OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG KEKACAUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SMA 2013 (Analisis Isi Obyektivitas Berita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di Jawa Post Periode 16 – 19 April 2013).

OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG KEKACAUAN
PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SMA 2013
(Analisis Isi Obyektivitas Ber ita Tentang Kekacauan Pelaksanaan
Ujian Nasional SMA 2013 di J awa Post Per iode 16 – 19 Apr il 2013)

SKRIPSI

OLEH :
NADIYA YOLANDA MANIK
NPM : 0843010222

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


J udul Penelitian

: OBJ EKTIVITAS

BERITA
TENTANG
KEKACAUAN
PELAKSANAAN
UJ IAN
NASIONAL SMA 2013 (Analisis Isi Obyektivitas
Ber ita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian
Nasional SMA 2013 di J awa Post Per iode 16 – 19
Apr il 2013)

Nama Mahasiswa
NPM
J urusan
Fakultas

:

:
:
:

NADIYA YOLANDA MANIK
0843010222
Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui
Pembimbing Utama

Dr s. Saifuddin Zuhri, MSi
NPT. 3 7006 94 0035 1

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Mengetahui,
DEKAN


Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP 1 95507 181 983 022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

J udul Penelitian

: OBJ EKTIVITAS

BERITA
TENTANG
KEKACAUAN
PELAKSANAAN
UJ IAN
NASIONAL SMA 2013 (Analisis Isi Obyektivitas
Ber ita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian
Nasional SMA 2013 di J awa Post Per iode 16 – 19
Apr il 2013)


Nama Mahasiswa
NPM
J urusan
Fakultas

:
:
:
:

NADIYA YOLANDA MANIK
0843010222
Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Menyetujui,

DOSEN PEMBIMBING

TIM PENGUJ I:

1.

Dr s. Saifuddin Zuhri, MSi
NPT. 3 7006 94 0035 1

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi
NPT. 3 7006 94 0035 1
2.

Zainal Abidin Achmad S.Sos, M.Si, M.ed
NPT : 3 7305 99 0170 1
3.

Dr s. Kusnarto, MSi
NIP. 195808011984021001

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NIP : 19550718 198302 2 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG CARUT MARUT
UJ IAN NASIONAL SMA 2013 DI J AWA POS
(Analisis Isi Obyektivitas Ber ita Tentang Car ut Mar ut Ujian Nasional
SMA 2013 di J awa Post)

Disusun Oleh :

NADIYA YOLANDA MANIK
NPM : 0843010222
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING


Dr s. Saifuddin Zuhri, MSi
NPT. 3 7006 94 0035 1

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP 1 95507 181 983 022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
dan segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
dengan

judul


”OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG

KEKACAUAN

PELAKSANAAN UJ IAN NASIONAL SMA 2013 (Analisis Isi Obyektivitas
Berita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di J awa Post
Periode 16 – 19 April 2013)”
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, MSi sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
berlangsung. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan
pengalamannya selama masa perkuliahan.
i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Pada Mama, Papa dan Abang tersayang, terimakasih untuk doa yang tiada
habisnya serta segala kontribusi, dukungan moril maupun material.
6. M. Taufik Ilma Deni Hidayat telah setia menemani, membantu, menghibur, serta

memberi motivasi dalam situasi apapun. “Thank’s for everything Sweetheart”.
7. Seluruh teman-teman UK Pers Mahasiswa UPN “Veteran” Jatim, dan temanteman UPN TV yang telah menjadi inspirasi serta memberi motivasi besar bagi
penulis dalam menempuh strata pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.
8. Sahabatku tercinta “The Riebbeth”, “D NAZGOR”, dan “Bublez” terimakasih
atas kesediannya berbagi canda-tawa dan rela membantu dalam kondisi susah,
maaf telah banyak merepotkan kalian.
9. Pak Narto, yang tak jemu memberikan nasehat serta bantuannya.
10. Sahabat lama ku, Alfian yang telah berbaik hati meluangkan waktunya dalam
segala kondisi suka maupun duka bersama Penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki
kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca sekaligus menambah ilmu pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 1 Mei 2013

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI

..................................................................................... iii


ABSTRAK

..................................................................................... v

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................... 10

BAB II.

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ............................................................. 11
2.1.1. Media Cetak ...................................................... 11
2.1.2. Surat Kabar ....................................................... 11
2.1.3. Karakteristik Surat Kabar .................................. 13
2.1.4. Pengertian dan Fungsi Pers ................................ 15
2.1.5. Teori Kebebasan Pers. ....................................... 18
2.1.6. Berita ................................................................ 28
2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik ...................................... 37
2.3. Objektifitas Berita ......................................................... 40
2.3.1. Konsep Penyajian Berita .................................... 46
2.4. Penelitian Terdahulu ..................................................... 49
2.5. Kerangka Pikir .............................................................. 50

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional ..................................................... 52
3.1.1 Berita Kasus Carut Marut Ujian Nasional 2013 ..... 52
3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita ..................................... 54
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ........... 57
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 58
3.5. Teknik Analisis Data...................................................... 59

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Perusahaan ......................................... 60
4.1.1. Gambaran Singkat Surat Kabar Jawa Pos ............. 60
4.2.Penyajian Data dan Analisis Data.................................... 63
4.2.1. Objektifitas Pemberitaan ...................................... 63
4.2.2. Fairness ................................................................ 79
4.2.3. Validitas Pemberitaan........................................... 86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ..................................................................... 93
5.2.Saran ............................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Nadiya Yolanda Manik. Objektivitas Berita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian
Nasional SMA 2013 (Analisis Isi Obyektivitas Berita Tentang Kekacauan Pelaksanaan
Ujian Nasional SMA 2013 di Jawa Post Periode 16 – 19 April 2013)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada surat
kabar Jawa Pos dalam berita Tentang Kekacauan Pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013
di Jawa Post Periode 16 – 19 April 2013.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar,
Karakteristik Surat Kabar, Pengertian Dan Fungsi Pers, teori kebebasan pers, objektifitas
berita.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset kuantitatif, yang
menggunakan analisis isi dari Rachma Ida. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
berita yang berada di halaman depan surat kabar Jawa Pos tentang Kekacauan
Pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di Jawa Post Periode 16 – 19 April 2013. Hasil
dari penelitian ini adalah pemberitaan di Jawa Pos mengenai Kekacauan Pelaksanaan
Ujian Nasional SMA 2013 di Jawa Post Periode 16 – 19 April 2013 masih belum
sepenuhnya objektif, Akurasi pemberitaan surat kabar Jawa Pos sudah memenuhi teori
objektivitas pemberitaan karena karena terdapat kesesuaian antara judul berita dengan isi
berita, tertera pencantuman waktu, terdapat data pendukung penguat isi berita sepert i
foto, dan tidak terdapat adanya opini dari wartawan yang dimasukkan. Fairness
pemberitaan kekacauan pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di surat kabar Jawa Pos
pada tanggal 16 sampai 19 April 2013 tidak bisa dikatakan cover both side dan belum
bisa merefleksikan prinsip obyektivitas dalam sumber berita. Hal ini terlihat dari sumber
berita yang dimintai keterangannya sangat tidak seimbang. Pernyataan didominasi hanya
dari satu pihak yang berkepentingan. Penggunaan luas kolom juga belum seimbang.
Validitas pemberitaan belum objektif, dan tergolong sebagai sumber berita yang kurang
valid dikarenakan Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga, Purnama Megati bukan
termasuk pelaku langsung yang mengalami langsung peristiwa tersebut. Namun terdapat
kejelasan mengenai masing-masing sumber beritanya
Kata Kunci : analisis isi berita, objektifitas, Ujian Nasional, Jawa Pos

ABSTRACT
Nadiya Yolanda Manik. Objectivity News About Chaos Implementation of the National
High School Exam 2013 (Content Analysis of Objectivity News About Chaos
Implementation of National High School Exam 2013 in the Java Post Period 16 to 19
April 2013)
The purpose of this study was to determine the objectivity of news in the newspaper Jawa
Pos in the news About Chaos Implementation of National High School Exam 2013 in the
Java Post Period 16 to 19 April 2013.
Theoretical basis used in this study is Newspaper, Newspapers Characteristics, Definition
And Function Press, theory of press freedom, news objectivity.

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

The method used in this study is a quantitative research method, which uses content
analysis of Rachma Ida. The population is all the news on the front page of the
newspaper Jawa Pos Chaos Implementation of National High School Exam 2013 in the
Java Post Period 16 to 19 April 2013.
The results of this study are reports in the Java Post on Chaos Implementation of
National High School Exam 2013 in the Java Post Period 16 to 19 April 2013 was an
objective but not fully, still intended reporter opinion into news content and also lack of
accuracy in the inclusion of the event occurrence time. Reporting accuracy newspaper
Jawa Pos has met theory of the objectivity of the news because there is a match between
the content of the news headlines, there is supporting data amplifier news content such as
photos. But still there are often opinion of journalists who entered and lack of inclusion
of chronological accuracy. Fairness preaching chaos implementing the National High
School Exam 2013 in the Jawa Pos newspaper can be said cover both side and reflect the
principle of objectivity in news sources. But the widespread use of the column has not
been balanced. The validity of the news is quite objective. This is evident from the data
source used is direct contact with the source of the event and there is clarity about each
data source.
Keywords: content analysis of news, objectivity, National Exam, Jawa Pos

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan

yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan
informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan
juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi
mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum
bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak
adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak korankoran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing
media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih
terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda dengan
penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus berada di depan
televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan
lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya
aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu
menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut
menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama
sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda
yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers
sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media
dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan
informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat
atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki
power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus
memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat
2006 : 47)
Akhir-akhir ini banyak berita tentang ujian nasional yang menjadi perhatian
khalayak. Mulai dari bocornya soal, keterlambatan distribusi soal yang menyebabkan
terjadinya penundaan ujian di sebelas provinsi.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Ujian Nasional
(UN) agar benar-benar berjalan sesuai dengan harapan masyarakat, baik dari segi
prestasi maupun dari segi penyelenggaraan, ternyata tidak mudah seperti membalik
telapak tangan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
sebelumnya menjamin pelaksanaan UN berjalan lancar, ternyata diluar dugaan, UN
tahun ini tidak dapat berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Tidak kurang ada 11 provinsi yang harus menunda pelaksanaan Ujian
Nasional karena soal yang dijadikan materi ujian belum dapat didistribusikan, akibat
belum tercetak sampai batas waktu yang ditentukan.11 Provinsi tersebut masingmasing Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulteng, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, NTT, NTB dan Bali.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Dengan demikian, para siswa SMA/MA maupun SMK di sebelas provinsi
itu baru dapat melaksanakan ujian pada tanggal 18 sampai dengan 23 April
2013.Ditundanya pelaksanaan Ujian Nasional di sejumlah daerah ini merupakan
masalah baru yang sebelumnya jarang ditemukan, sebab selama ini yang menjadi
persoalan adalah angka kelulusan yang rendah di daerah-daerah tertentu dan
kebocoran soal ujian, dan masalah-masalah kecurangan lainnya. Masalah kebocoran
soal dan kecurangan nampaknya dapat diatasi dengan adanya barcode dengan soal
bervariasi dengan 20 paket soal yang berbeda, setidaknya dapat memperkecil
peluang siswa untuk mendapatkan bocoran soal.
Tapi masalah keterlambatan percetakan soal nampaknya menjadi persoalan
yang sulit dimengerti dan membuat sejumlah praktisi pendidikan anggota dewan
angkat bicara, sebab seharusnya ini tidak perlu terjadi jika Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja secara profesional.
Salah satu penyebab terlambatnya percetakan soal ujian karena pihak
percetakan PT. Graha Printing Indonesia kewalahan
kompleksnya

materi

yang

harus

dikerjakan,

karena banyaknya dan

sementara

waktunya

agak

terbatas.Padahal idelanya soal sudah harus siap minimal H-3, tapi yang terjadi
sampai hari H, 15 April di 11 Provinsi belum menerimanya.
Mepetnya waktu tentu berbanding lurus dengan kesepakatan tender yang
mungkin juga mengalami keterlambatan karena ada indikasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan justru memenangkan perusahaan yang penawarannya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

lebih tinggi yakni PT.Graha Printing dengan penawaran Rp 22,5 milyar sementara
perusahaan lainnya PT Aneka Ilmu sebasar Rp 17.1 milyar, PT Jasuindo Tigaperkasa
menawarkan Rp 21,2 milyar dan PT Dedikasi Prima Rp 21,6 milyar. Jika memang
benar persoalannya akibat keterlambatan tender, tentu ini sangat disayangkan, sebab
masih saja terjadi adanya permainan yang tidak bersih dan malah amburadul karena
tidak kreidibelnya perusahaan yang dimenangkan.
Salah satu topik yang menarik dalam ujian nasional kali ini adalah
pemberitaan kisruhnya keterlambatan dan penundaan ujian nasional di sebelas
provinsi. Kasus carut marutnya ujian nasional merupakan kasus yang sering menjadi
bahan berita bagi suatu media termasuk di dalamnya Jawa Pos. Dengan adanya hal
tersebut kasus carut marut ujian nasional menjadi menarik dan seringkali menjadi
berita utama dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk Jawa Pos.
Banyaknya media massa yang memberitakan mengenai carut marutnya ujian
nasional membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan buka suara. Menurutnya
"Kalau saya ditanya kawan-kawan media selalu yang saya bilang pertama
pemmhonan maaf karena terjadi pergseran yang mestinya Senin kemarin dan Insya
Allah akan dilaksanakan Kamis besok. Karena itu hari ini saya memang akan
melaporkan kepada Bapak Presiden," tutur Nuh sebelum menemui Presiden di
kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat. (Sumber : Jawa Pos)
Sebelumnya, Nuh mengakui bahwa penundaan Ujian Nasional (UN) di 11
provinsi pada zona Indonesia tengah, adalah kesalahan pihak perusahaan pencetak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

naskah UN. Dia mengatakan, satu dari enam perusahaan pemenang tender percetakan
naskah UN tidak mampu menyelesaikan proses cetak dan distribusi sesuai tenggat
akhir 12 April 2013.
Kini kekacauan naskah soal UN untuk SMA/MA/SMK berujung pada
penundaan tidak hanya terjadi di 11 provinsi, tapi ada juga di tiga provinsi lain, yakni
Banten, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar). Rencananya, UN
baru akan dilaksanakan di 14 provinsi ini pada Kamis, 18 April 2013 mendatang.
Meski terjadi banyak kekacauan, Nuh mengaku ia tetap akan menyampaikan
kesiapan UN yang ditunda pada Kamis nanti ke Presiden (Sumber : Jawa Pos)
Berita di atas merupakan kutipan dari surat kabar Jawa Pos, selama empat hari
yaitu pada tanggal 15, 16, 17 dan 18 April 2013. Dalam penulisan berita tersebut
judul berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita
yang ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau
berita istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan
kebijaksanaan redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui
oleh masyarakat pada saat itu. Dalam sebuah berita bisa terbentuk opini publik yang
kuat, sehingga dalam penulisan berita wartawan harus obyektif dalam penulisannya,
apalagi berita ini merupakan headline dalam Jawa Pos.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta,
tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam
sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan
untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing
dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun
demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh
dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita
yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur
objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian
sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak
ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada
sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers
juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert
tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur,
diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang
disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita
tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan
menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain. Dimensi-dimensi
objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas
pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian
judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154155).
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih
surat kabar Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos dipilih sebagai obyek penelitian karena
Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar besar Nasional yang mempunyai jaringan
yang sangat besar di Indonesia, sehingga dampak dari berita yang dikeluarkan oleh
Jawa Pos akan luas membentuk opini publik secara Nasional. Alasan kedua penulis
memilih koran Jawa Pos karena pemberitaan kisruhnya kegaiatan Ujian Nasional
2013 ini menjadi sebuah berita yang istimewa, berita ini menggunakan font dengan
size besar pada judulnya dan 3 berita menjadi headline di surat kabar ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga
diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat
kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,
1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat
implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar yang
menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah
Objektivitas berita kekacauan pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di surat kabar
Jawa Pos.”

1.3.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Objektivitas berita kekacauan pelaksanaan Ujian Nasional SMA
2013 di surat kabar Jawa Pos.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.4.

Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa
menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi
redaksi Jawa Pos dalam memberitakan Objektivitas berita kekacauan
pelaksanaan Ujian Nasional SMA 2013 di surat kabar Jawa Pos tidak
memihak, transparan, dan sumber berita yang jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media
massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat
(Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali,
1995 : 99).

2.1.2 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto &
Erdinaya, 2005:99).

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan
panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai
media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen,
2002:46)
Setelah itu perkembangan surat kabar bralih ke era reformasi. Era ini adalah
era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur, membubarkan Departemen Penerangan, biang pembatasan pers pada orde
baru yang dipimpin Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan
tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio.
Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus
Dur.
Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut
raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama),
Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra
(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media
mereka

sampai

ke

daerah-daerah

di

seluruh

Indonesia.

(http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat
fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang
paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).
Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai
kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif,
mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi
surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising).
Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat
(seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun
semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy,
2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

2.1.3 Karakteristik Surat Kabar
Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa,
dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.
Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :
1.

Publisitas (Publicity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik.
Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat
kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum.
Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa
disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang
atau golongan.

2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai
keteraturan dalam penerbitannya,

maka penerbit

buku tidak dapat

dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan
umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya
mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah
kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar.
Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan
diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat
kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.
Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat
kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan
perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang
dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri
surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan
pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121).

2.1.4. Pengertian dan Fungsi Pers
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang
cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun
berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak
(kusumaningrat, 2006 : 17).
Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers
hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid,
sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak
berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers
dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah
pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa
paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya
(Sumadiria 2005 : 31).
Secara yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) UU pokok
pers no. 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia
(Sumadiria 2005 : 32).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem
lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan
menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya.
Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan
situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :
1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang
dianggap

berguna

dan

penting

bagi

orang

banyak

mekudian

menuliskannya dengan kata-kata.
2. Fungsi Kontrol, yaitu pers masuk ke balik panggung kejadian untuk
menyelidiki

pekerjaan

pemerintah

atau

perusahaan,

pers

harus

memberitakan apa yang berjalan baik maupun yang berjalan tidak baik.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui
tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang
sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa
radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat
mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.
8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruhpengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima
fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di
dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :
1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada
masyarakat yang seluas-luasnya.
2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers
hendaknya dalam kerangka mendidik.
3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat
berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya
sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan
bagi semua lapisan masyarakat.
5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut
sebagai mediator atau fasilitator.

2.1.5. Teori Kebebasan Pers
Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya
berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu;
Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet
Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press,
sebenarnya

pengembangan

dari

Authoritarian

Press,

sedangan

Social

Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini
merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

{(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard
& Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.
1. Authoritarian Press (per s otoriter)
Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang
lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa
yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa
saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.
Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus
mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar
bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,
sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh
serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan
mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa
dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap
dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers
lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa
yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus
didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol
oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja
sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir
individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua
penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.
Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan
yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi
antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan
kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor
atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall
Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald
Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah
Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang
ketat.
2. Libertarian Press (pers liberal)
Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai
akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan
pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini
berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum
tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan
pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan
bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control
pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan
berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi
kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak
bebas yang dimiliki oleh manusia.
Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory,
dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan
posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk
dipimpin dan diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan
pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus
tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari
pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan
keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga
eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga
lembaga yudikatif.
Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad ke 18 tetapi tidak
diperbolehkan dijalankan di koloni Inggris di Amerika Utara sampai
putusnya hubungan dengan Negara induk tersebut. Setelah tahun 1776,
teori

ini

diimplementasikan

diseluruh

wilayah

yang

lepas

dari

pemerintahan colonial dan secara resmi diadopsi dengan adanya
Amandemen pertama pada piagam Hak Asasi Manusia baru yang
ditambahkan ke dalam Undang-undang dasar. Dari tulisan Milton, Locke,
dan Mill dapat dimunculkan sebagai pemahaman bahwa pers harus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi,
menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawah teori liberal, pers bersifat
swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan
media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat
“proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan
memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah.
Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk
menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan
dalam masa peperangan.
On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung
”pers bebas”, diterbitkan pada pertengahan abad 19 oleh John Stuart Mill.
Pada bab 2 buku ini, Mill berpendapat bahwa kalau kita mematikan opini,
maka mati pula kebenaran. Teori liberal mengatakan bahwa manusia dapat
membetulkan kesalahannya, namun hanya bila ada kemungkinan atau
kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat agar fakta dan
kebenaran akhirnya bisa terlihat. Mill berpendapat bahwa satu-satunya
cara manusia agar bisa memahami segala sesuatu secara utuh adalah
dengan mendengar berbagai pendapat orang tentang hal tersebut. Teori
liberal dengan paham kebenarannya yang diterima secara luas, berguna
dan

terus

berkembang

sampai

akhirnya

revolusi

industri

juga

mempengaruhi dunia penerbitan dan penyiaran. Ketika teknologi
memungkinkan distribusi koran dengan luas dan cepat, nilai ekonomi
produksi masal menjadi sangat penting.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Perusahaan penerbit koran mulai membeli atau bergabung dengan penerbit
yang kecilsampai akhirnya kini banyak kota yang memiliki lebih dari satu
surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak
orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat
teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang
tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi
abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan
dengan informasi dengan cara yang tampak rasional. Rasionalisasi sendiri
adalah usaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk
tindakan yang tidak masuk akal. Pendapat seperti itu membantah filosofi
”manusia rasional” yang menjadi dasar teori liberal.
3. Social Responsibility Press (pers tanggung jawab sosial)
Muncul pada abad ke 20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari
libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat. Di abad
ini, ada gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya yang
dilindungi piagam hak asasi manusia, harus memenuhi tanggung jawab
sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan gagasan evolusi
praktisi media, dan hasil kerja komisi kebebasan pers (Comission on
Freedom of The Press), berpendapat bahwa selain bertujuan untuk
memberikan informasi, mengibur, mencari untung (seperti hal teori
liberal), juga bertujuan untuk membawa konflik ke dalam arena diskusi.
Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa, setiap orang yang
memiliki suatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak
dalam forum, dan jika media tidak dianggap memenuhi kewajibannya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

maka ada pihak yang harus memaksanya. Dasar pemikiran sistem ini
adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa bertanggung jawab kepada
masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.
Sistem ini muncul di Amerika Serikat ketika apa yang telah dinikmati oleh
pers Amerika selama dua abad lebih, dinilai harus diadakan pembatasan
atas dasar moral dan etika. Penekanan pada tanggung jawab sosial
dianggap

penting

untuk

menghindari

kemungkinan

terganggunya

ketertiban umum. Menurut Peterson, “kebebasan pers harus disertai
kewajiban

untuk

bertanggung

jawab

k