REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER KEEPER” (Studi Semiologi Representasi Tindakan Immoral Dalam Novel “MY SISTER KEEPER” Karya Jodi Picoult).

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL “MY SISTER
KEEPER”
(Studi Semiologi Repr esentasi Tindakan Immor al Dalam Novel “MY SISTER
KEEPER” Karya J odi Picoult)

SKRIPSI

Oleh:

Patr icia Widyaningr um
NPM. 0843010025

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL MY SISTER
KEEPER
(Studi Semiologi Repr esentasi Tindakan Immor al Dalam Novel “My Sister
Keeper ” Kar ya Jodi Picoult)

Disusun Oleh :

PATRICIA WIDYANINGRUM
NPM. 0843010025

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr a. Sumar djijati, M.Si
NIP 196203231993092001

Mengetahui,
DEKAN


Dra. Hj. SUPARWATI, M.Si
NIP 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL DALAM NOVEL MY SISTER KEEPER
(Studi Semiologi Repr esentasi Immor al Dalam Novel My Sister Keeper Karya J odi
Picoult)
Disusun Oleh :
PATRICIA WIDYANINGRUM
NPM 0843010025
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 13 J uni 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama

Tim Penguji :

1.

Dra.Sumardjijati,M.Si
NIP. 19620323 199309 2001

Ketua

Dra.Sumardjijati,M.Si
NIP. 19620323 199309 2001
2. Sekretar is

Drs. Kusnar to,M.Si.
NIP. 19580801 198402 1001
3. Anggota

Zainal Abidin. S.Sos,M.Si,MED
NPT. 3 7305 99 01701
Mengetahui,
DEKAN


Dra.Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

PATRICIA WIDYANINGRUM, REPRESENTASI TINDAKAN IMMORAL
DALAM NOVEL MY SISTER KEEPER (Studi Semiologi Representasi
Tindakan Immoral Dalam Novel “My Sister Keeper ” Kar ya Jodi Picoult)
Karya sastra merupakan media untuk mengkomunikasikan ide atau
gagasan si pencipta kepada khalayak luas. Dimensi ruang dan waktu dalam
sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna
semiotika. Karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada pembacanya
untuk berbuat baik, maksudnya karya sastra tersebut mengajak pembaca untuk
menjunjung tinggi norma-norma moral. Penelitian tentang moral menarik
perhatian penulis karena menyangkut kualitas perbuatan manusia dan gejalagejala yang ada di lingkungan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotik yang termasuk
dalam penelitian kualitatif. Metode kualitatif menggunakan teori semiologi

Roland Barthes yang diinterpretasikan menjadi lima kode, yaitu kode
hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik dan kode gnomik
(kultural). Data yang terdapat dalam obyek penelitian dibagi menjadi dua sistem
pemaknaan dan diuraikan menjadi 17 leksia. Pada tahap kedua yaitu sistem mitos,
sebagai suatu bahasa pada tatanan signifikasi dianalisa secara mitologi pada
tatanan bahasa atau sistem semiologi tingkat pertama.
Hasil penelitian ini berdasarkan dari hasil analisis dan interpretasi terhadap
teks kalimat dalam novel My Sister Keeper yang merupakan konotasi-konotasi
yang sengaja dibuat oleh pengarang untuk membuat pembaca menemukan kodekode yang tersembunyi di dalam teks novel ini. Pengarang memberikan ideologi
atau persepsi yang baru dan berbeda dalam novel ini.
Kata kunci : Representasi, Semiologi Roland Barthes, Tindakan Immoral, Novel
My Sister Keeper

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Repr esentasi Tindakan Immor al Dalam Novel My Sister Keeper ”, guna
memenuhi syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Progdi S1 Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Berbagai upaya penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini, berbagai
nasehat dan semangat yang diberikan oleh berbagai pihak telah memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta menunjang kelancaran proses
penyusunannya. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan
demi terselesainya proposal penelitian ini, antara lain kepada :
1. My Greatest parents, my braders and sistha. Thank you for the prayers
and support given to me.
2. Dra.Ec.Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN ’’Veteran’’ Jatim.
3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN ’’Veteran’’ Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN ‘’Veteran’’ Jatim.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
membimbing dan memberi masukan demi terselesaikannya penyusunan
skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan, Duma, Petrik, Irfan, Neng, Donath, Dhodo
serta berbagai pihak yang banyak membantu demi terselesaikannya
penyusunan skripsi ini.
7. Anak-anak Kost Dodol Pusparini, Diana, Oma, Windy, Ninin, Prim, yang
selalu memberi dukungan doa serta semangat kepada penulis.

Akhir kata dengan segala keterbatasannya, penulis berharap skripsi ini akan
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Surabaya,

Juni 2012

Penulis


v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL .....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN
UJ IAN SKRIPSI ...........................................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… . ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x

ABSTRAKSI .............................................................................................. xi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah.........................................................

1


1.2

Perumusan Masalah ............................................................... 10

1.3

Tujuan Penelitian ................................................................... 10

1.4

Kegunaan Penelitian .............................................................. 10

KAJ IAN PUSTAKA ..................................................................... 11
2.1

Landasan Teori ...................................................................... 11
2.1.1 Karya Sastra Sebagai Proses
Komunikasi Massa ...................................................... 11

vi


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2 Novel ........................................................................... 12
2.1.2.1 Elemen-elemen Literatur Fiksi .......................... 13
2.1.3 Novel Sebagai Media Komunikasi Massa ..................... 15
2.1.4 Etika............................................................................. 18
2.1.4.1 Macam-macam Etika ....................................... 20
2.1.4.2 Peran Etika ...................................................... 21
2.1.5 Moral dan Immoral....................................................... 21
2.1.5.1 Lima Ciri Standar Moral .................................. 23

2.2

2.1.6

Representasi ............................................................... 24

2.1.7

Semiotika Komunikasi ............................................... 26

2.1.8

Semiologi Roland Barthes .......................................... 28

2.1.9

Leksia ........................................................................ 33

Kerangka Berfikir .................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 36
3.1

Metode Penelitian .................................................................. 36

3.2

Obyek dan Subyek Penelitian ................................................. 36

33

Kerangka Konseptual ............................................................. 37
3.3.1 Unit Analisis ................................................................ 37
3.2.2 Immoral ....................................................................... 37
3.2.3 Corpus Penelitian ......................................................... 38

3.4

Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41

3.5

Teknik Analisis Data .............................................................. 42

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 44
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 44
4.1.1 Deskripsi Novel My Sister Keeper ............................... 44
4.1.2 Penyajian Data ............................................................. 46

4.2

Analisis Data ......................................................................... 49
4.2.1 Pembahasan Analisis Data ............................................ 49

4.3 Sistem Mitos .......................................................................... 82
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 86
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 86
5.2 Saran ........................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
LAMPIRAN

.............................................................................................. 89

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Media komunikasi tidak hanya terpaku pada media komunikasi
massa pada umumnya berupa televisi, koran, dan radio. Kehadiran media
massa adalah salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat
modern. Dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara
pengemasan yang variatitif dan beragam yang disesuaikan dengan
segmentasi, konsumennya, orientasi internal dari media itu sendiri.
Media massa menurut DeFleur dan Denis dalam Winarso,
2005:171 merupakan suatu alat yang digunakan untuk komunikasi dalam
penyampaian pesan yang ditransmisikan dengan menggunakan suatu
teknologi, dimana sasaran media tersebut merupakan khalayak yang besar
dan misal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan dengan caranya
sendiri. Fungsi media massa secara umum dalam berbagai wacana ada
empat, yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi untuk mendidik, fungsi
untuk menghibur, dan fungsi untuk mempengaruhi. Keempat fungsi
tersebut sangat melekat erat dalam media massa secara utuh dan fungsifungsi tersebut saling berhubungan, mempengaruhi, atau mendukung satu
dengan yang lainnya sehingga pelaksanaannya harus dilakukan bersamasama, tanpa mengesampingkan salah satu diantaranya.
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Karya sastra juga merupakan media untuk mengkomunikasikan ide
atau gagasan si pencipta kepada khalayak luas. Pencipta karya sastra bisa
menuangkan saran, sindiran, atau informasi lainnya sesuai dengan
peristiwa yang biasanya sedang hangat dibicarakan. Dalam lapangan
sastra, karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang
sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk karya sastra secara tulis akan
memiliki sifat kerungan (Santosa, 1993:36). Dimensi ruang dan waktu
dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang
menyiratkan makna semiotika. Dari dua tataran (level) antara mimetik dan
semiotik (atau tataran kebahasaan dan mitis) sebuah karya sastra
menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati.
Menurut Waluyo (2002:68), karya sastra hadir sebagai wujud nyata
imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara
pengarang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan
cerita fiksi. Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam
hal ini adalah novel dan cerpen. Bahkan fiksi sering dianggap bersinonim
dengan novel (Abrams dalam Nugiyantoro, 2004:4). Sebuah karya sastra
berbentuk buku yang dibuat oleh seorang novelis atau pengarang yaitu
novel dapat digolongkan sebagai sebuah media massa seperti media cetak
yang dapat memberikan kehidupan dan informasi bagi pembacanya
Buku atau novel merupakan sifat yang paling tidak “massa” dari
media massa kita dalam menjangkau khalayak dan besarnya industri itu
sendiri, dan fakta ini membentuk hubungan antara media dan khalayak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Rumah penerbitan, baik besar maupun kecil menghasilkan pembaca yang
sempit atau luas yang membeli dan membawa buku secara individual.
Hubungan lebih langsung antara penerbit dan pembaca buku menjadikan
buku memiliki fundamental berbeda dari media massa lainnya. Misalnya,
buku atau novel tidak tergantung dari media massa lain yang menarik
khalayak sebesar mungkin, buku lebih mampu dan lebih mungkin untuk
menetaskan yang baru, menantang, atau gagasan tidak populer. Media ini
dapat mempertahankan lebih banyak suara dalam forum budaya dari media
massa tradisional lainnya (Baran, 2010:86).
Di zaman konvergansi media sekarang ini, lebih sering terjadi
sebuah novel yang laris menjadi inspirasi untuk naskah skenario film.
Dalam banyak hal, novel bisa didefinisikan “novel visual” dengan peranan
pengisah digantikan oleh kamera, dan sudut pandang narasi oleh sudut
kamera .
Sepanjang abad ke 19, dan dalam sebagian abad ke-20, novel
muncul sebagai medium yang populer untuk meneropong sifat manusia
dan masyarakat. Para penulis novel pada zaman itu sama terkenalnya
sebagai tokoh media sebagimana pada zaman sekarang. Kritik-kritik yang
mereka berikan pada masyarakat membawa ke perubahan sosial; dan
penggambaran mereka tentang perilaku manusia memberikan gambaran
penting untuk menelaah karakter manusia pada para pelopor psikologi
(Danesi, 2010 : 77-78).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Novel merupakan salah satu karya sastra yang tidak asing lagi bagi
kita. Sejarahnya, novel hadir sebagai alat untuk memperesentasikan
kehidupan manusia yang tertuang dalam karya fiksi untuk merangsang
imajinasi. Penulisan karya fiksi dianggap menjadi salah satu tolak ukur
untuk melihat perilaku dan karakter manusia. Ini mungkin karena secara
intuitif kita merasa struktur naratif mencerminkan kehidupan nyata yang
kita alami; yaitu bahwa kita merasakan bahwa struktur naratif sudah ada
secara implisit di dalam bentuk tindakan dan peristiwa yang muncul dalam
kehidupan manusia sebenarnya.

Kita cenderung melihat novel laris,

roman Harlequin, fiksi detektif, dan sejenisnya itu mengisahkan sesuatu
yang penting di dalam kita sendiri, walaupun kita membacanya hanya
untuk kesenangan atau kenikmatan saja (Danesi, 2010 :77).
Novel menjadi medium artistik yang dominan dalam abad ke-18
dan 19, ketika semakin banyak penulis yang mengabdikan hidupnya untuk
menulis novel. Novel semakin menjadi nyata secara psikologis,
menguraikan, dan sering megejek kebhidupan dan moral kontemporel. Di
dalam zaman yang sama, muncul banyak genre baru, termasuk novel
pendidikan, yang disitu diungkapkan teori pendidikan dan politik, novel
gothic yang di dalamnya emosi kengerian dibangkitkan dalam pengisahanpengisahan supranatural.
Umumnya sebuah novel bercerita tentang kehidupan mereka
sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif
tersebut. Teknik-teknik narasi di dalam novel cukup beragam, mulai dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

pengisahan bentuk orang pertama sampai narasi dalam bentuk aliran
kesadaran rumit yang dirancang untuk mengungkapkan perasaan, pikiran,
dan tindakan tersembunyi suatu karakter (Danesi, 2010 : 78).
Novel memiliki keunggulan dibanding dengan media cetak lain.
Selain dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama, aktualitas
novel tidak diukur dalam hitungan hari atau minggu sebagaimana halnya
surat kabar atau majalah, sehingga novel dapat dibaca kapan saja. Novel
menyajikan pengalaman-pengalaman yang dekat dengan kehidupan seharihari. Dengan membaca novel, berarti pembaca telah mendapatkan
pengalaman tokoh yang telah diceritakan oleh penulis tanpa harus
mengalaminya

sendiri.

Pembaca

juga

diberi

kesempatan

untuk

menvisualisasikan cerita dalam novel sesuai dengan imajinasinya. Sebagai
sebuah teks, sangat memungkinkan bagi novel untuk dimaknai secara
berbeda oleh pembaca yang berbeda pula.
Melalui novel, pengarang mencoba menyampaikan pesan yang
merupakan pengekspresian terhadap dirinya. Novel menjadi sarana atau
media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
masyarakat. Novel juga dapat dijadikan sarana sosialisasi terhadap suatu
sikap atau nilai. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang novel
tentunya tidak berasal dari luar diri pengarang novel tersebut. Dalam artian
bahwa novel tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan
(frame of references) dan pengalaman (filed of reference) sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Konsep pesan dalam novel dapat berupa ungkapan-ungkapan dari
perasaan senang, sedih, marah, dan juga dapat berupa kritikan maupun
pujian akan suatu hal. Teks dalam novel juga kaya akan makna-makna
yang tersembunyi didalamnya, baik makna tersebut secara denotatif
maupun konotatif (Widyatmoko, 2005 : 12)
Karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada
pembacanya untuk berbuat baik, maksudnya karya sastra tersebut
mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan senantiasa memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga tidak luput dari perbuatan baik (bermoral) dan
perbuatan tidak baik (immoral). Moral dan immoral akan selalu silih
berganti dalam kehidupan, suatu saat seseorang dapat melakukan
perbuatan bermoral namun pada saat yang lain, seseorang juga dapat
melakukan perbuatan immoral.
Istilah moral digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifatsifat, corak-corak, maksud-maksud dan pertimbangan serta perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan baik atau buruk, benar atau salah. Pada
tataran inidividu, moral dipahami sebagai unsur-unsur yang merupakan
sifat-sifat kelakuan yang disebut baik atau buruk. Sifat-sifat kelakuan ini
disebut baik atau buruk disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang diterima
oleh kelompok di mana individu itu berada.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Membahas tentang moral, tentu tidak terlepas dari istilah amoral
dan immoral. Namun, istilah amoral perlu dibedakan dengan istilah
immoral. Amoral berarti tindakan yang tidak mempunyai sangkut paut
dengan moralitas. Jadi bersifat netral. Artinya tindakan itu tidak bisa
dinilai dengan menggunakan tolak ukur moralitas. Dengan kata lain,
tindakan yang amoral tidak bisa dinilai benar atau salah secara moral.
Sedangkan immoral berarti suatu tindakan bertentangan atau melanggar
moralitas. Jadi, tindakan immoral adalah yang sudah jelas-jelas salah dari
segi moralitas dan perlu dikutuk (Keraf, 1998 : 56).
Berbagai masalah etis telah ada dan akan selalu ada bersama kita.
Masalah etis tidak akan begitu saja lenyap. Kesadaran tentang adanya baik
dan buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh
lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dan sebagainya. Moral juga
merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu yang mutlak baik atau
buruk walaupun situasi berbeda. Kesadaran moral erat kaitannya dengan
nilai-nilai keyakinan seseorang dan pada prinsipnya semua manusia
dewasa tahu akan hal yang baik dan buruk.
Novel “My Sister Keeper” adalah sebuah karya sastra yang ditulis
oleh Jodi Picoult, yang lahir pada tahun 1966 dan sejak remaja sudah
bercita-cita menjadi penulis. Berbeda dengan novel kebanyakan, Jodi
Picoult mempunyai gaya khas dalam menceritakan setiap bagian dalam
setiap novelnya. Dengan alur berlompatan, maju mundur dalam rentang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

tahun, Jodi Picoult tidak menulis secara konvensional. Ia memilih
menjadikan setiap tokoh masing-masing berkisah.
Diantara karya-karya yang ditulis oleh Jodi Picoult, My Sister
Keeper merupakan salah satu novel yang telah mengantarkan Jodi Picoult
dalam meraih beberapa penghargaan, diantaranya penghargaan Best Book
Of The Year pada tahun 2005. Novel yang ditulis oleh penerima
penghargaan New England Book Award untuk karya fiksi pada tahun 2003
ini juga mendapat pengakuan dari harian terkenal People Magazine karena
mampu merenggut perhatian pembaca dengan topik yang mengejutkan.
Dalam novel My sister Keeper yang telah diangkat ke layar lebar ini, Jodi
Picoult

mengangkat

beragam

persoalan

manusia,

seperti

cinta,

kemanusiaan, perjuangan, keikhalasan, kebijaksanaan, serta berbagai
tindakan yang terkait dengan moralitas.
Melalui novel My Sister Keeper, Jodi Picoult mengajak pembaca
untuk mengerti dan memahami bahwa dalam kehidupan ini, manusia tidak
terlepas dari kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Novel My Sister Keeper bercerita tentang Anna yang sengaja
dilahirkan untuk menyelamatkan hidup kakaknya, Kate yang menderita
penyakit leukemia sejak usia dua tahun. Usaha Sara Fitzgerald (ibu) dan
Brian Fitzgerald (ayah) untuk mempertahankan hidup Kate adalah dengan
mengikuti saran dokter untuk memiliki anak lagi yang mempunyai
kesamaan secara genetik dengan Kate. Menginjak usia remaja, Sara
meminta Anna agar menyumbangkan ginjalnya untuk menyelamatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

hidup kakaknya yang sedang sekarat. Anna kemudian mulai berani
mempertanyakan tujuan hidupnya, ia memutuskan untuk menggugat
orangtuanya agar mendapatkan hak kebebasan medis.
Novel ini menitik beratkan atas tindakan yang dilakukan kedua
orangtua yang rela melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa
anaknya, meskipun caranya adalah dengan mengambil hak orang lain.
Oleh karena itu penelitian tentang moral sangat menarik perhatian penulis,
karena menyangkut kualitas perbuatan manusia dan gejala-gejala yang ada
di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan sebuah studi penelitian dengan menggunakan analisis
semiologi untuk mengetahui representasi tindakan immoral dalam novel
“My Sister Keeper” karya Jodi Picoult.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana representasi tindakan immoral dalam novel “My Sister
Keeper” karya Jodi Picoult”?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang
ditetapkan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui representai tindakan
immoral dalam novel “My Sister Keeper”.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teor itis
Hasil
kontribusi

penelitian

untuk

ini

pemikiran

diharapkan
yang

dapat

berkaitan

memberikan
dengan

ilmu

komunikasi terutama mengenai representasi tindakan immoral.
1.4.2 Manfaat Pr aktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan bagi
pembaca untuk memahami pesan-pesan

yang disampaikan

pengarang dalam novel “My Sister Keeper”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Kar ya Sastr a Sebagai Proses Komunikasi Massa
Dalam proses komunikasi, karya sastra dianggap sebagai gejala
yang sarat dengan referensi-referensi sosial, yang pada dasarnya sangat
bermanfaat dalam pengembangan hubungan-hubungan sosial. Karena
itulah Duncan menyatakan bahwa kekuatan seni yang sesungguhnya
terletak dalam kapasitasnya untuk menerobos tembok pemisah antar
manusia ( Ratna, 2003 : 134).
Karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan pemahaman
yang sangat luas. Menurut Duncan, dalam karya seni terkandung bentukbentuk ideal komunikasi, karena karya seni menyajikan pengalaman dalam
kualitas antar hubungan (Ratna, 2003 : 1142).
Komunikasi massa adalah proses penyampian pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media cetak dan
elektronik antara lain: televisi, radio, koran, majalah, buku, film, dan
bertujuan untuk mengirim sejumlah pesan kepada khalayak yang tersebar
dan heterogen. Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan
kompleksitas hubungan yang bermakna, antar hubungan yang bertujuan

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku sosial yang terjadi pada
saat-saat tetentu (Ratna, 2003 : 137)

2.1.2 Novel
Dalam arti umum, novel diartikan sebagai bentuk karya sastra,
novel merupakan struktur yang bermakna.

Novel tidak sekedar

serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan
struktur pikiran yang tersusun. Novel juga memberikan informasi kepada
pembacanya, selain itu novel juga berfungsi menghibur dan mempersuasi
para pembacanya (Keraf, 1993 : 187-188).
Dalam karya sastra, pengarang menampilkan bagaimana para
tokoh menyikapi serta keluar dari konflik yang ada. Karena itu, harga
karya sastra terletak pada cara pengarang menyampaikan tindak-tanduk,
sikap, penilaian tokoh cerita atas konflik yang dihadapi melalui berbagai
tinjauan. Melalui tinjauan tersebut pembaca memperoleh perbandingan
atau pelajaran berharga untuk menyikapi kehidupan sehari-hari. Karena
karya sastra bukanlah petunjuk praktis untuk menghadapi kehidupan
sehari-hari, maka pembaca perlu memperoleh pemahaman tentang
bagaimana membaca karya sastra.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.1.2.1 Elemen-elemen Liter atur Fiksi
1. Setting, yaitu latar belakang fisik dan spiritual dalam
suatu karya fisik. Latar belakang fisik adalah segala benda-benda
material yang digambarkan dalam cerita, misalnya sebuah rumah,
gedung, tempat, lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan latar
belakang spiritual adalah kondisi moral atau spiritual dari karakter
yang berkaitan dengan jalannya cerita.
2. Tema, yaitu ide pokok pembicaraan atau persoalan yang
mendasari suatu cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan
sekedar mau bercerita, melainkan ingin mengatakn sesuatu kepada
pembacanya. Sesuatu itu bisa merupakan pandangan hidup,
rangkaian nilai-nilai atau perasaan tertentu. Ide itu digunakan untuk
melukiskan watak dan menggerakkannya dalam suatu cerita.
Tema tidak selalu berwujud moral atau ajaran moral.
Adakalanya tema hanya berwujud pengamatan pengarang terhadap
kehidupan. Besar kecilnya sebuah tema tidaklah menentukan
keberhasilan suatu cerita. Pengarang tidak mengemukakan tema
secara eksplisit, pengarang menggunakan elemen-elemen seperti
dialog tokoh cerita, jalan pikiran, atau perasaan tokoh cerita,
kejadian-kejadian, setting untuk mempertegas dan menyarankan isi
temanya. Seluruh unsur cerita menjadi mempunyai satu arti saja,
satu tujuan dan yang mempersatuakn itu adalah tema.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

3. Nilai dan Amanat. Sebuah karya sastra yang indah,
bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia
harus dilihat secara menyeluruh, meliputi tema, nilai dan
amanatnya, plot, penokohan dan sebagainya. Dalam sebuah karya
sastra, termasuk juga cerpen, novel dan roman, setidaknya terdapat
tiga nilai, yakni nilai estetika, nilai moral, dan nilai yang
konsepsional.
Nilai estetika kita jumpai tidak hanya dalam bentuk
(struktur) karya sastra itu, tetapi juga dalam isinya (tema dan
amanat). Nilai moral akan terlihat terhadap apa yang diungkapkan
dalam karya sastra itu dan bagaimana cara pengungkapannya itu.
Nilai konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang secara
keseluruhan terhadap masalah yang diungkapkan di dalam karya
sastra yang diciptakan.
Dorongan utama seorang pengarang membuat cerita
sebenarnya bukan sekedar ingin bercerita, melainkan karena ingin
menyampaikan sesuatu, baik berupa ajaran mengenai baik dan
buruk, mengenai hubungan manusia dengan sesamanya atau
hubungan manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, sangat
beralasan bila ada pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra
mempunyai manfaat bagi manusia, sebab dari karya sastra dapat
diperoleh berbagai nilai kehidupan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

4. Penokohan. Setiap cerita tentu ada tokoh ceritanya, tokoh
itu dapat berwujud manusia, binatang, dan dapat pula berupa benda
mati. Namun, tokoh yang umum ditampilkan dalam cerita pendek
novel atau roman berwujud manusia. Tokoh yang terdapat dalam
cerpen, novel atau roman bersifat imajiner atau tokoh itu
merupakan rekaan atau hasil imajinasi pengarang semata.
Meskipun hasil rekaan pengarang, tokoh itu harus memiliki jiwa,
harus

seperti

layaknya

manusia.

Penulis

yang

berhasil

menghidupkan watak tokoh ceritanya, yang berhasil mengisinya
dengan darah dan daging, ekan dengan sendirinya meyakinkan
kebenaran ceritanya.
5. Alur atau plot cerita. Di dalam sebuah cerita pendek,
novel, roman maupun drama, disajikan berbagai peristiwa dengan
urutan tertentu. Peristiwa yang diatur atau diurutkan itu
membangun tulang punggung cerita, itulah alur. Ada yang
mengibaratkan alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Tanpa
rangka, tubuh tidak dapat berdiri. Ada juga yang mengumpamaan
alur sebagai sangkutan, tempat menyangkutnya bagian-bagian
cerita sehingga terbentuklah suatu bangun yang utuh.
2.1.3 Novel Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media cetak dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

elektronik antara lain : televisi, radio, koran, majalah, buku, film dan
bertujuanuntuk mengirim sejumlah pesan khalayak yang tersebar dan
heterogen.
Menurut DeFleur dan Dennis McQuail dalam Genarsih (2006:33),
secara garis besar media komunikasi massa dapat digolongkan ke dalam
dua hal, yaitu media cetak atau print (buku, majalah, surat kabar, dan film
(khususnya film komersial), serta media broadcasting yaitu radio dan
televisi. Media cetak sebagai media komunikasi umumnya memilki fungsi
sebagai pemberi informasi,

artikel majalah

yang

lebih bersifat

mempengaruhi, dan novel yang mempunyai fungsi utama untuk
menghibur. Selain itu novel juga member informasi dan mempersuasi
pembacanya.
Komunikasi massa dalam sastra dapat diartikan sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, anonim melalui media cetak dan elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat dan akan
menimbulkan perubahan pada dinamika sosial yang terjadi. Dalam arti
umum, novel diartikan sebagai suatu cerita rekaan yang panjang dalam
bentuk prosa. Sebagai bentuk karya sastra, novel merupakan struktur yang
bermakna. Novel tidak sekedar serangkaian tulisan yang menggairahkan
ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsurunsur yang terpadu (Sugihastuti dan Suharto, 2002:43).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Isi pesan novel menjadi penting, berkaitan dengan fungsi novel
yang dikemukakan Culler, yaitu novel merupakan wacana yang
didalamnya dan lewatnya masyarakat mengartikulasikan dunia. Di dalam
novel kata-kata disusun sedemikian rupa agar melalui aktivitas pembacaan
akan muncul suatu model mengenai suatu dunia sosial, model-model
personalitas individual, model hubungan dengan masyarakat. Dan yang
lebih penting lagi, model signifikasi dari aspek dunia tersebut (Faruk,
2001:47).
Novel sebagai salah satu karya sastra merupakan salah satu bahasa
untuk berkomunikasi dengan bidang-bidangg lainnya yang berkembang
sesuai dengan perubahan masyarakat dimana ia hidup (Sunardi, 2004 : 14).
Karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan pemahaman yang
sangat luas. Menurut Duncan, dalam karya sastra terkandung bentukbentuk idela komunikasi, sebab karya seni menyajikan pengalaman dalam
kualitas antar hubungan (Ratna, 2003:142).
Karya sastra khususnya novel, dengan peralatan formalnya, makin
lama makin dirasakan sebagai aktivitas yang memiliki fungsi integral
dalam struktur sosial. Dalam proses komunikasi, karya sastra dianggap
sebagai gejala yang sarat dengan referensi-referensi sosial, yang pada
dasarnya sangat bermanfaat dalam pengembangan hubungan-hubungan
sosial. Karena itulah Duncan menyatakan bahwa kekuatan seni yang
sesungguhnya terletak dalam kapasitasnya untuk menerobos tembok
pemisah antara manusia (Ratna, 2003 : 134).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Selanjutnya, DR. Nyoman Kutha Ratna mengatakan bahwa
komunikasi sastra merupakan komunikasi tertinggi sebab melibatkan
mekanisme unsur-unsur yang paling luas. Schmidt misalnya, menjelaskan
bahwa komunikasi sastra melibatkan proses total yang meliputi : a)
produksi teks, yaitu aktivitas pengarang dalam menghasilkan teks tertentu;
b) teks itu sendiri dengan berbagai problematikanya; c) transmisi teks
melalui editor, penerbit, toko-toko buku, dan pembaca nyata; d) penerima
teks, melalui aktivitas pembaca, khususnya pembaca implisit. Hubungan
karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang
bermakna, antar hubungan yang bertujuan untuk saling menjelaskan
fungsi-fungsi perilaku sosial yang terjadi pada saat-saat tertentu (Ratna,
2003 : 137).

2.1.4 Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ethos, yang dalam
bentuk tunggal mempunyai arti, yaitu tempat tinggal yang biasa; padang
rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) mempunyai arti adat kebiasaan.
Arti dalam bentuk jamak ini pada akhirnya menjadilatar belakang
terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani , Aristoteles (384322SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Dari paparan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

diatas dapat dipahami arti dari kata etika secara etimologis (berdasarkan
asal usul kata).
Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan (Bartens : 1993). Sedangkan dalam
pandangan Plato, seorang ahli filsafat Yunani, etika merupakan bagian dari
ilmu filsafat yaitu filsafat praktis.
Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika mepunyai sifat yang
sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma
yang

dianggap

berlaku;

menyelidiki

dasar

norma-norma

itu;

mempersoalkan hak dari setiap lembaga, seperti orangtua, sekolah, negara,
dan agama untuk member perintah atau larangan yang harus ditaati. Etika
menuntut orang bersikap rasional terhadap semua norma. Etika dibutuhkan
sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa
yang sah dan apa yang tidak sah; membedakan apa yang benar dan apa
yang tidak benar.
Objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang
merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalanpersoalan dalam bidang moral. Jika diperiksa segala macam pernyataan
moral, maka akan terlihat bahwa pada dasarnya hanya ada dua pernyataan.
Pertama, tentang tindakan manusia. Kedua, pernyataan tentang manusia itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif,
maksud dan watak.
2.1.4.1 Macam-Macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang
tanggapan kesusilaan atau etis sama halnya dengan berbicara moral
(mores). Terdapat dua macam etika (Keraf, 1991 : 23) sebagai berikut :
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya, etika deskriptif
tersebut berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa
suatu masyarakat

yang dikaitkan dengan kondisi tertentu

memungkinkan manusia bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya
dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi, etika normatif norma-norma yang dapat menuntun
manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan
berlaku di masyarakat.
2.1.4.2 Peran Etika
Etika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia.
Peran yang dimiliki etika tersebut beberapa diantaranya adalah :
1. Etika mendorong dan mengajak setiap individu untuk bersikap
kritis dan rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan
pendapatnya sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan (bersifat
otonom). Pada tataran ini tidak ada campur tangan dari individu
yang lain karena secara sadar setiap individu berusaha memutuskan
berdasarkan pendapatnya sendiri.
2. Etika dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang
menjadi masyarakat yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera
dengan menaati norma-norma yang berlaku demi mencapai
ketertiban dan kesejahteraan.
2.1.5 Moral dan Immor al
Kata moral berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak:mores) yang
berarti kebiasaan atau adat. Secara etimologi, kata moral memiliki arti
nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Apabila ada seseorang yang
dikatakan tidak bermoral, maka yang dimaksud perkataan ini adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

perbuatan orang tersebut dianggap melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu komunitas.
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai :
1.

Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan
buruk.

2.

Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.

3.

Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Konsep moral digunakan untuk memahami suatu perbedaan antara

yang baik dan yang buruk. Sebagai kata benda, kata moral mempunyai arti
norma-norma tingkah laku yang baik atau yang buruk dalam kehidupan
suatu masyarakat. Apakah suatu perbuatan atau tindakan dapat diterima
oleh masyarakat atau tidak tergantung pada norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Konsep-konsep moral terdiri dari :
1.

Peraturan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan anggota
kelompok atau anggota budaya.

2.

Peraturan perilaku yang menentukan pola perilaku yang diharapkan
dari seluruh anggota kelompok.
Membahas tentang moral, ada istilah yang perlu kita perhatikan,

yaitu amoral dan immoral. Dalam ensiklopedia terbesar, Wikipedia,
amoral didefinisikan sebagai “immoralism is a system that does not accept
moral principles and directly opposes morality, while a moralism does not
even consider the existence of morality plausible”. Istilah amoral bisa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

dikaitkan dengan kata tidak mempunyai relevensi etis (Bertens, 2002:8),
tidak

berkaitan

dengan

masalah

moral,

dan

bebas

moral

(http://aprillins.com/2009/1232/istilah-filsafat-moral-amoral-danimmoral/).
Sedangkan

dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(Poerwadarminta), amoral berarti tidak bermoral, tidak berakhlak. Berbeda
dengan kata amoral, dalam kamus Concise Oxfore Dictionary kata
immoral memiliki arti bertentangan dengan moralitas yang baik; secara
moral buruk; tidak etis. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kenyataanya
tidak mudah untuk membedakan antara amoral dengan immoral. Sebagai
catatan yang perlu diingat, kata “amoral” sebaiknya diartikan sebagai
netral dari sudut moral atau tidak mempunyai relevansi etis.
2.1.5.2 Ciri Standar Mor al
Moralitas juga berperan sebgai pengatur dan petunjuk bagi
manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang
baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993 : 20).
Dengan demikian manusia dapat dikatakan tidak bermoral jika ia
berperilaku tidak sesuai dengan moralitas yang berlaku.
Ciri yang menentukan hakikat standar moral menurut para ahli
etika (Velazquez, 2005 : 9-10) adalah standar moral berkaitan dengan
persoalan yang dianggap akan merugikan serius atau benar-benar
menguntungkan manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.1.6

Representasi
Chris Barker menyebutkan bahwa representasi merupakan kajian

utama dalam cultural studies. Representasi sendiri dimaknai sebagai
bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita
dan oleh kita di dalam pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan
diri kapada bagaimana proses pemaknaan repreentasi itu sendiri (Barker,
2006 : 9).
Representasi adalah elemen-elemen yang ditandakan secara teknis.
Dalam bahasa tulis seperti proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan
sebagainya.

Elemen

representasional

yang

tersebut

ditransmisikan

memasukkan

diantara

ke

dalam

kode

bagaimana

objek

digambarkan : karakter, narasi, setting, dialog, dan sebagainya (Eriyanto,
2005 : 15).
Menurut Stuart Hall, representasi merupakan salah satu praktek
penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep
yang sangat luas, kebudayaan menyangkut “pengalaman berbagi”. Seorang
dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang
ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode
kebudayaan yang sama, berbicara bahasa yang sama, dan saling berbagi
konsep yang sama. (http://kunci.or.id/esailnws/04/representasi.htn).
Ada dua proses representasi, pertama, representasi mental dan
kedua representasi bahasa. Representasi mental adalah konsep tentang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

“sesuatu” yang ada dikepala kita masing-masing (peta konseptual),
representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Sedangkan
representasi bahasa yaitu yang berperan penting dalam proses konstruksi
makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita dapat menghubungkan
konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dan simbol-simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan
mengkonstruksi seperangakat rantai korespondensi antara sesuatu dengan
sistem “peta konseptual” dengan bahasa atau simbol yang berfungsi
merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara
“sesuatu”, “peta konseptual”, dan “bahasa/simbol” adalah jantung dari
produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen
ini secara bersama-sama itulah yang dinamakan representasi.
Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan
baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah ada.
Intinya adalah ia selalu dikonstruksikan diproduksi lewat representasi. Ia
adalah adalah hasil dari praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu
hal mempunyai suatu makna. Istilah representasi itu sendiri menunjuk
pada bagaiman seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu
ditampilkan dalam pemberitaan. Jadi persoalan utama dalam representasi
adalah bagaimana representasi adalah bagaimana realitas atau obyek
tertentu ditampilkan (Eriyanto, 2001 : 113).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.1.7 Semiotika Komunikasi
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk
pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa,
sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang
berasal dari Yunani “semeion” yang berarti “tanda” atau “sign” dalam
bahasa Inggris adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa,
kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan
sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda
dan simbol-simbol sebagai bahan dari sistem kode yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan
verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa
diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki, ketika tanda
tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan
informasi atau pesan tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia)
(Sobur, 2004:30).
Dalam kajian ini huruf dan kalimat jika diterapkan pada tandatanda bahasa tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu
hanya memiliki arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya.
Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan
(signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan
(Sobur, 2004 :17). Sehubungan dengan pandangan tersebut, maka perlu
diberikan catatan bahwa bahasa yang ada di dunia ini ada yang diciptakan
sendiri, yaitu bahasa yang tidak berkembang dengan sendirinya, seperti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

tanda lalu lintas dan kaidah yang berlaku dalam logika. Terdapat juga
sistem tanda sekunder yang berfungsi di dalam rangka sebuah sistem
primer, seperti dalam bahasa alam. Singkatnya, bahasa itu tidak hanya
biasa kita jumpai secara umum. Tetapi juga terdapat bahasa-bahasa di luar
itu. Pandangan bahasa seperti inilah yang ada dalam pandangan semiotika.
Pada dasarnya semiotika dapat dipandang sebagai suatu proses
tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu
hubungan antara lima istilah, yaitu :

S (s, i, e, r , c)

S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign
(tanda); i untuk interpreter (penafsir); untuk effect (pengaruh). Misalnya
suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada
kondis-kondisi tertentu c karena s. r untuk reference (rujukan); dan c untuk
context (konteks) atau condition (kondisi) (Sobur, 2004:17).
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de
Saussure melalui dikotomi sistem tanda signified dan signifier atau
signified dan significant yang bersifat atomistis. Kajian semiotika sampai
sekarang telah membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika
komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama menekankan pada
teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan
adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan