Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran.

(1)

DESAIN DIDAKTIS DENGAN MODEL KOLABORATIF UNTUK MENGATASI HAMBATAN EPISTIMOLOGIS PADA KONSEP LUAS DAERAH

LINGKARAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh Ratna Isnayunita

0907144

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DESAIN DIDAKTIS DENGAN MODEL KOLABORATIF UNTUK MENGATASI HAMBATAN EPISTIMOLOGIS PADA KONSEP LUAS DAERAH

LINGKARAN

Oleh Ratna Isnayunita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ratna Isnayunita 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN DIDAKTIS DENGAN MODEL KOLABORATIF UNTUK MENGATASI HAMBATAN EPISTIMOLOGIS

PADA KONSEP LUAS DAERAH LINGKARAN

Oleh Ratna Isnayunita

0907144

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. Endang Mulyana, M.Pd. NIP 19540121196903005

Pembimbing II,

Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP 196005011985032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M. Ed., M. Sc., Ph. D. NIP 196101121987031003


(4)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Pembelajaran Kolaboratif ... 6

2.2.Hambatan Epistimologis ... 7

2.3.Design Didactical Research (DDR) ... 8

2.4.Teori Belajar yang Relevan ... 9

2.5.Konteks dan Konsep Luas Daerah Lingkaran ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 18

3.2.Desain Penelitian ... 18

3.3.Subjek Penelitian ... 20

3.4.Instrumen Penelitian ... 20

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.6.Teknik Analisis Data ... 20


(5)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian ... 22

4.2.Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan ... 52

5.2.Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(6)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian Hendra (2011) tentang hambatan epistimologis konsep luas daerah lingkaran. Untuk mengurangi hambatan tersebut, dibuatlah desain didaktis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desain didaktis konsep luas daerah lingkaran dengan model kolaboratif dan sejauh mana desain didaktis ini dapat mengatasi hambatan epistimologis. Penelitian yang dilakukan di SMPN 7 Bandung kelas VIII-F menggunakan metode kualitatif dan deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian berupa desain didaktis yang terdiri dari tiga lesson design. Desain didaktis yang telah dikembangkan dapat mengatasi learning obstacle yang muncul, namun terdapat satu persoalan yang belum teratasi. Peneliti menyarankan: (1) mengujicobakan lesson design sesegera mungkin meskipun dalam skala kecil; (2) meningkatkan kemampuan siswa mereprentasikan berbagai soal dalam berbagai bentuk; (3) bagi yang berminat silahkan mencoba lesson design revisi.

ABSTRACT

The reason of this research because of Hendra’s research (2011) about

epistemological obstacle in the circle area. Didactical design is made for decreasing epistemological obstacle. The purpose of research is to know didactical design of circle area concept through collaborative model and to know how didactical design to solve epistemological obstacle in circle area concept. The research where did in SMPN 7 Bandung at class VIII-F with 37 sample used qualitative and analysis descriptive method. Data qualitative where collected from test, observation, and documentation. The result is didactical lesson at circle area that consist of three lesson designs. This lesson design can solve epistemological obstacle, but there was a problem which was not solve yet. The proposition are: (1) who design didactical design should do the experiment immediately even in a little scale; (2) increasing the student ability in representation problems in many ways; (3) who are interest in this research should try the revision of lesson design.


(7)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran geometri dapat dipahami jika geometri dianggap sebagai aktivitas yang paling sedikit melibatkan dua aspek. Apek pertama memandang geometri sebagai studi tentang konsep dan hubungan logis, dimana sejarah mencatat bahwa geometri berasal dari analisis ruang yang berkelanjutan, tetapi kemudian berkembang menjadi bidang penelitian dan diskusi dasar aksioma yang terpisah dari pengalaman spasial. Aspek kedua, geometri mengacu pada konsep ruang, prosedur dan hubungan yang digunakan dalam masyarakat untuk berbagai tujuan, seperti arsitektur, bangunan, tata kota, desain kemasan dan lain–lain (Strasser, 2006). Babango (Abdussakir, 2011) mengemukakan bahwa “Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah matematik yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik.”

Salah satu materi geometri pada jenjang SMP yaitu lingkaran. “Lingkaran adalah tempat kedudukan semua titik pada bidang yang berjarak sama dari sebuah titik tertentu pada bidang itu” (Wahyudin, 2004). Luas daerah lingkaran merupakan salah satu bagian esensial dari konsep lingkaran, namun ada kemungkinan siswa kesulitan dalam mempelajarinya. Menurut Brousseau (Suratno: 2, 2009) terdapat tiga faktor yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar/hambatan belajar yaitu hambatan ontogeni (kesiapan mental belajar anak), hambatan didaktis (pengajaran guru), dan hambatan epistimologis (pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi yang terbatas). Pada penelitian Hendra (2011, 116) hambatan epistimologis pada konsep luas daerah lingkaran adalah: (1) lemahnya penguasaan konsep; (2) keterpakuan pada satu strategi; (3) sudut pandang yang hanya terbatas pada satu bentuk (tidak mampu mengkontruksi atau menguraikan bentuk gambar); (4) ketidakmampuan mengoneksikan ide-ide matematika, konsep, dan prosedur. Hambatan-hambatan tersebut tersaji ketika siswa dihadapkan pada empat butir soal di bawah ini.


(8)

2

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 1.1 Soal 1

Hambatan siswa dalam menyelesaikan soal 1 adalah ketidakmampuan mereka untuk menguraikan bentuk gambar, dan sudut pandang yang terbatas pada satu bentuk.

Gambar 1.2 Soal 2

Pada soal 2, beberapa siswa tidak bisa menghubungkan keliling jajaran genjang dengan jari-jari lingkaran, dan membuat strategi yang keliru yaitu keliling jajaran genjang = keliling lingkaran. Kesulitan siswa pada soal 2 disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang keliling secara umum, kesulitan menerjemahkan bentuk rekontruksi ke bentuk awal, kurangnya pemahaman tentang pengertian jari-jari lingkaran, dan konsep keliling dan luas belum terintegerasi dengan baik.

Gambar 1.3 Soal 3

Di dalam sebuah daerah lingkaran terdapat segi enam beraturan dengan panjang sisinya 21 cm dan titik-titik sudutnya pada lingkaran. Tentukanlah luas daerah lingkaran tersebut!

Perhatikan rekontruksi (bentuk) dari sebuah lingkaran berikut ini.

Hasil dari potongan-potongan juring yang disusun secara berdampingan membentuk bangun yang menyerupai jajaran genjang. Dari gambar tersebut, tentukanlah:

a. Ukuran sudut juring lingkaran tersebut.

b. Luas daerah lingkaran jika diketahui keliling bangun yang menyerupai jajaran genjang adalah 232 cm.

Perhatikan gambar di samping.

Jika diketahui titik C dan titik D merupakan pusat lingkaran dan AB = BC = CD = 7 cm, maka tentukanlah luas darah yang diarsir!


(9)

3

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 1.4 Soal 4

Soal 3 dan 4 merupakan soal yang membutuhkan daya imaginasi siswa. Kesalahan siswa pada soal 3 dan 4 adalah imaginasi responden hanya terpaku pada bentuk lingkaran, kurangnya pemahaman tentang jari-jari lingkaran, imaginasi responden belum berpikir divergen, sudut pandang hanya terpaku pada satu bentuk, dan daya imaginasi belum optimal memunculkan ide kreatif.

Penyebab lain kesulitan belajar siswa adalah kemampuan guru mengajar masih lemah. Menurut Mulyana (2013) Kelemahan guru dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: (1) praktik pengajaran guru cenderung menjelaskan materi secara detail; (2) pola pengajaran guru cenderung bersifat: pemodelan-teori-latihan; (3) guru mengalami kesulitan dalam menggali materi esensial dan mengkontekstualisasikan menjadi pemecahan masalah; (4) guru kesulitan membangun kolaborasi siswa; (5) guru kesulitan dalam mengembangkan model pembelajaran matematika yang melibatkan proses berpikir matematis anak.

Salah satu model matematika yang dapat mengurangi kelemahan guru di atas adalah model pembelajaran kolaboratif. Menurut Sato (2007) “Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok bertujuan untuk mendorong siswa menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap siswa dalam kelompok, bukan untuk menyatukan pendapat.” Pada awal pembelajaran siswa diberi masalah yang menantang untuk diselesaikan, kemudian menyimpulkan hasil yang diperoleh. Model kolaboratif ini dapat mengubah praktik pembelajaran menjadi student centered, pola pembelajaran menjadi pemecahan masalah-penyimpulan-latihan soal, dan membangkitkan kolaborasi siswa.

Untuk meminimalisir kesulitan siswa dalam mempelajari luas daerah lingkaran, dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam desain

Gambar disamping menunjukkan dua buah lingkaran yang saling beririsan. Jika diketahui AB = r satuan panjang, dengan r adalah jari-jari lingkaran tersebut, maka tentukanlah luas daerah yang diarsir!


(10)

4

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didaktis. Desain didaktis merupakan rancangan bahan ajar yang disusun berdasarkan penelitian learning obstacle suatu materi pembelajaran matematika dengan harapan dapat mengurangi kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran terpenuhi. Desain didaktis ini memerlukan repersonalisasi dan rekonstruksi konsep luas daerah lingkaran, learning obstacle, respon atau jawaban siswa, kompetensi belajar matematika, dan teori belajar yang relevan.

Berdasarkan latar belakang ini, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Desain Didaktis dengan Model Kolaboratif untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis pada Konsep Luas Daerah Lingkaran”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1.2.1 Bagaimana desain didaktis dengan model kolaboratif pada konsep luas daerah lingkaran?

1.2.2 Sejauh mana desain didaktis dengan model kolaboratif dapat mengatasi hambatan epistimologis pada konsep luas daerah lingkaran?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengetahui desain didaktis konsep luas dengan model kolaboratif pada materi luas daerah lingkaran

1.3.2 Mengetahui sejauh mana desain didaktis dengan model kolaboratif dapat mengatasi hambatan epistimologis pada konsep luas daerah lingkaran. 1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang nyata, diantaranya sebagai berikut.


(11)

5

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.1 Bagi siswa, dapat memahami konsep luas daerah lingkaran tanpa adanya kesalahan konsep yang berakibat pada pembelajaran matematika berikutnya.

1.4.2 Bagi guru matematika, dapat menjadi masukan dalam pembuatan bahan ajar dan pengembangan pembelajaran yang sesuai dengan learning obstacle siswa dalam memahami konsep luas daerah lingkaran.

1.4.3 Bagi peneliti lain, dapat menjadi rujukan untuk penelitian relevan dengan skripsi ini.

1.5Definisi Operasional

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan:

1.5.1 Model Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggotanya. Model kolaboratif yang dipakai pada penelitian ini adalah model kolaboratif yang ditulis Sato (2007) pada buku Dialog and Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama: Praktek “Learning Community”.

1.5.2 Hambatan epistimologis merupakan hambatan yang terjadi pada proses pembelajaran terkait dengan perbedaan konteks. Dimana seseorang hanya memahami suatu materi terbatas pada konteks tertentu, sehingga ia kesulitan ketika dihadapkan dengan konteks yang berbeda.

1.5.3 Desain didaktis adalah rancangan sajian bahan ajar. Desain didaktis disusun dengan mempertimbangkan learning obstacle yang teridentifikasi dan dirancang untuk mengurangi munculnya learning obstacle. Learning obstacle yang dimaksud pada penelitian ini adalah hambatan epistimologis.


(12)

18

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis berdasarkan sifat konsep luas daerah lingkaran, learning obstacle, respon siswa, kompetensi belajar matematika, dan teori belajar yang relevan. Penyusunan desain didaktis diharapkan dapat mengatasi learning obstacle yang telah teridentifikasi sebelumnya.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012: 4) penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. J.W. Creswell (Sangadji, E. M. dan Sopiah, 2010: 24) menjelaskan bahwa “metode deskriptis analisis adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek apa adanya”. Metode ini dapat mendapat menjelaskan fenomena yang lebih kompleks yang sulit dijawab dengan metode kuantitatif.

3.2Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan pendidikan” (Nasution, 1987: 40). Menurut Suryadi (2010), penelitian desain didaktis terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

(1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP; (2) analisis metapedadidaktis, dan (3) analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktis.

Penelitian ini terdiri atas penelititan awal dan penelitian lanjutan. Penelitian awal telah dilakukan oleh Ade Hendra tahun 2011 yang menghasilkan


(13)

19

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

identifikasi hambatan epistimologis pada konsep luas daerah lingkaran. Penelitian lanjutan dilaksanakan penulis untuk membuat desain didaktis dan mengetahui sejauh mana desain didaktis tersebut mampu mengatasi hambatan epistimologis tersebut. Adapun tahap penelitian lanjutan sebagai berikut: (1) repersonalisasi konsep luas daerah lingkaran; (2) menyusun desain didaktis yang bertujuan untuk mengatasi hambatan epistimologis yang muncul; (3) menyusun chapter design konsep luas daerah lingkaran; (4) menyusun lesson design konsep luas daerah lingkaran; (5) memprediksi respon siswa dan dan mempersiapkan tindakan antisipatifnya; (6) mengimplementasikan desain didaktis; (7) analisis metapedadidaktis desain didaktis; (8) analisis retrosfektif desain didaktis; (9) mengaitkan prediksi respon dan antisipasi yang telah dibuat sebelumnya dengan respon siswa yang terjadi ketika implementasi desain didaktis awal; (10) melaksanakan tes identifikasi hambatan epistimologis setelah implementasi desain didaktis; (11) menganalisis sejauh mana hambatan epistimologis teratasi setelah implementasi desain didaktis; (12) menyusun laporan penelitian.

Alur penelitian sebagai berikut:

Laporan Penelitian Analisis Metapedadidaktis

Analisis Retrosfektif Penelitian Awal

Hambatan Epistimologis

Implementasi Desain Didaktis Repersonalisasi

Desain Didaktis, Chapter Design, Lesson Design


(14)

20

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-F SMP Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3.4Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2012), instrumen dalam penelitian kualitatif adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti sendiri yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Setelah fokus penelitian jelas, penulis mengembangkan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengidentifikasi hambatan epistimologis, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk membantu penulis dalam mendeskripsikan keadaaan lapangan dalam bentuk tulisan. Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini diambil dari instrumen penelitian yang dilakukan Hendra (2011). Instrumen tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hambatan epistimologis teratasi setelah implementasi desain didaktis. Instrumen non tes yang digunakan pada penelitian ini adalah desain didaktis.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatur dan studi lapangan. Secara khusus, pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Observasi dilakukan penulis secara langsung selama implementasi desain didaktis. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dari tempat penelitian, buku-buku, dan data lain yang relevan.

3.6Teknik Analisis Data Keterangan :


(15)

21

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data pada penelitian ini mengacu pada tulisan Suryadi (2010), yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam penelitian ini berupa hambatan epistimologis, repersonalisasi, dan menyusun desain didaktis; (2) analisis metapedadidaktis, yaitu analisis situasi dan berbagai respon saat desain didaktis diimplementasikan; (3) analisis retrosfektif, yaitu analisis hasil tes untuk mengetahui apakah kesulitan belajar (hambatan epistimologis) siswa yang teridentifikasi sebelumnya teratasi atau muncul kembali.

3.7Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiono (2012: 294) meliputi uji kredibilitas data (validasi internal), uji depenabilitas (realibilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal atau generalisasi), dan uji komfirmabilitas. Penulis memilih metode meningkatkan ketekunan untuk menguji kredibilitas data. Sugiono (2012: 272) menyatakan bahwa meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan, diharapkan penulis dapat memberikan deskripsi data dengan akurat dan sistematis. Selanjutnya, uji transferabilitas (validasi eksternal atau generalisasi) bertujuan untuk menunjukkan bisa atau tidak hasil dari penelitian ini diterapkan di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti memberikan uraian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dalam penelitian kualitatif, uji depenabilitas (reabilitas) mirip dengan uji konfirmabilitas sehingga kedua ujian ini dapat dilaksanakan sacara bersamaan. Uji depenabilitas (reabilitas) dan uji konfirmabilitas pada penelitian ini adalah judgment terhadap keseluruhan proses penelitian oleh pembimbing.


(16)

52

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1.1 Desain didaktis yang dikembangkan untuk mengatasi tentang materi luas daerah lingkaran secara teori cukup layak untuk diimplementasikan bagi siswa SMP kelas VIII yang terbagi menjadi tiga lesson design, dari sisi tekstual maupun dari segi substansi materi untuk direspon siswa.

5.1.2 Implementasi desain didaktis yang telah dikembangkan dapat mengatasi learning obstacle yang muncul, namun terdapat satu persoalan dari empat persoalan yang belum teratasi.

5.2Saran

5.2.1. Walaupun desain didaktis yang telah dibuat secara teoritis sudah layak untuk diimplementasikan, tetapi ketika diimplementasikan masih terdapat kekurangan. Untuk memperkaya pengalaman perancang desain didaktis, diharapkan setiap lesson design untuk sesegera mungkin diujicobakan dalam skala kecil.

5.2.2. Salah satu ketidakmampuan siswa memecahkan masalah learning obstacle yang dimunculkan diduga karena kemampuan siswa merepresentasikan persoalan dalam bentuk aljabar masih lemah. Beberapa siswa dapat menyelesaikan tetapi untuk menyelesaikannya dengan cara coba-coba. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mereprentasikan berbagai soal dalam berbagai bentuk harus ditingkatkan.

5.2.3. Dari hasil implementasi diperoleh beberapa kekurangan dan disempurnakan pada lesson design revisi yang pada saat penelitian ini tidak sempat diimplementasikan. Oleh karena itu, bagi pembaca yang berminat silahkan mencobanya.


(17)

53

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2011). Pembelajaran Geometri sesuai Teori Van Hiele Lengkap

[Online]. Tersedia:

http://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/ [4 Maret 2014]

Abidin, Z. (2010). Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Implikasinya dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: http://www.masbied.com/

2010/03/20/teori-perkembangan-piaget-dan-implikasi-dalam-pembelajaran-matematika/ [2 Januari 2014]

Carasco, Jetser. (2008). Proof of Area of a Circle [Online]. Tersedia: http://www.basic-mathematics.com/proof-of-the-area-of-a-circle.html. [ 23 Maret 2014]

Fitriyani. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Trapesium Pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hastika, F. (2012). Desain Didaktis Konsep Hubungan Sudut-Sudut pada Garis-Garis Sejajar dalam Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Hendra, Ade. (2011). Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep Luas Daerah Lingkaran. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Lang, H.R. & Evans, D.N. (2006). Models, Strategi, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson Education, Inc.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Endang. (2013). “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD Melalui Pendekatan Didactical Design Research di SD Gagas Ceria Bandung”. Proposal Penelitian.

Nasution. (1987). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Sabirin, Muhammad. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Representasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Doktor pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Sangadji dan Sopiah. (2010). Metodologi Pendidikan. Jogyakarta: Andi.

Sato, Masaaki.(2012). Dialog and Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama: Praktek “Learning Community”.Bandung: Pelita.


(18)

54

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

So dan Brush. (2007). Student Perception of Collaboratif Learning, Social Presence and Statisfaction in a Blanded Learning Enviropment: Relationship and Critical Factors. [online]. Tersedia: http://hjso.home.nie.edu.sg/publication/CAE

_SoBrush_2008_Preprint.pdf. [20 Maret 2014]

Strasser, Rudolf. (2006). Teaching and Learning Geometry with Technology.

[Online]. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=OTCsKu0BZ0kC&oi=

fnd&pg=PA275&dq=laborde+geometry&ots=4sJnvMRECD&sig=vA-JlTg8RN

Xygeq7x5-DY_nnziQ&redir_esc=y#v=onepage&q=laborde%20geometry&f= false. [13 Agustus 2014]

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI dan IMSTEP JICA.

Suratno, Tatang. (2009). Memahami KompleksitasPengajaran-Pembelajaran dan Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. [online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference not valid. Januari 2014]

Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Bandung: tidak diterbitkan.

Turns, Aria. (2013). Rumus Luas Lingkaran, Dapat darimana?. [online]. Tersedia: http://ariaturns.wordpress.com/2013/03/07/rumus-luas-lingkaran-dapat-dari-mana/ . [23 Maret 2014]

Van de Walle, John A. (2008) Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2 (Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga.

Wahyudin. (2004). Paket Pelajaran Matematika untuk SLTP. Bandung: Epsilon Grup.

Widjajanti, Djamilah Bondan. (2010). Analisis Implementasi Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah dalam Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis, dan Keyakinan terhadap Pembelajaran Matematika. Disertasi Doktor pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Wiserma, N. (2000). How Does Collaborative Learning Actually Work in A Classroom and How Do Student React to It? [Online]. Tersedia: http.//www.city.londonmet.ac.uk/deliberations/collab.learning/wiersema.ht ml/. [3 Januari 2014]


(1)

19

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

identifikasi hambatan epistimologis pada konsep luas daerah lingkaran. Penelitian lanjutan dilaksanakan penulis untuk membuat desain didaktis dan mengetahui sejauh mana desain didaktis tersebut mampu mengatasi hambatan epistimologis tersebut. Adapun tahap penelitian lanjutan sebagai berikut: (1) repersonalisasi konsep luas daerah lingkaran; (2) menyusun desain didaktis yang bertujuan untuk mengatasi hambatan epistimologis yang muncul; (3) menyusun chapter design konsep luas daerah lingkaran; (4) menyusun lesson design konsep luas daerah lingkaran; (5) memprediksi respon siswa dan dan mempersiapkan tindakan antisipatifnya; (6) mengimplementasikan desain didaktis; (7) analisis metapedadidaktis desain didaktis; (8) analisis retrosfektif desain didaktis; (9) mengaitkan prediksi respon dan antisipasi yang telah dibuat sebelumnya dengan respon siswa yang terjadi ketika implementasi desain didaktis awal; (10) melaksanakan tes identifikasi hambatan epistimologis setelah implementasi desain didaktis; (11) menganalisis sejauh mana hambatan epistimologis teratasi setelah implementasi desain didaktis; (12) menyusun laporan penelitian.

Alur penelitian sebagai berikut:

Laporan Penelitian Analisis Metapedadidaktis

Analisis Retrosfektif Penelitian Awal

Hambatan Epistimologis

Implementasi Desain Didaktis Repersonalisasi

Desain Didaktis, Chapter Design, Lesson Design


(2)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-F SMP Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3.4Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2012), instrumen dalam penelitian kualitatif adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti sendiri yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Setelah fokus penelitian jelas, penulis mengembangkan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengidentifikasi hambatan epistimologis, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk membantu penulis dalam mendeskripsikan keadaaan lapangan dalam bentuk tulisan. Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini diambil dari instrumen penelitian yang dilakukan Hendra (2011). Instrumen tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hambatan epistimologis teratasi setelah implementasi desain didaktis. Instrumen non tes yang digunakan pada penelitian ini adalah desain didaktis.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatur dan studi lapangan. Secara khusus, pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Observasi dilakukan penulis secara langsung selama implementasi desain didaktis. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dari tempat penelitian, buku-buku, dan data lain yang relevan.

3.6Teknik Analisis Data Keterangan :


(3)

21

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data pada penelitian ini mengacu pada tulisan Suryadi (2010), yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam penelitian ini berupa hambatan epistimologis, repersonalisasi, dan menyusun desain didaktis; (2) analisis metapedadidaktis, yaitu analisis situasi dan berbagai respon saat desain didaktis diimplementasikan; (3) analisis retrosfektif, yaitu analisis hasil tes untuk mengetahui apakah kesulitan belajar (hambatan epistimologis) siswa yang teridentifikasi sebelumnya teratasi atau muncul kembali.

3.7Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiono (2012: 294) meliputi uji kredibilitas data (validasi internal), uji depenabilitas (realibilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal atau generalisasi), dan uji komfirmabilitas. Penulis memilih metode meningkatkan ketekunan untuk menguji kredibilitas data. Sugiono (2012: 272) menyatakan bahwa meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan, diharapkan penulis dapat memberikan deskripsi data dengan akurat dan sistematis. Selanjutnya, uji transferabilitas (validasi eksternal atau generalisasi) bertujuan untuk menunjukkan bisa atau tidak hasil dari penelitian ini diterapkan di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti memberikan uraian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dalam penelitian kualitatif, uji depenabilitas (reabilitas) mirip dengan uji konfirmabilitas sehingga kedua ujian ini dapat dilaksanakan sacara bersamaan. Uji depenabilitas (reabilitas) dan uji konfirmabilitas pada penelitian ini adalah


(4)

52

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1.1 Desain didaktis yang dikembangkan untuk mengatasi tentang materi luas daerah lingkaran secara teori cukup layak untuk diimplementasikan bagi siswa SMP kelas VIII yang terbagi menjadi tiga lesson design, dari sisi tekstual maupun dari segi substansi materi untuk direspon siswa.

5.1.2 Implementasi desain didaktis yang telah dikembangkan dapat mengatasi

learning obstacle yang muncul, namun terdapat satu persoalan dari empat

persoalan yang belum teratasi.

5.2Saran

5.2.1. Walaupun desain didaktis yang telah dibuat secara teoritis sudah layak untuk diimplementasikan, tetapi ketika diimplementasikan masih terdapat kekurangan. Untuk memperkaya pengalaman perancang desain didaktis, diharapkan setiap lesson design untuk sesegera mungkin diujicobakan dalam skala kecil.

5.2.2. Salah satu ketidakmampuan siswa memecahkan masalah learning

obstacle yang dimunculkan diduga karena kemampuan siswa merepresentasikan persoalan dalam bentuk aljabar masih lemah. Beberapa siswa dapat menyelesaikan tetapi untuk menyelesaikannya dengan cara coba-coba. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mereprentasikan berbagai soal dalam berbagai bentuk harus ditingkatkan.

5.2.3. Dari hasil implementasi diperoleh beberapa kekurangan dan disempurnakan pada lesson design revisi yang pada saat penelitian ini tidak sempat diimplementasikan. Oleh karena itu, bagi pembaca yang berminat silahkan mencobanya.


(5)

53

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2011). Pembelajaran Geometri sesuai Teori Van Hiele Lengkap

[Online]. Tersedia:

http://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/ [4 Maret 2014]

Abidin, Z. (2010). Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Implikasinya dalam

Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: http://www.masbied.com/

2010/03/20/teori-perkembangan-piaget-dan-implikasi-dalam-pembelajaran-matematika/ [2 Januari 2014]

Carasco, Jetser. (2008). Proof of Area of a Circle [Online]. Tersedia:

http://www.basic-mathematics.com/proof-of-the-area-of-a-circle.html. [ 23 Maret 2014]

Fitriyani. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Trapesium Pada

Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Hastika, F. (2012). Desain Didaktis Konsep Hubungan Sudut-Sudut pada

Garis-Garis Sejajar dalam Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi pada

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Hendra, Ade. (2011). Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep

Luas Daerah Lingkaran. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan

Lang, H.R. & Evans, D.N. (2006). Models, Strategi, and Methods for Effective

Teaching. USA: Pearson Education, Inc.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Endang. (2013). “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD

Melalui Pendekatan Didactical Design Research di SD Gagas Ceria Bandung”. Proposal Penelitian.

Nasution. (1987). Metode Research. Bandung: Jemmars.

Sabirin, Muhammad. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Representasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Doktor pada SPs UPI:

Tidak Diterbitkan.

Sangadji dan Sopiah. (2010). Metodologi Pendidikan. Jogyakarta: Andi.

Sato, Masaaki.(2012). Dialog and Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama:


(6)

Ratna Isnayunita, 2014

Desain Didaktis Dengan Model Kolaboratif Untuk Mengatasi Hambatan Epistimologis Pada Konsep Luas Daerah Lingkaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

So dan Brush. (2007). Student Perception of Collaboratif Learning, Social

Presence and Statisfaction in a Blanded Learning Enviropment: Relationship and Critical Factors. [online]. Tersedia: http://hjso.home.nie.edu.sg/publication/CAE

_SoBrush_2008_Preprint.pdf. [20 Maret 2014]

Strasser, Rudolf. (2006). Teaching and Learning Geometry with Technology.

[Online]. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=OTCsKu0BZ0kC&oi=

fnd&pg=PA275&dq=laborde+geometry&ots=4sJnvMRECD&sig=vA-JlTg8RN

Xygeq7x5-DY_nnziQ&redir_esc=y#v=onepage&q=laborde%20geometry&f= false. [13 Agustus 2014]

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI dan IMSTEP JICA.

Suratno, Tatang. (2009). Memahami KompleksitasPengajaran-Pembelajaran dan

Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. [online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference not valid. Januari 2014]

Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian Sudut Pandang

Teori Belajar dan Teori Didaktik. Bandung: tidak diterbitkan.

Turns, Aria. (2013). Rumus Luas Lingkaran, Dapat darimana?. [online]. Tersedia: http://ariaturns.wordpress.com/2013/03/07/rumus-luas-lingkaran-dapat-dari-mana/ . [23 Maret 2014]

Van de Walle, John A. (2008) Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2

(Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga.

Wahyudin. (2004). Paket Pelajaran Matematika untuk SLTP. Bandung: Epsilon Grup.

Widjajanti, Djamilah Bondan. (2010). Analisis Implementasi Strategi Perkuliahan

Kolaboratif Berbasis Masalah dalam Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis, dan Keyakinan terhadap Pembelajaran Matematika. Disertasi Doktor pada

SPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Wiserma, N. (2000). How Does Collaborative Learning Actually Work in A

Classroom and How Do Student React to It? [Online]. Tersedia:

http.//www.city.londonmet.ac.uk/deliberations/collab.learning/wiersema.ht ml/. [3 Januari 2014]