BUDAYA REKRUITMEN WARGA BELAJAR Studi Kasus tentang Rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP di SKB Pekalongan.

(1)

BUDAYA REKRUITMEN WARGA BELAJAR

Studi Kasus tentang Rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP

di SKB Pekalongan

NASKAH PUBLIKASI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Program Studi

Magister Pendidikan

Oleh :

HARNO

NIM : Q. 100030006

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2005


(2)

PERSETUJUAN


(3)

NOTA PEMBIMBINGAN

Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd. Drs. H. Harsono, SU.

Dosen Program Magister Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nota Dinas

Hal : Tesis Saudara Harno

Kepada Yth.

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap Tesis Saudara

Nama : Harno

NIM : Q. 100030006

Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

Judul : BUDAYA REKRUITMEN WARGA BELAJAR STUDI

KASUS TENTANG REKRUITMEN WARGA BELAJAR KEJAR PAKET B SETARA SMP DI SKB PEKALONGAN Dengan ini kami menilai Tesis tersebut dapat disetujui untuk diajukan dalam Sidang Ujian Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juni 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd. Drs. H. Harsono, SU


(4)

NOTA PENGESAHAN UJIAN


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Harno

NIM : Q. 100030006

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : BUDAYA REKRUITMEN WARGA BELAJAR : Studi Kasus Tentang Rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP di SKB Pekalongan adalah betul-betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2005 Yang membuat pernyataan

(HARNO)


(6)

MOTTO

™ Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al Baqarah : 45)

™ Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau tidak mau merubah sendiri (Q.S. Arra’d : 11)


(7)

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada :

™ Istriku, Hj. Susetiyaniek, SE. yang dengan tulus selalu berdo’a dan mendorong untuk keberhasilanku

™ Rekan-rekan seperjuangan

™ Almamaterku Universitas Muhammadiyah Surakarta


(8)

ABSTRAK

HARNO. Budaya Rekruitmen Warga Belajar : Studi Kasus Tentang Rekruitmen

Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP di SKB Pekalongan. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2005.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang rekruitmen warga belajar Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP yang diselenggarakan di Sanggar Kegiatan Belajar pekalongan dengan melibatkan peran lembaga SKB, pamong belajar, orang tua calon warga belajar, tokoh masyarakat, kepala desa, RT/RW serta kyai dalam pelaksanaan kegiatan rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP.

Hasil penelitian dengan beberapa responden dengan menggunakan teknik cuplikan purposive sampling yaitu pengurus SKB, pamong belajar, orang tua calon warga belajar, tokoh masyarakat, Kepala Desa, RT/RW serta kiai dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan pencatatan dokumen. Wawancara, observasi digunakan untuk memperoleh data yang valid dan reliabel sedangkan dokumentasi untuk memperoleh data pelengkap, kemudian melakukan analisis data dengan menggunakan analisis interaktif. Dalam penelitian ini (pengumpulan data) yaitu meneliti ceritera yang sistematis, merekap hasil wawancara pada waktu terakhir didapatkan. Langkah selanjutnya peneliti mencoba membuat kesimpulan.

Kesimpulan dalam penelitian tentang budaya rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP yang diselenggarakan di Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan sebagai berikut:

Sistem rekruitmen Warga Belajar Kejar yang dilaksanakan di SKB melalui empat cara yaitu: lewat pengumuman, melalui leaflet (brosur atau lewat instansi atau dinas), sistem dari mulut ke mulut (mouth to mouht) serta sistem pintu ke pintu (door to door). Untuk mendukung empat sistem tersebut diperlukan dukungan berupa peran dari semua stakeholder.

Peran Lembaga/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam hal rekruitmen, pihak SKB telah bertindak sesuai kaidah formal kelembagaan (sebagai bagian dari Diklusepa) dan kaidah institusi yaitu sosialisasi ke lapangan untuk mendatangi calon warga belajar agar mereka dengan kesadaran pribadi mau menjadi warga belajar. Selain itu, secara institusi SKB merupakan penentu kebijakan dalam organisasi secara menyeluruh terhadap segala langkah yang akan ditempuh dalam rangka rekruitmen warga belajar.

Peran Pamong Belajar adalah mensosialisasikan program Kejar Paket B sekaligus melakukan kegiatan identifikasi terhadap keinginan calon warga belajar sesungguhnya sehingga mereka mau mengikuti program yang diselenggarakan pihak SKB Pekalongan. Kegiatan identifikasi juga dimaksudkan agar memperoleh data yang akurat mengenai kondisi calon warga belajar Kejar Paket B.

Peran orang tua/wali calon warga belajar dalam kegiatan rekruitmen warga belajar yakni dengan memotivasi sekaligus menjadi penyandang dana pendidikan bagi warga belajar.

Peran tokoh masyarakat dalam kegiatan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B


(9)

setara SMP melibatkan partisipasi berbagai pihak termasuk peran para tokoh masyarakat terutama kepala desa beserta perangkatnya (RT, RW, Kadus, Kepala Lingkungan) di tempat tinggal calon warga belajar. Wujud nyata peran tersebut adalah menjadi koordinator dan fasilitator.

Peran kyai dalam rangka rekruitmen warga belajar Kejar Paket B dilakukan dengan ikut dalam kegiatan sosialisasi sekaligus menjadi fasilitator. Dijadikanya kyai sebagai partner dalam sosialisasi Kejar Paket B karena kyai sering dianggap memiliki kharisma yang memungkinkan mereka dengan mudah menggerakkan para pengikutnya.

Kata Kunci : budaya, rekruitmen, peran


(10)

ABSTRACT

HARNO. Recruitment Culture of Learning Participant: A Case Study about

Recruitment of Learning Participant Packet B Study Group In Level With Junior High School of Learning Post Institution (SKB) in Pekalongan. Thesis. Post Graduate

Program of Muhammadiyah University of Surakarta. 2005

The purpose of this research is to obtain about the empirical description about recruitment of study member of B Packet Study Group in level with Junior High School held by SKB, study guidance, the parents of study learner candidate, society figures, Chief of Village, RT/RW, and the chief of religious (Kyai) in execute the recruitment activity of Packet B Study Member in level with Junior High School.

The research results of many respondents used the purposive sampling technique they are: board of SKB (Learning Post Institution), learn facilitator, parents of learner candidate, society figures, Chief of Village, RT/RW, and the chief of religious (Kyai) with the data collecting methods are interview, observation, and documentation. Interview and documentation are used to get the valid and reliable data, while documentation used to gain the supplementary data, then make a data analysis used the interactive analysis. Data collecting in this research is observes the systematic story, interview result gained latest. The next step that is trying to make a conclusion.

The conclusion of this research about the recruitment culture of Study Members of Packet B Study Group in level with Junior High School held by the Learning Post Institution (SKB) of Pekalongan as follows:

Recruitment system of learner candidate of Packet B Study Group in level with Junior High School held by SKB is in four ways, they are: through announcement, leaflet (brochure or institution or department), mouth to mouth, and door to door systems. To supports the fourth ways above, it needs the supports of roles from any stockholders, realized as:

(1) role of Learning Post Institution (SKB) in term of recruitment, the SKB party has done appropriate the institution formal principle (as a part of Diklusepa) and institutional principle that is approaching the learner candidate in order to recruit them consciously. In other hand, institutionally, SKB is a policy maker in the whole organization to the steps have to accomplish to the study members. (2) the role of the learn facilitator is to make a socialization about the program of Packet B Study Group and identification to the learner candidate wants in order to bring them participate in the activities held by SKB of Pekalongan. Identification activity also addressed to get the accurate data about the condition of the learner candidates of Packet B Study Group. (3) the role of the learner candidate parents in recruitment of the study members, that is to motivates them and the monetary supports in the education process. (4) the society figure role of the recruitment process of Packet B Study Group in a level with Junior High School includes the participation all the parties, involves the society figures, mainly the


(11)

chief of village and his apparatus (RT, RW, Chief of Suburb, chief of environment) in the candidates living. The realization of this role that is being a coordinator and facilitator. (5) the role of religion leader (Kyai) in recruitment process of learner candidate of Packet B Study Group may be done with their participation to the socialization program and automatically being a facilitator. Adopting the Kyai as a partner of Packet B Study Group socialization is rational, because Kyai often assumed as a charismatic figure that caused them easily to encourage his followers.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya tesis ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mendapatkan gelar Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak mungkin untuk dapat menyusun thesis ini dengan baik karena keterbatasan penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Dr. HM. Wahyuddin, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Dr. Yetty Sarjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

4. Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga hingga selesainya penulisan tesis ini

5. Drs. H. Harsono, SU., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga hingga selesainya penulisan tesis ini


(13)

6. Kepala Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak dan ibu dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan tesis ini. Namun demikian penulis selalu membuka kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan thesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2005

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Nota Pembimbing ... iii

Nota Pengesahan Ujian ... iv

Pernyataan Keaslian Tesis ... v

Halaman Motto ... vi

Halaman Persembahan ... vii

Abstraksi ... viii

Kata Pengantar ... xii

Daftar Isi ... xiv

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 13

2. Program Pendidikan Luar Sekolah ... 21


(15)

3. Manajemen Pendidikan Luar Sekolah ... 23

4. Konsep Analisis Sanggar Kegiatan Belajar ... 29

5. Budaya Rekruitmen Warga Belajar Kejar Paket B Setara SMP 35

6. Budaya Lokal ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Kehadiran Penelitian ... 50

D. Subyek Penelitian ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Informan Kunci ... 55

G. Analisis Data ... 56

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 62

A. Setting Kabupaten Pekalongan ... 62

1. Letak Geografi ... 62

2. Luas Wilayah ... 62

3. Iklim ... 62

4. Kependudukan ... 63

5. Ketenagakerjaan ... 64

6. Pendidikan ... 64

7. Kesehatan dan Keluarga Berencana ... 65

8. Agama ... 66

9. Industri ... 66

B. Setting Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan ... 67


(16)

1. Lokasi Penelitian ... 67

2. Sejarah Berdirinya Sanggar ... 67

3. Tujuan Berdirinya Sanggar ... 68

4. Visi Sanggar ... 69

5. Misi Sanggar ... 69

6. Tugas dan Wewenang SKB ... 70

7. Kerjasama ... 73

8. Orientasi Program SKB ... 75

9. Sumber Daya ... 76

10. Wilayah Kerja ... 78

11. Pengalaman Kerja ... 78

12. Fasilitas ... 80

C. Penyajian Data ... 81

1. Peran Lembaga/SKB ... 84

2. Peran Pamong Belajar ... 85

3. Peran Orang Tua/Wali Calon Warga Belajar ... 87

4. Peran Tokoh Masyarakat, Kepala Desa, RT/RW ... 89

5. Peran Kyai ... 90

BAB V PEMBAHASAN A. Peran Lembaga/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ... 94

B. Peran Pamong Belajar ... 94

C. Peran Orang Tua/Wali Calon Warga Belajar ... 96

D. Peran Tokoh Masyarakat ... 97


(17)

E. Peran Kyai ... 98

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Implikasi ... 102

C. Saran-saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Kepada Kepala SKB Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepada Pamong Belajar Lampiran 3 Pedoman Wawancara Kepada Orang Tua/Wali Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Dengan Para Kyai, Ustadz, Ketua Majlis Taklim

Lampiran 6 Hasil Wawancara


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Untuk membantu membebaskan masyarakat dan kebodohan dan keterbelakangan yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan harus disesuaikan dengan perubahan masyarakat yaitu dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, kemudian meningkat ke masyarakat informasi. Pendidikan menurut Unesco Institute for Education dalam Nana Sudjana (2004: 398), as an organized and sustained communication designed to bring about learning” (pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi yang dirancang untuk menumbuhkan belajar).

Menurut M. Noor Syam (1997:7) pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan). Dengan pendidikan, manusia akan menjadi berkualitas dan pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas nasional dan kemajuan bangsanya di masa mendatang.

Smith dalam (Nana Sudjana, 2004: 398) juga menjelaskan bahwa : “Education can be defined as the organized, systematic effort to foster learning, to establish the conditions and to provide the activities through which learning can occur” (pendidikan dapat diartikan sebagai upaya terorganisasi dan sistematik untuk mendorong belajar, menyiapkan kondisi-kondisi dan menyediakan kegiatan-kegiatan yang melalui kondisi-kondisi dan kegiatan itu belajar


(20)

2

dapat terjadi). Belajar yang dimaksud di atas bukan hanya sekedar untuk mengetahui sesuatu (learning how to know), atau belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problem), melainkan yang lebih penting lagi adalah belajar untuk kemajuan hidup (learning how to be) yang didalamnya termasuk learning to do, learning how to thing together.

Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 adalah amat penting melaukan upaya secara besar-besaran di bidang pendidikan, khususnya pelatihan untuk membelajarkan masyarakat agar memiliki kemampuan bersaing dalam era globalisasi melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan kehidupan global.

Sesuai dengan hal tersebut di atas, dalam pembukaan UUD 1945 terkandung salah satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pasal 31 UUD 1945 ditegaskan bahwa hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan (pengajaran). Begitu pula undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Namun pada kenyataannya masih terdapat sebagian warga masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat menggunakan kesempatan tersebut sebagai haknya.

Undang-Undang Dasar 1945 menginginkan agar setiap warga negara mendapat kesempatan belajar seluas-luasnya. Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional (KPPN) mengemukakan agar pendidikan Nasional bersifat semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta berarti bahwa pendidikan dinikmati oleh semua warga negara. Menyeluruh maksudnya agar ada mobilitas antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, sehingga terbuka pendidikan seumur hidup bagi setiap warga negara Indonesia (Nasution,


(21)

3

1997: 36). Kemajuan bangsa hanya dimungkinkan oleh perluasan pendidikan bagi setiap anggota bangsa itu. Pendidikan bukan lagi diperuntukkan bagi suatu golongan elite yang sangat terbatas melainkan bagi seluruh rakyat.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat sating melengkapi dan memperkaya. Pendidikan nonformal atau yang biasa disebut dengan jalur pendidikan luar sekolah memiliki peranan memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang karena faktor usia, waktu (kesempatan) dan sosial ekonomi yang tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah.

Menurut Hadari Nawawi (2001: 37) usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia itu umumnya dapat diselenggarakan dalam bentuk:

1. usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal;

2. usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak berencana dan tidak sistematis di lingkungan keluarga disebut pendidikan informal;

3. usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal disebut pendidikan non formal.

Menurut pendapat di atas, maka proses pendidikan dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal yang dilakukan pada lembaga pendidikan formal seperti sekolah, pendidikan informal yang dilakukan pada lingkungan keluarga dan pendidikan non formal yang dilakukan di luar lembaga pendidikan formal dan lingkungan keluarga atau lebih dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah.

Dalam pandangan Pendidikan Luar Sekolah semua orang yang secara potensial merupakan peserta didik (warga negara) dalam berbagai tahap dalam perkembangan hidupnya, karena itu peserta didik yang menjadi sasaran pendidikan luar sekolah sangat


(22)

4

luas dan bervariasi. Studi kasus yang telah dilakukan terhadap program pendidikan non formal menunjukkan bahwa secara potensial sasaran populasi pendidikan non formal meliputi:

1. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan formal di sekolah.

2. Semua anggota masyarakat yang karena satu dan lain hal tidak dapat menyelesaikan studi pada tingkat pendidikan tertentu secara bulat, golongan ini dikenal dengan anak gagal atau drop out.

3. Anggota masyarakat yang meskipun telah menyelesaikan studi pada tingkat pendidikan tertentu (formal) masih menganggap perlu untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan non formal (Nana Sudjana, 1991: 211).

Haruslah disadari bersama bahwa jalur pendidikan luar sekolah juga mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam rangka mendukung keberhasilan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Karena itu jalur pendidikan luar sekolah diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang setara dengan jenjang SD yang disebut dengan Program Paket A dan jenjang pendidikan SMP yang diberi nama Program Paket B (Hari Setiadi, 2000: 26-27).

Menurut Umberto Sihombing (2000: 13) ada empat hal yang harus menjadi acuan pengembangan pendidikan luar sekolah, yaitu:

1. memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi masyarakat yang tidak dibelajarkan pada jalur pendidikan sekolah;

2. meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan program-prgram pendidikan luar sekolah dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan pembangunan, kebutuhan dunia kerja, pengembangan sumber daya alam;

3. meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan luar sekolah, serta 4. meningkatkan efisiensi dan keefektifan penyelenggaraan pendidikan luar

sekolah.

Atas dasar empat acuan pengembangan pendidikan luar sekolah di atas, kelompok belajar Paket B merupakan salah satu satuan pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk melayani warga masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat mengenyam pendidikan


(23)

5

sekolah yang pengelolaannya dilaksanakan untuk memperiuas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan setara SMP. Programnya harus memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan dunia kerja.

Sasaran yang lebih spesifik menurut Surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga Nomor KEP-105/E/L/1990 Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa sasaran program pendidikan luar sekolah pada umumnya adalah warga masyarakat terutama yang tergolong miskin dalam pendidikan yaitu mereka yang berbagai alasan:

1. tidak pernah mendapatkan pelayanan pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah;

2. tidak memperoleh kesempatan untuk mengikuti program pendidikan melalui lembaga persekolahan;

3. tidak dapat menyelesaikan pendidikannya pada jenjang persekolahan tertentu secara keseluruhan (yang dikenal sebagai anak putus sekolah dalam jenjang); 4. berhenti pada akhir suatu jenjang persekolahan sebelum memiliki STTB atau

Ijazah (yang dikenal sebagai anak putus sekolah di ujung jenjang);

5. berhenti pada akhir suatu jenjang persekolahan walaupun berhasi lulus dalam evaluasi belajar tahap akhir (yang dikenal sebagai anak putus sekolah antar jenjang) (Depdikbud, 1990: 12);

Sesuai dengan sasaran program di atas, maka misi dan proses pendidikan lebih ditekankan pada: (a) pengetahuan yang dapat diterapkan dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari (informasi fungsionil); (b) keterampilan yang dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk mencari nafkah sehari-hari atau untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup (keterampilan yang relevan); serta (c) pengarahan sikap mental ke arah pembaharuan dan pembangunan.

Kelompok belajar Paket B diselenggarakan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan setara dengan sekolah menengah pertama dan memiliki peran dalam mendukung wajib belajar pendidikan dasar setara SMP (Wajar Dikdas 9 Tahun). Sasarannya adalah siswa lulusan SD/MI sederajat yang tidak melanjutkan ke SMP dan siswa DO SMP usia 13-15 tahun.


(24)

6

Dilihat dari segi kuantitas program dapat memperlihatkan hasil berdasarkan jumlah warga belajar yang mengikuti program belajar di kelompok belajar (Kejar). Data yang tercantum pada Direktorat Pendidikan Masyarakat Depdikbud memperlihatkan bahwa jumlah warga belajar Paket B Setara SMP tahun 1995/1996 = 6000, tahun 1996/1997 - 18.699, tahun 1997/1998 = 246.880, dan tahun 1998/1999 = 327.690 (Depdikbud, 1999: 49). Sementara hasil belajar secara kualitatif yang berkaitan dengan mutu hasil belajar dan relevansinya dengan tuntutan dunia kerja belum pemah mendapat perhatian yang semestinya. Pendidikan masyarakat belum mampu meyakinkan warga sasarannya tentang arti pentingnya pendidikan sehingga masyarakat belum merasa bahwa pendidikan itu menjadi kebutuhan mutlak dalam kehidupannya.

Hal lain yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah adalah bahwa program pembelajaran masyarakat yang terencana dan terprogram sulit untuk ditelusuri keberadaannya sehinga keberhasilan secara kuantitatif juga sukar untuk dipertangungjawabkan. Data kuantitatif ternyata adalah data-data yang tercantum dalam DIP/Anggaran tahunan, bukan apa yang ada tetapi apa yang direncanakan. Program pendidikan masyarakat belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi berorientasi pada anggaran yang disediakan pemerintah sehingga setelah habis tahun anggaran, habis pula program pembelajarannya. Program dan pelaksanaannya tidak melembaga di masyarakat sehingga sukar mengikuti hasil dan dampak pelaksanaan program, baik terhadap warga belajar maupun lingkungan tempat program dilaksanakan.

Sarana prasarana yang tersedia, alokasi waktu tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar, kondisi sosial ekonomi dan beberapa variabel lain tetap diperkirakan dapat mempengaruhi perbedaan keberhasilan proses belajar mengajar antara warga belajar program Paket B dan siswa SMP. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari masyarakat dan praktisi pendidikan tentang makna setara yang terkandung dalam program kesetaraan paket


(25)

7

B dan SMP dalam kaitannya dengan lulusan (outcome) dari kedua jalur pendidikan tersebut (Hari Setiadi, 2000: 27).

Untuk itu, perlu adanya penyelenggaraan kelompok belajar Paket B yang dapat mencapai hal yang sesuai dengan tujuan ideal yaitu memenuhi kebutuhan belajar masyarakat, kebutuhan pembangunan, dan kebutuhan dunia kerja. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pekalongan dalam salah satu programnya telah menyelenggarakan kelompok belajar Paket B Setara SMP untuk memenuhi kebutuhan belajar warga masyarakat di Kabupaten Pekalongan yang karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan SMP atau yang sederajat.

Berdasarkan SK Mendikbud No. 023/0/1997 tanggal 20 Februari 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan Belajar menyebutkan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar merupakan Unit Pelaksana Teknis kegiatan belajar yang mempunyai tugas melakukan pembuatan percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, Sanggar mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Membangkitkan dan menumbuhkan kemauan belajar masyarakat dalam rangka terciptanya masyarakat gemar belajar.

2. Memotivasi dan membina warga masyarakat agar mau dan mampu menjadi sumber belajar dalam pelaksanaan asas saling membelajarkan.

3. Melakukan kegiatan pendidkan luar sekolah, pemuda, dan olahraga dalam rangka meningkatkan kesejahteraan segala aspek kehidupan.

4. Memberikan pelayanan informasi kepada warga belajar yang memerlukan ketrampilan fungsional.

5. Mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan kegiatan sektoral dalam bidang pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.

6. Menyediakan sarana dan fasilitas belajar (Dirjen PLS dan Binmudora, 1997: 3).

Dengan demikian program Paket B yang dilaksanakan oleh SKB Pekalongan merupakan program percontohan dan pengendalian mutu bagi pelaksanaan kelompok belajar Paket B setara SMP di Kabupaten Pekalongan, sehingga model penyelenggaraan


(26)

8

dan pelaksanaan programnya dapat dijadikan standar acuan oleh penyelenggara dan pengelola program yang sejenis di kelompok lain. SKB Pekalongan dituntut memiliki model pengelolaan program yang bermutu dalam usaha untuk memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan berdiri berdasarkan SK Mendiknas No. 022/0/2000 tanggal 14 Februari 2000. Seiring dengan berlakunya UU No. 22 th. 1999 tentang Otoda, maka SKB Pekalongan telah menjadi Unit Pelaksana Teknis dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan sesuai dengan SOT Kabupaten Pekalongan No. 844.2/1549 tgl. 28 Nopember 2001. Sebagai lembaga barn, SKB Pekalongan telah berupaya menunjukkan eksistensinya dengan melaksanakan berbagai macam program pembelajaran di antaranya adalah: Processing (pengolahan hasil panen), Kursus komputer, menjahit, cetak sablon, Kelompok Belajar Olah Raga (KBO) SSB, Kejar Paket A KF, Kejar Paket B setara SMP dan Kejar Paket C setara SMA-IPS.

Realitasnya bahwa untuk mendorong anggota masyarakat yang putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah pertama untuk mengikuti Kejar Paket B di Kabupaten Pekalongan, bukan merupakan pekerjaan mudah karena kultur masyarakat setempat yang kental dengan tradisi Jawa pesisiran. Menurut MT. Arifin (2001:3) bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pesisiran sistem dasar komunitasnya niaga dengan pembagian kerja dan pelapisan sosial sedang. Masyarakat lebih cenderung mengorientasikan kehidupannya dalam bidang perniagaan (ekonomi) sehingga secara kultur memandang pendidikan bukan hal yang penting.

Kondisi di Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakatnya terjun dalam bidang perekonomian terutama industri batik serta menjadi nelayan. Khususnya industri batik, merupakan sektor yang dominan menyerap banyak


(27)

9

sumberdaya manusia. Sesuai data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pekalongan, tenaga kerja pada sentra industri batik di Pekalongan mencapai 49,57% sedangkan yang menjadi nelayan sebanyak 27,16% (Depnakertrans Pekalongan, 2003: 2). Keadaan seperti inilah yang menyulitkan proses rekuitmen warga belajar Kejar Paket B mengingat calon warga belajar lebih dominan berorientasi pada sektor niaga dan masih menomorduakan pendidikan. Martabat seseorang dalam masyarakat masih diukur dari sudut pandang ekonomi. Padahal menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995:76) justru pendidikan adalah prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia. Melalui pendidikan, manusia diberi untuk mengembangkan kemampuannya dan membina kehidupannya dalam masyarakat. Perluasan kesempatan untuk menikmati pendidikan berarti pula perluasan dan pemerataan kesempatan ekonomi dalam masyarakat.

Dalam rangka mendukung proses rekuitmen warga belajar khususnya pada Kejar Paket B, tidak cukup apabila hanya dilakukan oleh SKB Pekalongan. Pihak SKB sedapat mungkin melibatkan semua stakeholder yang tidak saja berasal dari SKB sendiri, namun juga anggota atau tokoh masyarakat seperti orang tua atau wali calon warga belajar, aparar pemerintah maupun tokoh agama. Kondisi ini didasarkan pada budaya penghormatan masyarakat setempat pada kelompok sosial yang menduduki posisi tertentu. Menurut MT Arifin (2000:3) bahwa dalam struktur masyarakat yang tinggal di daerah Jawa pesisiran, lebih berorientasi untuk mewujudkan peradaban pesantren dan Bandar dagang.

Dampaknya bahwa tokoh masyarakat seperti kyai menjadi tokoh kharismatik dalam kehidupan masyarakat Pekalongan selain tokoh masyarakat yang lain seperti Kepala Desa maupun aparatur pemerintah yang lainnya. Unsur-unsur tokoh masyarakat inilah yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak bagi SKB Pekalongan untuk melakukan rekuitmen warga belajar Kejar Paket B. Kondisi demikian menarik minat penulis untuk meneliti, khususnya Program Kejar Paket B setara SMP dengan mengambil kasus pada budaya


(28)

10

rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP dalam upaya untuk meningkatkan mutu hasil belajar yang memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan dengan fokus pada rekruitmen warga belajar kelompok belajar Paket B setara SMP dengan mengadakan kajian secara mendalam peran dari berbagai pihak sehingga seseorang warga masyarakat menjadi warga belajar kejar Paket B. Rumusan fokus penelitian ini bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus penelitian itu masih akan dilakukan sewaktu-waktu manakala peneliti sudah berada di lapangan.

Adapun fokus penelitian yang ditetapkan penulis dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana proses seseorang menjadi warga belajar Kejar Paket B setara SLTP di SKB Pekalongan ?

1. Bagaimanakah peran lembaga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ? 2. Bagaimanakah peran Pamong Belajar ?

3. Bagaimanakah peran orang tua/wali calon warga belajar ? 4. Bagaimana peran tokoh masyarakat, Kepala Desa, RT/RW ? 5. Bagaimana peran kyai ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP yang diselenggarakan di Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan.

Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan tentang hal-hal sebagai berikut:


(29)

11

1. Peran lembaga SKB dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

2. Peran Pamong Belajar dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

3. Peran orang tua calon warga belajar dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

4. Peran tokoh masyarakat, Kepala Desa, RT/RW dalam pelaksanaan kegiatan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

5. Peran kyai dalam pelaksanaan kegiatan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis maupun secara praktis di lapangan.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang rekruitmen.

b. Memberikan informasi tentang model rekruitmen warga belajar Kejar Paket B. c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kependidikan dan penyelenggara program pendidikan luar sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan khususnya dalam rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

b. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, hasil penelitian ini dapat memberikan


(30)

12

gambaran suatu model rekruitmen warga belajar Kejar paket B setara SMP yang dapat menghasilkan lulusan bermutu, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

c. Bagi Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah khususnya Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka rekruitmen warga belajar.


(1)

B dan SMP dalam kaitannya dengan lulusan (outcome) dari kedua jalur pendidikan tersebut (Hari Setiadi, 2000: 27).

Untuk itu, perlu adanya penyelenggaraan kelompok belajar Paket B yang dapat mencapai hal yang sesuai dengan tujuan ideal yaitu memenuhi kebutuhan belajar masyarakat, kebutuhan pembangunan, dan kebutuhan dunia kerja. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pekalongan dalam salah satu programnya telah menyelenggarakan kelompok belajar Paket B Setara SMP untuk memenuhi kebutuhan belajar warga masyarakat di Kabupaten Pekalongan yang karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan SMP atau yang sederajat.

Berdasarkan SK Mendikbud No. 023/0/1997 tanggal 20 Februari 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan Belajar menyebutkan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar merupakan Unit Pelaksana Teknis kegiatan belajar yang mempunyai tugas melakukan pembuatan percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, Sanggar mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Membangkitkan dan menumbuhkan kemauan belajar masyarakat dalam rangka terciptanya masyarakat gemar belajar.

2. Memotivasi dan membina warga masyarakat agar mau dan mampu menjadi sumber belajar dalam pelaksanaan asas saling membelajarkan.

3. Melakukan kegiatan pendidkan luar sekolah, pemuda, dan olahraga dalam rangka meningkatkan kesejahteraan segala aspek kehidupan.

4. Memberikan pelayanan informasi kepada warga belajar yang memerlukan ketrampilan fungsional.

5. Mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan kegiatan sektoral dalam bidang pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.

6. Menyediakan sarana dan fasilitas belajar (Dirjen PLS dan Binmudora, 1997: 3).

Dengan demikian program Paket B yang dilaksanakan oleh SKB Pekalongan merupakan program percontohan dan pengendalian mutu bagi pelaksanaan kelompok belajar Paket B setara SMP di Kabupaten Pekalongan, sehingga model penyelenggaraan


(2)

dan pelaksanaan programnya dapat dijadikan standar acuan oleh penyelenggara dan pengelola program yang sejenis di kelompok lain. SKB Pekalongan dituntut memiliki model pengelolaan program yang bermutu dalam usaha untuk memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan berdiri berdasarkan SK Mendiknas No. 022/0/2000 tanggal 14 Februari 2000. Seiring dengan berlakunya UU No. 22 th. 1999 tentang Otoda, maka SKB Pekalongan telah menjadi Unit Pelaksana Teknis dibawah Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan sesuai dengan SOT Kabupaten Pekalongan No. 844.2/1549 tgl. 28 Nopember 2001. Sebagai lembaga barn, SKB Pekalongan telah berupaya menunjukkan eksistensinya dengan melaksanakan berbagai macam program pembelajaran di antaranya adalah: Processing (pengolahan hasil panen), Kursus komputer, menjahit, cetak sablon, Kelompok Belajar Olah Raga (KBO) SSB, Kejar Paket A KF, Kejar Paket B setara SMP dan Kejar Paket C setara SMA-IPS.

Realitasnya bahwa untuk mendorong anggota masyarakat yang putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah pertama untuk mengikuti Kejar Paket B di Kabupaten Pekalongan, bukan merupakan pekerjaan mudah karena kultur masyarakat setempat yang kental dengan tradisi Jawa pesisiran. Menurut MT. Arifin (2001:3) bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pesisiran sistem dasar komunitasnya niaga dengan pembagian kerja dan pelapisan sosial sedang. Masyarakat lebih cenderung mengorientasikan kehidupannya dalam bidang perniagaan (ekonomi) sehingga secara kultur memandang pendidikan bukan hal yang penting.

Kondisi di Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakatnya terjun dalam bidang perekonomian terutama industri batik serta menjadi nelayan. Khususnya industri batik, merupakan sektor yang dominan menyerap banyak


(3)

sumberdaya manusia. Sesuai data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pekalongan, tenaga kerja pada sentra industri batik di Pekalongan mencapai 49,57% sedangkan yang menjadi nelayan sebanyak 27,16% (Depnakertrans Pekalongan, 2003: 2). Keadaan seperti inilah yang menyulitkan proses rekuitmen warga belajar Kejar Paket B mengingat calon warga belajar lebih dominan berorientasi pada sektor niaga dan masih menomorduakan pendidikan. Martabat seseorang dalam masyarakat masih diukur dari sudut pandang ekonomi. Padahal menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995:76) justru pendidikan adalah prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia. Melalui pendidikan, manusia diberi untuk mengembangkan kemampuannya dan membina kehidupannya dalam masyarakat. Perluasan kesempatan untuk menikmati pendidikan berarti pula perluasan dan pemerataan kesempatan ekonomi dalam masyarakat.

Dalam rangka mendukung proses rekuitmen warga belajar khususnya pada Kejar Paket B, tidak cukup apabila hanya dilakukan oleh SKB Pekalongan. Pihak SKB sedapat mungkin melibatkan semua stakeholder yang tidak saja berasal dari SKB sendiri, namun juga anggota atau tokoh masyarakat seperti orang tua atau wali calon warga belajar, aparar pemerintah maupun tokoh agama. Kondisi ini didasarkan pada budaya penghormatan masyarakat setempat pada kelompok sosial yang menduduki posisi tertentu. Menurut MT Arifin (2000:3) bahwa dalam struktur masyarakat yang tinggal di daerah Jawa pesisiran, lebih berorientasi untuk mewujudkan peradaban pesantren dan Bandar dagang.

Dampaknya bahwa tokoh masyarakat seperti kyai menjadi tokoh kharismatik dalam kehidupan masyarakat Pekalongan selain tokoh masyarakat yang lain seperti Kepala Desa maupun aparatur pemerintah yang lainnya. Unsur-unsur tokoh masyarakat inilah yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak bagi SKB Pekalongan untuk melakukan rekuitmen warga belajar Kejar Paket B. Kondisi demikian menarik minat penulis untuk meneliti, khususnya Program Kejar Paket B setara SMP dengan mengambil kasus pada budaya


(4)

rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP dalam upaya untuk meningkatkan mutu hasil belajar yang memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan dengan fokus pada rekruitmen warga belajar kelompok belajar Paket B setara SMP dengan mengadakan kajian secara mendalam peran dari berbagai pihak sehingga seseorang warga masyarakat menjadi warga belajar kejar Paket B. Rumusan fokus penelitian ini bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus penelitian itu masih akan dilakukan sewaktu-waktu manakala peneliti sudah berada di lapangan.

Adapun fokus penelitian yang ditetapkan penulis dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana proses seseorang menjadi warga belajar Kejar Paket B setara SLTP di SKB Pekalongan ?

1. Bagaimanakah peran lembaga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ? 2. Bagaimanakah peran Pamong Belajar ?

3. Bagaimanakah peran orang tua/wali calon warga belajar ? 4. Bagaimana peran tokoh masyarakat, Kepala Desa, RT/RW ? 5. Bagaimana peran kyai ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP yang diselenggarakan di Sanggar Kegiatan Belajar Pekalongan.

Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan tentang hal-hal sebagai berikut:


(5)

1. Peran lembaga SKB dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

2. Peran Pamong Belajar dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

3. Peran orang tua calon warga belajar dalam pelaksanaan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

4. Peran tokoh masyarakat, Kepala Desa, RT/RW dalam pelaksanaan kegiatan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

5. Peran kyai dalam pelaksanaan kegiatan rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis maupun secara praktis di lapangan.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang rekruitmen.

b. Memberikan informasi tentang model rekruitmen warga belajar Kejar Paket B. c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kependidikan dan penyelenggara program pendidikan luar sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan khususnya dalam rekruitmen warga belajar Kejar Paket B setara SMP.

b. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, hasil penelitian ini dapat memberikan


(6)

gambaran suatu model rekruitmen warga belajar Kejar paket B setara SMP yang dapat menghasilkan lulusan bermutu, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

c. Bagi Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah khususnya Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka rekruitmen warga belajar.