Evaluasi Tarif Angkotan Kota Dengan Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Trayek Sarijadi-Ciroyom Di Kota Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranataha, melalui surat No.912/TA/FTS/UKM/III/2005 tanggal 17 Februari 2005, dengan ini saya selaku Pembimbing Tugas Akhir memberikan tugas kepada :

Nama : David Hasibuan

NRP : 9921100

untuk membuat Tugas Akhir dengan judul :

EVALUASI TARIF ANGKUTAN KOTA DENGAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) PADA TRAYEK SARIJADI – CIROYOM DI KOTA BANDUNG Pokok-pokok pembahasan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka.

3. Metodologi Pemecahan Masalah. 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data. 5. Analisis Data.

6. Kesimpulan dan Saran.

Hal-hal lain yang dianggap perlu dapat disertakan untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini.

Bandung, Maret 2005

Prof. Ir. Bambang Ismanto S., M.Sc., Ph.D Pembimbing


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini, selaku Pembimbing Tugas Akhir dari : Nama : David Hasibuan

NRP : 9921100

Menyatakan bahwa Tugas Akhir dari Mahasiswa diatas dengan judul :

EVALUASI TARIF ANGKUTAN KOTA DENGAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) PADA TRAYEK SARIJADI-CIROYOM DI KOTA BANDUNG

dinyatakan selesai dan dapat diajukan pada Ujian Sidang Tugas Akhir (USTA)

Bandung, Januari 2006

Prof. Ir. Bambang Ismanto S., M.Sc., Ph.D Pembimbing


(3)

EVALUASI TARIF ANGKUTAN KOTA DENGAN

ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY(WTP) PADA TRAYEK SARIJADI-CIROYOM DI KOTA BANDUNG

THE EVALUATION OF PUBLIC TRANSPORT FARE

USING ABILITY TO PAY (ATP) AND WILLINGNESS TO PAY (WTP) ANALYSIS ON SARIJADI-CIROYOM ROUTE IN BANDUNG CITY

David Hasibuan NRP : 9921100

Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S., M.Sc., Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ABSTRAK

Suatu persoalan mendasar yang dihadapi menyangkut pelayanan angkutan kota di Bandung adalah belum dipatuhinya oleh pengemudi ketentuan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Tarif angkutan kota yang ditetapkan oleh Pemda bertujuan untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan angkutan kota, tapi dipandang oleh pengemudi belum mampu menutup biaya operasional dan keuntungan yang layak, sehingga pengemudi menaikkan tarif secara sepihak melebihi tarif yang ditetapkan Pemda. Di sisi lain, pemakai jasa merasa keberatan atas tarif yang dikenakan, yang dirasakan terlalu tinggi dan kurang terjangkau daya belinya.

Dari hasil survei terhadap angkutan kota trayek Sarijadi-Ciroyom, berdasarkan pendekatan biaya operasional kendaraan, kemampuan daya beli (ATP) serta persepsi (WTP) masyarakat, diketahui bahwa ATP dominan responden berada pada interval 0–Rp 300 per kilometer, WTP dominan responden berada pada interval Rp 101–Rp 200 per kilometer, dan tarif resmi yang berlaku yakni Rp1700,00 dari Sarijadi menuju Ciroyom (Rp161,90 per kilometer) dirasakan telah dapat menutup biaya operasional dan memberikan keuntungan yang layak bagi pengemudi.

Kata kunci : angkutan kota (angkot), tarif, Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), Biaya Operasional Kendaraan (BOK)


(4)

iv Universitas Kristen Maranatha

PRAKATA

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya pada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini yang berjudul EVALUASI TARIF ANGKUTAN KOTA DENGAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) PADA TRAYEK SARIJADI – CIROYOM DI KOTA BANDUNG. Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha,Bandung.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna serta masih sederhana sifatnya, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan penulis. Penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat memperbaikinya di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Ir. Bambang Ismanto S., M.Sc., Ph.D, selaku Pembimbing Tugas Akhir penulis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

2. Ir. Santoso U. Gunawan.,M.Sc, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.

3. Ir. Silvia Sukirman, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.


(5)

v Universitas Kristen Maranatha 4. Tan Lie Ing., ST., MT, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak

masukan.

5. Ir. Swadirius Suhendi, selaku dosen wali penulis yang telah membantu dan membimbing selama kuliah di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 6. Hanny Juliany D., ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil yang telah

membantu dalam penyelenggaraan Tugas Akhir ini.

7. Ir. Rini I. Rusandi, selaku Koordinator Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

8. Staf Pengajar, Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

9. Mama dan Papa tercinta, Inanguda dan Bapauda, Amangboru Saragi, Lae dan Ibotoku Mama Julia, adikku Arianto, adikku Dewi Margareta, bereku Julia dan Novita, terimakasih atas dukungan doa dan semangat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

10. Elsi Patu Sibilang., SE, seseorang yang selama ini banyak membantu penulis dalam perkuliahan maupun penyusunan Tugas Akhir ini. You know my heart. 10. Dommy, Tri Aditya, Reynold, Sandro, Andro Maruli, Alpon, Johnadi, Putra,

Chris, Ronald, Wildianto,dan semua teman-teman Angkatan 1999.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis sendiri tetapi juga bagi mahasiswa lainnya dan dunia pendidikan, khususnya bidang Teknik Sipil.

Bandung, Januari 2006


(6)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ………....i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ………..ii

ABSTRAK ………iii

PRAKATA ………...iv

DAFTAR ISI ……….vi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ……….x

DAFTAR GAMBAR ………....xi

DAFTAR TABEL ………..xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..1

1.2 Identifikasi Masalah ………..3

1.3 Tujuan Penelitian ………..4

1.4 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ………4

1.5 Sistematika Penulisan ………...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ……….. 7

2.2 Sistem Pentarifan Angkutan Umum ……… 8

2.3 Ability To Pay (ATP) ………. 11

2.4 Willingness To Pay (WTP) ……… 13

2.5 Pengumpulan Data ………. 13

2.6 Metode Pengambilan Sampel ……….14


(7)

vii Universitas Kristen Maranatha

2.6.2 Target Sampel ………14

2.7 Penentuan Besar Sampel ………...15

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pendahuluan……….16

3.2 Rencana Kerja ……….………....17

3.2.1 Faktor-Faktor Dalam Menentukan ATP dan WTP Angkutan Kota ..18

3.2.2 Definisi Variabel ……… 19

3.3 Metode Yang Digunakan ………20

3.3.1 Metode Alokasi Anggaran ……….21

3.3.2 Metode Persepsi ….……..………..21

3.4 Tarif Resmi ……….22

3.5 Pengumpulan Data ...……….22

3.5.1 Pengambilan Data ………..23

3.5.2 Pembuatan Kuesioner ………23

3.5.3 Prosedur Sampling ……….25

3.6 Uji Hipotesis ………26

3.6.1 Uji Hipotesis Dua Sisi ………....26

3.6.2 Prosedur Pengujian Hipotesis ………27

3.7 Interval Taksiran ……….29

3.8 Analisis Kebijaksanaan Penetapan Tarif ……….29

3.9 Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) ………...32

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tujuan ... ……….37


(8)

viii Universitas Kristen Maranatha

4.2.1 Karakteristik Angkutan Kota Sarijadi-Ciroyom ...…………..38

4.2.2 Kondisi Sosial ……….38

4.2.3 Kondisi Ekonomi……….39

4.3 Jumlah Sampel ……….39

4.4 Survey Utama ………...40

4.4.1 Tujuan dan Sasaran ………40

4.4.2 Ruang Lingkup ………41

4.4.3 Metode Pengumpulan Data ……….41

4.4.4 Waktu Pelaksanaan Survey ……….42

4.5 Kompilasi ……….42

4.6 Pengolahan Data ………...45

4.6.1 Perhitungan WTP ………44

A. Uji Distribusi WTP ………46

B. Tabel Distribusi Frekuensi WTP Responden ……….47

C. Grafik Prosentase Kumulatif Total WTP Responden ……48

4.6.2 Perhitungan ATP ……….49

A. Tabel Distribusi Frekuensi ATP Responden ………..52

A.1 ATP Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………...52

A.2 ATP Umum ...54

B. Grafik Prosentase Kumulatif Total ATP Responden ...56

B.1 ATP Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...56

B.2 ATP Umum ...58

4.6.3 Perhitungan ATP Berdasarkan Pengeluaran Riil ………60


(9)

ix Universitas Kristen Maranatha

B. Grafik Prosentase Kumulatif Total Pengeluaran Riil ...62

4.6.4 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)………….63

BAB 5 ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Pengguna Angkutan Kota ………...71

5.2 Aksesibilitas ……….72

5.3 Evaluasi WTP Responden ..………..74

5.4 Evaluasi ATP Responden…...………...74

5.4.1 ATP Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………..74

5.4.2 ATP Umum ……….75

5.4.3 Pengeluaran Riil ...……….76

5.5 Evaluasi Tarif ………...77

5.5.1 Evaluasi Tarif Berdasarkan Jenis Pekerjaan………77

5.5.2 Evaluasi Tarif Terhadap ATP Umum ……….79

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... ………..81

6.2 Saran ………84

DAFTAR PUSTAKA .….………86


(10)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

ATPr : ATP berdasarkan jenis pekerjaan , Rp/bulan. ATPu : ATP umum.

b : Standard error atau daerah kekeliruan. C : Alokasi biaya berdasarkan kepentingan. DLLAJR : Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. HA : Hipotesis alternatif.

Ho : Hipotesis nol.

I : Jumlah total penghasilan keluarga , Rp. It : Penghasilan total keluarga (Rp/bulan). Ix : Tingkat penghasilan responden , Rp/bulan. Kobutri : Koperasi Buruh dan Tenaga Kerja Indonesia N : Jumlah sampel minimum.

Organda : Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan Pp : Prosentase anggaran untuk transportasi per bulan .

Pt : Prosentase alokasi biaya transportasi untuk angkutan kota. Tr : Total panjang perjalanan responden per bulan, (Km/bulan). Tt : Total panjang perjalanan keluarga per bulan , Km .

X : Rata-rata sampel.

α : 1 – tingkat konfidensi.

γ

: Tingkat kepercayaan.

σ : Standar deviasi.


(11)

xi Universitas Kristen Maranatha

σx : Kesalahan standar rata-rata.

χ : Rata - rata x per kilometer sampel.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tarif dengan Jarak berdasarkan Tarif Seragam...8

Gambar 2.2 Hubungan Tarif dengan Jarak berdasarkan Tarif Berdasarkan Jarak ...9

Gambar 2.3 Hubungan Tarif dengan Jarak berdasarkan Tarif Berdasarkan Zona ...10

Gambar 3.1 Bagan Alir Rencana Kerja ...17

Gambar 3.2 Bagan Alir Pengumpulan Data ...18

Gambar 3.3 Bagan Alir Penentuan ATP dan WTP Angkutan Kota ...20

Gambar 3.4 Bagan Alir Penentuan Pengambilan Data Hingga Analisis ...23

Gambar 3.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho...28

Gambar 3.6 Hubungan ATP dan WTP ...31

Gambar 4.1 Prosentase Responden berdasarkan Status Dalam Keluarga ...42

Gambar 4.2 Prosentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...43

Gambar 4.3 Prosentase Responden berdasarkan Pendidikan ...43

Gambar 4.4 Prosentase Responden berdasarkan Pekerjaan ...43

Gambar 4.5 Prosentase Responden berdasarkan Maksud Perjalanan ...44

Gambar 4.6 Prosentase Responden berdasarkan Tempat Tujuan ...44

Gambar 4.7 Prosentase Responden berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Angkutan Kota ...44


(12)

xii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.8 Prosentase Responden berdasarkan Kemudahan Ke Tujuan Dengan Menggunakan Angkutan Kota ...45 Gambar 4.9 Prosentase Kumulatif Total WTP Responden...48 Gambar 4.10 Penentuan Alokasi Budget Transportasi dari Budget Total Keluarga

...50 Gambar 4.11 Prosentase Kumulatif Total Responden pada ATP Tertentu

Berdasarkan Jenis Pekerjaan dengan alokasi 5% dari anggaran transportasi ...56 Gambar 4.12 Prosentase Kumulatif Total Responden pada ATP Tertentu

Berdasarkan Jenis Pekerjaan dengan alokasi 20% dari anggaran transportasi ...57 Gambar 4.13 Prosentase Kumulatif Total ATP Umum alokasi 5% dari anggaran

transportasi ...58 Gambar 4.14 Prosentase Kumulatif Total ATP Umum alokasi 20% dari anggaran

transportasi ...59 Gambar 4.15 Prosentase Kumulatif Total Responden berdasarkan Pengeluaran

Riil ... ...62 Gambar 4.16 Prosentase Kumulatif Responden berdasarkan WTP, ATP Jenis

Pekerjaan, Pengeluaran Riil, BOK, dan Tarif Resmi ...66 Gambar 4.17 Perbesaran Gambar 4.16 untuk skala Biaya per Satuan Panjang 0-500 ...67 Gambar 4.18 Prosentase Kumulatif Responden berdasarkan WTP, ATP Umum,


(13)

xiii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.19 Perbesaran Gambar 4.18 untuk skala Biaya per Satuan Panjang

0-500 ...69

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Faktor Penentu ATP dan WTP ...18

Tabel 3.2 Mekanisme Pengumpulan Data dan Fungsi Data ...25

Tabel 3.3 Prosedur Sampling ...25

Tabel 4.1 Jenis Kendaraan Angkutan Kota Trayek Sarijadi – Ciroyom ...38

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Total WTP Responden ...47

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Total ATP Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dengan Alokasi 5% Dari Anggaran Transportasi ...52

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Total ATP Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dengan Alokasi 20 % Dari Anggaran Transportasi ...53

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Total ATP Umum Dengan Alokasi 5% Dari Anggaran Transportasi ...54

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Total ATP Umum Dengan Alokasi 20% Dari Anggaran Transportasi ...55

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Total Pengeluaran Riil Responden ...61

Tabel 4.9 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) ...64


(14)

xiv Universitas Kristen Maranatha


(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan

akan jasa transportasi ini akan dilayani dengan tiga jenis moda yaitu darat, air dan

udara. Untuk moda yang memberikan pelayanan jasa transportasi melalui jalan

darat dikenal seperti mobil pribadi, sepeda motor, bus antar kota, bus kota,

angkutan kota (Angkot), taksi, kereta api, dan lain-lain. (7)


(16)

2

Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi dalam suatu

wilayah mengakibatkan tingginya aktivitas masyarakat dalam melakukan

pergerakan, hal ini menyebabkan tuntutan terhadap jasa transportasi juga

meningkat. Kota Bandung sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat saat ini juga

mengalami tuntutan akan jasa transportasi. Presentasi jumlah angkot yang

mencapai 90 % dari total angkutan umum yang ada menunjukkan tingginya

kebutuhan masyarakat Bandung akan sarana angkutan umum ini. Pelayanan

trayek dari angkot ini telah menjangkau hampir seluruh pusat-pusat kegiatan

seperti pendidikan, bisnis, hiburan, dan perkantoran.

Besarnya kebutuhan masyarakat akan sarana angkot ini ternyata juga

banyak menimbulkan permasalahan. Salah satu permasalahan mendasar yang

sering dihadapi ialah belum dipatuhinya oleh pengemudi akan ketentuan tarif

resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda).

Untuk kelangsungan operasional dan perkembangan dari angkutan kota

ini, tarif sebagai imbalan atas jasa yang diterima pengemudi harus menutupi

seluruh biaya operasional kendaraan (BOK) dan memberikan keuntungan yang

layak.

Naiknya harga BBM yang mencapai 50% dan harga suku cadang yang

mencapai 100% lebih menjadi alasan utama bagi para pengemudi menuntut akan

adanya perubahan tarif. Akan tetapi tarif resmi yang telah diperbaharui oleh

Pemda dipandang pengemudi belum memenuhi hal-hal di atas.

Akibatnya banyak pelanggaran tarif yang dilakukan oleh pengemudi

terhadap pengguna jasa angkot (Penumpang). Sebaliknya bagi para penumpang,

tarif yang ada sekarang dipandang cenderung berpihak pada pengemudi angkot.


(17)

3

Tarif yang dikenakan sekarang dirasakan terlalu tinggi dan kurang terjangkau dari

kemampuan daya belinya. Akibatnya, banyak terjadi pertengkaran yang timbul

antara pengemudi dan penumpang.

Oleh karena sebagian penduduk Bandung bersifat captive terhadap

angkutan umum, maka sebaiknya dalam menentukan tarif Pemerintah Daerah

diharapkan disamping memperhatikan kepentingan pengemudi hendaknya juga

harus memperhatikan kepentingan pengguna jasa angkot karena kebijaksanaan ini

akan lebih mengena sesuai dengan salah satu tujuan dari pengadaan angkutan

umum yaitu memberikan kesempatan perjalanan yang lebih besar kepada

masyarakat kurang mampu.

Perumusan biaya tarif angkutan kota di samping memperhatikan biaya

operasional kendaraan dan keuntungan yang layak hendaknya juga

memperhatikan daya beli atau kemampuan membayar dari pengguna jasa, di

mana kemampuan tersebut dapat merupakan kemampuan berdasarkan persepsi

pengguna (Willingness To Pay) maupun kemampuan secara rasional yaitu

proporsi alokasi budget untuk transportasi yang dianggap ideal (Ability To Pay).

Dalam menjawab pertanyaan ini, perlu dilakukan pendataan terlebih dahulu

terhadap indikator-indikator yang menjadi tolak ukur terhadap daya beli

masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Mengingat masyarakat Kota Bandung yang sebagian besar adalah pengguna

jasa angkutan kota, maka penentuan tarif resmi oleh Pemda harus dapat

memperhatikan kepentingan pengemudi dan pengguna jasa.


(18)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian diadakan untuk mengetahui bagaimana posisi tarif yang berlaku

pada saat ini terhadap tarif yang semestinya berlaku, berdasarkan biaya

operasional kendaraan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap jasa

angkutan kota, baik kemampuan berdasarkan persepsi (Willingness To pay)

maupun berdasarkan alokasi pendapatan untuk transportasi yang dianggap ideal

(Ability To Pay).

Studi ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah

Kotamadya Bandung dalam menentukan tarif resmi angkutan kota.

1.4 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Ruang lingkup dan pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Trayek angkutan kota yang ditinjau adalah angkutan kota trayek

Sarijadi-Ciroyom.

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan pendapat responden atau

keluarga (household budget method) dan pola perjalanan untuk

menentukan ATP dan WTP.

3. Masyarakat yang disurvei adalah rumah tangga yang terwakili

sebagai pengguna jasa yang dominan menggunakan angkutan kota

yang berada pada lokasi trayek Sarijadi-Ciroyom dan penumpang

angkutan kota Sarijadi-Ciroyom.


(19)

5

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut :

BAB-1 PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang informasi keseluruhan penelitian, yang meliputi

latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, ruang

lingkup dan pembatasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB-2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang dasar teori dalam melakukan studi masalah ini, serta

beberapa definisi dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB-3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Dalam bab ini diuraikan mengenai rencana kerja, di mana diuraikan mengenai

metode pengumpulan data yang dipergunakan, prosedur pengolahan data yang

diperoleh, lokasi dan waktu survei dilaksanakan.

BAB-4 PENGOLAHAN DATA

Bab ini menyajikan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, di mana

data ini selanjutnya akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang dapat

dipergunakan dalam menganalisa masalah yang ada.

BAB-5 ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisa dan pemecahan masalah terhadap pengolahan data yang

telah dilakukan.

BAB-6 KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang didapat dari hasil

pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya dan


(20)

6

penyampaian saran-saran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan angkutan kota pada umumnya dan angkutan kota yang ditinjau pada

khususnya.


(21)

81

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap data hasil

survey dan data pendukung lainnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Karateristik Pengguna Angkutan Kota di Bandung,

a. Pengguna dominan angkutan kota adalah pelajar dan pekerja swasta.


(22)

82

b. Lebih dari 80% responden menyatakan aksesibilitas dengan

menggunakan angkutan kota cukup baik, yang meliputi walking

distance dan waiting time.

2. WTP Pengguna Angkutan Kota,

a. Responden yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, menunjukkan

dominan responden memiliki WTP pada interval 101 – 200 rupiah per

kilometer, dengan prosentase mencapai lebih dari 30% .

b. Lebih dari 70% responden mempunyai WTP lebih besar dari tarif

resmi yang berlaku.

3. ATP Pengguna Angkutan Kota,

a. Dengan alokasi 5%, ATP pada interval 0-100 rupiah per kilometer

memiliki prosentase terbesar untuk seluruh segmen responden, yakni

lebih dari 40% baik untuk ATP jenis pekerjaan maupun ATP umum.

Pada alokasi ini ,lebih dari 90% responden mempunyai ATP lebih

kecil dibanding pengeluaran riil.

b. Untuk alokasi 20%, responden memiliki ATP yang merata. Prosentase

terbesar terdapat pada interval 201-300 yang mencapai 14%. Pada

alokasi ini lebih dari 80% mempunyai ATP lebih besar dari pada

pengeluaran riil.

c. Dengan alokasi budget 5%, responden yang mampu membayar tarif

resmi tidak mencapai 40% sedangkan untuk alokasi 20% lebih dari

80%.


(23)

83

4. Pengeluaran Riil Pengguna Angkutan Kota,

a. Interval pengeluaran riil 201 – 300 rupiah per kilometer merupakan

pangeluaran riil dominan seluruh responden dengan prosentase

mencapai 36% oleh responden Wiraswasta dan minimum 29% oleh

responden sebagai Ibu Rumah Tangga.

b. Lebih dari 80% responden membayar lebih besar dari tarif resmi.

5. Biaya Operasional Kendaraan (BOK),

a. Tarif resmi yang berlaku yakni Rp 1700,00 (Rp 161,92 / km) berada

pada BOK dengan load factor 70%. Artinya untuk menutupi biaya

operasional kendaraan, pengemudi harus memperoleh pendapatan

kotor minimal sebesar Rp 17.000,00 dalam sekali perjalanan dari

Sarijadi menuju Ciroyom.

b. Berdasarkan pengamatan di lapangan, rata-rata pengemudi

mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp 45000,00 dalam setiap reet

(Pulang-Pergi), atau sebesar Rp 22.500,00 dalam sekali perjalanan dari

Sarijadi-Ciroyom. Hal ini menunjukkan bahwa tarif resmi yang

berlaku telah menutupi biaya operasional kendaraan dan memberikan

keuntungan yang layak bagi pengemudi.

c. Berdasarkan data BOK yang diperoleh, dapat dianalisis bahwa setoran

ideal yang harus diberikan kepada pemilik (owner) berkisar antara Rp

110.000,00 hingga Rp. 130.000,00 .

6. Berdasarkan uraian diatas dan membandingkannya dengan kenyataan

dilapangan, disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan

sebenarnya ialah setoran kepada pemilik (owner) yang terlalu besar yakni


(24)

84

berkisar Rp 150.000,00 hingga Rp 175.000,00 per hari. Akibatnya,

pengemudi banyak melanggar ketentuan tarif resmi. Bila merujuk pada

tujuan sebenarnya pengadaan angkutan kota yakni pelayanan terhadap

masyarakat lapisan menengah kebawah , dapat dinyatakan bahwa owner

telah merugikan masyarakat.

6.2 Saran

1. Untuk mengurangi kerugian bagi pengguna hendaknya sistem pentarifan

saat ini dapat ditinjau kembali, misalnya dengan menerapkan salah satu dari

sistem tarif berdasarkan jarak tempuh yaitu tarif berdasarkan kilometer.

Untuk itu diperlukan suatu studi penentuan tarif minimum yang digunakan

sebagai standar.

2. Pemerintah daerah Kotamadya Bandung hendaknya membuat Peraturan

Daerah (Perda) yang memuat tentang acuan setoran angkutan kota. Hal ini

bertujuan agar masyarakat lapisan menengah kebawah dapat dilayani

dengan semestinya dan tidak dirugikan.

3. Untuk studi lebih lanjut, dapat dilakukan studi yang respondennya adalah

pengguna yang punya pilihan lain selain angkutan kota sebagai sarana

mobilitasnya (choice riders).

4. Diperlukan suatu metodologi, operasi lapangan, cakupan informasinya,

bahkan peningkatan kualitas surveyor agar mutu data yang diperoleh

semakin baik.

5. Mengurangi faktor-faktor yang dianggap sebagai penghambat kekuatan data.

Misalnya waktu wawancara yang lama, daya ingat responden, lemahnya


(25)

85

stratifikasi dan kecilnya sampel, referensi yang tidak sama, satu bulan untuk

makanan dan setahun untuk perumahan menimbulkan banyak masalah.

Bahkan data pendapatan yang diperoleh seringkali tidak logis disebabkan

daya ingat atau keengganan responden mengungkapkan.


(26)

86


(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. A.J, Ridcharson.(1982), Transport Survey Method , Department Of Civil Engineering Monash University, Australia

2. Anjum, Altar, Haroon Jamal, Dale Whitington. (1972), Willingness To Pay

For Water In Punjab Pakistan , UNDP-World Bank Water and Sanitation

Program , Washington DC-USA

3. Fitriyanto, Bambang.(1997), Analisis Willingness To Pay untuk Tarif

Jalan Tol di Semarang ( Studi kasus : Jalan Tol Seksi C Di Semarang ),

Tesis Magister – Program Transportasi ITB, Bandung.

4. Morlock, Edward K.(1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan

Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

5. Singarimbun M. dan Effendi S.(1987), Metode Penelitian Survei, LP3ES, Yogyakarta.

6. Sudjana.(1992), Metode Statistika Edisi Ke-5, Penerbit Tarsito, Bandung

7. Susilo, Budi Hartanto., (1993), Teknik Lalu Lintas, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha., Bandung.

8. Susilo, Budi Hartanto., (1998), Sistem dan Rekayasa Transportasi, Diktat Kuliah, Universitas Kristen Maranatha., Bandung.

9. Walpole, R.E., (1995), Pengantar Statistika, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta.


(1)

b. Lebih dari 80% responden menyatakan aksesibilitas dengan menggunakan angkutan kota cukup baik, yang meliputi walking distance dan waiting time.

2. WTP Pengguna Angkutan Kota,

a. Responden yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, menunjukkan dominan responden memiliki WTP pada interval 101 – 200 rupiah per kilometer, dengan prosentase mencapai lebih dari 30% .

b. Lebih dari 70% responden mempunyai WTP lebih besar dari tarif resmi yang berlaku.

3. ATP Pengguna Angkutan Kota,

a. Dengan alokasi 5%, ATP pada interval 0-100 rupiah per kilometer memiliki prosentase terbesar untuk seluruh segmen responden, yakni lebih dari 40% baik untuk ATP jenis pekerjaan maupun ATP umum. Pada alokasi ini ,lebih dari 90% responden mempunyai ATP lebih kecil dibanding pengeluaran riil.

b. Untuk alokasi 20%, responden memiliki ATP yang merata. Prosentase terbesar terdapat pada interval 201-300 yang mencapai 14%. Pada alokasi ini lebih dari 80% mempunyai ATP lebih besar dari pada pengeluaran riil.

c. Dengan alokasi budget 5%, responden yang mampu membayar tarif resmi tidak mencapai 40% sedangkan untuk alokasi 20% lebih dari 80%.


(2)

4. Pengeluaran Riil Pengguna Angkutan Kota,

a. Interval pengeluaran riil 201 – 300 rupiah per kilometer merupakan pangeluaran riil dominan seluruh responden dengan prosentase mencapai 36% oleh responden Wiraswasta dan minimum 29% oleh responden sebagai Ibu Rumah Tangga.

b. Lebih dari 80% responden membayar lebih besar dari tarif resmi. 5. Biaya Operasional Kendaraan (BOK),

a. Tarif resmi yang berlaku yakni Rp 1700,00 (Rp 161,92 / km) berada pada BOK dengan load factor 70%. Artinya untuk menutupi biaya operasional kendaraan, pengemudi harus memperoleh pendapatan kotor minimal sebesar Rp 17.000,00 dalam sekali perjalanan dari Sarijadi menuju Ciroyom.

b. Berdasarkan pengamatan di lapangan, rata-rata pengemudi mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp 45000,00 dalam setiap reet (Pulang-Pergi), atau sebesar Rp 22.500,00 dalam sekali perjalanan dari Sarijadi-Ciroyom. Hal ini menunjukkan bahwa tarif resmi yang berlaku telah menutupi biaya operasional kendaraan dan memberikan keuntungan yang layak bagi pengemudi.

c. Berdasarkan data BOK yang diperoleh, dapat dianalisis bahwa setoran ideal yang harus diberikan kepada pemilik (owner) berkisar antara Rp 110.000,00 hingga Rp. 130.000,00 .

6. Berdasarkan uraian diatas dan membandingkannya dengan kenyataan dilapangan, disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan sebenarnya ialah setoran kepada pemilik (owner) yang terlalu besar yakni


(3)

berkisar Rp 150.000,00 hingga Rp 175.000,00 per hari. Akibatnya, pengemudi banyak melanggar ketentuan tarif resmi. Bila merujuk pada tujuan sebenarnya pengadaan angkutan kota yakni pelayanan terhadap masyarakat lapisan menengah kebawah , dapat dinyatakan bahwa owner telah merugikan masyarakat.

6.2 Saran

1. Untuk mengurangi kerugian bagi pengguna hendaknya sistem pentarifan saat ini dapat ditinjau kembali, misalnya dengan menerapkan salah satu dari sistem tarif berdasarkan jarak tempuh yaitu tarif berdasarkan kilometer. Untuk itu diperlukan suatu studi penentuan tarif minimum yang digunakan sebagai standar.

2. Pemerintah daerah Kotamadya Bandung hendaknya membuat Peraturan Daerah (Perda) yang memuat tentang acuan setoran angkutan kota. Hal ini bertujuan agar masyarakat lapisan menengah kebawah dapat dilayani dengan semestinya dan tidak dirugikan.

3. Untuk studi lebih lanjut, dapat dilakukan studi yang respondennya adalah pengguna yang punya pilihan lain selain angkutan kota sebagai sarana mobilitasnya (choice riders).

4. Diperlukan suatu metodologi, operasi lapangan, cakupan informasinya, bahkan peningkatan kualitas surveyor agar mutu data yang diperoleh semakin baik.

5. Mengurangi faktor-faktor yang dianggap sebagai penghambat kekuatan data. Misalnya waktu wawancara yang lama, daya ingat responden, lemahnya


(4)

stratifikasi dan kecilnya sampel, referensi yang tidak sama, satu bulan untuk makanan dan setahun untuk perumahan menimbulkan banyak masalah. Bahkan data pendapatan yang diperoleh seringkali tidak logis disebabkan daya ingat atau keengganan responden mengungkapkan.


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. A.J, Ridcharson.(1982), Transport Survey Method , Department Of Civil Engineering Monash University, Australia

2. Anjum, Altar, Haroon Jamal, Dale Whitington. (1972), Willingness To Pay For Water In Punjab Pakistan , UNDP-World Bank Water and Sanitation Program , Washington DC-USA

3. Fitriyanto, Bambang.(1997), Analisis Willingness To Pay untuk Tarif Jalan Tol di Semarang ( Studi kasus : Jalan Tol Seksi C Di Semarang ), Tesis Magister – Program Transportasi ITB, Bandung.

4. Morlock, Edward K.(1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

5. Singarimbun M. dan Effendi S.(1987), Metode Penelitian Survei, LP3ES, Yogyakarta.

6. Sudjana.(1992), Metode Statistika Edisi Ke-5, Penerbit Tarsito, Bandung 7. Susilo, Budi Hartanto., (1993), Teknik Lalu Lintas, Jurusan Teknik Sipil

Universitas Kristen Maranatha., Bandung.

8. Susilo, Budi Hartanto., (1998), Sistem dan Rekayasa Transportasi, Diktat Kuliah, Universitas Kristen Maranatha., Bandung.

9. Walpole, R.E., (1995), Pengantar Statistika, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta.