asma di kalangan para dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis
Memberi informasi mengenai pola pemberian obat Asma sehingga
para
dokter di Fakultas Kedokteran Univesitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit
lmmanuellebih mengetahui dan mengembangkan pengetahuannya.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Memberi
gambaran
akan
pentingnya
mengembangkan
pengetahuan
mengenai penatalaksanaan Asma bagi para klinisi.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif sederbana
dengan teknik penelitian yaitu studi kasus dan sumber data menggtmakan data
primer bempa basil kuesioner terhadap para dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel, serta data sekunder
berasal dari buku, jumal dan internet.
3
1.6. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel pada bulan Maret sampai dengan
Nopember 2003.
BABV
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebagian
besar
penatalaksanaan
responden
telah
mengetahui
tentang
pedoman
Asma yang baku seperti yang dikeluarkan
oleh
GINA. Pengetahuan ini umumnya diperoleh dari seminar.
2. Meskipun
pedoman
demikian,
tersebut
sebagian responden
secara
sarna. mereka
tidak selalu mengikuti
melakukan
modifikasi
berdasarkan pemikiran dan pengalarnan dalarn praktek.
3. Sebagian besar responden masih menggunakan bentuk obat tablet
lmtuk para pasiennya, yang mana jenis obat yang paling sering
diberikan adalah Salbutarnol.
4. Penggunaan Kortikosteroid sebagai terapi pengontrol Asma ternyata
belum banyak digunakan oleh responden.
5.2. Saran
1. Agar di masa yang akan datang para dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel lebih
mengetahui
dan mengikuti
perkembangan
terapi penyakit
Asma
Bronkiale.
2. Agar seminar mengenai Asma Bronkiale lebih banyak diadakan lagi
terutarna di lingkungan
Fakultas Kedokteran
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.
29
Universitas
Kristen
DAFTAR PUSTAKA
Arini Setiawati. 2000. Adrenergik. Obat Otonom. Farmakologi dan Terapi. Edisi
ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. 74.
Hem Sundam. 2001. Asma Bronkiale. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 21-32.
Me. Fadden, Jr., E.R.1992. Asthma. Disorder of RespiratOIY System. Harrison s
Principles of Internal Medicine. 15th00. New York: McGraw Hill inc. 1047-1053.
Rita Rogayah. 2002. Terapi Inhalasi. Jurnal Respirologi
Indonesia,
Global Initiative for Asthma (GINA). Guidelines
http://www.nh1bi.nih.gov/guidelines/asthma!asthgdln.htm
of
2 (22): 54-56.
Asthma.
2003.
Global Initiative for Asthma (GINA). Asthma. 2003. http://www. Ginasthma.eom
Perhimpunan Dokter Pam Indonesia (PDPI). Penatalaksanaan
www.klikpdpi.eomlwarta-org-V-kegiatan.hoo/
Perhimpunan Dokter Pam Indonesia
http://www.fiesto.eomlw j)dpi.html
30
(PDPI).
Asma
Asma. 2003.
Bronkiale.
2003.
POLA PEMBERIAN OBA T ASMA BRONKIALE
01 KALANGAN PARA OOKTER FAKUL T AS KEOOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANA THA DAN RUMAH SAKIT
IMMANUEL
: 1. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP.
: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
Andri Setiawan, 2003; Pembimbing I
Pembimbing II
Panduan terapi Asma Bronkiale telah dikeluarkan oleh Global Initiative
for Asthma (GINA) dan Perhimpunan Ookter Paru Indonesia (POPI).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah responden
mengetahui adanya panduan terapi Asma dan sumber informasinya, apakah
responden selalu mengikutinya, jenis obat yang sering diberikan serta untuk
mengetahui pola penggunaan Kortikosteroid.
Metode penelitian merupakan deskriptif sederhana yaitu studi kasus yang
mana sumber data menggunakan data primer (kuesioner) dan sekunder (buku,
jllrnal dan internet).
Hasil penelitian melipllti keadaan responden
yang mana 87,5 %
mengetahui adanya panduan terapi Asma, 46,94 % mengetahui GINA, 79,59 %
tidak selalu mengikutinya, 59,18 % tidak selalll mengikuti perkembangan terbaru,
50 % informasi terapi berasal dari seminar, 83,67 % tidak mengikuti panduan
tepat sarna, 70,73 % modifikasi terapi berdasarkan pemikiran dan pengalaman,
69,64 % paling sering memberikan obat bentuk tablet, 60,71 % memberikan
Salblltamol sebagai pelega, 69,64 % tidak selalu memberikan Kortikosteroid,
60,71 % Kortikosteroid yang paling sering diberikan berupa tablet oral, 26,77 %
memberi Kortikosteroid terhadap semua derajat Asma.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa sebagian besar responden telah
mengetahui adanya pedoman terapi Asma dan mengetahui informasinya dari
seminar. Meskiplill demikian, sebagian responden tidak selalu mengikutinya tepat
sarna, mereka melakukan modifikasi berdasarkan pemikiran dan pengalaman.
Sebagian besar responden memberikan obat bentuk tablet, yang paling sering
adalah Salbutamol. Kortikosteroid belum banyak digunakan oleh responden.
Penlliis menyarank:an agar responden lebih mengetahlli dan mengikuti
perkembangan terapi Asma Bronkiale. Selain itu, agar seminar mengenai Asma
Bronkiale lebih banyak diadakan lagi.
IV
ABSTRACT
THE PA ITERN OF MEDICA TlONS PRESCRIBED
FOR ASTHMA BRONCHIALE THERAPY BY DOCTORS
IN MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE
AND IMMANUEL HOSPITAL
Andri Setiawan, 2003; rt Tutor
2nd Tutor
: 1. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP.
: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
The guidelines for Asthma theraphy have been establish by Global
Initiaive for Asthma (GINA) and Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
The objectives of this study was to know about the guidelines for Asthma
therapy, to know their sources of information, to know whether they follow the
guidelines, to know the kind of drugs they often prescribed for Asthma therapy,
and also to know about the pattern of Corticosteroid usage.
The method of this study was a simple descriptive method with case study
observation technique using primary data (questionnaire) and secondary data
(books, journals and internet).
The result of this study were information about the respondents, which are
87.5% know about the guidelines for Asthma therapy, 46.97% know about GINA,
79.59% don't always follow the guidelines, 59.18% don't always follow the
newest progress about Asthma, 50% get the iriformation about Asthma therapy
from the seminars, 83.67% don't follow the guidelines exactly the same, 70.73%
do some modification
in Asthma therapy based on their logic and their
experiences,
69.64% prescribe
oral tablet most often, 60.71% prescribe
Salbutamol as a reliever drug, 69.64% don't always prescribe Corticosteroid,
60.71 % of the respondents who prescribe Corticosteroid most times prescribe it in
the form of oral tablet, and 26.77% prescribe Corticosteroid for any stage of
Asthma.
From this study, it was cone/uded that the most of respondents have
already known about the guidelines for asthma therapy and most of them get the
information from the seminars. Nevertheless,
some of the respondents don't
always follow the guidelines exactly the same. They usually do some modifications
of therapy based on their logic and their experiences. Most of them prescribed
medication in the form of oral tablet, and the most qften used medication is
Salbutamol. Corticosteroid is rarely used by the respondents.
The writer suggested that the respondents should know more and should
follow the newest progress of asthma therapy. Besides, the writer also suggested
that more seminars about asthma should be done.
v
DAFTAR ISI
JUOUL OALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
SURATPERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKA TA
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR LAMPIRAN
iv
v
vi
viii
x
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi MasaIah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis..
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.5. Metode Penelitian
1.6. Lokasi dan Waktu
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Oefinisi Asma Bronkiale
2.2. Prevalensi..
2.3. Klasifikasi
2.3.1. Klasifikasi Berdasarkan
2.3.2. Klasifikasi Berdasarkan
2.3.3. Klasifikasi Berdasarkan
2.4. Patogenesis
2.4.1. Hiperiritabilitas Saluran
1
1
2
...
2
2
2
3
4
4
Etiologi
Pola Waktu Serangan
Berat Penyakit
Napas Yang Tidak Spesifik
2.4.2. Inflamasi Saluran Napas ...
5
6
7
7
8
2.5. Patofisiologi .
2.6. Gejala Klinis.
2.7. Diagnosis
2.8. Diagnosis Banding
2.9. Komplikasi..
2.10. Obat-Obat Anti Asma
2.10.1. Obat Pelega ...
2.10.2. Obat Kontroler
2.11. Pengobatan Fannakologis Berdasarkan Anak Tangga
BAB III. Metode, Bahan Dan Cara Kerja
3.1. Metode Penelitian
3.2. Bahan
V111
8
9
9
10
11
11
13
16
... 19
19
3.3. Cara KeIja
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Biodata Responden
4.2. Pola Penatalaksanaan Asma Yang Diberikan Responden
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFT AR PUST AKA
RIW AYAT HIDUP
... 20
22
29
29
... 30
34
IX
DAFTAR
TABEL
TabeI2.1.
Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit
Tabel 4.1.1.
Jenis Kelamin
TabeI4.1.2.
Umur
TabeI4.1.3.
Profesi
TabeI4.1.4.
Lamanya Praktek
TabeI4.1.5.
Status Ikatan Kerja
Tabel 4.2.1.
Pengetahuan
responden
mengenm
adanya
panduan (guide line) terapi Asma.
TabeI4.2.2.
Jenis panduan terapi Asma yang diketahui responden.
TabeI4.2.3.
Frekuensi responden mengikuti
panduan terapi Asma.
TabeI4.2.4.
Frekuensi
mengikuti
responden
perkembangan
terbam mengenai pedoman terapi Asma.
TabeI4.2.5.
Sumber
responden
mendapatkan
informasi
ten tang
penatalaksanaan Asma.
TabeI4.2.6.
Responden
menggunakan
pedoman
sarna
dengan
yang
tertera dalam pedoman terapi Asma.
TabeI4.2.7.
Hal yang
mendasari
responden
menggunakan
panduan
terapi tidak sarna atau modifikasi sendiri.
Tabel4.2.8.
Bentuk obat yang paling sering diberikan oleh responden.
TabeI4.2.9.
Jenis obat yang paling
sering
diberikan
oleh
responden
sebagai pelega serangan Asma.
Tabel4.2.1O.
Frekuensi
responden
memberikan
Kortikosteroid
pada
penderita penyakit Asma.
TabeI4.2.11.
Bentuk
Kortikosteroid
mana
yang
paling
senng
responden berikan.
Tabel4.2.12.
Tingkat derajat Asma yang diberi kortioksteroid oleh responden.
x
DAFTAR LAMPmAN
Lembar kuesioner ...
......
31
Xl
BABI
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Asma mempakan penyakit yang menjadi masalah kompleks di berbagai
belahan dunia, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Meskipoo
perkembangan kedokteran khususnya di bidang penyakit pam maju pesat namun
hal ini belum cukup mampu mengendalikan permasalahan
penyakit Asma,
bahkan jumlah penderitanya dari taboo ke tahun semakin bertambah.
Asma dapat timbuI pada berbagai usia, dapat terjadi pada laki-Iaki mauplID
perempuan. Jika seseorang menderita Asma maka ia akan menghadapi beragam
permasalahan, muIai dari masalah klinis hingga masalah sosial.
Betapa rumitnya permasalahan
Asma ini maka para tenaga medis
khususnya para dokter dituntut untuk dapat memberikan penanganan yang terbaik
dalam hal penatalaksanaannya.
Maka dari itu bermunculan panduan-panduan
mengenai terapi Asma yang dikeluarkan oleh badan-badan kesehatan baik dalam
skala negara mauplm dunia. Panduan-panduan
itu antara lain panduan yang
dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) dan PerhimplIDan Dokter
Pam Indonesia (POPI). Pelaksanaan panduan tersebut berganttmg pada dokter
sebagai klinisi yang menangani Asma. Oengan memperhatikan semua aspek
dalam penanganan Asma baik dari segi penderita, tenaga medis, maupoo faktor
lingkungan maka penderita diharapkan akan mendapatkan kualitas hidup yang
setara dengan orang normal.
1.2. Identifikasi Masalah
I. Apakab para dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
dan Rumah Sakit Immanuel (responden) mengetahui adanya panduan terapi
Asma serta dari mana sumber informasinya?
2. Apakah para responden selalu mengikuti panduan terapi Asma?
1
2
3. Jenis obat manakah yang sering diberikan responden kepada penderita Asma?
4. Bagaimanakah pola penggunaan kortikosteroid yang diberikan responden pada
penderita Asma?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian
obat Asma di kalangan para dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Akademis
Memberi informasi mengenai pola pemberian obat Asma sehingga
para
dokter di Fakultas Kedokteran Univesitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit
lmmanuellebih mengetahui dan mengembangkan pengetahuannya.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Memberi
gambaran
akan
pentingnya
mengembangkan
pengetahuan
mengenai penatalaksanaan Asma bagi para klinisi.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif sederbana
dengan teknik penelitian yaitu studi kasus dan sumber data menggtmakan data
primer bempa basil kuesioner terhadap para dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel, serta data sekunder
berasal dari buku, jumal dan internet.
3
1.6. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel pada bulan Maret sampai dengan
Nopember 2003.
BABV
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebagian
besar
penatalaksanaan
responden
telah
mengetahui
tentang
pedoman
Asma yang baku seperti yang dikeluarkan
oleh
GINA. Pengetahuan ini umumnya diperoleh dari seminar.
2. Meskipun
pedoman
demikian,
tersebut
sebagian responden
secara
sarna. mereka
tidak selalu mengikuti
melakukan
modifikasi
berdasarkan pemikiran dan pengalarnan dalarn praktek.
3. Sebagian besar responden masih menggunakan bentuk obat tablet
lmtuk para pasiennya, yang mana jenis obat yang paling sering
diberikan adalah Salbutarnol.
4. Penggunaan Kortikosteroid sebagai terapi pengontrol Asma ternyata
belum banyak digunakan oleh responden.
5.2. Saran
1. Agar di masa yang akan datang para dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel lebih
mengetahui
dan mengikuti
perkembangan
terapi penyakit
Asma
Bronkiale.
2. Agar seminar mengenai Asma Bronkiale lebih banyak diadakan lagi
terutarna di lingkungan
Fakultas Kedokteran
Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.
29
Universitas
Kristen
DAFTAR PUSTAKA
Arini Setiawati. 2000. Adrenergik. Obat Otonom. Farmakologi dan Terapi. Edisi
ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. 74.
Hem Sundam. 2001. Asma Bronkiale. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 21-32.
Me. Fadden, Jr., E.R.1992. Asthma. Disorder of RespiratOIY System. Harrison s
Principles of Internal Medicine. 15th00. New York: McGraw Hill inc. 1047-1053.
Rita Rogayah. 2002. Terapi Inhalasi. Jurnal Respirologi
Indonesia,
Global Initiative for Asthma (GINA). Guidelines
http://www.nh1bi.nih.gov/guidelines/asthma!asthgdln.htm
of
2 (22): 54-56.
Asthma.
2003.
Global Initiative for Asthma (GINA). Asthma. 2003. http://www. Ginasthma.eom
Perhimpunan Dokter Pam Indonesia (PDPI). Penatalaksanaan
www.klikpdpi.eomlwarta-org-V-kegiatan.hoo/
Perhimpunan Dokter Pam Indonesia
http://www.fiesto.eomlw j)dpi.html
30
(PDPI).
Asma
Asma. 2003.
Bronkiale.
2003.